Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


TENTANG OLIGOMENORREA
TAHUN 2022

DOSEN PEMBIMBING: EPTI YORITA, SST, MPH

DISUSUN OLEH
NAMA : JUWITA LESTARI
NIM : P05140120068
KELAS : 3B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DENGAN OLIGOMENOREA PADA REMAJA SMPN 14 KOTA BENGKULU

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

PROGRAM DIPLOMA TIGA BENGKULU

YANG DIPERSIAPKAN DAN DIPERSEMBAHKAN OLEH:

NAMA : JUWITA LESTARI


TK/SEMESTER : III-B/V
NIM : P05140120068
PRODI : D III KEBIDANAN

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal September 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Epti Yorita, SST, MPH Apriza Laillah, S.Pd

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU


PRODI D III KEBIDANAN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhânahû wa Ta`âlâ yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Praktik
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Tentang Oligomenorea

Penulis menyadari bahwa keberhasilan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan
dorongan serta semangat dari para pembimbing, oleh karena itu, penulis berterima kasih
kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penulisan Laporan
ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran
dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Bengkulu, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................5
1.2 TUJUAN.....................................................................................................................5
1.3 MANFAAT.................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................7
2.1 KONSEP DASAR OLIGOMENOREA.......................................................................7
a. Pengertian....................................................................................................................7
b. Tanda dan Gejala.........................................................................................................7
c. Penyebab/factor resiko................................................................................................7
d. Komplikasi..................................................................................................................8
e. Pencegahan..................................................................................................................8
f. Penatalaksanaan...........................................................................................................9
2.2 KONSEP DASAR TEORI KONSELING....................................................................9
a. Pengertian....................................................................................................................9
b. Tujuan..........................................................................................................................9
c. Langkah-langkah Konseling........................................................................................9
d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling...............................................10

2.2 KONSEP DASAR LEAFLEAT..................................................................................12


a. Pengertian..................................................................................................................12
b. Kategori.....................................................................................................................12
c. Keuntungan................................................................................................................13
d. Kekurangan................................................................................................................13
e. Penyusunan Leafleat..................................................................................................13

BAB III HASIL KEGIATAN................................................................................................14


BAB IV PENUTUP................................................................................................................18
4.1 KESIMPULAN.............................................................................................................18
4.2 SARAN..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
LAMPIRAN............................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Menurut BKKBN (2013) remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat
pada aspek fisik, psikologis dan juga intelektual. Beberapa permasalahan pada remaja,
salah satunya adalah permasalahan mengenai kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sehat fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Salah satu proses dalam system reproduksi adalah menstruasi.

Ganguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam
kelainan banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid (hipermenorea, menoragia
dan hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, anemone), perdarahan di
luar haid metroragia, gangguan lain yang ada hubungan dengan haid (Proverawati dan
Siti, 2009).

Oligomenorrhea adalah adanya komplikasi dari siklus menstruasi. Istilah ini


digunakan jika siklus menstruasi tidak teratur. Oligomenorrhea dapat terjadi pada rentang
usia manapun dan dapat disebaban karena banyak faktor termasuk gangguan fisik dan
psikis. Sehingga pengetahuan mengenai hal ini sangat dibutuhkan untuk meminimalisir
terjadinya gangguan pola menstruasi tersebut.

1.2 TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian oligomenorea kepada siswi di SMPN 14
Kota Bengkulu
2. Memberikan pengetahuan mengenai tanda dan gejala oligomenorea
3. Memberikan pengetahuan mengenai penyebab oligomenorea
4. Memberikan pengetahuan tentang komplikasi oligomenorea
5. Memberikan pengetahuan tentang pencegahan oligomenorea
6. Memberikan pengetahuan tentang cara mengobati atau penatalaksanaan oligomenorea

1.3 MANFAAT
1. Siswi dapat mengetahui apa itu oligomenorea
2. Klien dapat mengetahui tanda dan gejala oligomenorea
3. Klien/siswi dapat mengetahui apa penyebab oligomenorea
4. Klien dapat mengetahui tentang komplikasi oligomenorea
5. Klien dapat mengetahui bagaimana pencegahan oligomenorea
6. Klien dapat mengetahui tentang pengobatan oligomenorea
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR OLIGOMENOREA


a. Pengertian
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi memanjang
lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami
oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya.
Namun, jika berhentinya siklus menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan,
maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.
Oligomenorea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.
Oligomenorea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang
(Dewi, 2012). Oligomenoera merupakan suatu kelainan siklus yang ditandai dengan
lamanya waktu siklus had lebih dari 35 hari (Saryono,2009). Oligomenorea adalah
siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap
sama (Kumalasari, 2012). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih dari 35 hari.

b. Tanda dan Gejala


Gejala oligomenorea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari 35
hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan
oligomenorea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi peyebab, wanita
tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita
tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus (Dewi, 2012).

c. Penyebab/factor resiko
Oligomenorea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan
menopause atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebihan (Dewi,
2012).

Oligomenorea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadanan ini dihasilkan
androgem yang lebih tinggi dari kadar pada wanita normal. Oligomenorea dapat juga
terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mengsekresikan
estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorea dapat juga disebabkan ketidakseimbangan
hormonal seperti pada awal pubertas (Dewi, 2012).
Oligomenorea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium
folikular, perpanjangan stadium luteal ataupun perpanjangan kedua stadium tersebut.
Bila siklus tiba- tiba memanjang maka disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh
penyakit (Dewi, 2012). Menurut Kumalasari (2012), penyebab oligomenorea adalah
perpanjangan siklus folikuler dan stadium luteal, kedua stadium ini menjadi panjang
karena pengaruh psikis, penyakit, dan TBC.

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), antara lain :

1) Stress dan depresi


2) Sakit kronik
3) Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexianervosa, bulimia)
4) Penurunan berat badan berlebihan
5) Olahraga berlebih misalnya atlit
6) Adanya tumor yang melepaskan estrogen
7) Adanya kelainan pada struktur rahim atau servik yang menghambat
pengeluaran menstruasi
8) Penggonaan obat-obat tertentu

d. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress
emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan haid lebih
lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorea mengarah ke infertilitas atau tanda dari
keganasan (Dewi, 2012).

e. Pencegahan
1. Hindari stress: sebisa mungkin hidup dengan tenang dan Bahagia. Tidak usah
terlalu banyak pikiran, terutama pikiran negative yang menimbulkan kecemasan-
kecemasan
2. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi
standar 4 sehat 5 sempurna
3. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu Lelah, dan tidak menguras
energi secara berlebihan
4. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing;masing 6-8 jam sehari sesuai
dengan makanan atau suplemen tinggi kalsium
5. Rajin minum susu dan kalsium yang tinggi. Jika tidak gemar minum susu, bisa
diganti dengan makanan/suplemen tinggi kaalsium.
6. Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari. Olahraga yang
dipilih tidak harus olahraga berat.

f. Penatalaksanaan
Pengobatan oligomenorea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorea
dengan onovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak
memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi
dapat memperbaiki keadaan oligomenorea (Dewi, 2012).

2.2 KONSEP DASAR TEORI KONSELING


a. Pengertian
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu
seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan
menentukan jalan keluar/upaya untuk mengatasi masalah tersebut (McLeod, 2006).

b. Tujuan
Ada beberapa tujuan konseling diantaranya adalah:

1. Membantu seorang individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan


tahap perkembangan, tuntutan positif lingkungannya dan predisposisi yang
dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakatnya, dalam berbagai latar belakang
yang ada seperti keluarga, pendidikan, atau status ekonomi.
2. Membuat seseorang mengenali dirinya sendiri dengan memberi informasi kepada
individu tentang dirinya, potensinya, kemungkinan-kemungkinan yang memadai
bagi potensinya dan bagaimana memanfaatkan pengetahuan sebaik-baiknya.
3. Memberi kebebasan kepada individu untuk membuat keputusan sendiri serta
memilih jalurnya sendiri yang dapat megarahkannya.
4. Dalam menjalani hidup menjadikan individu lebih efektif, efisien dan sistematis
dalam memilih alternatif pemecahan masalah.
5. Konseling membantu individu untuk mengahapus / menghilangkan tingkah laku
maladaptif (masalah) menjadi tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang
diinginkan klien

c. Langkah-langkah Konseling
Adapun Langkah konseling, yang dikenal dengan istilah SATU TUJU:
SA: Sapa dan salam kepada pasien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya.
T:   Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.
U:  Uraikan kepada klien mengenai pilihan yang di ambilnya
TU: Bantulah klien untuk menentukan pilihan yang sesaui dengan permasalahan
yang dihadapi
J: Jelaskan secara lengkap dan runtun mengenai pilihan yang akan di ambil klien
U: Perlunya dilakukannya kunjungan ulang.

d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Konseling


1. Factor pendukung
Mochammad Nursalim dan Suradi mengatakan kelancaran konseling ditunjang
oleh beberapa unsur tertentu yang dibedakan antara kondisi eksternal dan kondisi
internal, yaitu:
a) Kondisi-kondisi eksternal
1) Penataan
- Penataan fisik
Ruangan atau kantor konselor hendaknya diusahakan mengenakkan
dan menarik. Bila ruang atau kantor konseling bisa mengesankan dan
mendatangkan rasa indah, ekspresi dan pengungkapan isi hati
diharapkan akan menjadi lancar. Penataan fasilitas konseling secara
umum tergantung pada: warna, dekorasi, sinar, pengaturan
perlengkapan dan perabot serta jauh dari kebisingan.
- Proxcemics
Pengaturan konselor terhadap lingkungan terutama posisi duduk antara
konselor dan klien.
- Privacy
Suatu hal yangn penting dan berkaitan dengan pengaturan fisik adalah
keleluasaan pribadi. Perasaan percaya konselor harus dilindungi,
perasaan aman yang berhubungan keleluasaan pribadi tidak dapat
diabaikan. Individu menginginkan dan mempunyai hak yang bersifat
pribadi.
2) Ciri-ciri khas klien
Ciri-ciri khas klien antara lain: pengalaman klien, latar belakang
kebudayaannya, ekspetasinya terhadap konselor, kondisi ekonomi,
lingkungan dimana klien tinggal dan ciri-ciri khas lembaga dimana proses
konseling itu berlangsung
3) Sikap-sikap konselor
Sikap dan cara-cara pendekatan konselor terhadap klien, antara lain:
- Belief, yaitu perasaan tentang sesuatu yang dianggap nyata dan benar.
- Penerimaan, penerimaan dan pemahaman sangat penting dalam
menunjang setiap hubungan antar manusia. Penerimaan berkaitan
dengan rasa hormat terhadap individu sebaga pribadi yang memiliki
nilai dan harga diri.
- Pemahaman, yaitu kemampuan untuk menerima hubungan dengan
orang lain, arti, isi, dan tingkah laku orang lain.
b) Kondisi-kondisi internal
Empat kondisi internal yang mempengaruhi konseling yaitu:
1) Rapport, yaitu hubungan yang menyenangkan antara konselor dan klien.
Rapport adalah mutu suatu saling pengertian, suatu penghargaan dan suatu
peningkatan minat yang harus dikomunikasikan sejak awal sampai akhir
kontak antara konselor dan klien.
2) Empathy, yaitu kekuatan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain
tanpa merasakan sepenuhnnya apa yang dirasakan oleh orang lain itu.
3) Genuiness, yaitu konselor sedang menjad dirinya sendiri, tidak menyataka
ingkar terhadap kenyataan dirinya.
4) Attentiveness (penuh perhatian), perhatian membutuhkan ketrampilan
mengamati dan mendengarkan. Dengan hal tersebut konselor dapat
mengetahui dan mengerti inti, isi dan apa yang dirasakan oleh klien.
2. Factor penghambat
a) Faktor individual. Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang
dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan
gabungan dari :
1) Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks
2) Sudut pandang terhadap nilai-nilai
3) Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam
masyarakat, status sosial
4) Bahasa
b) Faktor yang berkaitan dengan interaksi:
1) Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
2) Sikap terhadap interaksi
3) Pembawaan diri terhadap orang lain
4) Sejarah hubungan
c) Factor situasional
d) Kompetensi dalam melakukan percakapan. Komunikasi dikatakan efektif bila
ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat
menyebabkan putusnya komunikasi adalah:
1) Kegagalan informasi penting
2) Perpindahan topik bicara
3) Tidak lancar
4) Salah pengertian

2.2 KONSEP DASAR LEAFLEAT


a. Pengertian
Leaflet adalah bentuk penyampain informasi atau pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar atau kombinasi
(Maryam, 2014). Leaflet merupakan lembaran kertas berukuran kecil mengandung
pesan tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal
atau peristiwa. Leaflet merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling popular.
Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka.

Namun yang khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang membentuk
beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan panel atau halaman tersendiri. Leaflet
adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan
ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa
untuk menguasai satu atau lebih (Murni, 2010:).

b. Kategori
Kategori yang dimiliki oleh leaflet ada 3 yaitu :

1. Leaflet Persuasif
Leaflet persuasif ini digunakan untuk bertujuan dapat mengubah atau
memengaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat leaflet.
2. Leaflet informatife
Leaflet informatif ini digunakan untuk memberi informasi atau menerangkan
suatu materi yang ingin disampaikan.
3. Leaflet Direktif
Leaflet direktif ini bertujuan untuk mengarahkan dan mengendalikan tindakan
seseorang.

c. Keuntungan
Keuntungan leaflet adalah tahan lama, mencakup orang banyak, biaya tidak tinggi,
tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan,
mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar (Notoatmodjo, 2012).

d. Kekurangan
Menurut (Notoatmodjo, 2012) kelemahan leaflet adalah media ini tidak dapat
menstimulir efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat. Syarat pembuatan leaflet
menurut (Agustiansyah, 2009) antara lain menggunakan bahasan sederhana dan
mudah dimengerti oleh pembacanya, judul yang digunakan harus menarik untuk
dibaca, tidak banyak tulisan, sebaiknya dikombinasikan antara tulisan dan gambar,
materi harus sesuai dengan target sasaran yang dituju.

e. Penyusunan Leafleat
1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok
yang harus dikuasai oleh responden.
2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal yang
penting sebagai informasi.
3. Padat pengetahuan.
4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan
5. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
6. Menarik responden untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.
7. Dapat diambil dari berbagai museum, obyek wisata, instansi pemerintah, swasta,
atau hasil download dari internet
BAB III
HASIL KEGIATAN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)


Hari/ Tanggal : Sabtu, 16 September 2022

Waktu : Pukul 10.00 WIB

Pokok Bahasan : Oligomenorrhea

Sub Pokok Bahasan : Menjelaskan mengenai Oligomenorrhea, tanda dan gejala, penyebab,
komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan oligomenorrhea.

Sasaran : Klien dengan Oligomenorrhea

Konselor : Juwita Lestari

Tempat : Ruang BK SMPN 14 Bengkulu Kota Bengkulu

I. Latar Belakang

Oligomenorrhea adalah adanya komplikasi dari siklus menstruasi. Istilah ini


digunakan jika siklus menstruasi tidak teratur. Oligomenorrhea dapat terjadi pada
rentang usia manapun dan dapat disebaban karena banyak faktor termasuk gangguan
fisik dan psikis. Sehingga pengetahuan mengenai hal ini sangat dibutuhkan untuk
meminimalisir terjadinya gangguan pola menstruasi tersebut.

II. Tujuan Instruksional Umum

Diharapkan setelah diadakan pendidikan kesehatan tentang gangguan pola


menstruasi (oligomenorrhea) ini, klien dapat memahami bagaimana oligomenorrhea
dan dapat mengurangi penyebab terjadinya gangguan.

III. Tujuan Instruksional Khusus

Diharapkan setelah dilakukannya pendidikan kesehatan tentang gangguan pola


menstruasi (oligomenorrhea), klien dapat memahami:

1. Pengertian oligomenorrhea
2. Tanda dan gejala oligomenorrhea
3. Penyebab oligomenorrhea
4. Komplikasi oligomenorrhea
5. Pencegahan oligomenorrhea
6. Penatalaksanaan oligomenorrhea

IV. Garis-garis Besar Materi

1. Pengertian gangguan siklus menstruasi (oligomenorrhea)


2. Ciri-ciri gangguan siklus menstruasi (oligomenorrhea)
3. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadi gangguan siklus menstruasi
(oligomenorrhea)
4. Komplikasi yang dapat terjadi akibat gangguan siklus menstruasi
(oligomenorrhea)
5. Pencegahan terjadinya gangguan siklus menstruasi (oligomenorrhea)
6. Pengobatan/penatalaksanaan gangguan siklus menstruasi (oligomenorrhea)

V. Sasaran

Klien dengan gangguan siklus menstruasi (oligomenorrhea) yaitu siswi di SMPN 14


kota Bengkulu

VI. Metode

Komunikasi interpersonal

VII. Media

Leaflet

VIII. Evaluasi

1. Siswi dapat menyebutkan pengertian oligomenorrhea


2. Siswi dapat menyebutkan ciri-ciri terjadinya oligomenorrhea
3. Siswi dapat menyebutkan factor terjadinya oligomenorrhea
4. Siswi dapat menyebutkan komplikasi akibat oligomenorrhea
5. Siswi dapat menyebutkan pencegahan oligomenorrhea
6. Siswi dapat menyebutkan penatalaksanaan oligomenorrhea

IX. Proses Pelaksanaan

No
Waktu Konselor Klien
.
1 1 menit Pembukaan: 1. klien menjawab salam
1. Salam Pembuka
2. Memperkenalkan diri

3 menit Menanyakan keluhan klien 1. klien mengatakan


saat ini dan menjelaskan bahwa tidak ada
materi konseling. keluhan saat ini
Pemaparan materi: 2. klien
1. pertanyaan Pengertian mendengarkan
oligomenorrhea dan memerhatikan
2. Tanda dan gejala dengan baik
oligomenorrhea
3. Penyebab
2 oligomenorrhea
4. Komplikasi
oligomenorrhea
5. Pencegahan
oligomenorrhea
6. Penatalaksanaan
oligomenorrhea
7. Memberikan
kesempatan peserta
untuk mengajukan
1 menit Evaluasi: 1. klien menjawab
1. Menanyakan klien pertanyaan yang diajukan
mengenai materi yang 2. klien menjelaskan
3 diberikan dan reinforcement kembali materi yang telah
kepada klien bila dapat disampaikan
menjawab dan menjelaskan
kembali pertanyaan/ materi.
1 menit Terminasi:
1. Mengucapkan klien menjawab salam
4
terimakasih 2. Salam
penutup
EVALUASI HASIL KEGIATAN

I. Evaluasi Struktur

Media : Leaflet

Waktu : Pukul 10.00 – 10.07 WIB

Tempat : Ruang BK SMPN 14 Kota Bengkulu

II. Evaluasi Proses konseling

1. klien datang tepat waktu.

2. klien mendengarkan dengan sangat baik.

3. klien mengajukan pertanyaan dengan baik

4. klien menunjukan timbal balik yang positif pada saat evaluasi.

III. Evaluasi Hasil

1. klien memahami tentang Oligomenorrhea (pengertian, penyebab, tanda gejala,


komplikasi pencegahan dan penatalaksanaan).
2. Konselor mereview materi yang telah diberikan dan klien dapat menjawab 75%
pertanyaan
3. Klien bersedia melakukan anjuran yang diberikan oleh konselor
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Oligomenorrhea adalah adanya komplikasi dari siklus menstruasi. Istilah ini
digunakan jika siklus menstruasi tidak teratur. Gejala oligomenorea terdiri dari periode
menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1
tahun. Oligomenorea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan
menopause atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebihan
Pengobatan oligomenorea tergantung dengan penyebab. Pada oligomenorea dengan
onovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati menopause tidak memerlukan
terapi. Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki
keadaan oligomenorea

4.2 SARAN
Dengan mengetahui permasalahan yang tepat yaitu tentang oligomenorea diharapkan
instansi pendidikan dapat meningkatkan dan mengikuti perkembangan sesuai prosedur
tetap dalam memberikan asuhan dan dapat dijadikan referensi bagi instansi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama


Kumalasari.2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN

Proses Konseling
Media (leafleat)

Anda mungkin juga menyukai