Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Mata Ajar Keperawatan Medikal Bedah
III
Dosen Pengampu: dr. Fitriana Putri, M.Si
OLEH:
KELOMPOK 3
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu
dilimpahkan kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini banyak memberikan manfaat kepada diri
penulis sendiri khususnya dan pembaca sekalian umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian..................................................................................................................4
B. Anatomi Fisiologi......................................................................................................5
C. Klasifikasi..................................................................................................................6
D. Etiologi.......................................................................................................................8
E. Patofisiologi...............................................................................................................8
F. Manifestasi Klinis......................................................................................................9
G. Tanda dan Gejala.......................................................................................................9
H. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................10
I. Komplikasi.................................................................................................................10
J. Pathway......................................................................................................................11
A. Pengkajian .................................................................................................................12
B. Diagnosis Keperawatan.............................................................................................12
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................................13
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dapat
bersifat sementara maupun permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan
menggunakan cara, alat atau obat-obatan.
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Program nasional Keluarga Berencana (Birth Control) telah berjalan
dengan baik dan berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk beberapa persen
setiap tahun. Keberhasilan ini sangat menunjang program pembangunan
nasional, yang sedang menuju kepada terciptanya keadilan dan kemakmuran
yang merata dalam masyarakat. Sebagai bagian mayoritas penduduk Indonesia,
umat Islamlah yang paling banyak disentuh oleh gerakan program nasional
Keluarga Berencana (KB). Karena itu diperlukan penjelasan tericinci tentang
tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan KB.
Dalam pelaksanaan program nasional Keluarga Berencana telah
diperkenalkan kepada masyarakat beberapa alat kontrasepsi yang dapat
digunakan oleh suami-isteri untuk menyukseskan program tersebut. Misalnya pil,
kondom, susuk, IUD dan sterilisasi (vasektomi dan tubektomi). Dari segi etika,
hampir setiap alat kontrasepsi tersebut dibenarkan oleh Islam, kecuali IUD
(spiral).
Kontrasepsi mantap berupa tubektomi kerap menjadi momok bagi wanita.
Kabarnya, wanita yang tubektomi akan mengalami risiko disfungsi seksual.
Menurut sebuah studi baru yang okezone lansir dari Health24, wanita yang telah
menjalani sterilisasi untuk mencegah kehamilan, tidak memiliki risiko disfungsi
seksual setelah itu. Para peneliti menemukan fakta bahwa partisipan wanita yang
telah menjalankan prosedur tubektomi menunjukkan risiko rendah terhadap
1
masalah-masalah seksual tertentu. Bahkan, mereka cenderung lebih bahagia
dengan kehidupan seks daripada wanita lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah MOW atau Tubektomi?
2. Bagaimana kebijakan atau landasan hukum MOW atau Tubektomi?
3. Apakah pengertian MOW atau Tubektomi?
4. Apakah tujuan dari MOW atau Tubektomi?
5. Apa saja jenis-jenis MOW atau Tubektomi?
6. Apa saja syarat-syarat MOW atau Tubektomi?
7. Bagaimana sasaran MOW atau Tubektomi?
8. Bagaimana cara kerja MOW atau Tubektomi?
9. Bagaimana waktu pemberian MOW atau Tubektomi?
10. Apa saja faktor-faktor dalam pemilihan MOW atau Tubektomi?
11. Apa saja keuntungan atau kelebihan MOW atau Tubektomi?
12. Apasaja kerugian atau kelemahan MOW atau Tubektomi?
13. Bagaimana kontraindikasi MOW atau Tubektomi?
14. Apa saja komplikasi MOW atau Tubektomi?
15. Bagaimana jurnal internasional tentang kontrasepsi MOW atau Tubektomi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana sejarah MOW atau Tubektomi
2. Mengetahui bagaimana kebijakan atau landasan hukum mengenai MOW atau
Tubektomi
3. Dapat mengerti pengertian MOW atau Tubektomi
4. Mengetahui tujuan dari MOW atau Tubektomi
5. Mengetahui jenis-jenis tindakan MOW atau Tubektomi
6. Mengetahui syarat-syarat tindakan MOW atau Tubektomi
7. Mengetahui Sasaran tindakan MOW atau Tubektomi
2
8. Dapat menjelaskan cara kerja MOW atau Tubektomi
9. Mengetaui Bagaiamana Waktu Pemberian MOW atau Tubektomi
10. Mengetahui beberapa faktor-faktor dalam pemilihan MOW atau Tubektomi
11. Mengetahui keuntungan atau kelebihan MOW atau Tubektomi
12. Mengetahui kerugian atau kelemahan MOW atau Tubektomi
13. Dapat menjelaskan kontraindikasi MOW atau Tubektomi
14. Mengetahui komplikasi MOW atau Tubektomi
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tahun 1953 oleh tokoh-tokoh masyarakat. Kemudian tahun 1957 berdiri
organisasi swasta yang bernama perkumpulan keluarga berencana Indonesia
(PKBI), yang mulai memplopori pelaksanaannya. Waktu itu program KB masih
dilarang oleh pemerintah. Tahun 1967 presiden republik Indonesia ikut
menandatangani deklarasi kependudukan dunia dan sejak itu pemerintah
mengambil alih tanggung jawab pelaksanaan keluarga berencana melalui
instruksi presiden, tahun 1968 membentuk lembaga keluarga berencana nasional
(LKBN) yang berstatus semi pemerintah.
Ketiga, pada tahun 2009. Bahwa tubektomi tetap hukumnya haram karena
tubektomi sebagai alat kntrasepsi KB sekarang ini dilakukan dengan memotong
5
saluran tuba fallopi. Hal itu berakibat terjadinya kemadulan permanen, dan
tubektomi merupakan upaya rekanalisasi (penyambungan kembali) tidak
menjamin pulihnya tingkat kesuburan kembali yang bersangkutan.
Keempat, pada tahun 2012. Pada tahun ini MUI tetap menetapkan bahwa
tubektomi hukumnya haram, kecuali untuk tujuan yang tidak menyalahi syari’at,
tidak menimbulkan kemandulan permanen, ada jaminan dapat dilakukan
rekanalisasi yang dapat mengembalikan fungsi reproduksi seperti semula, tidak
menimbulkan bahaya (mudarat) bagi yang bersangkutan, tidak dimasukkan
kedalam program dan metode kontrasepsi mantap.
C. Definisi tubektomi
Tubektomi adalah tindakan (pemotongan dan pengikatan) pada kedua saluran
telur wanita yang mengakibatkan orang tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Tubektomi adalah tindakan oklusi atau pengambilan sebagian saluran telur
wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Setelah tubektomi fertilisasi dari
pasangan tersebut akan berhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pasca persalinan yaitu tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai oleh sub umbilicus dan rendahnya
risiko infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah melampaui maka pilihan
untuk memilih tetap tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu persalinan atau
pada masa interval.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi
(kesuburan) seorang perempuan, sterilisasi pada wanita dilakukan melalui suatu
insisi melintang rendah yang memisahkan otot dan setiap tuba fallopi
dikeluarkan melalui luka dan dipotong. Pasien harus masuk rumah sakit dan
operasi dilakukan didalam ruang operasi dengan kondisi steril penuh.
6
D. Tujuan Tubektomi
Tubektomi merupakan prosedur pemotongan atau penutupan tuba falopi atau
saluran indung telur yang menghubungkan ovarium ke rahim. Sel-sel telur tidak
akan bisa memasuki rahim sehingga tidak dapat dibuahi. Prosedur ini juga akan
menghalangi sperma ke tuba falopi.
E. Jenis Tubektomi
Macam-macam Tubektomi:
1. Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangkat dengan cunam Pean sehingga terbentuk
suatu lipatan terbuka. Kemudian dari dasar lipatan tersebut dijepit dengan
cunam kuat-kuat, dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak
dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara
Madlener tidak dilakukan lagi karena angka kegagalannya relative tinggi yaitu
1-3%.
2. Cara Pomeroy
Cara ini banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian
tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian
dasarnya diikat dengan benang dapat diserap, tuba di atas dasar itu dipotong.
Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba terpisah satu sama
lain. Angka kegagalan berkisar 0 – 0,4%.
7
3. Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserao;
ujung proksimal dari tuba ditanamkan ke dalam miometrium, sedangkan
ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum.
8
4. Cara Aldridge
Peritneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal
bersama-sama dengan fimbriae ditanam ke dalam ligamentum latum.
5. Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) di atas simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba
dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa
tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping daerah tersebut menggembung. Lalu
dibuat sayatan kecil, di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari
tuba sepanjang 4-5 cm, tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat lalu
digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya di
bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada di luar
serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara
ini adalah 0.
9
6. Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operassi. Suatu ikatan
dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping di bawah fimbria.
Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi
tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong.
Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga
perut. Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain adalah
sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kesalahan 0,19%.
10
menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk
dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap.
Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu
yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan
ibu yang sedang hamil atau dicurigai sedang hamil.
11
(suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini
dapat dilakukan terhadap banyak klien. relative murah dan dapat dilakukan
oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan
efektif baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba
dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan,
diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka
sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan
komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 jam.
2. Laparoskopi
Sterilisasi laparoskopi adalah salah satu dari dua metode paling umum
untuk mengikat tabung dengan anestesi umum. Selama prosedur ini, sayatan
kecil dibuat di dekat pusar untuk memungkinkan laparoskop (alat kecil,
seperti stetoskop dengan cahaya) lalu di masukkan. Gas karbondioksida
disuntikkan untuk mengangkat dinding perut dari organ panggul, dokter
bedah akan dapat melihat saluran tuba. Dokter bedah dapat memasukkan alat
lain melalui laparoskop untuk menutup saluran tuba atau akan mengikatnya
melalui sayatan kecil lain. Kemudian sayatan ditutup.
Prosedur laparoskopi tuba hanya membutuhkan waktu sekitar 30
menit. Kemungkinan besar anda akan bisa kembali pulang pada hari yang
sama saat melakukan prosedur ini.
12
berdarah dan infeksi. Minilap didalam waktu 2 hari atau hingga 6 minggu
atau 12 minggu, laparoskopi tidak tepat untuk klien pasca persalinan.
4. Pasca keguguran triwulan pertama dilakukan minilaparatomi atau
laparoskopi, triwulan kedua dilakukan minilaparatomi saja
13
2. Anda mungkin menyesal di kemudian hari karena memilih metode ini. Ini
bisa terjadi jika anda belum memiliki keyakinan yang benar-benar mantap
memilih metode ini
3. Mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka pendek setelah dilakukan
pembedahan
4. Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anastesi umum
5. Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah jika yang
dilakukan adalah proses laparoskopi
6. Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual, termasuk
HIV/AIDS
14
5. Kehamilan ektopik, merupakan kehamilan diluar kandungan sehingga proses
kehamilan harus dihentikan
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
MOW (Medis Operatif Wanita), Tubektomi atau juga dapat disebut dengan
sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur
kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur,
dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga
tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah hubungan seksual wanita tidak
akan menurun.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau
kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat, memotong
atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, jadi
dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan
ovum tidak dapat bertemu
B. Saran
1. Untuk Penulis
Agar makalah ini menjadi suatu pembelajaran dan pengetahuan, agar penulis
dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang alat kontrasepsi, khususnya alat
kontrasepsi dengan menggunakan metode MOW.
2. Untuk Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat agar lebih mengetahui tentang alat kontrasepsi dengan
menggunakan metode permanen MOW. Sehingga masyarakat dapat menjaga
kebersihan dirinya agar tidak berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
3. Untuk Perawat
Agar selalu memberikan informasi yang baru kepada masyarakat tentang
informasi penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif. Selain itu,
perawat juga dapat menerima ilmu baru yang dapat diaplikasikan langsung
kepada dirinya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
\
LAMPIRAN-LAMPIRAN
18
19