Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFERTILITAS PADA


WANITA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen Pengampu :
Ns. Yulidian Nurpratiwi, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :
Hikmah Fitria (122070177)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Maternitas II yang diampu oleh Ns. Yulidian Nurpratiwi, S.Kep.,
M.Kep.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ns. Yulidian Nurpratiwi,
S.Kep., M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah ini, dengan bimbingan beliau saya dapat
menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin. Tugas makalah yang diberikan ini
semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca terkait materi Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Ifertilitas.
Saya juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian, saya sampaikan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Cikarang, 12 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Definisi............................................................................................................................3
B. Jenis.................................................................................................................................3
C. Etiologi............................................................................................................................3
D. Manifestasi klinis............................................................................................................5
E. Patofisiologi....................................................................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................................................6
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................8
H. Pengobatan infertilitas.....................................................................................................8
I. Komplikasi......................................................................................................................9
J. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................10
1. Pengkajian.................................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................................................11
3. Intervensi...................................................................................................................13
4. Implementasi Keperawatan.......................................................................................21
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................22
PENUTUP................................................................................................................................22
A. Kesimpulan...................................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di
salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau
”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan (Fatmawati, 2019).
Pengertian klinis mengenai infertilitas yang digunakan WHO adalah sebuah
permasalahan sistem reproduksi yang digambarkan dengan kegagalan untuk
memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual
minimal 2-3 kali seminggu secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Berdasarkan laporan WHO, secara global diperkirakan adanya kasus infertilitas pada
8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga 80 juta pasangan. Di Amerika sekitar 5
juta orang mengalami permasalahan infertilitas, sedangkan di Eropa angka
kejadiannya mencapai 14%. Pada tahun 2002, dua juta wanita usia reproduktif di
Amerika merupakan wanita infertil. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta pasangan (7 juta orang)
yang infertil. Mereka disebut infertil karena belum hamil setelah setahun menikah.
Kini, para ahli memastikan angka infertilitas telah meningkat mencapai 15-20 persen
dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia (Oktarina et al., 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa defisnisi dari penyakit infertilitas?
2. Apa etiologi dari penyakit infertilitas?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit infertilitas
4. Apa tanda dan gejala dari penyakit infertilitas
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
6. Apa saja penatalaksanaan dari penyakit infertilitas?
7. Apa saja pengobatan yang mungkin dapat dilakukan jika terkena penyakit
infertilitas?
8. Apa saja komplikasi dari penyakit infertilitas?

1
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi, etiologi, tanda gejala, dan pemerikasaan penunjang
dari penyakit infertilitas
2. Dapat mengetahui penatalaksanaan, komplikasi, pencegahan, dan konsep asuhan
keperawatan dari penyakit infertilitas
3. Untul melengkapi nilai di mata kuliah Keperawatan Maternitas II

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan
kehamilan sekurang- kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara
teratur tanpa kontrasepsi (Hendarto et al., 2019).
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki
keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama
secara teratur 2-3 x / minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun.
Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali
seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali
seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-
42 minggu) (Fatmawati, 2019).
B. Jenis
Menurut (Fatmawati, 2019) jenis dari Infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
1. Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan
sama sekali, pasangan dengan infertilitas primer tidak bisa hamil.
2. Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun
setelah itu tidak pernah hamil lagi, sulit untuk hamil setelah sudah pernah
sekali hamil dan melahirkan secara normal sebelumnya.
C. Etiologi
Menurut (Trisnawati, 2015) penyebab Interfilitas pada wanita diantaranya
masalah vagina yaitu vaginitis, masalah di serviks yaitu servisitis, uterus, tuba dan
masalah di ovarium yaitu kista ovarium. Sedangkan menurut (Pasaribu et al.,
2019) penyebab dari interfilitas pada wanita meliputi, faktor tuba dan pelvik
(35%), faktor ovulasi 15%, polip endometrium dan kelainan bentuk uterus (5%).
Menurut (Fatmawati, 2019) Berbagai gangguan yang memicu terjadinya
infertilitas antara lain :

3
1. Pada wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina
yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina
yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon
esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus
serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan
sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut
juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat
masuk ke rahim.
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan
fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan
terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi
sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada
sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar
terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya
tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise.
Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle
mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada
gengguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah
mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium
untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada
4
endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak
dapat berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba
falopii atau ovarium. Kondisi ini sering menimbulkan kista.
Kista dapat mengganggupematangan folikel dan pelepasan
sel telur.
e. Abrasi
Genetis Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi
spontan atau infertilitas primer
f. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu,
maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap
benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan
pada wanita hamil.
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas
ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic
pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang
akan mempengaruhi kesuburan.
h. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil
adalah 95% setelah rutin melakukan hubungan seks selama 3
tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya akan turun menjadi
75%.
D. Manifestasi klinis
1. Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat
menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau
aberasi genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang
tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
5
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus f. Motilitas tuba dan ujung
fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
f. Traktus reproduksi internal yang abnormal

E. Patofisiologi
1. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan
FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan
folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan
gangguan pada ovulasi.
Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain
yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan
reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak
bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang
pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada
abortus.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Syarat-syarat pemeriksaan
Pasangan infertile merupakan satu kesatuan biologis, sehingga keduanya
sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan yaitu sebagai berikut:
a. Istri dengan usia 20-30 tahun, baru diperiksa setelah berusaha
mendapatkan anak selama 12 bulan.

6
b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
c. Istri pasang infertile dengan usia 30-40 tahun dilakukan pemeriksaan, bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
d. Pemeriksaan infertile tidak bisa dilakukan pada pasangan yang mengidap
penyakit.
2. Langkah Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Anamnesis
a) Anamnesis umum
Data yang dikumulkan pada amamnesis umum adalah:
 Berapa lama menikah
 Umur suami istri
 Frekuensi hubungan seksual
 Tingkat kepuasan seks
 Penyakit yang pernah di derita
 Teknik hubungan seks
 Riwayat perkawinan yang dahulu
 Apakah dari perkawinan dahulu mempunyai anak dan
berapa umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
b) Anamnesis khusus
 Usia saat menarche, apakah haid teratur, apakah saat terjadi
haid ada gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan
abnormal, apakah terjadi kontak bleeding, dan riwayat alat
reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi
genetalia).
2) Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik secara umum meliputi pemeriksaan pada tanda vital
(tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan).
a) Pemeriksaan laboratorium dasar
Pemeriksaan labolatorium dasar secra rutin meliputi darah lengkap,
urine lengkap, fungsi hepar, ginjal, dan gula darah.
b) Pemeriksaan penunjang

7
Pemeriksaan penunjang yang di maksud disini yaitu dapat berupa
pemeriksaan rotgen ataupun USG.
b. Pemeriksaan ovulasi
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan
diantaranya :
1) Penatalaksanaan suhu basal
Kenaikan suhu basal setelah ovulasi dipengaruhi oleh hormone
progesterone.
2) Pemeriksaan vaginal smear
Pengaruh progesterone menimbulkan sitology pada sel-sel superficial.
3) Pemeriksaan lencdir serviks
Hormone progesterone menyebabkan perubahan lender seviks menjadi
kental.
4) Pemeriksaan endometrium

G. Penatalaksanaan
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian TSH.
2) Terapi penggantian hormon
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
5) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas
7) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
8) Pengangkatan tumor atau fibroid
9) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi.
H. Pengobatan infertilitas
1. Infertiltas wanita
8
a. Anovulasi (biasanya disertai dengan aminore)
1) Terapi amenore hipotalamus
Jika amenore menetap selama 9-12 bulan dan anovulasi merupakan
penyebab satu-satunya atau penyebab utama infertilitas pasangan, kiraa-
kira 80 persen ovulasi pada wanota dapat diinduksidengan menggunakan
klomifen, terutama jika progestogen positif. Klomifen adalah suatu
antiestrogen (yang kadang-kadang berlaku sebagai estrogen lemah).
Obat in bekerja dengan mengikat reseptor estrogen pada sel tareg,
dengan demikian mengalangi pengikatan estradiol. Lalu klomifen
dibawa ke inti sel, sehingga membuat sel menjadi relative tidak sensitive
terhadap efek estradiol endogen. Keadaan ni menyebabkan inhibisi pada
umpan balik negative dengan melepaskan GnRH kemudian FSH dan
LH.
Jika anovulasi menetap meskipun diberikan regimen komifen, pasie
harus dirujuk kepada spesialis infertilitas, karena diperlukan control
labratoirum jika digunakan regimen lain.
Regimen itu adalah:
 Human menopausal gonadotrophin (Hmg, Humegon,
Peginal) dan human chorionic gonadotrophin (Hcg,
Pregnyl, Profasi.)
 Gonaditrophic releasing hormone (GnRH) atau
analogynya.
Dengan pengobatan ini, kira-kira 90 persen wanita amenore dan 40
persen wanita oligomenore akan mendapatkan ovulasi, dan masing-
masing 70 persen dan 25 persen akan hamil. Ovulasi pada sejumlah
wanita akan berlanjut setelah pengobatan dihentikan dan menjadi hamil.
I. Komplikasi
OHSS (Ovarian hyperstimulation syndrome) muncul karena pengobatam yang
dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejalanya:
1. Mual
2. Muntah
3. Nyeri abdomen
4. Konstipasi
5. Diare
9
6. Urine keruh
7. Thrombosis
8. Disfungsi ginjal dan hati
9. Sulit bernapas

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata meliputi :
1) Nama
2) Umur: biasanya terterjadi pada usia di bawah 25 tahun
3) Agama
4) Jenis kelamin
5) Status
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Suku bangsa
9) Alamat
10) Tanggal masuk
11) Tanggal pengkajian
12) No. register
b. Riwayat kesehatan sekarang :
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat penyakit terdahulu :
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
10
7) Riwayat kista
d. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic

e. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat
kontrasepsi

f. Pemeriksaan fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital wanita

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ansietas (D.0080)
b. Ganggguan Pola Tidur (D.0055)
c. Distress Spiritual (D.0003)
d. Risiko Ketidakberdayaan (D.0103)

11
3. Intervensi

Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
1 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi relaksasi (I.09326)
selama 3x24 jam diharapkan Tingkat 1. Observasi
Ansietas (L.09093) pasien menurun, - Indentifikasi penurunan tingkat energy,
dengan kriteria hasil : ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi gejala lain yang mengganggu
yang dihadapi menurun (5) kemampuan kognitif
2. Perilaku gelisah menurun (5) - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
3. Pola tidur membaik (5) efektif digunakan
- Identifikasi kesedihan, kemampuan , dan
penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
- Monitor respon terhadap relaksasi
2. Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang da tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu

12
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang
Persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasanm dan
jenis relaksasi yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau

13
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
melatih teknik yang sudah dipilih
- Demostrasikan dan latih teknik relaksasi

2 Ganggguan Pola Tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Tidur (I. 05174)
(D.0055) selama 3x24 jam diharapkan Pola Tidur 1. Observasi
(L.05045) pasien membaik, dengan - Identifikasi pola aktivitas tidur
kriteria hasil : - Indentifikasi factor pengganggu tidur
1. Keluhan tidur sulit menurun (1) (fisik dan psikologis)
2. Keluhan sering terjaga menurun (1) - Identifikasi makanan atau miunman
3. Keluhan istiahat tidak cukup yang mengganggu tidur (kopi,the,
menurun (1) alcohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur)\
- Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
2. Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur)
- Batasi waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress

14
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk menigkatkan
kenyamanan (pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresure)
- Sesuaaikan jadwal pemberian obat atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga
3. Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
- Anjurkn menepati kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan menghindari makanan atau
minuman yang mengganggu waktu
tidur anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung supresor
terhadap tidur REM
- Ajarkan factor-faktor yang
berkontribsiterhadap gangguang pola

15
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
tidur
- Ajarkan relaksasi otot autogenk atau
cara menguhitung nonfarmakologi
lainnya

3 Distress Spiritual Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan spiritual (I.09276)


(D.0003) selama 3x24 jam diharapkan Status 1. Observasi
Spiritual (L.09091) pasien membaik, - Identifikasi perasaan khawatir, kesepian
dengan kriteria hasil : dan ketidakberdayaan
1. Verbalisasi perasaan tenang - Identifikasi pandangan tentang
membaik (5) hubungan antara spiritual dan kesehatan
2. Verbalisasi perasaan bersalah - Identifikasi hrapan dan kekuatan pasien
menurun (5) - Identifikasi ketaatan dalam beragama
3. Verbalisasi perasaan menyalahkan 2. Terapeutik
diri sendiri menurun (5) - Berikan kesempatan mengekspresikan
perasaan tentang penyakit dan kematian
- Berikan kesempatan mengekspresikan
dan meredakan marah secara tepat
- Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa

16
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
ketidakberdayaan
- Sediakan privasi dan waktu tenang
untuk aktifitas spiritual
- Diskuikan keyakinan tentang makna
dan tujuan hidup, jika perlu
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
3. Edukasi
- Anjurkan berinterkasi dengan keluarga,
teman, dan orang lain
- Anjurkan berpasitipasi dalam kelompok
pendukug
- Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan
imajinasi terbimbing
4. Kolaborasi
- Atur kunjungan dengan rahaniawan
(mis, ustadz, pendeta, romo, biksu)
4 Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Harapan (I. 09307)
Ketidakberdayaan selama 3x24 jam diharapkan 1. Observasi
(D.0103) Keberdayaan (L.09071) pasien - Identifikasi harapan pasien dan keluarga
membaik, dengan kriteria hasil : dalam pencapaian hidup

17
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
1. Pernyataan mampu melaksanakan 2. Terapeutik
aktivitas meningkat (5) - Sadarkan bahawa kondisi yang dialami
2. Pernyataan rasa malu menurun (5) memiliki nilai penting
- Pandu mengingat kembali kenangan
yang menyenangkan
- Libatkan pasien secara aktif dalam
perawatan
- Kembangkan rencana keprawatan yang
melibatkan tingkst pencapaian tujuan
sederhana sampai dengan kompleks
- Berikan kesempatan kepada pasien dan
kelurag terlibat dengan dukungan
kelompok
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan
mempraktikan kebutuhan spiritual
3. Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan realistis
- Anjurkan mempertahankan hubungan
(mis, menyebutkan nama rang yang

18
Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan
dicintai)
- Anjurkan mempertahankan hubungan
terapeutik dengan orang lain
- Latih menyusun tujuan yang sesuai
dengan harapan
- Latih cara mengembang kan spriritual
diri
- Latih cara mengenang dan menikmati
masa lalu (mis, prestasi, pengalaman)

19
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana intervensi untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan rencana keperawatan yang sudah di susun dalam tahap
perencanaan. untuk kesuksesan implementasi keperawatan supaya sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai keahlian kognitif,
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Hadinata &
Abdillah, 2022).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan.
Dalam evaluasi, perawat menilai reaksi klien terhadap intervensi yang telah
diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan
dapat diterima. Perawat menetapkan kembali informasi baru yang diberikan
kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan
atau intervensi keperawatan.
Evaluasi juga membantu perawat dalam menentukan target dari suatu hasil
yang ingin dicapai berdasarkan keputusan bersama antara perawat dan klien.
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Kemampuan dalam pengetahuan standar asuhan keperawatan, respon klien
yang normal terhadap tindakan keperawatan (Hadinata & Abdillah, 2022).

20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah
artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada
kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan.
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain
yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
Untuk mengetahui apakah wanita infertilitas atau tidak dapat dilakukan pemerikasaan
berupa anamnesi umum yang terdiri dari berapa lamanya menikah, dan riwayat
pernikahan sebelumnya. Kemudian anamnesis khusus yang dapar diketahui melalui
lancer atau tidaknya siklus haid.
B. Saran
Melakukan hubungan intim secara teraur di waktu subur untuk meningkatkan
kesempatan kehamilan, menghindari penggunaan obat terlarang, berhenti mengkonsumsi
minuman beralkohol dan rokok, hindari suhu yang terlalu tinggi karena dapat
memperngaruhi kualitas dan motil sperma.

21
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, L. (2019). DIKTAT KEPERAWATAN MATERNITAS II INFERTILITAS.
Hadinata, D., & Abdillah, A. J. (2022). Metodologi Keperawatan. In S. Wahyuni (Ed.), Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents (1st ed., Vol. 1, Issue April). WIDIA
BHAKTI PERSADA BANDUNG.
Hendarto, H., Wiweko, B., Santoso, B., & Harzif, A. K. (2019). Konsensus penanganan
infertilitas. In Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) –
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Oktarina, A., Abadi, A., & Bachsin, R. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Infertilitas
Pada Wanita di Klinik Fertilitas Endokrinologi Reproduksi. Majalah Kedokteran
Sriwijaya, 46(4), 295–300.
Pasaribu, I. H., Rahayu, M. A., & Marlina, R. (2019). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Infertilitas pada Wanita di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang. Health Science Growth
Journal, 4(2), 62–73.
Trisnawati, Y. (2015). Analisis Kesehatan Reproduksi Wanita Ditinjau dari Riwayat
Kesehatan Reproduksi Terhadap Infertilitas di RS Margono Soekardjo Tahun 2015.
Jurnal Kebidanan, 7(2), 168–175.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) , Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) , Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Derek LIewellth, Jodes. (2002), DASAR-DASAR OBSTETRI DAN GENOKOLOGI, Edisi
6, Hipokrates
Pramoto, Ibnu. dkk. (2013/2014), Patologi Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.

22
24

Anda mungkin juga menyukai