MAKALAH
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
INFERTILITAS
(Memenuhi Tugas Sist. Reproduksi I)
Dosen Pembimbing:
Ns. Diah Eko Martini M. Kep
Disusun oleh:
1. Firdausi Nur C 10.02.01.0658
2. Popy Susetyo 10.02.01.0676
Semester 5/B
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekalipun gerakan keluarga berencana telah digalakkan dengan gencar, tetapi ada sebagian
kecil masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk menunggunya
namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan usia subur atau
kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisauan mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan
terus berusaha dan dapat berkali-kali berganti dokter yang didengarnya telah berhasil dalam
menolong mereka yang mendambakan kehamilan. Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan
mengandung setelah 1 tahun berusaha hamil. Infertil primer menunjuk pada pasien yang belum
pernah hamil sama sekali. Infertil sekunder digunakan untuk pasien yang pernah hamil
sebelumnya (Benson, 2008).
Insiden infertilitas meningkat (sekitar 100 % selama 20 tahun terakhir) di negara-negara maju
karena meningkatnya PMS (terutama gonore dan klamidia yang kemudian menyebabkan
kerusakan tuba), meningkatnya jumlah mitra seksual (meningkatnya kemungkinan mendapat
PMS), sengaja menunda kehamilan , penggunaan kontrasepsi dan merokok ( > 1bungkus per hari
menurunkan kesempatan hamil sebesar > 20 %). Infertilitas menyebabkan 10 -20 % dari semua
kunjungan ke bagian ginekologi.
Angka fertilitas ditentukan dengan menggunakan fekundibilitas (kemungkinan hamil 1 bulan
paparan) hanya 25% pasangan muda sehat yang sering melakukan hubungan seksual akan hamil
perbulan (60% per 6 bulan, 75% per 9 bulan dan 90% per 18 bulan). Fekundibilitas menurun
dengan meningkatnya umur dan efeknya kurang jelas pada wanita dibanding pria. Pada umur 36-
37 tahun kemungkinan hamil kurang dari separuh dibandingkan pada umur 25-27 tahun.
Penanganan pasangan mandul atau kurang subur merupakan masalah medis yang kompleks
dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi dan
pemeriksaan yang kompleks pula. Penilaian yang cermat harus dapat mengenali kemungkinan
penyebab 85%-90% kasus infertilitas. Yang membahagiakan meskipun tanpa diberikan terapi,
15-20% pasangan infertil dapat diharapkan hamil sejalan dengan waktu, tetapi selain fertilisasi in
vitro (IVF) dapat menyebabkan kehamilan pada 50%-60% kasus.
Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk membuat konsep asuhan keperawatan klien
dengan infertilitas.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan
dibahas pada bab selanjutnya:
1. Bagaimana tinjauan teori dari infertilitas?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas dan memahami
konsep medisnya.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian dari infertiitas
2. Mengetahui klasifikasi dari infertiitas
3. Mengetahui etiologi dari infertiitas
4. Mengetahui patofisiologi dari infertiitas
5. Mengetahui manifestasi klinis dari infertiitas
6. Mengetahui syarat-syarat pemeriksaan infertiitas
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infertiitas
8. Mengetahui penatalaksanaan dari infertiitas
9. Mengetahui pengobatan dari infertiitas
10. Mengetahui konsep asuhan keperawatan klien dengan infertiitas
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas berarti melaksanakan tugas dan upaya selama 1 tahun belum berhasil hamil
dengan situasi rumah tangga normal (Manuaba, 2001).
Definisi tradisional gasnggusn fertilitas adalah ketidakmampuan untuk mengandung setelah
sekurang-kurangnya satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa perlindungan (Bobak, 2006).
2.4 Patofisiologi
1) Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba
dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang menyebabkan
kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi
gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan
inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.
2) Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis
yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
Inflamasi berlanjut perlengkatan
infeksi
Gg bentuk anatomi system reproduksi
Radiasi dan toksik
Gg stimulasi hipofisis, hipotalamus
pathway
Gg implantasi zigot
abortus
Pembentukan FSH dan LH tidak kuat
Gg dlm pembentukan folikel ovarium
Abnormalitas ovarium
Gg pd ovulasi
Ovum tidak dpt lewat
Tdk trjd fertilitas dr ovum&sperma
Gg interaksi sperma
Sperma tidak bertahan
infertilitas
Gg kosep diri: HDR
Metode investigasi fertilitas
Resti kerusakan koping individu
Tes diagnostik
Nyeri akut
ansietas
Prognosis buruk
Kurang control trhdp prognosis
ketidakberdayaan
berduka
2.8 Penatalaksanaan
1) Perempuan
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat untuk
coital
b. Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan
kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang
adekuat
5. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
7. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
8. Pengangkatan tumor atau fibroid
9. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2) Laki-laki
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
7) Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d. Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
A. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3) Riwayat infeksi genitorurinaria
4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat,
operasi tumor saluran kemih
9) Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Disfungsi ereksi berat
2) Ejakulasi retrograt
3) Hypo/epispadia
4) Mikropenis
5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7) Saluran sperma yang tersumbat
8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10) Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
B. Pemeriksaan Fisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
a. Pemeriksaan wanita
Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina sekitar
serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau
disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat yang disebut spekulum, yang dipakai untuk
menahan agar vagina terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di
laboratorium.
Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut terbuka, atau tidur
miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit, sehingga pasien dapat
santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui secara jelas apakah ada masalah pada vagina,
misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan lain.
Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu
dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina
dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu
dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan
produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
b. Pemeriksaan Pria
Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata,
atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain
dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises
pada scrotumyang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma.
Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma.
Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang bermulut
lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah
kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Wanita
a) Deteksi Ovulasi
b) Analisa hormone
c) Sitologi vagina
d) Uji pasca senggama
e) Biopsy endometrium terjadwal
f) Histerosalpinografi
g) Laparoskopi
h) Pemeriksaan pelvis ultrasound
2) Laki-laki
a) Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b) Pemeriksaan endokrin
c) USG
d) Biopsi testis
e) Uji penetrasi sperma
f) Uji hemizona
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis
2) Dx.2 :
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
2. Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Kliwn mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien Menunjukan kesopan santunan /
ingin dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa Memungkinkan privasi untuk hubungan
pasien memperoleh kenyaman dan siapa personal khusus, untuk mengunjungi atau
yang harus memberitahuakan jika untuk tetap dekat dan menyediakan
terjadi keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan Menyampaikan perhatian dan dapat
ketakutan pasien dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk
menerima apa yang dikatakannya memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap Persepsi pasien mengenai perubahan
citra diri dan efek yang ditimbulkan dari pada citra diri mungkin terjadi secara
penyakit / kondisi tiba- tiba atau kemudian
3) Dx.3 :
Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu melakukan
mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
1. Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa
depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka pasien kemampuan komunikasi terapeutik
merasa bebas untuk dapat seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
mendiskusikan perasaan dan masalah bersedia, dan pemahaman dapat
secara realitas memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi Kecermatan akan memberikan pilihan
: penyangkalan, marah, tawar - intervensi yang sesuai pada waktu
menawar, depresi, penerimaan induvidu menghadapi rasa berduka dalam
berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk membantu yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
jika diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon – untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan Identifikasi dari masalah – masalah
bantu sesuai petunjuk berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan
4. Dx.4 :
Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien berkurang
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
3. Skala nyeri 0-3
4. Ttv dalam rentang normal
5. Klien mengetahui penyebab nyeri
6. Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik
seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat
memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh
penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah,
merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk
melaporkan ke staff terhadap pemberian analgesik sesuai waktu
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik
5. Dx.5 :
Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu menerima
keadaannya
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
2. Klien mau Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
3. Klien mampu Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi /
kekurangan untuk melaukan kebutuhan merencanakan pemenuhan kebutuhan
sehari – hari secara individual
Hindari melaukan sesuatu untuk pasien Pasien ini mungkin menjadi sangat
yang dapat dilakukan pasien sendiri, ketakutan dan sangat tergantung dan
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan meskipun bantuan yang diberikan
bermamfaat dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi pasien untuk diri
sendiri untuk mempertahankan harga
diri
Sadari perilaku / aktivitas impulsif Dapat menunjukan kebutuhan
karena gangguan dalam mengambil intervensi dan pengawasan tambahan
keputusan untuk meningkatakan keamanan
pasien
Pertahankan dukungan, sikap yang Pasien akan memerlukan empati tetapi
tegas, beri pasien waktu yang cukup perlu untuk mengetahui pemberi
untuk mengerjakan tugasnya asuhan yang akan membantu pasien
secara konsisten
6. Dx.6 :
Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang
digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan koping individu
tidak terjadi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
2. Klien Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
3. Klien dapat Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan
yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
4. Klien mampu Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping kemampuan menyatakan perasaan dan
dengan mengobservasi prilaku perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan
Kembangkan mekanisme adaptif mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari –
hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi Pengenalan terhadap stressor adalah
stresor spesifik dan kemungkinan langkah pertama dalam mengubah
strategi untuk mengatasinya respons seseorang terhadap stresor
Libatkan pasien dalam perencanaan Keterlibatan memberikan pasien
perawatan dan beri dorongan perasaan kontrol diri yang
partisipasi maksimal dalam rencana berkelanjutan, memperbaiki
pengobatan keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen
terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi Fokus perhatian pasien pada realitas
prioritas / tujuan hidup situasi yang ada.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi Perubahan yang perlu harus
dan mulai merencanakan perubahan diprioritaskan secara realisti untuk
hidup yang perlu. menghindari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun
dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Klasifikasi infertilitas :
1. Infertilitas Primer
2. Infertilitas Skunder
Etiologi
1. Penyebab infertilitas pada perempuan (istri)
a. Faktor penyakit
Endometriosis
Infeksi Panggul
Mioma Uteri
Polip
Kista
Saluran Telur yang Tersumbat
Sel Telur
b. Faktor fungsional
Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim
c. Lingkungan
2. Penyebab pada laki-laki (suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
b. Kegagalan fungsional
c. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
f. Tidak adanya semen
g. Kurangnya hormon testosterone
h. Lingkungan
3. Penyebab pada suami dan istri
a. Gangguan pada hubungan seksual
b. Factor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
4.2 SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini,karna dari saran yang
kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas; Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga, Edisi
18. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4. Jakarta : EGC
Manuaba.IBG.2001.Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB.
Jakarta:EGC
Benson, Ralph.2008. Buku saku obstetri dan ginekologi.. Jakarta:Arcan
Wiknjosastro.Hanifa.2005.Ilmu Kandungan.Jakarta :YBP-SP
Burner and, suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC