ABORSI
Disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
keperawatan maternitas:
Erna Tsalatsatul F, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Siti Maryati (202114201027)
Daril Juan H. (2021142010)
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi aborsi?
2. Apa saja jenis-jenis aborsi?
3. Apa penyebab yang mendorong terjadinya aborsi?
4. Bagaimana dampak aborsi?
5. Apa contoh kasus aborsi yang terjadi di Indonesia?
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan menanggapi kasus aborsi berdasarkan prinsip dan asas
etik keperawatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik
dan ini terjadi pada 50%-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang
paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan pertumbuhan
zigot, emmbrio, janin atau plasenta.
2) Faktor Ibu
Faktor ibu penyebab keguguran diantaranya kelainan
endokrin (hormonal), faktor kekebalan (imunologi), kelemahan otot
leher rahim, kelainan bentuk rahim
3) Faktor Genetik
Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling
sering ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16,
penyebab yang paling sering menimbulkan abortus spotan adalah
abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan
yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe
abnormalitas genetik. Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat
abortus spontan yang berulang salah satu dari pasangan tersebut
membawa sifat kromosom yang abnormal.
4) Faktor Endrokin
Faktor endrokin penyebab keguguran diantaranya faktor
endrokin berpotensi menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20%
kasus, insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal
dengan tidak cukupnya produksi progesteron), hipoprolaktinemia,
diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan faktor
kontribusi pada keguguran.
5) Faktor Infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC
(Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi
intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara
lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus,
Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang
menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat
4
repository.unimus.ac.id 10 dibuktikan. Namun untuk lebih
memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur yang
bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.
6) Faktor Imunologi
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi
antinuiclear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipm
7) Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan
paling besar menjadi presdiposisi abortus. Meskipun demikian,
belum ditemukan bukti yang menyatakan bahwa defisiensi salah
satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab
abortus yang penting
8) Obat-obatan Rekreasional dan Toksin Lingkungan
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang
dianggap teratogenik harus dicari seperti tembakau dan alkohol yang
berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang
berperan.
9) Faktor Psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang
berulang dengan keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan
sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus adalah wanita
yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam
menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat
kepercayaan pasien dan menerangkan segala sesuatu kepadanya,
sangat membantu.
10) Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan
obat, bahan kimia, atau radiasi dan umunya berakhir dengan abortus,
misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau.
Sigret rokok diketahuimengandung ratusan unsur toksik, antara lain
nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga
5
menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbondioksida juga
menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu
neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus(Prawirohardjo, 2010).
6
j. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya.
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
2.4 Patofisiologi
7
2.5 Pathway
8
2.6 Manifestasi klinis
Abortus inkomplet ditandai oleh perdarahan pervaginam dan nyeri perut
atau kram. Pada abortus inkomplet, sebagian hasil dari kehamilan telah keluar
dan masih tertinggal sebagian dalam rahim, sehingga menimbulkan perdarahan
pervaginam, bahkan menyebabkan terjadinya syok pada ibu. Pada pemeriksaan
fisik, jaringan dapat teraba pada vagina, serviks yang membuka, dan besar
uterus yang mulai mengecil. Pada keadaan ini hasil tes kehamilan positif, akan
tetapi kehamilan tidak dapat lagi dipertahankan. Anamnesis yang muncul yaitu
9
nyeri yang digambarkan seperti nyeri saat persalinan, amenorea, nyeri perut/
abdominal cramping, kemudian sedikit atau banyaknya pendarahan,
pendarahan biasanya berupa stonsel (darah beku) yang bersamaan dengan
keluarnya jaringan darah (Nugroho, 2012)
2.7 Pemeriksaan Diagnostic
2.8 Penatalaksanaan Medis
a. Abortus Imminens
1) Tirah baring
Istirahat baring (bedrest), bertujuan untuk menambah aliran darah ke
uterus dan mengurangi perangsangan mekanis. Ibu (pasien) dianjurkan
untuk istirahat baring. Apabila ibu dapat istirahat dirumah, maka tidak
perlu dirawat. Ibu perlu dirawat apabila perdarahan sudah terjadi
beberapa hari, perdarahan berulang atau tidak dapat beristirahat dirumah
dengan baik misalnya tidak ada yang merawat atau ibu merasa sungkan
bila rumah hanya beristirahat saja. Perlu dijelaskan kepada ibu dan
keluarganya, bahwa beristirahat baring dirumah atau dirumah bersalin
atau rumah sakit adalah sama saja pengaruhnya terhadap kehamilannya.
Apabila akan terjadi abortus inkomplit, dirawat dimanapun tidak
mencegahnya.
2) Periksa tanda-tanda vital (suhu, nadi dan pernafasan).
Kolaborasi dalam pemberian sedativa (untuk mengurangi rasa sakit dan
rasa cemas), tokolisis dan progesterone, preparat hematik (seperti sulfat
ferosus atau tablet besi).
4) Hindarkan intercose.
5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
6) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
b. Abortus Insipiens
1) Apabila bidan menghadapi kasus abortus insipiens segera
berkonsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga pasien mendapat
penanganan yang tepat dan cepat.
10
2) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, bahwa perforasi pada kerokan
lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan
pemberian infus oksitosin.
3) Biasanya penatalaksanaan yang dilakukan pada kehamilan kurang
dari 12 minggu yang disertai perdarahan adalah pengeluaran janin atau
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam.
4) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal dilakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
c. Abortus Inkomplit
Dalam menghadapi kasus abortus incomplete, bidan dapat berkonsultasi
dengan dokter sehingga tidak merugikan pasien. Penatalaksanaan yang
biasanya dilakukan pada kasus abortus inkomplete ini adalah :
1) Bila disertai syok karena perdarahan diberikan infuse cairan fisiologi
NaCl atau Ringer Laktat dan tranfusi darah selekas mungkin.
2) Setelah syok diatasi dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan
diberikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
3) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal dilakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
4) Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi.
d. Abortus Komplit
1) Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang abortus komplit,
bidan dapat berkonsultasi dengan dokter sehingga tidak merugikan
pasien.
2) Tidak memerlukan terapi khusus tetapi untuk membantu involusi
uterus dapat diberikan methergin tablet.
3) Bila pasien anemia dapat diberikan sulfat ferosus (zat besi) atau
transfuse darah.
4) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin dan mineral.
e. Missed Abortion
Memerlukan tindakan media khusus sehingga bidan perlu berkonsultasi
dengan dokter untuk penangananya.
11
1) Yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahaya adanya
hipofibrinogenemia, sehingga sulit untuk mengatasi perdarahan yang
terjadi bila belum dikoreksi hipofibrigenemianya (untuk itu kadar
fibrinogen darah perlu diperiksa sebelum dilakukan tindakan).
2) Pada prinsipnya penanganannya adalah : pengosongan kavum uteri
setelah keadaan memungkinkan.
3) Bila kadar fibrinogen normal, segera dilakukan pengeluaran jaringan
konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
4) Bila kadar fibrinogen rendah dapat diberikan fibrinogen kering atau
segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
5) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, dilakukan pembukaan
serviks uteri dengan laminaria selama kurang lebih 12 jam ke dalam
kavum uteri.
6) Pada kehamilan lebih dari 2 minggu maka pengeluran janin dilakukan
dengan pemberian infuse intravena oksitosin dosis tinggi.
7) Bila fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusat, maka
pengeluaran janin dapat dikerjakan dengan menyuntikkan larutan garam
20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
f. Abortus Infeksius
Abortus infeksius yang menyebabkan sepsis dapat menimbulkan bahaya
kehamilan ibu maka penderita harus segera dirujuk ke rumah sakit.
Tugas bidan adalah mengirimkan penderita ke rumah sakit yang dapat
memberikan pertolongan khusus. Prinsip penatalaksanaannya adalah :
1) Pemberian terapi antibiotika (penisilin, metrodazole, ampicillin,
streptomycin, dan lain-lain) untuk menanggunglangi infeksi.
2) Bila perdarahan banyak dilakukan pemberian transfusi darah.
3) Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotika atau
lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan
dari uterus.
4) Pemasangan CVP (Central Venosus Pressure) untuk pengontrolan
cairan.
12
5) Pemberian kortikosteroid dan heparin bila ada Disseminated
Intravascular Coagulation.
g. Abortus Habitualis
1) Memperbaiki keadaan umum.
2) Perbaikan gizi dan istirahat yang cukup.
3) Terapi hormon progesterone dan vitamin.
4) Kolaborasi untuk mengetahui faktor penyebab (Maryunani, 2009)
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi,
infeksi dan syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatas dengan pengosongan uterus dari sisasisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi dikerjakanlah
penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan
gawat karena perlukaan uterus biasanya luas dan mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandungan kemih dan usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
perlukaan pada alat-alat lain, untuk selanjutnya mengambil tindakan-
tindakan seperlunya guna mengatasi keadaan.
c. Infeksi
Komplikasi umumnya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi
parametritis, peritonitis, endokarditis dan septikemia. Infeksi yang
terjadi umumnya karena adanya bakteri anaerob, kadang ditemukan
13
koliform. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk
konsepsi disertai antimikroba spektrum luas secara intravena. Apabila
timbul sepsis dan syok maka perlu diberikan terapi suportif.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
2.9 Pencegahan
14
BAB II1
ASKEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Ny. S G2P1A0 UMUR 28
TAHUN UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT DI RS KASIH IBU TAHUN 2013
15
g) Dismenorhea : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
dismenorhea.
3) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertama pernah
menggunakan KB Suntik 3 bulan selama 2 tahun, tidak ada keluhan
kemudian dilepas karena ingin mempunyai anak lagi.
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tgl/ Tahun Tempat Usia Jenis Penyulit Anak
No Penolong
persalinan pertolongan kehamilan persalinan p/persalinan JK BB PB
.
16
Ibu mengatakan tanggal 31 Maret 2013 mengeluarkan darah
banyak, bergumpal dari jalan lahir, sejak 3 hari yang lalu perut
bagian bawah terasa nyeri dan mengeluarkan darah sedikit.
b) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya baik dari pihak dirinya dan
pihak suami tidak pernah memiliki riwayat penyakit menurun
seperti jantung, DM, hipertensi ataupun penyakit menular seperti
TBC, hepatitis dan epilepsi.
17
8) Pola Sehari-hari
No Pola sehari-hari Sebelum Hamil Saat Hamil
1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 2 kali / hari 2 kali / hari
Jenis Makanan Beranekaragam Beranekaragam
Makanan Pantang Tidak ada Tidak ada
b. Minum
Jenis Minuman Air putih, Teh Air putih, Teh, Susu
Frekuensi 8 gelas / hari 8 gelas / hari
2 Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi 4 - 5kali / hari 6 – 7 kali / hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
b. BAB
Frekuensi 1 x / hari 1 – 2 x / hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning kadang
kecoklatan
3 Pola istirahat dan tidur Siang 1 jam, malam 8 Siang 2 jam, malam 8
jam jam
4 Personal Hygiene
Mandi 2 x / hari 2 x / hari
Gosok gigi 2 x / hari 2 x / hari
Keramas 3 x / minggu 3 x / minggu
Perawatan payudara Tidak pernah 1x/ minggu dengan
menggunakan baby oil
+ kapas
Perawatan vulva Setelah BAK dan BAB Setelah BAK dan BAB
membasuh vulva dari membasuh vulva dari
depan ke belakang depan ke belakang
5 Pola aktivitas Ibu mengerjakan Ibu hanya
pekerjaan rumah tangga mengerjakan
pekerjaan rumah
tangga seperti biasa
tetapi lebih ringan
6 Pola seksual 2 x / minggu tidak ada 1 x / minggu tidak ada
masalah masalah
9) Imunisasi TT 1 tanggal : Belum TT 2 tanggal : Belum
18
10) Riwayat KB
- Kontrasepsi yang lalu : KB suntik 1 bulan
- Keluhan : tidak ada
- Lamanya pemakaian : 2 tahun
- Alasan berhenti : ingin punya anak
11) Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita
a. Jantung : Tidak pernah
b. Ginjal : Tidak pernah
c. Asma / TBC : Tidak pernah
d. Hepatitis : Tidak pernah
e. D.M : Tidak pernah
f. Hipertensi : Tidak pernah
g. Epilepsi : Tidak pernah
h. Lain-lain : Tidak pernah
12) Riwayat penyakit Keluarga
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
D.M : Tidak ada
13) Riwayat Sosial
Perkawinan : Ibu mengatakan bahwa ini perkawinan
yang pertama
Kehamilan ini : Direncanakan dan diterima
Perasaan tentang kehamilan ini : Ibu merasa senang
Status perkawinan : Syah
Kawin 1 : Umur : 20 tahun, dengan suami umur: 22 tahun
Lamanya : 2 tahun, anak : - orang
Kawin 2 : -
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TTV
19
1) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2) Respirasi : 22x/menit
3) Nadi : 88x/menit
4) Suhu : 36,5 oC
d. Berat badan sebelum hamil : 45 kg
e. Berat badan saat ini : 46 cm
f. Kenaikan BB selama kehamilan : 1 kg
g. Tinggi badan : 150 cm
h. LILA : 20 cm
𝐵𝐵 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐻𝑎𝑚𝑖𝑙
i. IMT : IMT = (𝑇𝐵.𝑚)2
45 45
𝐼𝑀𝑇 = 2 = 2.25 = 20
( 1.50)
(Normal)
j. Kepala
1) Rambut : Keadaan bersih, tidak rontok,
warna rambut hitam, distribusi
merata, tekstur lurus
2) Muka : Tidak ada oedema dan cloasma
gravidarum
3) Mata : Konjungtiva pucat, sclera putih
4) Telinga
a) Simetris : Ya
b) Pengeluaran : Tidak ada
c) Fungsi pendengaran : Baik, ditandai ibu dapat
menjawab pertanyaan dengan
baik
5) Hidung
a) Simetris : Ya
b) Fungsi penciuman : Baik
c) Polip : Tidak ada
6) Mulut dan Gigi : Bersih, tidak ada stomatitis dan
caries, gusi tidak berdarah
20
k. Leher
1) Kelenjar tyroid : Tidak ada pembengkakan
2) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
l. Dada dan Payudara
a. Dada
1) Bentuk : Simetris
2) Bunyi jantung : Normal, tidak ada bunyi mur-
mur
3) Bunyi paru-paru: Normal, tidak ada wheezing dan stridor
b. Payudara
1) Bentuk : Simetris
2) Keadaan : Bersih
3) Putting susu : Menonjol kiri dan kanan
4) Benjolan : Tidak ada
5) Pengeluaran : Ada berupa colostrum
6) Rasa nyeri : Tidak ada
7) Lain-lain : Tidak ada
m. Abdomen
1) Inspeksi
a) Membesar : Ya, Tidak sesuai usia kehamilan
b) Striae : Tidak ada
c) Bekas luka operasi : Tidak ada
d) Linea nigra : Ada
e) Kelainan lain : Tidak ada
2) Palpasi
a) Leopold I : Tidak dilakukan
b) Leopold II : Tidak dilakukan
c) Leopold III : Tidak dilakukan
d) Leopod IV : Tidak dilakukan
21
1. Diagnosa
Ny. S G2P1A0 umur 28 tahun umur kehamilan 12 minggu dengan
abortus inkomplit.
2. Data Dasar
a. Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua
b. Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c. Ibu mengatakan cemas
d. Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 28 Desember 2012
e. Ibu mengatakan cemas dan perut bagian bawah terasa nyeri mulai
tanggal 27 Maret 2013, tanggal 28 Maret 2013 mengeluarkan darah
sedikit dan tanggal 31 Maret 2013 mengeluarkan darah banyak
bergumpal dari jalan lahir.
3. Masalah
Ibu merasa cemas dengan perdarahan yang dialaminya dan adanya rasa
nyeri pada perut bagian bawah.
4. Kebutuhan
1) Memberi dorongan moral kepada ibu.
2) Memberi informasi tentang keadaan ibu.
III.DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadinya syok hipovolemik, kekurangan darah dan infeksi.
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal 31 Maret 2013
22
a. Observasi perdarahan pervaginam dan kontraksi uterus setiap 2 jam
b. Observasi tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi cepat,
c. perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan.
d. Beri suport mental pada ibu
e. Anjurkan ibu untuk berdoa
f. Siapkan informed consent tindakan kuretase
g. Hadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu
h. Siapkan peralatan kuretase dan anjurkan ibu untuk berpuasa
i. Lakukan perawatan pre curet dengan mengosongkan kandung kemih
j. Anjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur
k. Kolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi dalam pemberian
terapi :
1) Infuse RL 20 tetes/ menit
2) Penicilin 1 juta UI + cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari
VI. PELAKSANAAN
Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 10.10 WIB
a. Memberitahu keluarga dan ibu tentang kondisi ibu
b. Menjelaskan kepada keluarga dan ibu tindakan yang akan dilakukan
c. Mengobservasi perdarahan pervaginam dan kontraksi uterus setiap jam
d. Melakukan informed concent untuk persetujuan tindakan curettage
e. Mengobservasi tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi
f. cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan.
g. Memberi suport mental pada ibu
h. Menganjurkan ibu untuk berdoa
i. Menghadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu
j. Menyiapkan peralatan kuretase
k. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan genetalianya
l. Melakukan perawatan pre curet dan anjurkan ibu untuk berpuasa
m. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur
n. Mengkolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi untuk
tindakan anestesi / kuretasi dan dalam pemberian terapi :
23
1) Infuse RL 20 tetes/ menit
2) Penicilin 1 juta UI + cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari
VII.EVALUASI
Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 21.00 WIB
a. Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Vital sign : TD : 110/70 mmHg R : 20 x/menit
N : 80 x/menit S : 36,50 C
b. Pengeluaran pervaginam berupa darah dan stolsel
c. Kontraksi uterus lemah, Jumlah perdarahan kurang lebih 50 cc
d. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi alat genital
e. Ibu telah mengerti dan mampu menerima keadaannya saat ini, tetapi ibu
masih merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya saat ini.
f. Perawatan pre kuret sudah dilakukan dan ibu sudah berpuasa serta
kandung kemih telah kosong.
g. Ibu sudah beristirahat di tempat tidur.
h. Sudah kolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi
1) Infuse RL 20 tetes/ menit
2) Penicilin 1 juta UI (sudah diinjeksikan pada pukul 10.00 WIB) dan
antibiotik cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari
i. Rencana tindakan kuretase dilakukan jam 21.20 WIB.
24
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di
sengaja dan saat ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Klasifikasi
abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu: abortus spontanea,
abortus provokatus, abortus habitualis, missed abortion dan abortus septik.
aborsi dapat terjadi karena beberapa sebab,yaitu: kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi, kelainan pada plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia
dan malu (aborsi ilegal).
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil
pada kasus aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi,
pada kasus aborsi ilegal seperti contoh, hal tersebut melanggar asas
beneficience (asas manfaat / berbuat baik) sebab, aborsi ilegal bukan perbuatan
baik dan dapat membahayakan kesehatan pelaku aborsi tersebut.
3.2 Saran
Saran penulis, seorang perawat yang sedang merawat klien yang akan
melakukan aborsi, hendaknya ciptakan suasana yang membuat klien dapat
berdiskusi secara terbuka tentang aborsi, agar tidak terjadi pelanggaran
terhadap asas-asas yang ada.
26
DAFTAR PUSTAKA
27