Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL


TENTANG
ABORTUS IMMINENS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I

1. DENSI ERNWATI BR 4. NOVITA YUNINDA


SITOHANG 5. RANNY DESERHA DWI PUTRI
2. IRMASARI PURBA 6. SARI DEVI YULIANTI
3. NETTY FRISKA SIAGIAN 7. ZULMAIDA

DOSEN PENGAMPUH :
HERINAWATI, S. SiT, M. KEB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, hidayat-Nya ,suatu
kebahagian yang tiada terkira ,suatu keagungan dari sang pencipta allah SWT melalui
tangan dan pikiran penulis insyaallah dengan izinnya penulis dapat menyelesaikan serta
menyajikan makalah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal yang membahas
mengenai “Abortus Imminens” walaupun masih sangat sederhana.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi pengembangan

kreatifitas penulis dan kesempurnaan makalah ini, penulis menunggu kritik dan saran

dari pembaca, baik dari segi isi serta pemaparannya. Harapan penulis semoga pada

makalah yang akan datang dapat diperbaiki.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada para

pembaca,amin.

Jambi, Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...3
C. Tujuan Masalah……....……………………………………………………………...3
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi............………………………………………………………………………4
B. Tanda dan Gejala..…………………………………………………………………...4
C. Etiologi.............……....……………………………………………………………...4
D. Patofisiologi………………………………………………………………………....8
E. Diagnosis …………………………………………………………………..............10
F. Pemeriksaan Penunjang ……....……………………………………………………10
G. Komplikasi……………………………………………………………………….....12
H. Pencegahan …………………………………………………………………...........13
I. Penatalaksanaan ……....……………………………………………………………14
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................................16

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................................36
B. Saran ……………..………………………………………………………………...36
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh
masyarakat saat ini, apalagi yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan
reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang
bahwa wanita adalah makhluk yang unik. Wanita dalam siklus hidupnya mengalami
tahap- tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan.
Kehamilan merupakan hal yang fisiologi di alami oleh setiap wanita. Kehamilan
juga menjadi salah satu moment yang membahagiakan bagi pasangan suami istri,
apalagi yang baru saja menikah. Dikaruani anak tentunya seperti sebuah hadiah
sekaligus kwatir serta memberikan tantangan tersendiri. Adakalanya dalam masa
kehamilan terjadi masalah-masalah yang tidak diinginkan dan yang seharusnya tidak
terjadi, akan tetapi karena banyak faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi suatu
masalah yang tidak dapat dicegah.
Menurut World Health Organization (WHO), lima penyebab kematian ibu
terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus
lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, dan
infeksi.
Pada siklus hidupnya, wanita mengalami tahap-tahap kehidupan di antaranya
dapat hamil dan melahirkan. Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran
tapi tidak jarang yang mengalami abortus. Abortus didefenisikan sebagai keluarnya
hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan
kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu (Rukiyah,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 terdapat 210 juta
wanita hamil dan 130 juta kelahiran diseluruh dunia dari jumlah tersebut
diperkirakan sebanyak 558.000 ibu meninggal setiap tahun akibat komplikasi
kehamilan persalinan, 35% diantaranya adalah meninggal akibat perdarahan.
Salah satu penyebab kematian ibu akibat perdaran adalah abortus. Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di

1
2

luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2014).
Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan bercak yang menunjukan
ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti
ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan
perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan
dalam belum ada pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri
memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan kelainan
pada serviks (Rukiyah, 2010).
Abortus imminens merupakan komplikasi kehamilan tersering dan
menyebabkan beban emosional serius, terjadi satu dari lima kasus dan
meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi berat badan lahir
rendah (BBLR), kematian perinatal, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini
(KPD) namun tidak ditemukan kenaikan risiko bayi lahir cacat. Diagnosis abortus
imminens ditentukan karena terjadi perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium
uteri eksternum, disertai nyeri perut sedikit atau tidak sama sekali, serviks tertutup,
dan janin masih hidup (Prawirohardjo, 2014).
Risiko abortus imminens semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan
semakin bertambahnya usia ibu dengan asumsi bahwa semakin tinggi paritas maka
semakin tinggi angka kejadian abortus dan semakin rendah paritas maka angka
kejadian abortus akan semakin rendah. Komplikasi yang berbahaya pada abortus
ialah perdarahan, perforasi, infeksi dan syok. Selain risiko secara fisik, wanita yang
mengalami abortus juga akan mengalami risiko psikologis seperti adanya
konflik dalam pengambilan keputusan, bersikap mendua dan ragu-ragu
dalam membuat keputusan, merasa ditekan atau dipaksa, merasa tidak kuasa
memutuskan atau merasa berhak memilih (Rukiyah, 2010).
Proses kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini perlu
diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika memberikan
asuhan kepada pasien, pendakatan yang dilakukan lebih cenderung kepada bentuk
pelayanan promotif. Selain memberikan asuhan penting juga bagi kita untuk
memberikan saran atau informasi mengenai pemeriksaan penungjang untuk
mendukung suatu diagnosis maupun keadaan nya.
Maka dari itu penulis tertarik untuk membuat sebuat makalah tentang abortus
imminens serta memcoba memaparkan contoh kasusnya.
3

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari abortus imminens ?
2. Bagaimanakah tanda dan gejala abortus imminens ?
3. Bagaimanakah etiologi pada abortus imminens ?
4. Bagaimanakah patofisiologis pada abortus imminens ?
5. Bagaimanakah diagnosis pada abortus imminens ?
6. Bagaimanakah pemeriksaan penunjang pada abortus imminens ?
7. Bagaimanakah komplikasi pada abortus imminens ?
8. Bagaimanakah pencegahan pada abortus imminens ?
9. Bagaimanakah penatalaksanaan pada abortus imminens ?
10. Bagaimanakah contoh kasus pada abortus imminens

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dari abortus imminens
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala abortus imminens
3. Untuk mengetahui etiologi pada abortus imminens
4. Untuk mengetahui patofisiologis pada abortus imminens
5. Untuk mengetahui diagnosis pada abortus imminens
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada abortus imminens
7. Untuk mengetahui komplikasi pada abortus imminens
8. Untuk mengetahui pencegahan pada abortus imminens
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada abortus imminens
10. Untuk mengetahui contoh kasus pada abortus imminens.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan (Prawirohardjo, 2014).
Abortus imminens, yaitu terjadi perdarahan bercak yang menunjuk ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan perdarahan bercak hingga
sedang, serviks tertutup (karena pada saat pemeriksaan dalam belum ada
pembukaan), uterus sesuai usia gestasi, kram perut bawah karena kontraksi
rahim kuat, akibat kontraksi uterus terjadi pembukaan, belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi (Rukiyah, 2010).
Abortus Imminens (Keguguran membakat), keguguran membakat dan akan
terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan
obat- obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah
beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik
atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya
uterus dikosongkan (Mochtar, 2011).

B. Tanda dan Gejala


Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum,
disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan
punggung belakang yang semakin hari bertambah buruk dengan atau
tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia kehamilan (Ilhaini, 2013).
Perdarahan pada abortus imminens seringkali terjadi hanya sedikit seperti
ketika kita menstruasi, namun hal tersebut dapat terjadi beberapa hari atau minggu.

C. Etiologi
Menurut Cunningham (2014) hal-hal yang dapat menyebabkan abortus,
dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu :
1. Faktor Fetal
Temuan morfologis yang paling sering terjadi dalam abortus dini spontan
adalah kelainan perkembangan zigot, embrio fase awal janin, atau kadang-kadang

4
5

plasenta. Perkembangan janin yang abnormal, khususnya dalam trimester


pertama kehamilan, dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan janin dengan
kromosom yang jumlahnya abnormal (aneuploidi) atau perkembangan janin
dengan komponen kromosom yang normal (euploidi). Laporan menyatakan
bahwa abortus aneuploidi terjadi pada atau sebelum kehamilan 8 minggu,
sedangkan abortus euploidi mencapai puncaknya sekitar 13 minggu. Insiden
abortus euploidi akan meningkat secara dramatis setelah usia maternal 35 tahun.
Namun sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti.
Penyebab abortus euploidi umumnya tidak diketahui,tetapi mungkin bisa
disebabkan oleh; kelainan genetik, berbagai faktor ibu, mungkin beberapa faktor
ayah.
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Beberapa infeksi kronis pernah terlibat atau sangat dicurigai sebagai
penyebab abortus, diantaranya Listeria monocytogenes dan Toxoplasma.
b. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan penyusutan
tubuh, misalnya tuberculosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan
abortus. Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 20 minggu, tetapi
dapat menyebabkan kematian janin dan kelahiran preterm.
Penyakit ibu dapat secara langsung memengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus
abdominalis, malaria, dan sifilis. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan
peredaran O2 menuju sirkulasi retroplasenta. Dan penyakit menahun seperti
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetes mellitus.
c. Kelainan endokrin
Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden
abortus walaupun tidak terjadi hipertiroidisme yang nyata. Abortus
spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan
diabetes mellitus. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada
trimester pertama.
Defisiensi progesteron, karena kurangnya sekresi hormon progesteron
tersebut dari korpus luteum atau placenta, mempunyai kaitan dengan insiden
abortus.Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi
6

hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan berperan dalam peristiwa kematian janin.
d. Nutrisi
Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa defisiensi salah satu zat gizi
merupakan penyebab abortus.Mual dan muntah yang timbul agak sering pada
awal kehamilan, dan semua penyakit yang dipicunya, jarang diikuti oleh
abortus spontan.
e. Pemakaian obat dan faktor lingkungan
Berbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dapat dipastikan sebagai
penyebab meningkatnya insidensi abortus seperti : tembakau, alkohol, kafein,
sinar radiasi
f. Faktor imunologis
Ada dua mekanisme utama pada abnormalitas imunologis yang
berhubungan dengan abortus, yaitu :mekanisme autoimun (imunitas terhadap
tubuh sendiri) dan mekanisme aloimun (imunitas terhadap orang lain).
g. Gamet yang menua
Baik umur sperma atau ovum dapat mempengaruhi angka insiden
abortus spontan. Gamet yang bertambah tua dalam traktus genitalis wanita
sebelum fertilisasi, dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
h. Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering
dilupakan.Yang di ingat hanya kejadian tertentu yang tampaknya
mengakibatkan abortus.
i. Umur Ibu
Menurut Wiknjosastro (2010) umur adalah usia, masa dalam perjalanan
hidup manusia. Salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi kebidanan
adalah usia < 20 tahun atau >35 tahun. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal
bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20 - 35 tahun.
Beberapa risiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari
20 tahun adalah dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya
belum sepenuhnya optimal dikarenakan rahim belum mampu memberikan
perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan sehingga
dampaknya pertumbuhan janin terhambat dan tidak sempurna, dari segi
psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, dan emosional
yang berdampak pada perilaku kurang merawat dan menjaga kehamilannya
7

secara hati-hati, dan dari segi medis sering mendapat gangguan akibat
keadaan rahim yang belum siap dan matang untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin ditambah dengan tekanan stress, psikologi dan sosial
sehingga memudahkan terjadinya abortus. Sedangkan di usia lebih dari
35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada kehamilan berisiko tinggi
dikarenakan pada usia ini kondisi tubuh dan kesehatan wanita mengalami
penurunan dan elastisitas dari otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat
reproduksi juga mengalami kemunduran (Cunningham, 2014).
j. Usia Kehamilan
Menurut Wiknjosastro pada (2010) pada kehamilan kurang dari 8
minggu villi koriales belum menembus desidua secara mendalam
sehingga pada umumnya perdarahan tidak terlalu banyak. Pada kehamilan
antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya dapat menyebabkan banyak perdarahan. abortus
imminens juga terjadi dapat pada usia kehamilan risiko rendah karena
pada dasarnya setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk terjadi abortus
imminens, bila tidak ditangani dan dicegah dengan asuhan kebidanan
yang lebih baik. Sedangkan perdarahan yang banyak dapat terjadi pada
usia kehamilan risiko tinggi dengan kejadian abortus imminens.
Perdarahan tersebut dapat diatasi dengan istirahat total ditempat tidur
sampai perdarahan berhenti dan kehamilan masih dalam kondisi yang baik
dan jika perdarahan telah berhenti ibu tidak boleh melakukan pekerjaan
yang berat selama hamil, menghindari hubungan seksual yang berlebihan
sewaktu hamil, dan lain-lain.
k. Paritas
Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering
melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4
anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu
kehamilan, persalina, dan nifas. Risiko abortus spontan meningkat seiring
dengan paritas ibu (Cunningham, 2014).
Risiko abortus akan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas
dan di samping semakin lanjutnya usia ibu. Pada multiparitas lingkungan
endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna dan dan tidak siap
menerima hasil konsepsi sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada
8

hasil konsepsi kurang sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan hasil


konsepsi akan terganggu (Azhari, 2010).
l. Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa
studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15%
untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya
akan meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa risiko abortus
setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45% (Prawirohardjo, 2014).
3. Faktor Paternal
Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor paternal dalam
proses timbulnya abortus spontan. Translokasi kromosom dalam sperma dapat
menimbulkan zigot yang mendapat bahan kromosom terlalu sedikit atau terlalu
banyak, sehingga terjadi abortus.

Jika penyebab gangguan ini tergolong parah dan tidak bisa diatasi serta dapat
mengancam keselamatan jiwa sang ibu serta si jabang bayi, maka kehamilan tidak
akan dilanjutkan. Sementara itu jika dipertahankan, selain adanya berbagai
treatment yang harus dilakukan, ada pula beberapa risiko yang mungkin terjadi, di
antaranya adalah kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir yang rendah,
pendarahan antepartum, ketuban pecah dini hingga keguguran atau kematian
janin. Karena itu, jika setelah abortus imminens ini kehamilan masih dilanjutkan,
pemeriksaan rutin, istirahat yang cukup serta makanan bernutrisi tinggi menjadi
kebutuhan yang harus dipenuhi.

D. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dijelaskan dalam berbagai konsep teori antara lain adanya
abnormalitas kromosom, disregulasi sistem imun selama kehamilan, defek fase
luteal, peningkatan kadar kortisol, dan gangguan oksidasi plasenta.
1. Abnormalitas Kromosom
Abnormalitas kromosom janin akan menyebabkan peningkatan reaksi
sistem imun ibu yang ditandai dengan peningkatan TNF dan IL-1-0 yang akan
menyebabkan gangguan perkembangan plasenta baik morfologi dan fungsi,
termasuk ukuran, bentuk dan vaskularisasi. Abnormalitas kromosom juga
9

dikaitkan dengan invasi trofoblas abnormal di desidua sehingga terjadilah


apoptosis janin.
2. Disregulasi Imunologi selama Kehamilan
Kehamilan bisa terjadi karena interaksi imun-endokrin. Respon imun
terjadi karena hasil konsepsi mengandung sel paternal. Selanjutnya, kehamilan
dapat dipertahankan karena rangsangan hormon progesteron yang bekerja
dengan mempertahankan proses desidualisasi dan mengontrol kontraksi uterus.
Progesterone akan memicu keluarnya Progesterone Induced Blocking
Factor (PIBF) oleh limfosit dan sel desidua. PIBF sendiri merupakan anti
abortus karena melindungi fetus dari sel imun. PIBF juga akan merangsang
modulasi sitokin dari Th1 menjadi Th2. Hal ini terbukti dengan adanya
peningkatan respon inflamasi sistemik maternal dengan ketidakseimbangan rasio
Th1/Th2 di sirkulasi maternal pasien abortus. Beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa kadar progesteron serum dan PIBF yang rendah akan
meningkatkan risiko abortus.
3. Defek Fase Luteal
Defek luteal berperan dalam menyebabkan terjadinya 35% abortus.
Sebelum plasenta mengambil alih produksi progesteron, progesteron diproduksi
oleh korpus luteum. Adanya defek fase luteal menyebabkan abortus karena
berkurangnya hormon progesteron yang berperan penting dalam
mempertahankan kehamilan.
4. Peningkatan Kadar Kortisol
Pada penelitian didapati bahwa kadar kortisol tinggi menunjukkan
adanya stres oksidatif janin. Kortisol juga akan meningkatkan produksi estrogen
dan akan menurunkan produksi progesteron. Kadar estrogen yang tinggi akan
menyebabkan pelepasan prostaglandin plasenta yang akan meningkatkan respon
otot rahim terhadap oksitosin dan merangsang kontraksi rahim sehingga terjadi
abortus.
5. Gangguan Oksidasi di Plasenta
Penelitian case control terhadap 40 pasien dengan abortus spontan dan
40 pasien yang mengalami abortus mengancam pada usia kehamilan 6-10
minggu menyimpulkan bahwa pada abortus terdapat gangguan beta oksidasi
asam lemak plasenta. Gangguan oksidasi asam lemak akan menyebabkan
hipoglikemia dan kolaps kardiovaskular.
10

Gangguan oksidasi terjadi karena defisiensi karnitin akibat penumpukan


karnitin dalam urin. Penurunan kadar karnitin akan menyebabkan penurunan
energi untuk pertumbuhan dan keberlangsungan proses metabolik janin. Selain
itu, karnitin juga memegang peranan penting untuk mencegah akumulasi
berlebihan senyawa alkil yang merusak sel. Penurunan kadar karnitin juga
menyebabkan penurunan kadar leusin, asam amino esensial yang penting dalam
sintesa protein dan mempengaruhi tumbuh kembang janin.

E. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan dan tes
kehamilan urin masih positif. Untuk menentukan prognosis abortus imminens dapat
dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urin dengan cara melakukan tes
urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan pengenceran 1/10. Bila
hasil tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah baik. Pengelolaan
penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila
ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal
untuk mempertahankan kehamilan ini.
Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada
dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur
kehamilan berdasarkan HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin
diperhatikan disamping tidak adanya hematoma retroplasenta atau pembukaan
kanalis servikalis. Pemeriksaan USG dapat dilakukan baik secara transabdominal
maupun transvaginal. Pada USG transabdominal jangan lupa pasien harus tahan
kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian
hasil USG dapat jelas (Prawirohardjo, 2014).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi (USG) Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin
viabel atau non viabel dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,
mola, atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG
11

dalam tujuh hari kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil
pemeriksaan meragukan, pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian.
USG dapat digunakan untuk mengetahui prognosis. Pada umur
kehamilan tujuh minggu, fetal pole dan aktifi tas jantung janin dapat terlihat.
Aktivitas jantung seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole
minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat, keguguran dapat terjadi
pada 11,5% pasien. Kantong gestasi kosong dengan diameter 15mm pada usia
tujuh minggu dan 21mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka
keguguran 90,8%. Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran 8,5%; dengan
embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%; dengan embrio 6-10mm angka
keguguran 3,2%; dan apabila embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%.
Angka keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.
Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal berguna untuk menentukan
viabilitas kehamilan intrauteri. Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm
tanpa yolk sac atau diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa mudigah
diprediksikan nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifi sitas dan nilai
prediksi positif 100%. Adanya hematoma subkorionik tidak berhubungan
dengan prognosis buruk.
Bradikardia janin dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan
HPHT dengan hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk. Data
prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu diantara tiga faktor risiko
(bradikardia janin, perbedaan antara kantung kehamilan dengan panjang crown
to rump, dan perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan
pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan presentase kejadian
keguguran dari 6% menjadi 84%. Penelitian prospektif pada umumnya
menunjukkan presentase kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi
setelah jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas jantung janin
dengan USG di pelayanan kesehatan primer memberikan presentase
berlanjutnya kehamilan hingga lebih dari 20 minggu sebesar 97%.
2. Biokimia Serum Ibu
a) Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif serial
Evaluasi harus mencakup pemeriksaan hCG serial kecuali pasien
mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi dengan USG, untuk
mengeliminasi kemungkinan kehamilan ektopik.9 Kadar hCG kuantitatif
serial diulang setelah 48 jam digunakan untuk mendiagnosis kehamilan
12

ektopik, mola, abortus imminens, dan missed abortion. Kadar hCG serum
wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus
imminens pada trimester pertama, lebih rendah dibandingkan wanita hamil
dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan
wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. Sebuah penelitian prospektif
menunjukkan bahwa nilai batas β hCG bebas 20 ng/ml dapat digunakan
untuk membedakan antara normal (kontrol dan abortus imminens namun
kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang mengalami
keguguran dan kehamilan tuba), dengan sensitifi tas angka prediksi positif
88,3% dan 82,6%. Rasio bioaktif serum imunoreaktif hCG, pada wanita
yang mengalami abortus imminens namun kehamilannya berlanjut, lebih
tinggi dibandingkan pada wanita yang akhirnya mengalami keguguran.
Namun penelitian hanya melibatkan 24 wanita dengan abortus imminens dan
tidak memberikan data tentang aktivitas jantung janin.
b) Pemeriksaan kadar progesteron
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan
viabel; kadar kurang dari 5 ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan
kehamilan dengan sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan
kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100%.

G. Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
1. Perdarahan (hemorrhage), dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-
sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
2. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hipertrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi/perlu histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat
karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada
kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
13

perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera,


untuk selanjutnya mengambil tindakan- tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi.
3. Infeksi dalam uterus dan adexa dapat terjadi dalam setiap abortus, tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplitus yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman (unsafe abortion).
4. Syok, pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
infeksi berat atau sepsis (syok septik atau endoseptik) (Rukiyah, 2010).

H. Pencegahan
Adapun langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk memperkecil
risiko terjadinya abortus imminens adalah sebagai berikut :
1. Rutin memeriksakan diri ke dokter, berkonsultasi dan menjalani test USG.
Tiga cara ini setidaknya dapat membuat ibu, mengetahui gejala
kelainan dalam kandungan sedini mungkin sehingga. Jika terjadi
kelainan, bisa cepat dilakukan tindakan penyelamatan untuk menghindari
risiko yang lebih tinggi.
2. Mempersiapkan kehamilan sebaik-baiknya, semisal mencukupi asupan nutrisi
ibu hamil, mempertebal daya tahan tubuh atau jika diperlukan, melakukan terapi
untuk mengobati penyakit akut (seperti typhus, malaria, pielonefritis, pneumonia
dan lain-lain) atau kronis (TBC, anemia berat, laparatomi dan lain lain) baik
yang diderita calon bapak maupun calon ibu. Selain dapat menular pada bayi,
penyakit-penyakit tertentu yang diderita calon bapak/ibu juga dapat
menghambat proses kehamilan.
3. Mengurangi aktivitas fisik sejak masa pra-kehamilan hingga kehamilan.
4. Selektif dalam mengkonsumsi obat dan berkonsultasi terlebih dahulu
apakah sebuah obat aman dikonsumsi ibu hamil atau tidak. Istirahat yang cukup
dan menenangkan pikiran. Salah satu sebab yang dapat memicu terjadinya
abortus imminens adalah tekanan psikologis seperti trauma, keterkejutan yang
sangat atau rasa ketakutan yang luar biasa. Karena itu, ibu hamil harus
mengkondisikan pikirannya agar sebisa mungkin rileks dan santai. Peran dan
dukungan dari orang-orang terdekat juga amat diperlukan dalam upaya
menciptakan keadaan kondusif
5. Mengatur jarak kehamilan
6. Mengonsumsi vitamin dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan tubuh
14

7. Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi


lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifi
kasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan fetus/bayi baru lahir
dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan
kelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional
menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah kesehatan pada ibu dan bayi.
Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya kunjungan rutin ibu hamil
dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko komplikasi kehamilan namun
hanya menurunkan kepuasan pasien. Perdarahan pada kehamilan disebabkan
oleh banyak faktor yang dapat didentifikasi dari riwayat kehamilan terdahulu
melalui konseling dan anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil
yang tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami
risiko kelahiran prematur (Prawirohardjo, 2014).

I. Penatalaksanaan
Pada ibu dengan kasus abortus imminens, biasanya tidak perlu pengobatan
khusus/medik, hanya dapat diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein dan
morfin (sesuai protap dan instruksi dokter). Keluarnya fetus masih dapat
dicegah dengan memberi obat-obatan hormonal dan antispamodika dan untuk
mengurangi kerentanan otot-otot uterus, misal:gestanon (Rukiyah, 2010).
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti.
Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon
progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini
walaupun secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek
psikologisnya kepada penderit sangat menguntungkn. Penederita boleh dipulangkan
setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan
seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu (Prawirohardjo, 2014).
Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Sementara jika perdarahn terus
berlangsung nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG), lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik/mola) kemudian jika
perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah
kehamilan masih baik atau tidak. Apabila reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut
negatif maka sebaiknya uterus dikosongkan.
15

Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya


dilakukan melalui ganjalan klinik dan hasil pemeriksaan; jika perdarahan yang
disebabkan erosi, maka erosi diberi nitras argentil 5-10 %. Apabila sebabnya
polyp, maka polyp diputar dengan cunam sampai tangkainya putus (Rukiyah,
2010).
16

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian Data

Tanggal 17 Juni 2021, pukul 08.00 WIB

a. DATA SUBJEKTIF

1) Identitas

Nama : Ny. T Nama : Tn. S

Umur : 30 tahun Umur : 32 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Karanglo RT. 16 RW. VIII Pengkok, Kota S


2) Keluhan Utama
Ibu mengatakan kurang lebih 4 jam yang lalu mengeluarkan flek-
flek kecoklatan dari jalan lahir dan perut tidak merasa mules. Ibu
merasa cemas dengan keadaannya.
3) Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan pertama kali menstruasi
umur 13 tahun
b) Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28 – 30 hari
c) Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2 – 3 kali sehari
d) Lamanya : Ibu mengatakan lama menstruasinya 6 – 7 hari
e) Sifat darah : Ibu mengatakan menstruasinya bersifat
encer dan berwarna merah
f) Teratur/ tidak teratur : Ibu mengatakan menstruasinya teratur
g) Dismenorhea : Ibu mengatakan saat menstruasi perutnya

16
17
tidak terasa nyeri
4) Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 28 tahun dengan suami
umur 30 tahun.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Anak Nifas Keadaan


Tgl/Thn Tempat Umur Jenis
N Penolong Anak
Partus Partus Kehamilan Partus Jenis BB PB Keadaan Laktasi
o Sekarang

1 Kehamilan - - - - - - - - - -
Sekarang
.

6) Riwayat kehamilan sekarang


a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya
pada tanggal 17 April 2021
b) HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir bayinya
tanggal 24 Januari 2022
c) ANC : Ibu mengatakan periksa 2 kali di bidan pada
umur kehamilan 4 dan 6 minggu
d) Umur Kehamilan : Ibu mengatakan usia kehamilannya sudah 8
minggu
e) Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah imunisasi TT capeng
pada saat akan menikah 2 tahun yang lalu,
sedangkan pada saat hamil ini ibu juga sudah
imunisasi TT 1 kali
f) Obat yang dikonsumsi : Ibu mengatakan minum obat yang diberi
oleh bidan, seperti Preabor, Asam mefenamat dan Asam folat
g) Keluhan
TM I : Ibu mengatakan mengeluarkan flek-flek
yang berwarna kecoklatan dari jalan lahir
+ 4 jam yang lalu
TM II : Belum ada
TM III : Belum ada
h) Penyuluhan : Ibu pernah mendapatkan penyuluhan
18
tentang tablet zat besi dari bidan
i) Kekhawatiran : Ibu mengatakan cemas pada keadaan
kehamilannya, karena mengeluarkan flek-flek kecoklatan dari jalan
lahir
7) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
8) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah menderita penyakit
batuk, flu dan demam.
b) Riwayat Penyakit Sistemik
(1) Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya
tidak terasa berdebar-debar di saat melakukan
aktivitas
(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan
nyeri pada bagian pinggang
(3) Asma/ TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk yang
disertai sesak nafas dan tidak pernah batuk
yang disertai dengan darah

(4) Hepatitis : Ibu mengatakan kuku dan kulitnya tidak


berwarna kuning

(5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan


haus dan lapar di saat malam hari

(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami


pusing kepala yang hebat
(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah
kejang disertai keluarnya busa dari mulut
(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak terserang penyakit
HIV, AIDS dan penyakit lainnya.

c) Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada penyakit menurun,
seperti hipertensi, jantung, diabetes mellitus maupun yang
19
menular seperti TBC dan hepatitis.
d) Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar dari
pihak suami maupun dari pihak keluarga ibu.
e) Riwayat Operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.
9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur,
lauk pauk sehari 3 kali dengan porsi sedang,
ibu minum 6-7 gelas sehari dengan air putih,
ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan
Selama hamil : Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, lauk pauk
4-5 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering.
Ibu minum 8-9 gelas sehari dengan air putih,
1 gelas susu ibu hamil, ibu mengatakan tidak
ada makanan pantangan.
b) Pola eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang
lebih 4-5 kali sehari dan BAB dengan
frekuensi 1 kali sehari, tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang
lebih 6-7 kali sehari dan BAB dengan
frekuensi 1 kali sehari, tidak ada keluhan
c) Pola aktifitas
Sebelum dan selama hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, menyapu, mencuci pakaian dan
mencuci piring sendiri.
d) Pola istirahat/ tidur
Sebelum hamil : Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih
7-8 jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam.
Selama hamil : Ibu mengatakan ibu tidur malam kurang lebih
7-8 jam tidur siang kurang lebih 1-2 jam.
e) Pola personal hygiene
Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak ada perubahan
20
dalam personal hygiene yaitu: Ibu mandi 2 kali sehari, keramas 3
kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2
kali sehari dan tidak ada keluhan.
f) Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
1 minggu 3 kali.
Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
1 minggu 2 kali. Ibu mengatakan tidak ada
keluhan.
10) Riwayat Psikososial Budaya
a) Ibu mengatakan perasaannya senang dengan kehamilan yang
dialaminya saat ini.
b) Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan
suami.
c) Ibu mengatakan jenis kelamin yang diharapkan laki-laki atau
perempuan itu sama saja.
d) Ibu mengatakan mendapatkan dukungan dari pihak keluarga
dan suami.
11) Penggunaan obat-obatan/ rokok
Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan terkecuali obat-
obatan dari bidan dan tidak merokok, sedangkan suaminya juga
tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan tidak merokok.
b. DATA OBYEKTIF

1) Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 360 C

Tinggi badan : 158 cm


21
BB sebelum hamil : 47 kg

BB sekarang : 48 kg

LILA : 24 cm
2) Pemeriksaan sistematis/ fisik
a) Kepala dan muka
Rambut : Hitam, panjang, halus, tidak mudah
rontok, bersih tidak ada ketombe.
Muka : Tidak ada chloasma gravidarum, tidak
pucat, tidak oedema, ekspresi wajah
tegang dan cemas.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda,
sclera putih, tidak ada oedem.
Hidung : Bersih tidak ada polip, bentuk normal,
tidak ada kelainan.
Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada
serumen, tidak ada kelainan.
Mulut/ gigi/ gusi : Bibir pucat, lidah pucat, caries dentis
tidak ada, stomatitis tidak ada, gusi tidak
berdarah dan tidak bengkak.
b) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan limfe serta tidak ada benjolan/ tumor
pada leher.
c) Dada dan Axilla
(1) Mammae
Membesar : Ada, normal
Tumor : Tidak teraba benjolan Simetris
Simetris kanan kiri
Areola : Hyperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kolostrum : Belum keluar
(2) Axilla
Tumor : Tidak teraba benjolan Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d) Ekstremitas
22
Tangan : Tidak ada oedema, simetris, kuku pendek,
bersih, tidak ada kelainan
Kaki : Simetris, kuku pendek, bersih, tungkai tidak
ada oedema, tidak ada varices, tidak ada
kelainan
3) Pemeriksaan Obstetri
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : Normal, sesuai dengan umur
kehamilan
(b) Linea alba/ nigra : Tidak ada linea alba maupun
nigra
(c) Striae albican/ livide : Tidak ada striae
albicanmaupun livide
(d) Kelainan : Tidak ada kelainan
(e) Pergerakan janin : Tidak ada pergerakan janin
(2) Palpasi
(a) Kontraksi : Belum ada kontraksi.
(b) Leopold I : Teraba balotement
(c) Leopold II : Tidak dilakukan pemeriksaan
(d) Leopold III : Tidak dilakukan pemeriksaan
(e) Leopold IV : Tidak dilakukan pemeriksaan
b) Anogenital
(1) Varises : Tidak ada
(2) Oedema : Tidak ada oedem
(3) Kelenjar bartholini : Tidak ada pembesaran
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
(5) VT : Tidak dilakukan VT tetapi dilakukan
pemeriksaan inspekulo dengan hasil portio lunak.
(6) PPV : Keluarnya flek-flek kecoklatan dari
vagina
c) Anus : Tidak ada haemoroid

4) Pemeriksaan penunjang
23
Hb : 13,4 gr% Leukosit : 9800/ mm3
Golongan darah :A Trombosit : 255000/
mm3 USG : Terlihat kantong kehamilan
PP test : Positif

2. Interpretasi Data
Tanggal 17 Juni 2021 pukul 09.00 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. T G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 8 minggu dengan Abortus Imminens.
b. Data Dasar
1) Data Subyektif
a) Ibu mengatakan ini kehamian yang pertama
b) Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c) Ibu mengatakan HPHT 17 April 2021
d) Ibu mengatakan + 4 jam mengeluarkan flek-flek coklat dari jalan
lahir, ibu cemas dan mengatakan perutnya tidak terasa mules.
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Vital Sign: Tekanan darah : 110/ 70 mmHg
Respirasi : 20 x/ menit
Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 360 C
d) PPV : Ada pengeluaran flek-flek kecoklatan dari jalan lahir di
pembalut ibu
e) Palpasi : Teraba balotement
f) VT: Portio lunak, belum ada pembukaan
g) Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan USG, hasilnya
terdapat kantong kehamilan, PP test hasil positif.
c. Masalah
Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya.
d. Kebutuhan
Beri ibu dorongan moril dan informasi tentang keadaan yang dialaminya,
24
bahwa Abortus Imminens adalah suatu kejadian dalam kehamilan dimana
kehamilan dapat dipertahankan.

3. Diagnosa Potensial
Potensial terjadinya Abortus Insipiens.

4. Antisipasi
Kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn untuk pemberian terapi:
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
b. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
c. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
d. Hormon progesteron 1 cc
e. Infus RL 20 tpm

5. Perencanaan
Tanggal 17 Juni 2021 pukul 09.10 WIB
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
b. Anjurkan ibu untuk bed rest total
c. Anjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu
d. Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
e. Anjurkan ibu untuk personal hygiene
f. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
4) Hormon progesteron 1 cc
5) Infus RL 20 tpm

6. Pelaksanaan
Tanggal 17 Juni 2021
a. Pukul 09.30 WIB memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami Abortus Imminens yaitu suatu kehamilan yang dapat
dipertahankan.
25
b. Pukul 10.05 WIB menganjurkan ibu untuk bed rest total, yaitu
menganjurkan ibu untuk tidak melakukan aktivitas apapun.
c. Pukul 10.10 WIB menganjurkan ibu untuk tidak berhubungan seks dahulu.
d. Pukul 10.20 WIB menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
seperti makan yang mengandung vitamin, protein dan mineral, contoh nasi,
sayur, lauk-pauk, ikan, daging dan minum air putih yang banyak.
e. Pukul 10.25 WIB menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene seperti
mengganti pembalut 2 kali per hari, sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya
di pispot yang dibantu oleh keluarga.
f. Pukul 10.30 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
pemberian terapi:
1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
4) Hormon progesteron 1 cc
5) Memasang infus RL 20 tpm, dan
g. Pukul 10.35 WIB ibu bersedia untuk meminum obat dan bersedia untuk
dipasang infus.
7. Evaluasi
Tanggal 17 Juni 2021 pukul, 11.00 WIB
a. Hasil pemeriksaan sudah disampaikan dan ibu sudah paham tentang
Abortus Imminens.
b. Ibu bersedia untuk bed rest total tanpa melakukan aktivitas apapun.
c. Ibu bersedia untuk tidak berhubungan seks dahulu.
d. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti yang mengandung
vitamin, protein dan mineral.
e. Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene dan keluarga keluarga
bersedia untuk membantu ibu.
f. Sudah berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
1) Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
2) Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
3) Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
4) Hormon progesteron 1 cc
5) Infus RL 20 tpm sudah terpasang dan ibu sudah minum obat.
26
DATA PERKEMBANGAN I

Tempat: Bangsal C RSUD S Tanggal 18 Juni 2021 pukul 08.00 WIB


S : Data Subyektif
1. Ibu mengatakan masih mengeluarkan flek-flek berwarna kecoklatan dari
jalan lahir
2. Ibu mengatakan perutnya tidak mules
3. Ibu mengatakan perasaannya masih cemas
4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter
SpOG dan sekarang sudah habis, ibu sudah makan makanan yang bergizi
dan sudah menjaga kebersihan diri.
O: Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign : Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Respirasi : 20 x/ menit

Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,5 0C

4. Palpasi : Teraba balotement.


5. Inspeksi : Ada pengeluaran flek-flek kecoklatan di pembalut ibu.

A: Assesment
Ny. T G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 8 minggu dengan Abortus Imminens hari
ke-I.

P: Planning
Tanggal 18 Juni 2021
1. Pukul 08.05 WIB memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
masih mengeluarkan flek-flek kecoklatan, tapi sudah agak berkurang.
2. Pukul 08.10 WIB menganjurkan ibu untuk tetap istirahat total dan tidak
melakukan aktivitas apapun.
3. Pukul 08.15 WIB menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi
27
seperti makanan yang mengandung vitamin, protein dan mineral.
4. Pukul 08.20 WIB menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah
genital, dengan cara mengganti pembalut 2 kali sehari, dan BAB/ BAK di
pispot dengan bantuan keluarga.
5. Pukul 08.25 WIB berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi lanjutan berupa:
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
d. Hormon progesteron 1 cc
e. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.
6. Pukul 08.35 WIB menganjurkan keluarga untuk memberikan motivasi
pada ibu.

Evaluasi
Tanggal 18 Juni 2021 pukul 09.00 WIB
1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilan ibu masih bisa
dipertahankan.
2. Ibu bersedia untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas apapun.
3. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang
mengandung vitamin, protein dan mineral.
4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan daerah genital, mandi 2 kali sehari,
mengganti pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.
5. Sudah berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
d. Hormon progesteron 1 cc
e. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.
6. Keluarga bersedia untuk memberikan motivasi pada ibu.
28

DATA PERKEMBANGAN II
Tempat: Bangsal C RSUD S Tanggal 19 Juni 2021 pukul 08.00 WIB
S : Data Subyektif
1. Ibu mengatakan flek-fleknya sudah agak berkurang
2. Ibu mengatakan perasaannya sudah tidak cemas
3. Ibu mengatakan perut bagian bawah tidak terasa nyeri
4. Ibu mengatakan masih istirahat di atas tempat tidur
O : Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign : Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Respirasi : 20 x/ menit

Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,5 0C

4. Palpasi : Teraba balotement


5. Inspeksi : Flek-flek kecoklatan masih keluar, tapi sedikit
A : Assesment
Ny. T G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 8 minggu dengan Abortus Imminens
hari ke-II.

P : Planning
Tanggal 19 Juni 2012
1. Pukul 09.05 WIB memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Pukul 09.10 WIB menganjurkan ibu untuk tetap istirahat total.
3. Pukul 09.20 WIB menganjurkan ibu untuk tetap makan makanan yang
bergizi.
4. Pukul 09.25 WIB menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan
dengan mandi 2 kali sehari dan mengganti pembalut 2 kali sehari dengan
bantuan keluarga.
5. Pukul 09.30 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
pemberian terapi lanjutan berupa:
29
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet

c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet


d. Infus RL 20 tpm dilanjutkan.
Evaluasi
Tanggal 19 Juni 2012 pukul 11.00 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan bahwa kehamilannya masih bisa
dipertahankan.
2. Ibu bersedia untuk tetap istirahat total dan tidak melakukan aktivitas yang berat.
3. Ibu bersedia untuk makan makanan yang bergizi seperti makanan yang
mengandung vitamin, protein dan mineral.
4. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan daerah genital dengan mandi 2 kali
sehari dan mengganti pembalut 2 kali sehari dengan bantuan keluarga.
5. Sudah berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi berupa:
a. Preabor 5 mg 2 x 1 tablet
b. Asam folat 400 mg 2 x 1 tablet
c. Asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet
d. Infus RL 20 tpm dilanjutkan
30

DATA PERKEMBANGAN III

Tempat: Bangsal C RSUD S Tanggal 20 Juni 2021 pukul 09.00 WIB


S : Data Subyektif
1. Ibu mengatakan flek-fleknya sudah tidak keluar.
2. Ibu mengatakan perasaannya sudah tidak cemas karena flek-fleknya
sudah tidak keluar.
3. Ibu mengatakan perut sudah tidak nyeri.
O : Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign : Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

Respirasi : 25 x/ menit

Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 370 C

4. Palpasi : Teraba balotement


5. Inspeksi : Sudah tidak ada pengeluaran pervaginam yang berupa
flek-flek
A : Assesment
Ny. T G1 P0 A0 umur 30 tahun hamil 8 minggu dengan riwayat Abortus
Imminens.
P : Planning
Tanggal 20 Juni 2012
1. Pukul 08.05 WIB beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa flek-fleknya
sudah berhenti dan kehamilannya dapat dipertahankan.
2. Pukul 08.10 WIB beritahu ibu untuk menjaga personal hygiene seperti
mengganti pembalut 2 kali per hari, sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-
nya di pispot yang dibantu oleh keluarga.
3. Pukul 08.15 WIB beritahu ibu untuk tetap makan makanan yang bergizi
seperti makanan yang mengandung vitamin, protein dan mineral.
4. Pukul 08.20 WIB beritahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang
31
terlalu berat dahulu.
5. Pukul 08.25 WIB beritahu ibu untuk tidak boleh melakukan hubungan
seksual selama kehamilan ini, karena bisa menyebabkan perdarahan.
6. Pukul 08.30 WIB beritahu ibu untuk melanjutkan advis dokter, dengan
terapi:
a. Tablet Fe 500 mg 1 x 1 = 12 tablet
b. Asam folat 400 mg 2 x 1 = 12 tablet
7. Pukul 08.35 WIB infus RL 20 tpm akan dilepas.
8. Pukul 08.40 WIB ibu direncanakan pulang pukul 11.00 WIB sesuai advis
dokter.
Evaluasi
Tanggal 20 Juni 2021 pukul 12.00 WIB
1. Ibu sudah tahu bahwa flek-flek kecoklatan yang keluar dari jalan lahir sudah
berhenti dan kehamilannya masih bisa dipertahankan.
2. Ibu bersedia untuk menjaga personal hygiene seperti mengganti pembalut 2 kali
per hari, sibin 2 kali per hari dan BAK/ BAB-nya di pispot yang dibantu oleh
keluarga.
3. Ibu bersedia untuk tetap makan makanan yang bergizi seperti makanan yang
mengandung vitamin, protein dan mineral.
4. Ibu bersedia untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat dahulu.
5. Ibu bersedia untuk tidak boleh melakukan hubungan seksual selama kehamilan
muda, karena bisa menyebabkan perdarahan.
6. Melaksanakan advis dokter, obat sudah diberikan ke ibu dan ibu bersedia untuk
meminumnya sesuai dosis yang dianjurkan.
7. Infus RL 20 tpm sudah dilepas.
8. Ibu pulang pukul 11.00 WIB.

B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang
terjadi antara praktik dan teori yang dilakukan di RSUD S dengan teori yang ada. Di
sini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam
manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini
dimaksudkan agar dapat diambil suatu permasalahan dan pemecahan masalah dari
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak
32
lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal
dari manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data
subyektif dan data obyektif.
Menurut Ilhaini 2013, tanda dan gejala abortus imminens adalah
Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri
eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala
nyeri perut dan punggung belakang yang semakin hari bertambah
buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus membesar sesuai usia
kehamilan.
Perdarahan pada abortus imminens seringkali terjadi hanya sedikit
seperti ketika kita menstruasi, namun hal tersebut dapat terjadi beberapa hari
atau minggu.
Berdasarkan hasil pengkajian data yang penulis peroleh pada kasus
Ny. T terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
a. Keluar flek-flek kecoklatan dari jalan lahir
b. Perut pada bagian bawah tidak terasa sakit
c. Tinggi fundus uteri 3 jari di atas simfisis
d. Hasil pemeriksaan dalam tidak ada pembukaan servik
Sehingga antara teori dan praktik di lapangan tidak terdapat
kesenjangan.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan menentukan masalah
dan kebutuhan ibu hamil dengan Abortus Imminens.
Pada kasus ini penulis mendapatkan diagnosa kebidanan Ny. T G1 P0
A0 umur 30 tahun, usia kehamilan 8 minggu dengan Abortus Imminens.
Dalam menentukan diagnosa kebidanan tersebut didasari dengan adanya
data subyektif dan data obyektif. Sedangkan masalah dari kasus ini adalah
Ny. T merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya, mengeluarkan flek-
flek yang berwarna kecoklatan dari jalan lahir dan tidak mules. Kebutuhan
yang diperlukan oleh Ny. T adalah memperoleh dukungan moral. Menurut
Taber, B (2002), masalah yang timbul pada ibu hamil dengan Abortus
Imminens yaitu kecemasan pasien terhadap perdarahan dan kehamilan.
33
Menurut Taber, B (2002), kebutuhan pada Abortus Imminens adalah
memberikan pendidikan kesehatan tentang masalah yang timbul. Pada kasus
Ny. T masalah dan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan teori menurut
Taber, B (2002), sehingga dalam langkah interpretasi data tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.

3. Diagnosa Potensial
Masalah potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
masalah yang sudah identifikasi. Langkah ini dibutuhkan antisipasi dan bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada kasus ibu hamil dengan Abortus
Imminens ini, maka diagnosa potensialnya adalah bila perdarahan terus
menerus yaitu potensial akan terjadi abortus insipens (Sarwono, 2006). Pada
kasus Ny. T diagnosa potensial tidak terjadi karena mendapatkan perawatan
secara intensif, sehingga pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik.
4. Antisipasi
Antisipasi mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan, di dalam teori antisipasi yaitu mengidentifikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan dan
keselamatan jiwa.
Pada kasus Ny. T dengan Abortus Imminens antisipasi yang diberikan
yaitu tirah baring, penambahan hormon progesteron 1 cc, pemeriksaan USG
dan PP test dan melakukan kolaborasi dengan dokter obsgyn.
Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi. Pada suatu penelitian menunjukkan, kurangnya
kunjungan rutin ibu hamil dengan risiko rendah tidak meningkatkan risiko
komplikasi kehamilan namun hanya menurunkan kepuasan pasien.
Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat
didentifikasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan
anamnesis. Pada penelitian Herbst, dkk (2003), ibu hamil yang tidak
melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko
kelahiran prematur (Prawirohardjo, 2014).
Sehingga pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dan
34
praktik, hal ini dikarenakan pada kasus Ny. T dengan Abortus imminens
dilakukan pemeriksaan USG dan PP test serta berkolaborasi dengan dokter
obsgyn.
5. Perencanaan
Menurut Prawiroharjo 2014, Penderita diminta untuk melakukan tirah
baring sampai perdarahan berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak
berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya
untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara
statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologisnya kepada
penderita sangat menguntungkn. Penederita boleh dipulangkan setelah tidak
terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual
dulu sampai lebih kurang 2 minggu.
Sedangkan pada kasus Ny. T hamil dengan Abortus Imminens
perencanaan yang diberikan yaitu bed rest total, tidak berhubungan seks
dahulu, menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi, personal
hygiene dan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi, yaitu
Preabor 50 mg 3 x 1, Asam mefenamat 500 mg 3 x 1, Asam folat
400 mg 2 x 1 dan infus RL 20 tpm.
Dalam langkah perencanaan terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktik, yaitu dalam praktik direncanakan untuk menganjurkan makan
makanan yang bergizi dan personal hygiene.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Wiknjosastro, 2005). Pelaksanaan pada pasien dengan
Abortus Imminens antara lain bed rest total, tidak boleh melakukan
hubungan seksual, pemberian terapi dan pemeriksaan USG (Feriyanto,
2007).
Pada kasus Ny. T dengan Abortus Imminens pelaksanaannya meliputi
bed rest total, tidak boleh melakukan hubungan seksual, menganjurkan ibu
untuk makan makanan yang bergizi, personal hygiene, kolaborasi dengan
dokter SpOG untuk pemberian terapi, yaitu Preabor 50 mg 3 x 1, Asam
mefenamat 500 mg 3 x 1, Asam folat 400 mg 2 x 1 dan infus RL 20 tpm.
Sehingga dalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktik, yaitu dalam praktiknya dilakukan penganjuran makan makanan yang
35
bergizi dan personal hygiene.
7. Evaluasi
Abortus imminens merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan obstetri
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu dengan berat
badan janin 500 gram tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks dan
atau tanpa disertai rasa mules-mules dan hasil konsepsi masih di dalam
uterus. Evaluasi merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari
rencana asuhan yang diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah dan
diagnosa (Varney, 2004).
Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan perawatan oleh dokter
obsgyn, keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, ibu sudah tidak
merasakan cemas lagi, pengeluaran flek-flek kecoklatan sudah berhenti,
tidak terjadi potesial abortus insipiens, serta abortus tidak berlanjut dan
kehamilan ibu masih bisa dipertahankan. Secara umum penanganan kasus
abortus imminens ini tidak jauh berbeda dengan teori- teori yang telah
dikemukakan di atas, sehingga pasien dapat tertangani dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan materi dan contoh kasus beserta pembahasannya di dapatkan
bahwa abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan konsepsi masih dalam uterus dan servik
masih tertutup serta tanpa atau adanya nyeri perut.
Etiologi dari abortus imminens tebagi menjadi tiga yaitu faktor fetal, faktor
maternal, dan faktor paternal. Sedangkan patofisiologi abortus dijelaskan dalam
berbagai konsep teori antara lain adanya abnormalitas kromosom, disregulasi sistem
imun selama kehamilan, defek fase luteal, peningkatan kadar kortisol, dan gangguan
oksidasi plasenta.
Diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan
penungjang seperti USG dan biokimia pada ibu. Sehingga dapat mencegah
komplikasi dari abortus imminens seperti perdarahan hebat, perforasi uterus, infeksi,
dan syok. Maka dari itu sebelum hal di ata terjadi penting untuk di lakukan
pencegahan dengan mengkonsumsi vitamin, makanan bergizi, pemeriksaan ANC
yang rutin dan yang paling penting adalah persiapan diri dalam kehamilan.
Dalam makalah ini terdapat pembahasan contoh kasus tentang abortus
imminens yang menunjukkan ada kesesuain antara teori dan praktik namun masih
ada juga kesenjangan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang menjelaskan tentang abortus imminens
semoga saja kita dapat memahami materi ini namun kami menyadari bahwa
makalah yang ditulis oleh penulis juga jauh dari kata sempurna. Maka demi
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya kami berharap saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Anita Veronica dkk. 2018. Kebidanan: Teori dan Asuhan. Volume 1.
Jakarta:EGC

Cunningham, F. Gary. 2014. Williams Obstetrics 24th Edition. United States:


McGraw-Hill Education.

Hamidah. 2013. Faktor Dominan yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus


Imminens. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, Jilid 1, Nomor 1,
September 2013 : 29-33.

Ilhaini, Nur. 2013. Abortus Imminens: Upaya Pencegahan, Pemeriksaan,


dan Penatalaksanaan. Majalah Cermin Dunia Kedokteran CDK-206/
vol. 40 no. 7 : 492-496

Kusumawati, Diah Utami. 2014. Tercatat Angka Aborsi Meningkat di


Perkotaan. Jakarta: CNN Indonesia Trans Media. Diakses
12 April 2017; www.cnnindonesia.com/nasional/

Manuaba, Ida Bagus Gde., Manuaba Ida Bagus Gde Fajar., Manuaba Ida Ayu
Chandranita. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG

Mariana, Dina. 2016. Persepsi Ibu Hamil Mengenai Peran Bidan Dalam
Memberikan Pedidikan Kesehatan Tentang Abortus Imminens Di
Klinik Bersalin Elvina Tanjung Sari Medan Tahun 2014. Jurnal Gizi,
Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi Vol 1 No 1. Universitas
Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Medford, Janet dkk, 2015. Kebidanan Oxford: Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta:
EGC.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Jakarta: EGC

Muchtar, Asmujeni dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja
Oktavia, Riski Kusuma. 2012. “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil NY. T
G1P0A0 dengan Abortus Imminens di RSUD Sragen Tahun 2012”

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka..


Rangkuti Layla Fadillah. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Abortus Imminens di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidinpuan.
Universita Sumatera Utara
Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono rawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo
Sofian, Amru. 2013. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: ECG
Sulistyawati, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.

Syaiful, Yuanita dan Lilis Fatmawati. 2019. Asuhan Keperawatan Kehamilan.


Surabaya: Jakad Publishing.
Tyastuti dan Wahyunigsih 2016.Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan

Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai