Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ABORTUS INKOMPLIT

DISUSUN OLEH :

SUWARNI,S.Tr,Keb

NIP : 197512052006042006
PANGKAT/ GOL.RUANG : Penata Muda TK I/III.b
JABATAN : Bidan Ahli Pertama

UPTD PUSKESMAS MANDAI 2021

3
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan judul Abortus inkomplit .

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi kelengkapan berkas,selain


itu penyusun makalah ini bertujuan untuk menanbah wawasan kepada pembaca
tentang abortus inkomplit.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada bapak / ibu. Berkat


ini dapat menambah wawasan penulis tentang abortus inkomplit ,dan penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini


masih banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan
dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.penulis juga
berharap adanya kritik dan saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Maros, Februari 2022

Penulis

4
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1


B. Rumusan Masalah………………………………………….. 2
C. Tujuan Pembahasan………………………………………... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Abortus…………………………………………. 3
B. Etiologi………………………………………………………. 3
C. Patofisiologi…………………………………………………. 4
D. Klasifikasi…………………………………………………… 4
E. Tanda dan gejala…………………………………………… 5
F. Penatalaksanaan……………………………………………. 5
G. Komplikasi………………………………………………….. 5
H. Pemeriksaan penunjang……………………………………. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………… 7
B. Saran……………………………………………………….. 7

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi

kesehatan, kesakitan dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran

hasil konsepsi yang terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan

janin ≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika tidak mendapatkan penanganan yang

cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu yang disebabkan oleh

komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan syok

(Sujiyatini, 2009).Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja.

Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan

abortus yang dilakukan dengan sengaja disebut abortus provokatus dan abortus

yang terjadi berulang tiga kali secara berturut-turut disebut habitualis

(Prawirohadjo, 2010).

Berdasarkan studi WHO satu dari setiap empat kehamilan berakhir

dengan abortus(BBC, 2016). Estimasi kejadian abortus tercatat oleh WHO

sebanyak 40-50 juta, sama halnya dengan 125.000 abortus per hari. Hasil studi

Abortion Incidence and Service Avaibility in United States pada tahun 2016

menyatakan tingkat abortus telah menurun secara signifikan sejak tahun 1990 di

negara maju tapi tidak di negara berkembang (Sedgh G et al, 2016).

Di Indonesia angka kematian ibu menurut Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 adalah sebesar 228 per 100.000

kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut, kematian akibat abortus tercatat mencapai
1

30 persen.Angka ini telah mengalami penurunan namun belum mencapai target

MDGs (Millennium

6
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu apakah yang mempengaruhi abortus
inkomplit.

C. TUJUAN PEMBAHASAN

 Dapat mengetahui pengertian abortus dan abortus inkomplit serta


 Dapat mengetahui apa saja gejala dan tanda tanda terjadinya abortus inkomplit
pada ibu hamil.
 Dapat mengetahui tindakan tindakan yang dilakukan ketika terjadinya abortus
inkomplit.

7
BAB II

PEMBAHASA
A. Pengertian

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram (Prawirohardjo, 2008).

Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20


minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus (Nugroho, 2011).

B. Etiologi

Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian. Sebaliknya, pada
kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang
menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat.
Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang
menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :

a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan kurang sempurna
c. Pengaruh dari luar

2. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa
terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.

3. Penyakit ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,malaria, dan lain-lain dapat


menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah abortus.

4. Kelainan traktus genitalis

Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa
yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah servik
8
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks
berlebihan, amputasi, atau robakan serviks luas yang tidak dijahit ( Prawirohardjo, 2006).

C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted
ovum), mugkin pula janin telah mati lama (mised abortion) ( Prawirohardjo, 2006).

D. Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a) Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor- faktor ilmiah. Abortus ini
terbagi lagi menjadi :
i. Abortus Kompletus ( keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong.
ii. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan plasenta.
iii. Abortus Insipiens ( keguguran sedang berlangsung ) adalah abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang
teraba.
iv. Abortus Iminens ( keguguran membakat ) adalah keguguran membakat
dan akan terjadi.
v. Missed Abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
vi. Abortus Habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
vii. Abortus Septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.

b) Abortus Provokatus

Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-
alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :

i. Abortus Medisinalis

9
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

ii. Abortus Kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak


legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

E. Tanda dan Gejala

Menurut ( Mitayani, 2011 ) tanda dan gejala abortus inkompletus yaitu:

a. Terlambat haid.
b. Perdarahan pervaginam, tidak akan berhenti sampai hasil konsepsi
dikeluarkan.
c. Rasa mulas atau kram perut.
d. Keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
F. Penatalaksanaan

Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan cairan
infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi perdarahan yang hebat,
dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang
mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung
baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase
harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan
yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca tindakan
disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan kontraksi uterus ( Prawirohardjo, 2006).

G. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari abortus inkompletus menurut Prawirohardjo(2006) yaitu :

1) Perdarahan

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu hosterektomi. Perforasi uterus pada abortus yang
dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoaln gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan

10
luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi
komplikasi .

3) Syok dan Infeksi

Syok pada abortus bisa terjadi perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat
(syok endoseptik).

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup
bahkan 2-3 hari setelah abortus
2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup. (Arif Mansjoer, 2001).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.
Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus .

Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan


cairan infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi
perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-
hati sesuai dengan keadan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan
ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik. Pasca tindakan disuntikkan
ergometrim (IM) untuk mempertahankan kontraksi uterus .

B. Saran

Apa bila terjadi perdarahan agar segera ke sarana kesehatan atau petugas
kesehatan terdekat.
Diharap kepada pasangan suami istri yang tidak mengiginkan kehamilan agar
menjadi akseptor kb sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
Bidan dalam memberikan asuhan hendaknya sesuai dengan kewenangannya,
untuk itu asuhan kebidanan perlu dikembangkan sehingga dapat membantu bidan dalam
memecahkan masalah dalam berbagai situasi saat memberikan asuhan secara intensif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bennet V,R. Brown LK, Myles A Teks Book For Mid Wides, Twilwfth Edition
Churchiill Livingstone, London, 2002

Depkes RI, Indonesia Sehat 2010, Jakarta, 2005

http : www.depkes.co.Go.id online diakses tanggal 28 Februari 2022

Nugroho, Ilmu kebidanan , Jakarta, 2011

Mitayani, Tanda tanda dan Gejala Abortus, Yogyakarta, 2011

Prawirohadjo, Asuhan antenatal, Jakarta , 2010

Profil Dinas Kesehatan profinsi Sulawesi Selatan , 2009

Sujiyatini, Abortus , Surabaya, 2009

13

Anda mungkin juga menyukai