Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KONSEP BENCANA ALAM DAN NON ALAM

Mata kuliah : Keperawatan Bencana

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUH AYYUB IRSYADULLAH N

NIM : P2116201

KELAS : NON REGULER

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES GRAHA EDUKASI

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Bencana
Alam Dan Non Alam”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
pemenuhan nilai mata kuliah Keperawatan Bencana

Makalah ini tidak terlepas dari bantuan media massa, litelatur buku dan
kerjasama kelompok kami. Makalah ini kami susun berdasarkan materi yang
kami dapat dari media massa dan litelatur buku.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan yang membutuhkan. Makalah ini tentunya terdapat kekurangan maupun
kesalahan untuk itu kritik dan saran serta masukan dari teman-teman sangat
kami nantikan. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang
terjadi secara tiba-tiba dalam tempo relatif singkat dalam hubungan antara manusia
dengan lingkungannya yang terjadi sedemikian rupa, seperti bencana gempa bumi,
banjir, gunung berapi sehingga memerlukan tindakan penanggulangan segera.
Perubahan ekosistem yang terjadi dan merugikan harta benda maupun kehidupan
manusia bisa juga terjadi secara lambat seperti pada bencana kekeringan. Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyatakan
bencana sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan dampak psikologis.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan secara resmi virus Corona
sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020. Istilah pandemi yang digunakan tidak
berkaitan dengan keganasan penyakit, namun lebih kepada penyebarannya yang
meluas, sangat mudah menular, dan sudah menyebar secara luas keseluruh dunia.
Pemerintah Republik Indonesia dalam menyikapi hal ini kemudian menetapkan
Covid-19 sebagai bencana nasional berdasarkan Undang-undang RI No. 24/2007
tentang Penanggulangan Bencana yang singkatnya menyatakan bahwa, suatu
peristiwa/kejadian diluar kendali manusia yang mengakibatkan ancaman/kerentanan
terhadap kelangsungan hidup manusia.
Dalam Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 12 tahun
2020 tentang Penetapan Bencana Non-Alam memuat empat poin yang menyatakan
perihal tentang penetapan Covid-19 sebagai bencana nasional, yaitu: Poin Pertama,
menyatakan bencana faktor non-alam yang diakibatkan oleh penyebaran Covid-19;
lalu Poin Kedua, Presiden menentapkan bahwa penanggulangan bencana nasional
yang diakibatkan penyebaran Covid-19 dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 sesuai Keppres No. 7/ 2020, sebagaimana telah dirubah dalam
Keppres No. 9/2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui
sinergi antar Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Penyakit koronavirus 2019 (Bahasa Inggris: coronavirus disease 2019,
disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2,
adalah salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus
2019– 2020. Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan
kesulitan bernapas. Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang
ditemukan. Pada penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada
pneumonia dan kegagalan multiorgan.

Keadaan gawat darurat ini bila tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat
menyebabkan kematian dan kecacatan, oleh sebab itu diperlukan manajemen bencana.
Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita
berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting
dari manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam
mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan
dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan
dengan secepatnya.

Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis masyarakat dan


pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas
pengelolaan bencana, penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada
kearifan lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen
bencana. Yang tak kalah pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi
kehatian-hatian terutama pada daerah rawan bencana.
BAB II

PEMBAHASAN

MANAJEMEN BENCANA

SEBELUM, SAAT, DAN SETELAH TERJADI BENCANA

1. Pengertian Bencana

Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan


Bencana menyebutkan definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa
bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia :

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit. Dalam hal ini penyakit coronavirus (covid-19)
termasuk bencana nonalam yang sudah ditingkat pandemi sesuai dengan
pernyataan WHO.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat


berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan.
Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah,
maka dihitung sebagai satu kejadian. Bencana merupakan kombinasi antara ancaman
(Hazard) dan kerentanan (Vulnerability). Ancaman yaitu fenomena, bahaya atau
resiko, baik alami maupun tidak alami yang dapat (tetapi belum tentu menimbulkan
bencana diantaranya banjir, tanah longsor, kekeringan, wabah penyakit, konflik
bersenjata dll. Sedangkan kerentanan adalah keadaan didalam suatu komunitas yang
membuat mereka mudah terkena akibat buruk dari ancaman diantaranya kerentanan
fisik, sosial, dan psikologi/sikap.

2. Pengertian Manajemen Bencana

Manajemen Bencana adalah serangkaian kegiatan yang didesain untuk


mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk
membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak
bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum,
selama, dan setelah bencana (University of Wisconsin). Sedangkan menurut rumusan
Universitas British Columbia proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan
nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat
(partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun
aktual.

3. Tujuan Manajemen Bencana


Tujuan manajemen bencana yang baik adalah:
1. Menghindari kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara melalui
tindakan dini (sebelum bencana terjadi).

Tindakan ini termasuk pencegahan. Tindakan ini efektif sebelum bencana


itu terjadi. Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan beberapa upaya.
Pertama, penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana itu bisa disebabkan
oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa dilakukan.
Tetapi hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam yang memiliki energi di
luar kemampuan manusia untuk melakukan.

Pergeseran lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik,


misalnya, merupakan sebab yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh manusia.
Belum ada satu teknologi yang mampu menghambat pergeseran lempeng bumi,
atau mengatur pergeseran supaya bergerak pelan-pelan dan tidak menimbulkan
getaran hebat. Oleh karena itu, tindakan penghindaran bencana alam lebih
diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi kondisi, yang dapat
mewujudkan bencana. Contoh “kondisi” yang dimaksud adalah struktur
bangunan. Kondisi bangunan yang baik bisa meminimalisasi atau menghilangkan
risiko bencana. Struktur bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa menyebabkan
bangunan tahan terhadap goncangan, sehingga kerugian manusia, fisik, ekonomi,
dan lingkungan bisa dihindari.

2. Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat, maupun negara berupa


kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila
bencana tersebut terjadi.

Tindakan meminimalisasi kerugian akan efektif bila bencana itu telah


terjadi. Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu telah
dilakukan jauh sebelum bencana itu sendiri terjadi. Contoh, bencana alam dengan
cepat akan menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan
meninggal. Maka tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah
penyebaran pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai ke tingkat
kecamatanan.

Di Inggris, pemadam kebakaran disebar hingga ke tingkat distrik dan kota


(setara dengan kabupaten) dengan koordinasi di tingkat county (setara dengan
propinsi). Bila terjadi bencana kebakaran di satu lokasi, pemadam kebakaran di
berbagai daerah bisa dengan cepat dikerahkan sehingga kerugian bisa
diminimalisasi

3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan masyarakat yang


terkena bencana.

Ada juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan


utamanya adalah membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana
supaya bisa bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung
dialami. Bantuan tenda, pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi
subsidi, termasuk dalam kategori ini.

Tindakan yang juga termasuk kategori ini adalah pemulihan kondisi psikis
individu dan masyarakat yang terkena bencana. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan optimisme dan kepercayaan diri. Dengan sikap yang positif
tersebut, pemulihan individu dan masyarakat akan menjadi semakin cepat karena
korban secara aktif membangkitkan diri sendiri.

4. Untuk memperbaiki kondisi sehingga individu dan masyarakat dapat mengatasi


permasalahan akibat bencana

Perbaikan kondisi terutama diarahkan pada perbaikan infrastruktur seperti


jalan, listirk, penyediaan air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya. jalan
merupakan salah satu infrastruktur yang perlu mendapat perhatian sekalipun
(tampaknya) tidak terlalu parah. Selain itu, berbagai fasilitas masyarakat seperti
pasar, terminal, dan sejenisnya juga termasuk dalam tindakan ini untuk membuat
perputaran ekonomi masyarakat kembali bergulir.

5. Untuk mempercepat pemulihan kondisi sehingga individu dan masyarakat bangkit


ke kondisi sebelum bencana, atau bahkan mengejar ketinggalan dari individu atau
masyarakat lain yang tidak terkena bencana.
4. Upaya Penanggulangan Bencana
Secara garis besar, upaya penanggulangan bencana meliputi :
a. Kesiapsiagaan => keadaan siap setiap saat bagi setiap orang, petugas serta
institusi pelayanan (termasuk pelayanan kesehatan) untuk melakukan tindakan
dan cara-cara menghadapi bencana baik sebelum, sedang, maupun sesudah
bencana.
b. Penanggulangan => upaya untuk menanggulangi bencana, baik yang
ditimbulkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk dampak kerusuhan
yang meliputi kegiatan pencegahan, penyelamatan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

Tujuan dari upaya di atas ialah mengurangi jumlah kesakitan, risiko


kecacatan dan kematian pada saat terjadi bencana; mencegah atau mengurangi
risiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya; dan mencegah atau
mengurangi risiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat
bencana.

5. Manajemen Sebelum Bencana


Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kerugian harta dan
korban manusia yang disebabkan oleh bahaya dan memastikan bahwa
kerugian yang ada juga minimal ketika terjadi bencana. Meliputi
kesiapsiagaan dan mitigasi.
Kesiapsiagaan :
 Mencakup penyusunan rencana pengembangan sistem peringatan,
pemeliharaan persediaan dan pelatihan personil.
 Mungkin juga merangkul langkah-langkah pencarian dan penyelamatan
serta rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari
bencana berulang.
 Langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana
terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan,
dan kerusakan saat bencana terjadi.

Mitigasi :

 Mencakup semua langkah yang diambil untuk mengurangi skala


bencana di masa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan terhadap
bahaya itu sendiri .
 Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan pada bahaya itu
sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman tersebut.
 Contoh : pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan irigasi air pada
daerah yang kekeringan.
 Pada sektor kesehatan, dilakukan langkah pencegahan dan mitigasi
baik kepada tenaga kesehatan maupun masyarakat. Tenaga kesehatan
diberikan perlindungan kesehatan melalui pembelian dan ketersediaan
APD, insentif dokter/tenaga kesehatan, santunan kematian bagi tenaga
medis. Sementara bagi masyarakat, Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan menghimbau
masyarakat untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menjaga kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer atau
sabun cair sesering mungkin bila tangan terkena noda atau terlihat
kotor;
2. Berusaha agar bagian wajah (mata, hidung, mulut) tidak tersentuh
oleh tangan; Apabila mengharuskan untuk bersin atau batuk
lakukan dengan menutup hidung dan mulut menggunakan tisu atau
lengan atas bagian dalam;
3. Menggunakan masker standar medis apabila memiliki
gejala/gangguan pernapasan dan apabila masker habis pakai
dibuang ke tempat sampah dengan tetap menjaga kebersihan
tangan;
4. Melakukan physical distancing dengan jarak minimal 1 meter
apabila terdapat orang mengalami gejala atau gangguan pada area
pernapasan.

6. Manajemen Saat Terjadi Bencana

Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian


bencana yang bertujuan untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
Meliputi kegiatan :

1. penyelamatan dan evakuasi korban maupun harta benda


2. pemenuhan kebutuhan dasar
3. perlindungan
4. pengurusan pengungsi
5. penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
6. Mengunakan masker, sarung tangan, hazmat ( Nakes )
7. Melakukan tindakan social distancing
8. Tetap dirumah saja jika tidak ada kegiatan berkepentingan
9. Sering melakukan cuci tangan dan mengunakan hean sanitaizer
10. Menghindari kerumunan atau tempat ramai
7. Manajemen Sesudah Terjadi Bencana ( Recovery )

Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan utama yaitu rehabilitasi


dan rekonstruksi.

 Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Mengunakan masker saat melakukan kegiatan saat diluar rumah juga menghindari
kontak dengan orang-orang sekitar minimal jarak sepanjang tangan jika ingin
berbicara dengan orang dan tidak melakukan kegiatan yang bersifat kumpul-
kumpul dalam satu tempat.
 Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pasca bencana.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/sistem-penanggulangan-bencana.

https://manajemenppm.wordpress.com/2013/05/21/manajemen-bencana-
disaster-management/

https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--penanganan-wabah-covid-19--dalam-
pengamatan-ombudsman.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020

tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas

Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus

Disease 2019 (COVID-19).

Anda mungkin juga menyukai