Anda di halaman 1dari 16

DISASTER MANAJEMEN

“Upaya Penanggulangan Bencana”

DOSEN PEMBIMBING :

Yuyud wahyudi S. Kep., Ns., MNS

OLEH :

IRMA DWI NURCAHYATI

NIM : 172121006

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Upaya Penanggulangan Bencana “ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari bapak Yuyud wahyudi S. Kep., Ns., MNS pada mata kuliah
Disaster Manajemen Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Disaster bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya
mengucapkan terima kasih kepada bapak Yuyud wahyudi S. Kep., Ns.,
MNS yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Kepanjen, 16 Desember 2020

Penulis: Irma Dwi Nurcahyati

i|P ag e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI .....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan ................................................................................................... 3

D. Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 4

A. Definisi .................................................................................................. 4

B. Penanggulangan Bencana .................................................................... 5

C. Upaya Pemerintah Penanggulangan Bencana ..................................... 6

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12

A. Kesimpulan ......................................................................................... 12

B. Saran .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan suatu fenomena yang acapkali ditemukan
di Indonesia, tidak jarang bencana terjadi dengan membawa duka dan
kerugian materiil. Masyarakat Indonesia sudah dapat memahami
karakteristik bencana yang akan terjadi, jauh sebelum teknologi
canggih berkembang seperti zaman kekinian, walaupun memang pada
kenyataannya teknologi dapat membantu meminimalisasi kerugian
yang ditimbulkan dari bencana alam sekalipun tidak selamanya
bekerja sesuai harapan (Buchari, 2020).

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana dijelaskan bahwa wilayah Negara kesatuan
Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, biologis, hidrologis, dan
demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang di
sebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam, maupun faktor manusia
yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam
keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
Diperlukan tanggap darurat bencana yang merupakan serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan,
serta pemulihan prasarana dan sarana.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB),


mengklasifikasikan bencana ke dalam 13 jenis, yaitu gempabumi,

1|P ag e
Tsunami, banjir, tanahlongsor, letusan gunungapi, gelombang ekstrim
dan abrasi, cuaca ekstrim, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan,
kebakaran gedung dan pemukiman, epidemi dan wabah penyakit,
gagal teknologi dan konflik sosial (BNPB, 2012). Hal itu diperkuat oleh
United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR, 2009)
yang mengklasifikasikan fenomena yang berpotensi mengakibatkan
bencana menjadi tiga jenis, yaitu hidrometeorologis
(hydrometeorological), geologis (geological) dan biologis (biological).
Kedua klasifikasi tersebut menggambarkan betapa banyaknya
kejadian yang berpotensi menjadi bencana.

Potensi ancaman/bahaya yang begitu banyak, khususnya di


Indonesia merupakan tantangan baik bagi pemerintah maupun
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan manajemen bencana yang
baik. Peran aktif pemerintah dalam manajemen bencana ditunjukkan
dengan membentuk BNPB dan BPBD hingga tingkat kota/kabupaten.
Selain peran aktif pemerintah, hal yang sangat penting dalam
manajemen bencana adalah kerjasama masyarakat di Kawasan rawan
bencana. Kawasan Rawan Bencana (KRB) merupakan wilayah yang
ditentukan berdasarkan tingkat kemudahan wilayahnya untuk terpapar
atau terdampak suatu bencana. KRB juga ditentukan berdasarkan
jenis bencana (Yunus & Ratih, 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bencana ?
2. Apa saja ketegori bencana ?
3. Apa upaya penaggulangan bencana pemerintah ?
4. Apa tujuan pembentukan BPBD ?
5. Apa saja aspek-aspek penanggulangan bencana ?

2|P ag e
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Pembaca dapat mengetahui upaya-upaya penanggulangan
bencana yang dilakukan oleh pemerintah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang bencana.
b. Mengetahui kategori bencana.
c. Mengetahui upaya-upaya penanggulangan bencana.
d. Mengetahui tujuan pemerintah membentuk BPBD.
e. Mengetahui aspek-aspek penganggulangan bencana.

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan untuk para pembaca.
2. Sebagai bahan ajar untuk perkuliahan bencana.
3. Sebagai bahan literature untuk pembelajaran.

3|P ag e
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa
yang dimaksud bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis. Ada 3 (tiga) kategori jenis bencana, yaitu:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas
masyarakat.
BNPB (2014) merinci 12 (dua belas) jenis bencana yang kerap kali
terjadi di Indonesia, yaitu gempa bumi, tsunami, letusan gunung
api, gerakan tanah (tanah longsor), banjir, banjir bandang,
kekeringan, cuaca ekstrim (puting beliung), gelombang ekstrim

4|P ag e
dan abrasi, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah
penyakit, serta kegagalan teknologi.
Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu:
1. Faktor alam (natural disaster), yaitu karena fenomena alam dan
tanpa ada campur tangan manusia.
2. Faktor non-alam (non-natural disaster), yaitu bukan karena
fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia.
3. Faktor sosial/manusia (manmade disaster) yang murni akibat
perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan
terorisme.

B. Penanggulangan Bencana
Ada berbagai upaya yang dapat dilaksanakan guna menanggulangi
bencana. Upaya-upaya tersebut adalah:
1. Mitigasi, yang dapat juga diartikan sebagai penjinak bencana alam.
Pada prinsipnya, mitigasi adalah usahausaha baik bersifat
persiapan fisik, maupun non-fisik dalam menghadapi bencana
alam. Persiapan fisik dapat berupa penataan ruang kawasan
bencana dan kode bangunan, sedangkan persiapan non-fisik dapat
berupa pendidikan tentang bencana alam.
2. Menempatkan korban di suatu tempat yang aman adalah hal yang
mutlak diperlukan. Sesuai dengan deklarasi Hyogo yang ditetapkan
pada Konferensi Dunia tentang Pengurangan Bencana, di Kobe,
Jepang, pertengahan Januari 2005 bahwa, “Negara mempunyai
tanggung jawab utama untuk melindungi orang-orang dan harta
benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari ancaman
dengan memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan
risiko bencana dalam kebijakan nasional, sesuai dengan

5|P ag e
kemampuan mereka dan sumber daya yang tersedia kepada
mereka”.
3. Membentuk Tim penanggulangan bencana.
4. Memberikan penyuluhan-penyuluhan.
5. Merelokasi korban secara bertahap.
(Heryati, 2020)

C. Upaya Pemerintah Penanggulangan Bencana


Bencana alam menjadi ancaman bagi keberlangsungan
kehidupan masyarakat atau dengan kata lain menyangkut
keselamatan publik. Untuk keperluan tersebut, perlu adanya lembaga
khusus yang menangani peristiwa-peristiwa bencana alam. Sesuai
dengan amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 10,
pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). Lembaga non-departemen yang dibentuk melalui Peraturan
Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana ini berlaku sebagai leading sector dalam
penanganan bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Menurut Solway (2004), tujuan pemerintah daerah dalam


penanggulangan bencana melalui pembentukan BPBD meliputi hal-hal
sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi orang dan wilayah yang rentan bencana dalam


lingkup kabupaten.
2. Memastikan bahwa semua anggota masyarakat menyadari
potensi dampak bencana alam.
3. Membagikan saran dan panduan praktik yang baik kepada
masyarakat untuk mitigasi bencana.

6|P ag e
4. Menjaga hubungan dengan para pejabat yang bertanggung jawab
dalam perencanaan, kesehatan, dan kesejahteraan dengan
mengeluarkan peringatan atau sistem pengendalian massa dan
kebakaran.
5. Memastikan bahwa anggota masyarakat menerima pelatihan first
aid atau pertolongan pertama yang sesuai.
6. Melaksanakan program pendidikan dan penyadaran masyarakat
melalui kegiatan yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah
setempat.
7. Mengidentifikasi rute evakuasi dan lokasi tempat yang aman serta
lokasi pengungsi.

Beberapa tanggung jawab yang diemban pemerintah daerah dalam


penanggulangan bencana antara lain yaitu:
1. Mengalokasikan dana penanggulangan bencana.
2. Memadukan penanggulangan bencana dalam pembangunan
daerah.
3. Melindungi masyarakat dari ancaman bencana.
4. Melaksanakan tanggap darurat; serta melakukan pemulihan pasca
bencana.

Sehubungan dengan tanggung jawab tersebut, pemerintah daerah


memiliki wewenang dalam penanggulangan bencana sebagai berikut :
1. Merumuskan kebijakan penanggulangan bencana di wilayahnya.
2. Menentukan status dan tingkat keadaan darurat.
3. Mengerahkan potensi sumber daya di wilayahnya.
4. Menjalin kerjasama dengan daerah lain.
5. Mengatur dan mengawasi penggunaan teknologi yang berpotensi
menimbulkan bencana.

7|P ag e
6. Mencegah dan mengendalikan penggunaan sumber daya alam
yang berlebihan.
7. Menunjuk komandan penanganan darurat bencana.
8. Melakukan pengendalian bantuan bencana.
9. Menyusun perencanaan, pedoman dan prosedur
penyelenggaraan penanggulangan bencana.
(Heryati, 2020)
Menurut jurnal penelitian Sri Heryati (2020) tanggung jawab
serta kewenangan tersebut di atas menunjukkan bahwa pemerintah
daerah memegang peran dalam sistem penanggulangan bencana.
Peran tersebut meliputi 5 (lima) aspek sebagai berikut :
1. Aspek legislasi, dimana pemerintah daerah diharuskan membuat:
a. Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Bencana.
b. Peraturan Daerah tentang Pembentukan BPBD.
c. Pedoman teknis standar kebutuhan minimum penanganan
bencana.
d. prosedur tetap; prosedur operasi.
e. Serta peraturan lainnya.
2. Aspek kelembagaan, dimana pemerintah daerah harus:
a. Membentuk BPBD.
b. Menyiapkan personil profesional ahli.
c. Menyiapkan prasarana dan sarana peralatan serta logistic.
d. Mendirikan pusat pengendali operasi serta pusat data,
informasi dan komunikasi.
3. Aspek perencanaan, dimana pemerintah daerah harus:
a. Memasukkan penanggulangan bencana dalam Rencana
Pembangunan (RPJP, RPJM dan RKP Daerah).
b. Membuat perencanaan penanggulangan bencana.
c. Membuat rencana penanggulangan bencana.
d. Membuat rencana kontijensi.

8|P ag e
e. Membuat rencana operasi darurat.
f. Membuat rencana pemulihan.
g. Memadukan rencana penanggulangan bencana dengan
rencana tata ruang wilayah.
4. Aspek pendanaan, dimana pemerintah daerah harus
mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dalam
bentuk:
a. Dana rutin dan operasional melalui DIPA.
b. Dana kontijensi dan siap pakai untuk tanggap darurat.
c. Dana pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi.
d. Menggalang dan mengawasi pengumpulan dana yang berasal
dari masyarakat.
5. Aspek pengembangan kapasitas, yang meliputi:
a. Pengembangan SDM melalui pendidikan, baik formal,
informal, maupun non formal.
b. Pelatihan (manajerial dan teknis) serta latihan (drill, simulasi
dan gladi).
c. Pengembangan kelembagaan berupa pusat operasi pusat
data dan media center.
d. Pengembangan infrastruktur berupa peralatan informatika dan
komunikasi.
Kelima aspek peran pemerintah daerah tersebut diketahui
sangat penting dan mutlak diperlukan keberadaanya dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Dengan kata lain,
kelemahan menyangkut aspek-aspek tersebut akan mengganggu atau
menghambat optimalisasi penanggulangan bencana. Beberapa
penelitian dan kajian tentang penanggulangan bencana telah
membuktikan pentingnya kelima aspek peran pemerintah daerah
tersebut.

9|P ag e
Beong, Resmawan, dan Kalinggi (2018) melakukan penelitian
tentang peran BPBD sebagai agen pemerintah dalam
penanggulangan bencana alam di Kota Samarinda. Ada beberapa
temuan utama dari penelitian ini, yaitu:
1. BPBD merupakan lembaga pemerintah daerah yang menjalankan
fungsi koordinasi dalam pencegahan dan kesiapsiagaan dalam
pengurangan risiko bencana. BPBD bekerjasama dengan berbagai
instansi, memantau titik-titik rawan bencana, serta membentuk
program pemberdayaan masyarakat yang diharapkan mampu
mengurangi risiko bencana serta menjadi media penyebarluasan
informasi.
2. Dalam penanganan tanggap darurat, BPBD membentuk Tim
Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi
korban. Untuk itu, dibentuk Posko bantuan bencana yang berfungsi
sebagai tempat pengungsian sementara serta untuk berkoordinasi
dengan instansi pemerintah yang terkait dengan penanggulangan
bencana.
3. Dalam hal rehabilitasi pasca bencana, BPBD melakukan kegiatan
perbaikan lingkungan, sarana dan prasarana, bantuan materiil,
kesehatan dan lain sebagainya guna memulihkan lokasi terdampak
bencana.
4. Untuk rekonstruksi pasca bencana, BPBD melakukan proses
kegiatan yang terencana, tepat sasaran, dan tertib sehingga
mampu meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap ancaman
bencana di masa mendatang. Untuk kegiatan ini, BPBD
mendapatkan bantuan dana dari BPBD Provinsi dan BNPB serta
dari masyarakat.
5. Faktor penghambat yang dihadapi BPBD dalam penanggulangan
bencana meliputi:
a. Kurangnya SDM.

10 | P a g e
b. Sarana dan prasarana yang belum memadai.
c. Terbatasnya anggaran dari pemerintah daerah dibandingkan
dengan kebutuhan.

11 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana alam merupakan sebuah keniscayaan yang mengiringi
kehidupan umat manusia. Bencana alam tidak dapat dihindarkan,
tetapi setidaknya dapat diupayakan agar risiko serta dampak yang
ditimbulkan tidak menimbulkan banyak kerugian, baik korban jiwa
maupun kerugian materiil dan nonmateriil. Oleh karena menyangkut
kepentingan dan keselamatan masyarakat luas, kehadiran negara
dalam tindakan penanggulangan mutlak diperlukan. Sebagai bentuk
nyata peran pemerintah dan pemerintah daerah, telah dibentuk BNPB
di tingkat pusat dan BPBD di tingkat daerah. Lembaga nondepartemen
ini merupakan leading sector dalam setiap kegiatan penanggulangan
bencana. Posisi penting BPBD sebagai bentuk peran pemerintah
daerah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana tentu harus
disertai kemauan pemerintah daerah untuk mencukupi piranti yang
dibutuhkan, baik berupa anggaran, SDM, maupun saranaprasarana

B. Saran
Faktor penghambat utama yang seringkali dihadapi oleh BPBD
adalah permasalahan keterbatasan anggaran, SDM, dan sarana-
prasarana, serta lemahnya koordinasi antar sektor yang terlibat. Oleh
karena itu pemerintah untuk lebih mencukupkan perhatian dan
memberikan anggaran, SDM, maupun saranaprasarana.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Ratih, Lintang, Rhizki, Yunita. 2020. Penguatan Literasi


Mitigasi Bencana Angin Puting Beliung untuk Peningkatan Kapasitas
Masyarakat Desa Munggur, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Vol :
23 (2), hal 165-179.
Buchari, Ach. 2020. Manajemen Mitigasi Bencana dengan
Kelembagaan Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Kabupaten
Garut Indonesia. Vol : 1 (1), hal 1-10.
Heryati, Sri. 2020. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan
Bencana. Vol :2 (2), 139-146.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai