Anda di halaman 1dari 15

REPRODUKSI 1

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES GENITALIS

Dosen Pembimbing :

Harrys Bachtiar, S.Kep ., Ners., M.K.M

Nama Kelompok :

Irma Dwi Nurcahyati 172121006

Ayyubi Umar Al- Faruq 172121011

S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA CIPTA HUSADA

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HERPES GENETALIS

A. DEFINISI

Herpes merupakan nama kelompok


virus herpesviridae yang dapat menginfeksi
manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai
dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit
kering. Jenis virus herpes yang paling
terkenal adalah herpes simplex virus atau
HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan
infeksi pada daerah mulut, wajah, dan
kelamin (herpes genitalia).

Genital herpes, juga umumnya disebut


"herpes" adalah infeksi virus oleh herpes simplex
virus (HSV) yang ditularkan melalui kontak intim
dengan lapisan-lapisan yang ditutupi lendir dari
mulut atau vagina atau kulit genital. Virus
memasuki lapisan-lapisan atau kulit melalui
robekan-robekan mikroskopik. Sekali didalam,
virus berjalan ke akar-akar syaraf dekat sumsum
tulang belakang (spinal cord) dan berdiam disana
secara permanen.

Ketika seseorang yang terinfeksi


mempunyai perjangkitan herpes, virus berjalan
menuruni serabut-serabut syaraf ke tempat dari
asal infeksi. Ketika ia mencapi kulit, kemerahan
dan lepuhan-lepuhan (blisters) yang khas terjadi. Setelah perjangkitan awal,
perjangkitan-perjangkitan yang berikut cenderung menjadi sporadik. Mereka mungkin
terjadi mingguan atau bahkan tahunan berpisahan.

(Whitley, Richard and Baines, Joel, 2018)


B. ETIOLOGI

Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang
merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada
sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga
termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang
menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan
kelainan yang sama.
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama
melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga
menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki
cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau
anal seks. ( Sutardi, 2012 )

C. MANIFESTASI KLINIS

Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom
dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom
khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar
15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat
berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah
anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha.
Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari Herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah
orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun
gejalanya sebagai berikut :
1. Nyeri dan disuria
2. Uretral dan vaginal discharge
3. Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
5. Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda (sign) :
1. Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung
pada tingkat infeksi.
2. Limfadenopati inguinal
3. Faringitis
4. Cervisitis
( Saenang, 2004 )

Herpes genital primer


Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk
hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan
biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala.
Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah
diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan
berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang
tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih
jarang terlihat.(1)
Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada
faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga
terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik
sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam,
gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan
beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus
dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV
berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan
bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di
tempat terjadinya outbreaks
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes
progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas
dari pejamu. Stadium penyakit meliputi :
Infeksi primer —- stadium laten —- replikasi virus —- stadium rekuren
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status
imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya
kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih
berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
a. infeksi oro-fasia
b. infeksi genital
c. infeksi kulit lainnya
d. infeksi okular
e. kelainan neurologis
f. penurunan imunitas
g. herpes neonatal
( Douglas, 2012 )

D. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi herpes simpleks dimulai dengan infeksi virus, namun cara


transmisi virus sedikit berbeda antara Herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan tipe 2.
Infeksi virus HSV tipe 1 terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan saliva
yang terkontaminasi atau sekret tubuh orang yang terinfeksi. Sementara HSV Tipe 2
terutama menular saat hubungan seksual.
Virus HSV sangat pandai mengelabui sistem imun tubuh manusia melalui
beberapa mekanisme. Salah satunya adalah dengan menginduksi terakumulasinya
molekul CD1d pada antigen presenting cells. Normalnya, molekul-molekul CD1d akan
ditransportasikan ke permukaan sel, dimana antigen dipresentasikan sebagai reaksi
dari stimulasi natural killer T-cells yang kemudian memediasi respon imun. Ketika
molekul CD1d terkumpul di dalam sel, respon imun menjadi terhalang.
HSV juga memiliki beberapa mekanisme lain yang dapat menurunkan regulasi
berbagai macam sel imun dan sitokin. HSV mampu menyebabkan infeksi cytolytic,
sehingga terjadi perubahan patologis karena nekrosis sel dan reaksi inflamasi. Cairan
berkumpul di antara lapisan epidermis dan dermis, sehingga terjadi pembentukan
vesikel. Cairan kemudian diabsorbsi dan meninggalkan keropeng. Penyembuhan
dapat terjadi tanpa meninggalkan parut. Dapat pula terbentuk ulkus dangkal akibat
ruptur vesikel pada membran mukosa.
(Melissa, 2017)

E. KOMPLIKASI

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang


serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak
bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah
dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi
herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan
oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat
menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang
lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau
mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian
serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai
angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau
kelainan pada mata.
( Saenang, 2004 )

F. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai


dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak.
Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan
laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.
1. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intra epidermal, epidermis yang terpengaruh dan
inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang
merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum
membentuk vesikel.
2. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
a. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2
b. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
3. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih
merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal
infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal
(vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau
krusta.
Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya
hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus,
perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan
memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif
dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam. ( Saenang, 2004 )

G. PENATALAKSANAAN

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
1. menjaga kebersihan lokal
2. menghindari trauma atau faktor pencetus
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar
5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan
ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri
hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda
akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner
seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :
a) Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama
5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal
(5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi
virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)
b) Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir
lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir
menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena.
Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10
hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.(4,5,9)
c) Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat
replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan
timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi
resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang
daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali
sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi
pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik. ( Saenang, 2004 )

Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom
dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada
daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang
berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di
samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana
ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu :
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan
PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up
dengan tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam
pencegahan. ( Saenang, 2004 )
PATHWAY / WOC
ASUHAN KEPERAWATAN
HERPES GENITALIS

A. PENGKAJIAN
1. Biodata :
a. Umur : dapat terjadi pada segala umur.
b. Pekerjaan : bagi orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan seks.
2. Keluhan Utama :
Nyeri atau gatal di area alat kelamin atau bokong, nyeri saat buang air kecil
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang : Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. Pada
beberapa kasus,timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang
mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh
atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.
b. Dahulu : Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami
penyakit herpessimplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
c. Keluarga : Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
4. Kebutuhan Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.
Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga
diri,penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
b. Menarik diri dari kontak sosial.
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
5. Kebiasaan Sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami
gangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB
dan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien
yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-
sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kedaaan Umum : luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien.
Pada kondisi awal/ saat proses peradangan,dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
b. Kulit : adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema di sekitar
lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
c. Genetalis :
1) Inpeksi : Pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia
mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul
lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi.
2) Palpasi : kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d Agens Cedera Biologis, adanya infeksi virus.
2. Kerusakan Integritas Kulit b/d ulkus pada kulit
3. Resiko infeksi b/b masuknya virus Herpes
4. Hipertermia b/d penyakit
5. Keletihan b/d malaise
6. Ansietas b/d gelisah
7. Defisiensi Pengetahuan b/d Kurangnya pajanan informasi

C. ANALISA DATA
1. Ds : Nyeri atau gatal di area alat kelamin atau bokong, dan nyeri saat buang
air kecil.
2. Do : adanya papul pada kulit berisi cairan, ruam merah disekitar papul, terdapat
ulkus bekas garukan.
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

kriteria hasil:

a. Mengetahui faktor penyebab nyeri


b. Mengetahui permulaan terjadinya nyeri
c. Menggunakan tindakan pencegahan
d. Melaporkan gejala
e. Melaporkan kontrol nyeri

Intervensi

a. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh meliputi lokasi, durasi,


kualitas, keparahan nyeri dan factor pencetus nyeri.
b. Observasi ketidaknyamanan non verbal.
c. ajarkan untuk teknik nonfarmakologi misal relaksasi, guide imajeri, terapi
musik, distraksi.
d. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidak nyamanan misal suhu, lingkungan, cahaya, kegaduhan.
e. Kolaborasi : pemberian Analgetik sesuai indikasi

2. Diagnosa II : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ulkus pada kulit

Kriteria hasil :

a. integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,


temperatur, hidrasi dan pigmentasi)
b. tidak ada luka / lesi pada kulit
c. perfusi jaringan yang baik
d. menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
e. mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
f. menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi

a. anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.


b. hindari kerutan pada tempat tidur
c. jaga kebersihan kulit ag ar tetap bersih dan kering
d. mobilisasi pasien (ubah posisi pasien ) setiap 2 jam sekali
e. monitor kulit akan adanya kemerahan
f. oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
g. monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

E. EVALUASI
S : Nyeri dan gatal berkurang/hilang.
O : Papul berisi cairan, dan terdapat ruam disekitar papul.
A : Masalah Teratasi.
P : Intervensi dihentikan.

DAFTAR PUSTAKA
Douglas, Fleming, Quillan M, Johnson E.R, Nahmias A.J, Aral SO, et al. Herpes
Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 – 1994. In the New England Journal
of Medicine, Vol.337(Number 16), Massachutes : Massachutes Medical Society,
Oktober 16 1997, p 1105-11.

Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Univ.Tarumanagara, Vol 4
No.1 1998. Jakarta: Fakultas Kedokteran Tarumanagara; 1998.p.31-41.

Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor.
Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedoktera Univesitas Hasanuddin; 2004. hal.179-196.
Whitley, Richard and Baines, Joel. Clinical management of herpes simplex virus
infections: past, present, and future. Version 1. F1000Res. 2018; 7: F1000 Faculty
Rev-1726. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6213787/
Kohn, Melissa. Herpes Simplex in Emergency Medicine Clinical Presentation. 2017.
Available from : https://emedicine.medscape.com/article/783113-clinical#b4

Wilkinson. 2015. Diagnosa Keperawatan- Nanda. Edisi: 10. Jakarta: EGC

Bulecek, Buther, dan Dochterman. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).


Edisi: 5. Yogyakarta: mocomedia.

Moohed, Johnson, dan Maas. 2013. Nursing Outcomes Classificatoin (NOC). Edisi: 6.
Yogyakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai