Dosen Pembimbing :
Nama Kelompok :
S1 ILMU KEPERAWATAN
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HERPES GENETALIS
A. DEFINISI
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang
merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada
sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga
termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang
menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan
kelainan yang sama.
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama
melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga
menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki
cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau
anal seks. ( Sutardi, 2012 )
C. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom
dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom
khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar
15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat
berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah
anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha.
Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari Herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah
orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun
gejalanya sebagai berikut :
1. Nyeri dan disuria
2. Uretral dan vaginal discharge
3. Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
5. Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda (sign) :
1. Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung
pada tingkat infeksi.
2. Limfadenopati inguinal
3. Faringitis
4. Cervisitis
( Saenang, 2004 )
D. PATOFISIOLOGI
E. KOMPLIKASI
F. PEMERIKSAAN
G. PENATALAKSANAAN
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
1. menjaga kebersihan lokal
2. menghindari trauma atau faktor pencetus
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar
5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan
ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri
hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda
akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner
seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :
a) Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama
5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal
(5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi
virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)
b) Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir
lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir
menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena.
Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10
hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.(4,5,9)
c) Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat
replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan
timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi
resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang
daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali
sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi
pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik. ( Saenang, 2004 )
Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom
dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada
daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang
berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di
samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana
ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu :
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan
PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up
dengan tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam
pencegahan. ( Saenang, 2004 )
PATHWAY / WOC
ASUHAN KEPERAWATAN
HERPES GENITALIS
A. PENGKAJIAN
1. Biodata :
a. Umur : dapat terjadi pada segala umur.
b. Pekerjaan : bagi orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan seks.
2. Keluhan Utama :
Nyeri atau gatal di area alat kelamin atau bokong, nyeri saat buang air kecil
3. Riwayat Penyakit
a. Sekarang : Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. Pada
beberapa kasus,timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang
mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh
atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi hebat.
b. Dahulu : Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami
penyakit herpessimplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
c. Keluarga : Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
4. Kebutuhan Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.
Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga
diri,penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
b. Menarik diri dari kontak sosial.
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
5. Kebiasaan Sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami
gangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB
dan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien
yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-
sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan.
6. Pemeriksaan fisik
a. Kedaaan Umum : luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien.
Pada kondisi awal/ saat proses peradangan,dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
b. Kulit : adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema di sekitar
lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
c. Genetalis :
1) Inpeksi : Pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia
mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul
lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi.
2) Palpasi : kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d Agens Cedera Biologis, adanya infeksi virus.
2. Kerusakan Integritas Kulit b/d ulkus pada kulit
3. Resiko infeksi b/b masuknya virus Herpes
4. Hipertermia b/d penyakit
5. Keletihan b/d malaise
6. Ansietas b/d gelisah
7. Defisiensi Pengetahuan b/d Kurangnya pajanan informasi
C. ANALISA DATA
1. Ds : Nyeri atau gatal di area alat kelamin atau bokong, dan nyeri saat buang
air kecil.
2. Do : adanya papul pada kulit berisi cairan, ruam merah disekitar papul, terdapat
ulkus bekas garukan.
D. RENCANA KEPERAWATAN
1. Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
kriteria hasil:
Intervensi
Kriteria hasil :
E. EVALUASI
S : Nyeri dan gatal berkurang/hilang.
O : Papul berisi cairan, dan terdapat ruam disekitar papul.
A : Masalah Teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Douglas, Fleming, Quillan M, Johnson E.R, Nahmias A.J, Aral SO, et al. Herpes
Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 – 1994. In the New England Journal
of Medicine, Vol.337(Number 16), Massachutes : Massachutes Medical Society,
Oktober 16 1997, p 1105-11.
Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Univ.Tarumanagara, Vol 4
No.1 1998. Jakarta: Fakultas Kedokteran Tarumanagara; 1998.p.31-41.
Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor.
Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedoktera Univesitas Hasanuddin; 2004. hal.179-196.
Whitley, Richard and Baines, Joel. Clinical management of herpes simplex virus
infections: past, present, and future. Version 1. F1000Res. 2018; 7: F1000 Faculty
Rev-1726. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6213787/
Kohn, Melissa. Herpes Simplex in Emergency Medicine Clinical Presentation. 2017.
Available from : https://emedicine.medscape.com/article/783113-clinical#b4
Moohed, Johnson, dan Maas. 2013. Nursing Outcomes Classificatoin (NOC). Edisi: 6.
Yogyakarta: EGC