DISUSUN OLEH:
A. DEFINISI
Herpes genitalis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang sering
sebagai akibat dari nyeri yangtimbul serta gejala lain yang menyertai ketika terjadi
infeksi aktif. Oleh karena penyakitherpes genital tidak dapat disembuhkan serta
sehingga diharapkan kualitas hidup dari pasien menjadi lebih baik setelah dilakukan
B. ETIOLOGI
HSV tipe I dan II merupakan virus herpes homonis yang merupakan virus DNA.
Virus herpes simpleks hanya menginfeksi manusia. Terdapat dua tipe virus herpes
(orofacial); dan HSV-2, yang biasanya menyebabkan infeksi herpes genital pada laki-
laki dan perempuan (Melancon, 2014). Akan tetapi kedua tipe virus tersebut dapat
menginfeksi baik
perbedaanantara kedua tipe HSV secara biologis, contohnya tingkat rekurensi infeksi
HSV-2 padagenital lebih sering daripada HSV-1. Sebaliknya, infeksi nongenital yang
2014).
atausekret dari penderita infeksi HSV. Kebanyakan infeksi pada alat genital
didapatkan
dari partner dengan infeksi subklinis. Pasangan yang aktif secara seksual dan sama-
samaterinfeksi HSV tidak akan mengalami reinfeksi satu sama lain. Autoinokulasi
primer,namun jarang pada infeksi herpes rekuren. Belum ada bukti penelitian bahwa
bersamaataupun dari lingkungan. Penularan perinatal kepada bayi baru lahir dapat
terjadi,terutama jika infeksi baru terjadi pada kehamilan trimester akhir (Handsfield,
2011).
dalam jaringan saraf, kemudian virus tersebut memasuki masa laten di dalam jaringan
saraf,terutama di ganglia trigeminal untuk HSV-1, dan pada ganglia sacralis untuk
C. FAKTOR RESIKO
2. Demam
3. Stres fisik/emosional
hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secarakebetulan,
misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang
seringmenggigit jari (herpetic Whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab herpes
meningitis dan infeksineonatus. Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara
adalah saat pasien pertama kali terinfeksi HSV. Infeksi primer berlangsunglebih
lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejalasistemik
pada orang yang kekuranganantibodi virus herpes simpleks. Pada wanita ada
laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi HSV pada genitalia eksterna disertai
Infeksi terjadi pada orang yang sebelumnya pernah terinfeksi oleh HSV tipelain,
jarangterjadi(Handsfield, 2011).
Pada jenis ini, infeksi terjadi untuk kedua kalinya atau berikutnya olehtipe virus
yang sama. Infeksi ini berarti HSV pada ganglion dorsalis yangdalam keadaan
tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif danmencapai kulit sehingga
emosional, menstruasi), dan dapat pula timbulakibat jenis makanan dan minuman
yang merangsang. Infeksi rekurens inidapat timbul pada tempay yang sama (loco)
biasanya lebih ringan dan lebih singkat dari padainfeksi pertama, biasanya
sebelum timbul vesikel berupa rasa panas,gatal, dan nyeri. Bersama dengan herpes
4. Subclinical Infection
E. PATOFIOLOGI
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian
virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam
darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada
saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah
a. Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal
c. Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari
Masa inkubasi herpes genitalis biasanya berkisar antara 3-5 hari untuk infeksi
ditemukan padalaki-
laki, biasanya disertai dengan disuria berat. Lesi kutaneus munculsetelah 7-15
hari berupa papul, menjadi vesikel, menjadi pustul, menjadiulkus, lalu menjadi
disertaidengan nyeri yang berat dan tidak berubah menjadi krusta. Nyeri dan
bengkak
padadaerahinguinaljugaseringditemukan,biasanyabilateral.Infeksiyangdidapatk
an melalui seks secara anal dapat dirasakan nyeri pada rektum, keluarcairan,
juga sering ada, dan kadang-kadang fotofobia dan kaku pada leher (Handsfield,
2011).
Lesi yang ditemukan pada tipe ini biasanya lebih sedikit daripada
infeksi primer.
terdiridari 2-10 lesi, lokasinya di bagian lateral dari garis tengah dan hanya
terdapatdi satu sisi tubuh. Lesi tersebut biasanya timbul 2-3 cm dari lokasi
isebut juga area boxer shorts). Lesi yang paling sering ditemukan adalah
Gambar 1. Herpes genitalis rekuren pada penis. Vesikel berkelompok dengan krusta di
bagian sentral,dasar yang meninggi dan berwarna merah. 4B. Herpes genitalis rekuren
pada vulva. Erosi berukuran besar dan sangat nyeri di labia.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed
G. DIAGNOSTIK PENUNJANG
1. Pemeriksaan sitology
karena pemeriksaan ini empat kali lebih sensitif, hasilnya tidak dipengaruhi oleh
cara pengumpuan
Sampel pemeriksaan didapatkan dari swab, kerokan lesikulit, cairan dari vesikel,
eksudat dari dasar vesikel, atau sampel dari mukosayang tidak terdapat lesi.
3. Kultur virus
Kultur virus digunakan untuk menentukan tipe virus, sudah lama menjadilandasan
untuk penegakan diagnosis infeksi HSV selama dua dekade terakgirdan sudah
Sampel diambil dari swab, kerokan lesi kulit, cairan dari vesikel,eksudat dari dasar
vesikel, atau dari mukosa yang tanpa lesi. Pemeriksaan inicukup mahal, tidak lebih
sensitif dari PCR, sensitivitasnya bervariasi darirendah ke tinggi tergantung
kerokan dari lesi, cairan dari vesikel, dan eksudat dari dasar vesikel.Spesifisitas
kedua pemeriksaan tersebut cukup tinggi, yaitu berkisar antara 62-100% untuk
Sensitivitas kedua pemeriksaan tersebut cukup tinggi, yaitu berkisar antara 85-
90%.
NANDA)
A. Pengkajian
a. Riwayat :
b. Diet
c. Keluhan utama
Nyeri
Sensasi gatal
Lesi kulit
Kemerahan
Fatique
d. Riwayat psikososial
Kecemasan
e. Pemeriksaan fisik
Tanda vital
Tes diagnostic
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3) Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes.
7) Kolaborasi pemberian
analgetik sesuai program
2. Gangguan integritas Tujuan : 1) Kaji tingkat kerusakan
kulit Integritas kulit tubuh kulit
kembali dalam waktu 7-10
hari 2) Jauhkan lesi dari
Kriteria hasil : manipulasi dan
Tidak ada lesi baru kontaminasi
Lesi lama mengalami
involusi 3) Kelola tx topical sesuai
program
4) Jelaskan pada
klien/keluarga proses
penularannya
DAFTAR PUSTAKA
Handoko RP. Herpes Simpleks. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu PenyakitKulit
dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia;
2010. P.380-2
Handsfield HH. Color Atlas & Synopsis of Sexually Transmitted Diseases. 3rd ed. New
Marques AR, Straus SE. Herpes Simplex. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.7th ed. New
Melancon JM. Herpes Simplex. In: Arndt KA, Hsu JTS, Alam M, Bhatia A, Chilukuri S.