Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN CANDIDIASIS ORAL

DI RUANGAN ASTER RSUD UNDATA PALU

DI SUSUN OLEH
SRI INDRININGSI
2020032085

CI KLINIK CI INSTITUSI

(Ns. Hasni Hilipito,S.Kep) (Ns.Ni Nyoman Udiani,


M.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
Laporan pendahuluan Candidiasis Oral

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida,
khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada
penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian
antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2015).
Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah
infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut.
Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh
pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut
kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa
diistilahkan candidosis atau moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga
candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang
hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang berat
tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang
imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
2. Anatomi Fisiologi mulut

Gambar 1.1 Anatomi Rongga Mulut


Cavum oris dikelilingi oleh labium oris dan pipi pada bagian samping dan
anterior, palatum molle dan palatum durum di bagian atas dan dasar mulut
bagian bawah. Di dasar cavum oris terdapat lingua dan gigi geligi. Bagian
belakang cavum oris membuka ke oropharynx melalui fauces atau isthmus
oropharyngeus yang dikelilingi di kedua bagian lateralnya oleh plica
palatoglossus yang terletak tepat di depan tonsila palatina. Arcus
palatopharyngeus atau pilar posterior dan fauces, terletak tepat di belakang
tonsila palatina. Di dalam cavum oris terdapat ductus-ductus glandulae
salivaniae submandibulanis, parotidea, sublingualis dan beberapa glandula
mucous. Gigi geligi dan processus alveolaris penopangnya membagi cavum
oris menjadi regio vestibularis yang dikelilingi oleh labium oris dan pipi di
bagian luar gigi geligi gusi, dan cavum otis proprlum di dalam arcus
dentalis. Bila gigi geligi saling beroklusi, regio vestibularis akan
berhubungan dengan cavum oris bagian dalam terletak di belakang arcus
dentalis (dibelakang gigi molar tiga pada individu dewasa), melalui spatium
yang terbentuk dari gigi-gigi yang sudah tanggal.
Membrana mucosa pada cavum oris melekat erat terhadap tulang di
bawahnya, yang terletak di atas processus alveolaris dan platum durum,
sehingga membentuk muscoperiosteum. Muscoperiosteum mempunyai
ikatan yang erat dengan otot-otot lingua melalui lamina propria, namun
tidak berkaitan terlalu erat terhadap muskulo. buccinator, otot labium oris
dan otot-otot palatum molle. Perlekatan muscoperiosteum ke dasar mulut
dan region vestibularis umumnya lebih longgar, sehingga lingua, pipi dan
labium oris dapat bergerak lebih bebas. Di seluruh cavum oris, epitel
membrana mucosa adalah tipe epithelium stratificatum squamosum. Epitel
terbentuk dari beberapa lapisan berikut ini:
a. Stratum gemlinativum atau lapisan sel basal terletak pada lamina basalis
dan secara berkesinambungan membentuk daerah origo untuk lapisan
epitel yang lebih superficial melalui mitosis dan sel-selnya.
b. Stratum spimosum dimana sel-selnya berhubungan longgar satu terhadap
yang lain, disertai adanya penonjolan atau jembatan ‘intercellular’ yang
tampak melintasi spatium interce Ilularis. Mikrograf electron
menunjukkan bahwa antar sel-sel berdekatan tidak ada kesinambungan
protoplasma, tetapi terdapat kontak pada regio- regio membrane sel
tertentu yang membentuk perlekatan plak atau desmosoma.
c. Stratum granulosum dimana sel-selnya lebih datar dan mengandung
granula keratohyalina, suatu precursor dan keratin.
d. Stratum corneum terdiri dan sel-sel tanpa struktur yang sudah mati, datar,
dan kornifikasi, dengan jumlah cukup banyak di atas gingiva, palatum
molle dan dorsum lingua. Stratum corneum terbentuk dengan baik pada
daerah-daerah ini karena stratum corneum lebih sering berkontak dengan
tekanan friksional dan abrasi yang lebih besar bila dibanding dengan
bagian membrana mukosa cavum oris yang lain. Selsel permukaan mati
secara berkesinambungan dan digantikan oleh lapisan epitel yang Iebih
dalam.
Warna mukosa cavum oris berwarna pink terbentuk dan
vaskulanisasi lamina propria yang terletak di bawahnya dan epitel yang
relatif tipis. Pada region-region di mana stratum corneum berkembang
dengan baik, warna mukosa umumnya kelihatan lebih pucat. Ketiga tipe
membrana mukosa adalah:
a. Mukosa pembatas dasar mulut, di bawah permukaan lingua,
permukaan dalam labium oris dan pipi, pars oralis palatum molle
dan processus alveolaris, kecuali gingiva. Epitel pada daerah ini
tidak mempunyai keratin dan lamina propnianya jarang.
b. Mukosa pengunyahan dan palatum durum dan gingiva. Epitelnya
parakeratinisasi dan lamina propnia melekat erat pada perioste.
3. Etiologi
Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini
adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya
pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan
menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh
rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan
kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
a. Diabetes
b. Leukimia
c. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya
malabsorpsi dan malnutrisi.
d. Pemakaian antibiotic
e. Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida
karena antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal
terdapat di dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak
terkendali.
f. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca
pencangkokan organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh
terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid)
dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya asma) bisa
berdampak pada kandidiasis mulut.
4. Patofisiologi
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang
oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans
umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai
terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru
pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini
merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan.
Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya
dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak
terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem
imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired
Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan
keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika
pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans
yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh
berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu
sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.
5. Patway keperawatan

Penggunaan kortikosteroid dan antibiotik yang


tak terkontrol, immunodefisiensi System imun turun

Gangguan keseimbangan flora


Pertumbuhan jamur normal di mulut (candida
yang tak terkontrol albicans)

Sisa susu pada mulut bayi

Tidak dibersihkan Mulut bayi kotor

Menyerang system imun Timbuk bercak


Proses infeksi
putih di mulut

Kandidiasis oral

Nyeri pada mulut KERUSAKAN


INTEGRITAS Menggumpal menutup
MUKOSA ORAL permukaan lidah
Nafsu makan
turun Candida bermetastase
Menghambat implus
syaraf pengecap
Nutrisi Kurang dari Ke faring
Kebutuhan tubuh

Nyeri pada faring Tidak dapat


mengecap rasa

Proses peradangan
Gejala makin berat

Suhu tubuh Peningkatan hormon


prostatglandin, bradikinin, Bercak kemerahan
histamin dengan eksudat
berwarna putih
Hipertermi
6. Manifestasi klinis
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan
lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding
mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang
Nyeri Akut
berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab
mukosa
b. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat
perbaikan dengan pemberian flukonazol.
c. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab
atau kumur.
d. Diagnosa pasti dengan biopsi
8. Penatalaksanaan
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien.
Selain itu, pengobatan yang paling sering digunakan saat ini adalah
pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan pada mulut untuk
mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian
yang lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung
jari ibu dan oleskan ke lidah dan mulut secara merata. Cara ini menjamin
obat teroleskan dengan lebih merata namun harus dilakukan dengan hati-
hati, jangan sampai membuat muntah.
9. Komplikasi
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus
halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan
otak.  
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada
b. Sistem pernafasan
Respirasi normal, nadi normal
c. Sistem intregumen
Turgor tidak elastis, terasa gatal dan mukosa oral adanya lesi, pecah-
pecah dan kemerahan pada sudut mulut
d. Sistem musculoskeletal
Badan terasa lemas dan sulit untuk bergerak karena kurang asupan nutrisi
e.  Aktivitas istarahat tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Tanda :Tidur kurang, mata tampak mengantuk, sklera berwarna putih
kemerahan, garis  Hitam dibawah mata
f. Sirkulasi
Tanda : Timbul bercak putih pada mulut dan kemerahan pada kulit yang
terinfeksi
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul pada penderita candidiasis menurut SDKI
yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera fisiologis (SDKI)
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (SDKI)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor psikologos (SDKI)
4.  Kerusakan integritas mukosa oral berhubungan dengan hygiene oral
tidak adekuat (NANDA-1)
3. Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
diagnosa diatas adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agent cedera fisiologis
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatn Rasional
Setelah dilakukan SIKI (Manajemen
nyeri):
tindakan keperawatan. 1. Untuk
1. Identifikasi lokasi,
Diharapkan keluhan nyeri menetukan
karakteristik,
dapat berkurang dengan intervensi
durasi, frekuensi,
kriteria hasil : yangsesuai dan
kualitas, intensitas
- Mampu mengontrol kefektifan dari
nyeri
nyeri terapi yang
2. Identifiksa skala
- Melaporkan nyeri diberikan
nyeri.
berkurang dengan 2. Untuk
3. Identifikasi respon
menggunakan mengetahui
nyeri non verbal.
manajemen nyeri intervensi yang
4. Identifikasi yang
- Mampu mengenali tepat dilakukan
memperberat dan
nyeri ( lokasi, untuk meredakan
memperingan
karakteristik, durasi, nyeri
nyeri
frekuansi, kualitas, 3. Reaksi non
5. Berikan tehnik
intensitas) verbal bias
non farmakologi
- Kemampuan menunjukan
menggunakan tehnik tingkat nyeri
non farmaklogis. 4. Untuk
mengetahui
tingkat
kenyaman klien
5. Untuk
mengalihkan
perhatian klien
terhadap nyeri
yang diraakan

b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (SDKI)


Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatn Rasional
hasil
Setelah dilakukan Nanda (nic)
tindakan keperawatan 1. Monitor suhu Untuk mengetahui
diharapkan tubuh sesering suhu tubuh secara
diharapkan suhu mungkin tiba-tiba
tubuh dalam batas 2. Kompres pasien Untuk menurunkan
normal dengan pada lipat paha suhu tubuh
kriteria hasil : dan axila
- Suhu tubuh dalam 3. Memberi selimut Mendorong
rentan normal pada pasien kehilangan panas
- Nadi dan respirasi melalui konduksi dan
dalam rentan konveksi
normal 4. Sarankan hygine Hygine oral untuk
- Tidak ada oral membram mukosa
perubahan warna mulut pasien agar
kulit tetap lembab
5. Berikan Dapat mempercepat
antipiretik penurunan suhu
tubuh.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


factor psikologos (SDKI)
Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatn Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1. Letakan posisi Membantu mencegah
tindakan keperawatan kepala lebih tinggi aspirasi dan
diharapkan pada waktu meningkatkan
pemenuhan nutrisi selama dan kemapuan untuk
terpenuhi dengan sesudah makan. menelan.
kriteria hasil : 2. Berikan makan Klien dapat
1. BB meningkat dengan berlahan berkonsertikasi pada
2. Nafsu makan pada lingkungan mekanisme makanan
meningkat yang tenang tanpa gangguan dari
3. Mampu luar
menghabiskan 1 3. Berikan makanan Memudahkan klien
porsi peroral setengah dalam menelan
cair makanan
4. Kolaborasi Memberikan asupan
dengan ahli gizi diet yang tepat

d. Kerusakan integritas mukosa oral berhubungan dengan hygiene oral tidak


adekuat (NANDA-1)
Tujuan dan kriteria Intervensi keperawatn Rasional
hasil
Setelah dilakukan 1. Kaji kerusakan Mengetahui derajat
tindakan keperawatan lesi mukosa oral kerusakan
diharapkan tidak 2. Berikan Mengurangi
terjadi kerusakan kebersihan pada kerusakan integritas
interegitas mukosa alat-alat yang mukosa
oral dengan kriteria digunakan klien
hasil : 3. Ajarkan oral Meminimalkan
- Tidak ada hygine yang baik tumbuhnya jamur
kemerahan disekitar rongga
- Tidak ada nyeri mulut
4. Kolaborasi dalam Obat antifungi dapat
pemberian obat meminimalkan
penyebaran jamur
yang menyebabkan
lesi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stedman. 2015. Kamus Ringkas Kedokteran STEDMAN untuk Profesi


Kesehatan. Jakarta : EGC
2. Komariah, Ridhawati Sjam. Kolonisasi Candida dalam Rongga Mulut,
Departemen Parasitologi FK UI, Jakarta. 2016
3. NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.).
Jakarta: EGC.
4. PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
5. DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.).
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai