Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Esofagitis adalah peradangan pada mukosa esopagus. Respon peradangan

pada mukosa esophagus di sebabkan oleh multi faktor. Patofisiologi dari

esofagitis bergantung pada penyebabnya. Penyebab dari esofagitis di antaranya

adalah infeksi, penurunan fungsi imun, refluks gastro esophageal, eosinophilich

esophagitis, dan trauma kimia. Infeksi pada esofagitis biasanya berhubungan

dengan respons penurunan system imun dari indifidu. beberapa faktor yang bisa

menginfeksi mukosa esophagus, yaitu kandida, jamur non kandida (aspergillus,

hitoplasma, Cryptococcus, blastomyces), herpes simplek virus (kamaro,2005),

cytomegalofirus, varicella-zoster virus, epstain-barrvirus human papilloma virus,

polio virus, bakteri (mycobacterium tuberculosis, mycobacterium

aviumentrasellulare), dan parasit (tryfanosoma crusi, cryptosporidium

pneumosistis, leishamania donovani). Abnormalitas dari respon pertahanan

infeksi noutropenia, fagositosis, perubahan imunitas hormonal, dan gangguan

fungsi T-limfosit. Gangguan dari proteksi barier mukosa dan tekanan antibiotik

pada flora bakteri normal memberikan konstribusi, infasi darorganisme komensal

(ansari, 2008).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep dasar dari penyakit esofagitis?

2. Bagaimana konsep keperawatan penyakit esofagitis?

1
C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan

asuhan keperawatan pada penderita penyakit esofagitis

2. Tujuan Khusus

Dengan membaca makalah ini mahasiswa ataupun pembaca mampu:

a. Mengetahui bagaimana konsep dasar dari penyakit esofagitis

b. Mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari penyakit

esofagitis

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi rumah sakit

Sebagai sumbangan informasi tentang kasus- kasus dengan penyakit

esofagitis

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pembelajaran atau

perkuliahan mengenai konsep dasar dan konsep keperawatan yang

berhubungan dengan penyakit esofagitis.

3. Bagi profesi keperawatan

Dapat menjadi penambah pengetahuan mengenai konsep dasar dan

konsep keperawatan khususnya dalam melakukan praktik kesehatan

serta dalam proses pembuatan ASKEP

4. Bagi penulis

2
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan

konsep keperawatan mengenai penyakit esofagitis, serta dapat

dijadikan sebagai panduan belajar dan dalam pembuatan asuhan

keperawatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS

1. PENGERTIAN

Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami

peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto,

1994). Esofagitis kronis adalah peradangan di esophagus yang disebabkan

oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa

asam kuat, basa kuat dan zat organik. Contoh-contoh yang telah disebutkan

diatas dapat merusak esofagus jika diminum atau ditelan, dan bila diserap

oleh darah hanya akan menyebabkan keracunan saja. Esofagitis Terbagi

menjadi:

a. Esofagitis Peptik (Refluks)

Esofagiotis peptik (Refluks) adalah Inflamasi mukosa esofagus yang

disebabkan oleh refluks cairan lambung atau duodenum esofagus.

Cairan ini mengandung asam pepsin atau cairan empedu.

b. Esofagitis Refluks basa

Esofagitis Refliks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum

langsung ke esofagus, misalnya pada pos gastrekstomi total dengan

esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.

c. Esofagitis infeksi

Esofagitis infeksi di bagi lagi menjadi:

4
a) Esofagitis Candida (monialisis) terjadi karena gangguan sistem

kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat arang

terutama proses menua.

b) Esofagitis Herpes disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster /

herpes simpleks.

d. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia terbagi menjadi:

a) Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang

korosif ke dalam esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena

kecelakaan atau dalam usaha bunuh diri.

b) Esofagitis karena obat (pil esofagitis) Disebabkan oleh pil atau

kapsul yang ditelan dan tertahan di esofagus yang kemudian

mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.

2. ETIOLOGI

Penyebab esofagitis bisa di pengaruhi oleh beberapa factor yeng bisa

mengakibatkan infeksi pada dinding esophagus, misalnya menelan air panas,

refluks asam lambung, infeksi virus herves, menelan basa atau asam kuat.

a. Esofagitis peptik : refluks cairan lambung atau duodenum

b. Esofagitis refluks basa : disebabkan oleh adanya enzim proteolitik dari

pankreas, garam-garam empedu atau campuran dari kedua zat tersebut,

atau adanya asam hidroklorid yang masuk dan kontak dengan mukosa

esofagus.

c. Esofagitis kandida : gangguan sistem kekebalan, motilitas esofagus,

gangguan metabolisme hidrat arang terutama pada proses menua.

5
d. Esofagitis herpes : infeksi virus herpes zoater

e. Esofagitis korosif : disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang

bersifat korosif, misalnya asamkuat, basa kuat dan zat organik (cair,

pasta, bubuk dan zat padat). Bahan alkali (detergent / NaOH murni)

f. Esofagitis karena obat : tetrasiklin, klindamisin, deoksitetrasiklin,

quinidine, glukonat, empronium bromid, sulfas ferosus, asam askorbat

(Vit E) dan KCl.

3. PAOFISIOLOGI

a. Esofagitis Refluks (Esofagitis Peptik)

Inflamasi terjadi pada epitel skuamosa di esofagus distal, disebabkan oleh

kontak berulang dan dalam waktu yang cukup lama dengan asam yang

mengandung pepsin ataupun asam empedu. Kelainan yang terjadi dapat

sangat ringan, sehingga tidak menimbulkan cacat, dapat pula berupa

mukosa mudah berdarah, pada kelainan yang lebih berat terlihat adanya

lesi erosif, berwarna merah terang. Hal ini menunjukkan esofagitis peptik.

b. Esofagitis refluks basa

Peradangan terjadi karena adanya enzim proteolitik dari pankreas, garam-

garam empedu, atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam

hidroklond yang masuk dan kontak dengan mukosa esofagus sehingga

terjadi esofagitis basa.

c. Esofagitis Kandida

Pada stadium awal tampak mukosa yang irreguler dan granuler, pada

keadaan lebih berat mukosa menjadi edema dan tampak beberapa tukak.

6
Bila infestasi jamur masuk ke lapisan sub mukosa, maka edema akan

bertambah parah, tukak yang kecil makin besar dan banyak sampai

terlihat gambaran divertikel, sehingga terjadi esofagitis Kandida

(Moniliasis).

d. Esofagitis Herpes

Seseorang dengan daya tahan tubuh menurun seperti pada penderita yang

lama dirawat di RS, pengobatan dengan imunosupresor. Penderita dengan

penyakit stadium terminal yang terkena virus herpes zoster dengan lesi

pada mukosa mulut dan kulit, mengakibatkan esofagitis herpes, dimana

lesi awal yang klasik berupa popula atau vesikel atau tukak yang kecil

kurang dari 5 mm dengan mukosa di sekitarnya hiperemis. Dasar tukak

berisi eksudat yang berwarna putih kekuningan, jika tukak melebar akan

bergabung dengan tukak di dekatnya menjadi tukak yang besar.

e. Esofagitis Korosif

Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair. Secara histologik

dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat

yang tertelan akan menyebabkan nekrosis menggumpal secara histologik

dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah menggumpal. Zat

organik (lisol, karbol) menyebabkan edema di mukosa atau sub mukosa.

Asam kuat menyebabkan kerusakan pada lambung lebih berat

dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa kuat

menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.

f. Esofagitis Karena Obat

7
RL atau kapsul yang ditelan kemudian tertahan di esofagus

mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi yang disebabkan oleh

penyempitan lumen esofagus oleh desakan organ-organ di luar esofagus.

Obstruksi oleh karena peradangan, tumor atau akalasia, menelan pil dalam

posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis karena obat.

4. MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam,

keracunan dan kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi mediastinum

dan kematian

a. Esofagitis Peptik (Refluks) Gejala klinik yang nyata misalnya rasa

terbakar di dada (heartburn)nyeri di daerah uluhati, rasa mual, dll.

b. Esofagitis refluks basa Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di

retrosternal. Regurgitasi yang terasa sangat pahit, disfagia, adinofagia

dan anemia defisiensi besi kadang-kadang terjadi hematemesisberat.

c. Esofagitis Kandida Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia.

Pada beberapa penderita mengeluh dapat merasakan jalannya makanan

yang ditelan dari kerongkongan kelambung, rasa nyeri retrosternal yang

menyebar sampai ke daerah skapula atau terasa disepanjang vertebra

torakalis,sinistra.

d. Esofagitis Herpes Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa

sakit retrosternal yang tidak membaik setelah pengobatan dengan nyastin

atau anti fungallain

8
e. Esofagitis Korosif Gejala yang sering timbul adalah disfagia / kesulitan

menelan,odinofagia dan adanya rasa sakit retrosternal.

f. Esofagitis karena obat Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit

retrosternal yang terus-menerus, disfagia atau kombinasi dari ketiga

gejala ini.

5. PEMRIKSAAN PENUNJANG

a. Esofagitis Peptik (Refluks)

Pemeriksaan esofagoskopi : tidak didapatkan kelainan yang jelas

(blackstone), ciri khas dari esofagitis peptik yaitu peradangan mulai dari

daerah perbatasan esofagus gaster (garisz) ke proksimal daerah esofagus.

b. Esofagitis Refluks basa

Pemeriksaan radiologic: kontras barium dapat menunjukkan kelainan

yang terjadi pada keadaan pasca operasi dan Pemeriksaan endoskopi

dapat terlihat lesi di mukosa esofagus, mukosa hipermis, rapuh, erosif,

eksudat dan pada kasus yang berat terdapat striktur dan stenosis

c. Esofagitis kandida

Pemeriksaan endoskopi, tampak mukosa rapuh, eritemateus, mukosa

sembab, berlapiskan selaput tebal dan berwarna putih seperti susu kental

tersebar di seluruh esofagus, terutama pada 2/3 distal dan Pemeriksaan

Titer aglutinin serum : hasil > 1 : 160

d. Esofagitis Herpes

Pemeriksaan klinis, terdapat lesi herpes zooster dimukosa mulut atau di

kulit. Pemeriksaan endoskopi, terlihat lesi berupa papula, mukosa

9
hipermesis, tukak berisi eksudat. Pemeriksaan radiologic, menunjukkan

kelainan yang tidak spesifik.

e. Esofagitis korosif

Pemeriksaan esofagogram terdapat adanya perforasi atau mediastinitis.

f. Esofagitis karena obat

Pemeriksaan esofagoskopi, terdapat edema lokal dengan eritem, lesi

erosif dengan pseudomembran atau eksudat.

B. KONSEP KEPERAWATAN

Proses keperawatan di anggap sebagai suatu dasar hukum praktik

keperawatan. Menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam

mengembangkan standar praktik keperawatan,

Proses keperawatan telah di gunakan sebagai suatu kerangka konsep

kurikulum keperawatan, yang terdiri atas lima tahap yaitu: pengkajian, diagnose,

interfensi, implemenasi dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut tidak dapat di

pisahkan dan saling berhubungan yang dapat di jadikan sebagai pedoman dalam

mencapai tujuan keperawatan yaitu meningkatkan, mempertahankan kesehatan

dan membuat pasien mencapai kematian dengan tenang pada paien terminal serta

memungkinkan pasien atau keluarga dapat mengatur kesehatannya sendiri

menjadi lebih baik. (Basford & Slevin, 2006)

1. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses keperawatan yang sistematis dalam mengumpulkan data dari

10
berbagai sumber data unruk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien ( Basford & Slevin, 2006).

a. Pengumpulan data.

Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan informasi

tentang klien yang di lakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-

masalah serta kebutuhan klien, biasanya menggunakan anamnesa, atau

wawancara, obserfasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi, data dapat di

peroleh dari klien sendiri, keluarga klien atau orang lain yang ada hubungannya

dengan klien, catatan medic serta tim kesehatan lain (Basford & Slevin, 2006).

Meliputi:

1. Biodata

a. Identitas Klien.

b. Identitas Penanggung Jawab

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit

2) Keluhan Uatma.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga.

3. Pola aktifitas sehari-hari

a) Nutrisi dan metabolisme

b) Eliminasi alvi (buang air besar)

c) Tidur dan istirahat

4. Pemeriksaan Fisik

11
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Yang meliputi seluruh system:

Secara umum pada pemeriksaan fisik gastrointestinal didapatkan adanya mual,

muntah, nyeri pada retrosternal, nyeri tekan abdomen atas , hematemesis,

anoreksia, dan penurunan berat badan. Selain it, dapat di temukan keluhan :

a. Nyeri pada saat menelan

b. Nyeri substernal

c. Perasaan penuh

d. Ketakutan dan ansietas

e. Penurunan berat badan

f. Nafas busuk dan batuk

g. Suara serak dan batuk

b. Analisa data

Proses intelektual yaitu kegiatan mentabulasi, menyelidiki,

mengklasifikasi dan mengelompokkan data serta mengaitkannya untuk

menentukan kesimpulan dalam bentuk diagnosa keperawatan, biasanya ditemukan

data subjektif dan data objektif (Carpenito, 2002).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai

izin dan berkompeten dan mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien

didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan

medis klien masa lalu dan konsultasi dengan profesional lain, yang kesemuanya

dikumpulkan selama pengkajian (Nursalam, 2008).

12
contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus esofagitis

diantaranya :

a) Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

obstruksi esophagus

b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anoreksia dan disfagia

c) Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit

d) Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk

e) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kuranya informasi

mengenai perawatan rumah.

f) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya peradangan esofagus

3. INTERFENSI

Rencana keperawatan adalah penentuan bagaimana dapat membantu klien

dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemulihan,

pemeliharaan, atau promosi kesehatan ( Paula J. Christensen Janet W. Kenney,

2009).

a) Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi

esophagus

1) Kaji pola napas klien.

2) Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya

3) Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi

fowler)

4) Hindari posisi terlentang

5) lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan.

13
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

anoreksia dan disfagia

1) kaji kemampuan pasien untuk menelan cairan dan makanan

2) Ukur masukan dan haluaran

3) Beri dukungan kepada pasien untuk mengunya makanan dengan baik,

untuk mengigit dalam jumlah kecil, dan untuk makan pelan

4) Bantu pemberian makanan jika perlu

5) Bantu dalam pemasangan selang NG jika dipesankan

6) Libatkan ahli gizi dalam bantuan perencanan tipe khusus dari

makanan

c) Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit

1) Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas,

gunakan tingkat ukuran nyeri

2) Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri

(misalnya imajinasi, musik, relaksasi)

3) Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam

4) Berikan analgesik jika dipesankan

d) Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk

1) Kaji kemampuan pasien dan orang terdekat untuk

mengkomunikasikan perasaan

2) Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap proses penyakit

3) Dorong dan berikan waktu untuk mengungkapkan masalah

4) Kembangkan arti komunikasi jika pasien mengalami kesukaran

berbicara

14
e) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangya informasi.

1) Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan

selang yang diperlukan untuk selang gastrostomi

2) Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi

jika dipesankan

3) Diskusikan jadwal radiasi atau penatalaksanaan kemoterapi.

4) Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan perjanjian evaluasi

dengan dokter

f) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya peradangan

1) Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi

2) Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil

3) Tekankan higiene personal

4) Kolaborasi mengenai pemberian antibiotic

4. IMPEMENTASI

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Tindakan keperawatan dibedakan

kewenangan dan tanggung jawab perawat secara profesional(Nursalam. 2011).

15
5. EVALUASI

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu

perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini

meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai

melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif /

evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil

yang diharapkan.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami

peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto,

1994). Esofagitis kronis adalah peradangan di esophagus yang disebabkan

oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa asam

kuat, basa kuat dan zat organik

B. SARAN

a. Bagi institusi pendidikan


Setiap institusi pendidikan di harapkan dapat menjadikan makalah ini

sebagai masukan ilmu pengetahuan dalam proses belajar mengajar

ataupun perkuliahan

b. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar dan

konsep keperawatan, serta dapat menjadikannya sebagai panduan belajar

Namun Kami menyadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang kami miliki, materi ulasan yang kami sajikan masih jauh dari

kesempuranaan sehingga tentunya tak akan luput dari kesalahan dan kehilafan.

Oleh karena itu, kami menghargai dan bahkan mengharapkan segala bentuk

masukan dan kritik dari rekan-rekan ataupun pihak lain untuk lebih membangun

dan menyegarkan wawasan kami sehingga lebih bijaksana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nanda nic-noc (2015) panduan penyusunan asuhan keperawatan. Jilid 1

Ester Monica. 2001. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem

Gastrointestinal. Buku Kedokteran EGC : Jakarta

https://www.google.com/search?q=askep+penyakit+esofagitis&ie=utf-8&oe=utf-

8&client=firefox-b. di akses tanggal 17 november 2018

18

Anda mungkin juga menyukai