Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS


Pembimbing : Ns. Muh. Zukri Malik S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
ELISA ADYTIA
20.04.033

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLA TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI NERS
2021
A. ANATOMI SISTEM PENCERNAAN

Menjalankan fungsi sistem pencernaan maka membutuhkan organ yang

mampu melaksanakan fungsinya, sehingga untuk menjalankan fungsi tersebut

terdapat beberapa organ pencernaan antara lain, mulut, faring, esofagus,

lambung, usus kecil, dan usus besar. Kemudian untuk mendukung fungsi

tersebut juga terdapat organ tambahan yaitu kelenjar saliva, gigi, hati (liver),

kandung kemih (gall baldder), pankreas, dan mesenteries. Dinding dalam

saluran cerna terdiridari empat lapisan yaitu, serosa, muskularis, submukosa,

dan mukosa. Berikut organ yang termasuk dalam sistem pencernaan :

1. Oral Cavity atau Mulut


a) Fungsi Mulut

 Ingestion, makanan yang berupa padatan atau cairan dimasukkan

ke dalam tubuh, ke dalam saluran pencernaan melalui pintu

pertama dan utama yaitu mulut atau oral cavity (Mc Graw Hill,

2004).

 Tast, sebagai perasa makanan yang berada pada papila

lidah.Mastication, pergerakan dari rahang bawah (mandibula)

yang dibantu oleh otot mastikasi menyebabkan gigi dapat

menghancurkan makanan menjadi bagian yang lebih kecil. Lidah

dan pipi (cheeks) membantu dalam menempatkan makanan

diantara mulut.

 Digestion, enzim amilase yang ada di dalam ludah memulai

pencernaan karbohidrat (starch).

 Swallowing, lidah dapat membantu membentuk makanan menjadi

bolus dan mendorongnya bolus menuju faring.

 Communication, bibir, pipi, gigi, dan lidah merupakan salah satu

organ yang membantu daam berkomunikasi atau berbicara.

 Protection, Mucin dan air yang berada di dalam ludah memberikan

lubrikasi, dan ensim lysozyme dalam membunuh mikroorganisme

yang tidak baik bagi tubuh

b) Bagian-bagian mulut

 Bibir dan Pipi


Bibir atau labia, merupakan strukutur yang banyak terbentuk dari

muskular oleh orbiculari oris. Lapisan terluar bibir ditutupi oleh

kulit. Sedangkan pipi terbentuk di dinding bagian lateral di oral

cavity. Bagian dari pipi adalah termasuk otot buccinator, yang

meratakan pipi terhadap gigi, dan buccal fat pad yang berada

mengelilingi sisi wajah (Mc Graw Hill, 2004). bagian bibir dan

pipi sangatlah penting dalam proses mastikasi dan berbicara atau

berkomunikasi. Bagian ini dapat membantu menggerakkan

makanan di dalam mulut dan menahannya di dalam mulut selama

makanan dihancurkan menjadi bagian-bagian kecil.

 Palate and Palatine Tonsils

Palate atau langit-langit mulut memiliki dua bagian yang terdiri

dari bagian anterior yang bertulang (hard palate) dan bagian

posterior yang tak bertulang (soft palate), yang terdiri dari otot

dan jaringan (connective tissue). Fungsi dari langit-langit mulut

(palate) sangatlah penting dalam proses menelan dan mencegah

makanan masuk ke dalam nasal cavity. Sedangkan palatin tonsil

terletak di dinding lateral dari fauces (Mc Graw Hill, 2004).

 Lidah

Lidah terletah ditenga mulut yang dipenuhi dengan otot skeletal

yang ditutupi dengan mukosa membran. Lidah berfungsi

menggerakkan makanan di dalam mulut, membantu dalam

mendorong makanan ke dalam esofagus (menelan), sebagai


peran utama artikulasi dalam berbicara dan berkomunikasi,

sebagai perasa. Dalam proses menggerakkan makanan di dalam

mulut, lidah bekerja bersama dengan bibir dan gusi, sehingga

mampu menahan makanan di dalam mulut selama pengunyahan

atau mastikasi.

 Gigi

Secara normal, orang dewasa memiliki jumlah total gigi adalah

32 gigi secara kelesuruhan. Tiap gigi memiliki crown (di atas

gusi), neck dan root (di bawah gusi). Dibagi menjadi dua bagian,

yaitu bagaian rahang atas (maxillary) dan bagian rahang bawah

(mandibular). Selain pembagian gigi yaitu terdiri dari bagian

atas sebelah kanan dan kiri dan bagian bawah sebelah atas dan

bawah. Tiap empat kuadran memiliki gigi seri, gigi taring,

premolars, molars, dan wisdom teeth. Fungsinya hampir sama

dengan lidah, berperan dalam proses mastikasi dan berbicara.

 Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva ini diproduksi secara terus menerus oleh

tubuh. Aliran saliva (ludah) ini berasal dari kelenjar saliva dan

tersebar di mulut melalui pembuluh (duct). Sebagian besar

saliva diproduksi oleh kelnjar saliva yaitu, [1] Kelenjar parotid

(bagian terbesar, saliva banyak terdiri atas amilase, berada di

dekat telinga), [2] Kelenjar submandibular (memprodukasi

saliva yang kental (sulit untuk mengalir) dan berada di dekat

mulut (floor)), [3] Kelenjar sublingual (berukuran paling kecil,

mensekresi mukus dan berada di bawah mulut).

Fungsi kelenjar saliva adalah membersihkan gigi dan

menghancurkan bahan kimia yang terkandung dalam makanan

sehinggan dapat dirasakan. Kelenjar saliva ini memiliki enzim

yang membantu dalam mencerna makanan dan mukus. Selain

itu, kelenjar saliva juga membantu dalam melubrikasi faring

untuk membantu dalam menelan makanan.

2. Faring

a. Fungsi Faring

 Swallowing, fase involutari dari menelan menggerakkan bolus

dari mulut ke esofagus. Makanan dicegah agar tidak masuk ke

dalam nasal cavity oleh soft palate dan mencegah masuk ke

dalam sistem pernafasan bagian bawah (Mc Graw Hill, 2004).

 Breathing, udara masuk melalui hidung atau mulut melewati

faring menuju ke saluran pernafasan bawah.


 Protection, mukus menyediakan lubrikasi.

b. Bagian-bagian Faring

Faring terdiri dari tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan

laringofaring. Secara normal, makanan dapat masuk melalui

orofaring dan laringofaring. Nasofaring berfungsi sebagai saluran

dalam masuknya udara selama bernafas dan berhubungan dengan

fungsi pendengaran. Orofaring berada dibagain posterior mulut,

sebagai saluran masuknya mulut dan menuju ke lambung dan juga

berfungsi sebagai saluran udara untuk pernafasan. Laringofaring

berada di bawah orofaring, memanjang dari epiglotis ke bagian

bawah kartilago kortikoid dari laring dan memiliki fungsi yang sama

dengan orofaring.

3. Esofagus

a. Fungsi Esofagus

 Propulsion, kontraksi peristaltik menggerakkan bolus dari faring

menuju abdomen. Bagian bawah sfingter esofagus membatasi

refluks dari isi abdomen kembali ke esofagus (Mc Graw Hill,

2004).

 Protection, kelenjar yang berada di dalam mukus membantu

dalam lubrikasi dan melindungi esofagus inerior dari asam

(stomach acid).

b. Bagian-bagian Esofagus
Esofagus merupakan bagian sistem pencernaan yang

memanjang dari faring hingga lambung. Panjangnya sekitar 25 cm

dan berada di mediastinum, anyerior hingga vertebrae, posterior

hingga trakea. Esofagus melewati esophageal hiatus dari diafragma

dan berkahir di lambung. Fungsi dari esofagus adalah membawa

makanan dari faring menuju ke lambung.

Mekanisme dari menelan antara lain : [1] makanan tercampur

dengan saliva dan didorong masuk ke dalam faring, [2] refleks

involunter menggerakkan makanan masuk ke dalam esofagus, dan [3]

gerakan peristaltik mentransport makanan ke dalam lambung.


4. Abdomen

a. Fungsi Lambung

 Storage, Rugae dapat membantu abdomen untuk meluaskan area

perut dan menahan (menyimpan) makanan hingga dapat dicerna.

 Digestion, terjadinya proses pencernaan dimana pencernaan

protein dimulai sebagai hasil dari proses asam hidroklorik dan

pepsin. Faktor intrinsik mencegah pecahnya vitamin B12 oleh

asam lambung. Proses pencernaan terdiri dari fisik dan kimia

(protein).
 Absorption, kecuali untuk beberapa produk (air, alkohol, aspirin)

penyerapan kecil berada di dalam lambung.

 Mixing and propulsion, terjadi gerakan peristaltik dan membentuk

cairan putih seperti susu yang disebut dengan chyme.

 Protection, mukus memberikan lubrikasi dan mencegah

pencernaan dari dinding lambung. Asam lambung dapat

membunuh kebanyakan mikroorganisme.

b. Bagian-bagian Lambung

Terdapat empat bagian utama di dalam lambung yaitu :


1) Cardia, atau cardiac region merupakan poin dimana esofagus

menghubungkan dan melewati lambung, dimana makanan masuk

ke dalam lambung. Terdapt di bagian inferior dari diafragma.

2) Fundus, berada di atas sebelah kiri dari cardia. Berbentuk seperti

kubah.

3) Tubuh, berada di bawah fundus, yang merupakan bagian utama

dari lambung.

4) Pylorus, bagian lambung yang berbentuk corong,

menghubungkan lambung dengan duodenum. Bagian yang

semakin lebar dari corong, dinamakan pyloric antrum yang

menghubungkan tubuh (bagian lambung “body”) dengan

lambung. Kemudian bagian akhir yang paling dangkal

dinamakan pyloric canal, yang menghubungkan ke duodenum.

Sedangkan otot halus yaitu phyloric sphincter yang berada di

ujung saluran dan berfungsi mengkontrol pengosongan lambung.

5. Usus Kecil

a. Fungsi Usus Kecil

 Neutralization, ion bikarbonat dari pankreas dan bili-bili dari hati

menormalkan asam lambung dari membentuk pH sesuai dengan

keadaan pankratik dan enzim usus.

 Digestion, enzim yang berada di pankreasdan berada di sepanjang

usus kecil menyempurnakan pecahnya molekul makanan.


 Absorption, kebanyakan nutrisi diserap baik secara aktif maupun

pasif, penyerapan paling banyak dilakukan pada air.

 Mixing and propulsion, kontraksi segmental mencampur chyme

dan gerakan peristaltik menggerakan makanan yang sudah dicerna

ke dalam usus besar.

 Excretion, bili-bili usus dari hati mengandung bilirubin, kolestrol,

lemak, dan hormon yang dapat larut dalam lemak.

 Protection, mukus membantu dalam lubrikasi, mencegah

pencernaan dari dinding usus, dan melindungi usus kecil dari

asam lambung. Peyer patches melindungi dari serangan

mikroorganisme.

b. Bagian-bagian Usus Kecil

1) Duodenum

Merupakan bagian usus kecil yang paling pendek dan awal bagian

usus kecil, dimulai di bagian pyloric sphincter. Berbentuk huruf

“C”. Sebagian besar duodenum berbentuk retro peritoneal.

Duodenum juga merupakan tempat dimana empedu dan cairan

pankreas memasuki saluran usus. Berfungsi sebagai tempat

pecernaan kimia dari makanan.

2) Jejunum

Merupakan bagian usus kecil yang berada diantara bagian akhir

distal dari duodenum dan bagian proksimal dari ileum. Jejunum

memiliki bagian dalam yang bernama membran mukosa yang


telah ditutupi oleh vili. Dimana vili tersebut dapat meningkatkan

area permukaan dari jaringan yang dapat mengabsorbsi nutrisi

dari usus. Berfungsi sebagai absorbsi dari makanan yang sudah

dicerna.

3) Ileum

Memiliki fungsi dalam penyerapan vitamin B12 dan garam

empedu. Memiliki dinding yang terdiri dari vili di seluruh

permukaannya. Sel yang berada di ileum mengandung enzim

protease dan karbohidrat yang berguna dan tahap akhir dari

pencernaan protein dan karbohidrat. Bagian ileum secara terus

menerus mengabsorbsi garam empedu, dan juga menyerap

vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.

Jika terjadi absorbsi pada vitamin yang larut dalam air, maka

dibutuhkan asam empedu untuk melakukan proses absorbsi.

Berfungsi sebagai absorbsi dari makanan yang sudah dicerna.


 Liver

Merupakan organ yang paling besar diantara semua organ,

berkisar sekitar 1,36 kg atau 3 ponds yang berada di bawah

sebelah kanan bagian abdomen di bawah diafragma.

Memiliki dua bagian utama yaitu lobus sebelah kanan dan

kiri serta lobus minor yaitu caudate dan quadrate.

 Kandung Kemih

Merupakan organ yang memiliki panjang sekitar 8 cm dan

lebar 4 cm. Empedu disekresikan oleh hati dan mengalir ke

kandung kemih sekitar 40-70 ml emoedu dapat disimpan.

Sementara empedu berada di kandung kemih, air dan

elektrolit diabsorbsi dan garam empedu serta pigmen menjadi

5-10 kali lebih terkontrasi dibandingkan saat diskresi oleh

hati.

 Pankreas

Merupakan organ yang kompleks baik dari jaringan endokrin

(hormon sekresi) ataupun eksokrin (fungsi pencernaan) yang


memiliki beberapa fungsi. Sebagian besar pencernaan di

dalam tubuh dilaksanakan oleh enzim pankreatik.

6. Usus Besar

a. Fungsi Usus Besar

 Absorption, bagian proksimal sebagian dari kolon mengabsorbsi

garam (sodium klorida), air, dan vitamin (K) yang diproduksi

bakteria. Mengabsorbsi air tambahan (additional) yang

dibutuhkan oleh tubuh. Kemudian mengabsorbsi nutri tambahan

dalam jumlah yang kecil, seperti vitamin K dan B yang dibuat

oleh bakteri di daluran pencernaan.


 Storage, sebagian bagian distal dari usus menahan feses hingga

feses dikeluarkan. Mengumpulkan, mengkonsentrasi dan

membuang sisa-sisa makanan.

 Mixing and propulsion, pergerakan massa mendorong feses

menuju ke anus dan terjadinya defekasi dari feses

 Protection, mukus dan ion bikarbonat melindungi untu melawan

asama yang diroduksi oleh bakteria

b. Bagian-bagian Usus Besar

 Cecum

Merupakan bagian pertama dari usus besar, berbentuk seperti sac.

Panjangnya sekitar 6 cm (2.4 inchi), dapat terhubung dari ileum

dan meneruskan absorbsi dari air dan garam.

 Kolon

Makanan yang masuk ke dalam kolon, makanan akan masuk ke

dalam kolon asending pada bagian sisi kanan dari abdomen. Pada

permukaan inferior dari hati, kolon memanjang dan berliku dan

membentuk hepatic flexure dan diteruskan menjadi kolon

transversal. Kemudian memasuki kolon desending yang berada

dibagian pelvis yang kemudian akan memasuki bagian kolon

sigmoid. Kolon sigmoid yang berbentuk “S” yang berada mulai

dari pelvis dan berakhir di rektum.

 Rektum
Sisa-sisa makanan meninggalkan kolon sigmoid yang kemudian

memasuki bagian rektum yang berad di pevis, berada di dekat

tulang sakral vetrebrata. Di dalam rektum terdapat katu rektal

yang dapat membantu memisahkan feses dari gas untuk

mencegah melintasnya bersamaan antara feses dan gas.

 Anal Kanal

Pada tahap akhir, sisa-sisa makanan mencapai bagian akhir dari

usus besar, yang disebut dengan anal kanal. Berada di perineum,

yang berada di luar kavitas abdominopelvis. Memiliki panjang

3,8-5 cm yang terbuka secara esksterior yang berada di anus. Anal

kanal memiliki dua sfingter yaitu sfingter internal, yang terdiri

dari otot halus dan berkontraksi secara involunter. Kemudian

terdapat sfingter eksternal yang terdiri dari otot skeletal yang

berada dalam kontrol volunter.

B. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

1. Fungsi Utama Sistem Pencernaan

Menurut Ziser (2014), setiap tubuh pasti membutuhkan nutrisi yang

diperoleh makanan yang berguna sel-sel dalam tubuh. Nutrisi berguna

untuk proses sintesis, atau gula yang digunakan untuk membentuk energi.

Fungsi utama dari sistem pencernaan adalah mecerna makanan baik

secara fisik ataupun kimia, proses absorbsi, mengumpulkan dan

membuang komponen dari makanan yang tidak dibutuhkan (sisa-sisa

makanan).
a) Ingestion (Ingesti)

Adanya zat padatan atau cair yang masuk ke dalam perut. Rute normal

dari pencernaan adalah melalu kaviti oral atau mulut (Mc Graw Hill,

2004).

b) Mastication (Mengunyah)

Proses dimana makanan masuk melalu mulut dan dikunyah oleh gigi.

Proses mastikasi adalah mengubah makanan dalam jumlah yang besar

menjadi jumlah yang partikel kecil yang mampu dicerna tubuh.

Dengan adanya makanan yang masuk ke dalam mulut, dapat

menstimulasi reseptor yang dapat mengaktifkan refleks dimana

menyebabkan otot dari mastikasi relax. Otot tertarik bersamaan

dengan menurunnya mandibula, dan tertariknya otot dapat

mengaktifkan refleks yang menyebabkan kontraksi dari otot mastikasi.

Jika mulut sudah tertutup, makanan akan menstimulasi kembali otot

dari mastikasi relax dan tahap proses mastikasi terjadi kembali.

c) Propulsion (Mendorong)

Adalah pergerakan makanan dari akhir saluran pencernaan ke yang

lain. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam proses pencernaan sekitar

24-36 jam.

d) Mixing

Terdapat kontraksi yang disebut dengan kontraksi segmental, dimana

kontraksi bercampur dan muncul ke dalam usus kecil.

e) Sekresi
Setelah makanan masuk ke dalam saluran cerna, sekresi bertujuan

untuk lubrikasi, mencairkan, dan mencerna makanan. Mukus disekresi

di sepanjang saluran cerna, sehingga melubrikasi makanan dan

sepanjang saluran. Enzim disekresi oleh mulut, lambung, usus, dan

pankreas untuk memecah molekul makanan yang besar menjadi

molekul yang lebih kecil yang dapat diabsorbsi di dinding usus.

f) Digestion

Pemecahan dari molekul organik yang besar menjadi beberapa

komponen: karbohidrat menjadi monosakarida; protein menjadi asam

amino; dan trigiserida menjadi asam lemak dan gliserol. Pencernaan

terjadi dari mekanisme pencernaan yang terdiri dari mastikasi dan

pencampuran makanan, dan pencernaan kimia yang dilakukan dengan

adanya enzim yang disekresi di saluran cerna. Mineral dan air tidak

dipecah sebelum diabsorbsi. Vitamin juga diabsorbsi tanpa dicerna

dan akan hilang fungsinya jika ikut dicerna. Pencernaan fisik

(memecah potongan besar menjadi potongan kecil), sedangkan

pencernaan kimia (memecah molekul yang besar [protein, lemak,

starches] menjadi molekul kecil [asam amino, asam lemak, gula]).

g) Absorption

Pergerkana molekul keluar dari saluran cerna dan masuk ke dalam

sirkulasi atau sistem limfatik. Mekanisme absorbsi muncul tergantung

dengan tipe molekul yang masuk ke dalam saluran cerna. Molekul


keluar melewati saluran cerna dengan proses seprti difusi, transport

aktif, dan kontransport.

h) Elimination

Proses dimana produk sisa dari pencernaan dibuang dari dalam tubuh.

Selama proses ini, banyak terjadi pada usus besar dan mengabsorbsi

air dan garam dan mengganti material di dalam saluran pencernaan

menjadi semisolid. Produk semisolid ini dinamakan feses, yang

kemudian dibuang dari saluran cerna oleh proses yang disebut

defikasi.

ecara keseluruhan proses pencernaan tediri dari pencernaan, bsorbsi,


dan transport. Pencernaan dibagi menjadi dua, yaitu pencernaan fisik

(memecaha makanan yang berukuran besar menjadi potongan-

potongan yang kecil) dan kimia (memecah ikatan molekul pada

molekul organik dengan enzim pencernaan). Terjadi dimulai di mulut

hingga lambung, tapi proses pencernaan yang paling banyak terjadi di

usus kecil dan usus besar. Kemudian terjadi absorbsi dan transport

dimana molekul akan bergerak keluar ke arah saluran pencernaan dan

menuju sirkulasi untuk distribusi ke seluruh tubuh. Tidak semua

molekul seperti (vitamin, mineral, air) yang sudah dipecah kemudian

diabsorbsi. Setelah produk pencernaan diabsorbsi, kemudian

ditransport ke bagian tubuh lain dengan dua rute yang berbeda. Air,

ion, dan produk yang larut dalam air seperti glukosa, asam amino

masuk ke sistem portal hepatik dan ditransport ke hati.

C. Konsep Gastritis

1. Pengertian

Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis

gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis

atropik kronis (Hardi. K & Huda. A.N, 2015).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai

terlepasnya epitel mukosa superpisial yang menjadi penyebab terpenting


dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel dapat merangsang

timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).

2. Etiologi

Penyebab utama gastritis adalah bakteri Helicobacter pylori, virus

atau parasit lainnya juga dapat menyebabkan gastritis. Contributor

gastritis akut adalah meminum alkohol secara berlebihan, infeksi dari

kontaminasi makanan yang dimakan, dan penggunaan kokain.

Kortikosteroid juga dapat menyebabkan gastritis seperti NSAID aspirin

dan ibuprofen (Dewit, Stromberg & Dallred, 2016). Menurut Gomez

(2012) penyebab gastritis adalah sebagai berikut :

a) Infeksi bakteri.

b) Sering menggunakan pereda nyeri.

c) Konsumsi minuman alkohol yang berlebihan.

d) Stress.

e) Autoimun Selain penyebab gastritis diatas, ada penderita yang

merasakan gejalanya dan ada juga yang tidak.

Beberapa gejala gastritis di antaranya :

a) Nyeri epigastrium.

b) Mual.

c) Muntah.

d) Perut terasa penuh.

e) Muntah darah.

f) Bersendawa.
3. Patofisiologi

Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis

adalah mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari

pencernaan terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan

perlindungan ini ketika mukosa barrier rusak maka timbul peradangan

pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah

perlukaan mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan

stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke

dalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, dan

mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.

Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi

barier.

Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk

kengesti vaskuler, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi

patologi awal dari gastritis adalah penebalan. Kemerahan pada membran

mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan penyakit

dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik

progresif karena perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel

utama pariental memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk,

sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang. Vitamin B12 tidak dapat

terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis

secara merata yang mengakibatkan anemia yang berat. Degenerasi

mungkin ditemukan pada sel utama dan pariental sekresi asam lambung
menurun secara berangsur, baik dalam jumlah maupun konsentrasi

asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko terjadinya kanker gastrik

yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik.

Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau

dengan luka yang disebabkan oleh gastritis.

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang

sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi

penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi

kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel

pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi

intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis

serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi

perdarahan serta formasi ulser.

4. Klasifikasi

Menurut Muttqin (2011), klasifikasi gastritis dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung

pada sebagian besar merupakan penyakit ringan dan sembuh

sempurna. Salah satu bentuk gastritis yang manifestasi klinisnya

adalah :

1) Gastritis akut erosive, disebut erosive apabila kerusakan yang

terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot

pelapis lambung).
2) Gastritis akut hemoragik, disebut hemoragic karena pada penyakit

ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dalam

berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya

kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai

inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

b) Gastritis Kronis Gastritis kronis adalah suatu peradangan mukosa

lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronis diklasifikasikan

dengan tiga perbedaan yaitu :

1) Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta

perdarahan dan erosi mukosa.

2) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan

mukosa pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan

kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan

karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.

3) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-

nodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan

hemoragik.

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga

muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa

pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut

dan kronik hampir sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum,
mual dan muntah, sendawa, hematemesis (Suratun dan Lusianah, 2010).

Tanda dan gejala gastritis adalah :

a) Gastritis Akut

1) Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada

mukosa lambung.

2) Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang

sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa

lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah.

3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematesis dan

melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca

perdarahan.

b) Gastritis Kronis.

Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan.

Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan

pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

6. Komplikasi

Komplikasi penyakit gastritis menurut Muttaqin & Sari (2011) antara lain :

a) Pendarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan

medis.

b) Ulkus peptikum, jika prosesnya hebat.

c) Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah berat.

d) Anemia pernisiosa, keganasan lambung.


7. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik menurut Dermawan

(2010) dan Doenges (2000) sebagai berikut :

a) Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas.

b) Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.

c) Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.

d) Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk

perdarahan gastriris, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau

derajat ulkus jaringan atau cidera.

e) Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi

tidak pernah melewati mukosa muskularis.

f) Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,

mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam

hidroklork dan pembentukan asam noktura.

g) penyebab ulkus duodenal.

h) Feses : Tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak

meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.

i) Ammonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu

metabolism dan ekresi urea atau transfuse darah lengkap dan jumlah

besar diberikan.

j) Natrium : Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap

simpanan cairan tubuh.


k) Kalium : Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat

atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat

terjadi setelah trasfusi darah.

l) Amilase serum : Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah

diduga gastritis.

8 Penatalaksanaan

a) Pengobatan pada gastritis menurut Dermawan (2010) meliputi :

1) Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.

2) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan

intravena untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai

gejala-gejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati

dengan antasida dan istirahat.

3) Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat

pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi

lambung.

4) Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan

cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan

pepsin yang menyebabkan iritasi.

5) Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.

6) Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.

b) Penatalaksanaan pada gastritis secara medis menurut Smeltzer (2001)

meliputi :
Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk

menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan.

Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila

perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan

prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.

Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam

atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian

agen penyebab.

1) Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (missal :

alumunium hidroksida) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus

lemon encer atau cuka encer.

2) Bila korosi luas atau berat, emetic, dan lafase dihindari karena

bahaya perforasi.

Terapi pendukung mencakup intubasim analgesik dan

sedatif, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti

mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan

untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.

Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk

mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan

memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi

stress dan memulai farmakoterapi. H.Pylory data diatasi dengan

antibiotic (seperti tetrasiklin atau amoxiline) dan gram bismu


(pepto bismo). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami

malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibodi

terhadap faktor intrinsik.

c) Penatalaksanaan secara keperawatan menurut Dermawan (2010)

meliputi :

1) Tirah baring.

2) Mengurangi stress.

3) Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan

peroral pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan

seperti pudding, agaragar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah

12-24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan

secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis

biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan

yang berbumbu banyak atau berminyak.


Asuhan Keperawatan

Pada Ny.A dengan Kasus Gastritis

Di Ruang Teratai RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Ny. A                                  

Umur               : 43 Th / 01 April 1974

Jenis kelamin     : Perempuan

Pendidikan       : SMP
Pekerjaan : IRT

Agama             : Islam.

Alamat                    : Jalan Tamalate

Asal Pasien : Rujukan Puskesmas kassi-kassi

2. Identitas Penanggung Jawab     

Nama : Tn. S

Pekerjaan          : Petani

Alamat                        : Jalan Tamalate.

Sumber biaya : Akses

3. Identitas Medis

Tanggal masuk : 10 februari 2021, jam 04.00 WIB

Tanggal pengkajian : 10 februari 2021

RM : 076626

Dokter yang merawat : Dr. Ahmad Basuki

DX. medis : Gastritis

4. Status kesehatan saat ini :

a. Keluhan utama : Nyeri pada Abdomen bagian atas, mual dan

muntah sejak 3 hari yang lalu.

b. Riwayat penyakit sekarang     :

Setelah melakukan pengkajian mendapat data bahwa pasien

mengatakan Nyeri perut, mual dan muntah lebih dari 5 x sehari sejak 3

Hari yang lalu. Pasien mengatakan badannya lemas. K/u Lemah.

P : Nyeri terjadi tanpa sebab yang jelas


Q : Nyeri terasa perih di sebelah kiri abdomen dan didekat ulu hati

nyesak

S : Skala nyeri 6 (sedang)

T : Nyeri dirasakan Terus menerus

5. Riwayat penyakit dahulu     :

Pasien mengatakan bahwa belum pernah masuk Rumah Sakit sebelumnya.

6. Riwayat penyakit keluarga  :

Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat

penyakit yang sama.

7. Riwayat Pengobatan dan Alergi

Keluarga pasien mengatakan bahwa sebelumnya pasien belum pernah

dirawat di Rumah sakit sebelumnya dan pasien juga tidak mempunyai

riwayat alergi obat-obatan dan makanan.

8. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital :

TD : 100/70 mmhg

Nadi : 73 x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 36,5 ºC

9. Personal Hygiene
Sejak masuk Rumah sakit, Pasien hanya di Lap oleh keluarga/ perawat di

tempat tidur. Mulut tampak bersih, Rambut bersih

10. Nutrisi

Klien menyatakan sebelum sakit biasanya klien biasanya makan 3x sehari

dengan menu nasi, lauk, sayur, setelah sakit dan dirawat dirumah sakit.

Klien mengatakan tidak nafsu setiap kali makan, rasanya mual dan ingin

muntah. makanan klien di RS hanya habis ¼ porsi, BB klien 50 kg

sebelum sakit dan selama sakit BB pasien menurun jadi 44, IMT pasien

16,3. Klien mengatakan di rumah biasanya minum ±1500 cc/hari, tapi

setelah sakit dan dirawat di rumah sakit, minumnya berkurang menjadi ±

1000 cc/hari. Dengan jenis minuman air putih, teh dan kopi dan

sejenisnya, klien suka makan makanan yang berlemak, makanan pedas dan

sayur-sayuran.

hijau. Perut klien kembung, peristaltik usus = 15x/ menit.

11. Data sistemik

a. Sistem Persepsi Sensori

- Pendengaran

Kedua telinga simetris, tidak ada masalah di sistem pendengaran

- Penglihatan

Kedua mata simetris, pupil isokor, konjungtiva an anemis, Tidak

ada masalah penglihatan.

- Pengecapan
Sistem pengecapan pasien baik, pasien masih bias merasakan rasa

manis, asin, dll. Sistem pengecapan pasien baik.

- Penghidu

Tidak ada gangguan pada sistem penghidu

- Peraba

Respon kulit pada ekstrimitas kiri dan kanan baik, tidak ada

gangguan pada sistem peraba

b. Sistem penglihatan

Bentuk kedua mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva

ananemis, sklera an ikterik, pupil isokor.

c. Sistem pernapasan

Frekuensi 24 kali/menit. PernapasanVesikuler, napas spontan, irama

nafas regular, sesak (-), tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada

bantuan alat napas.

d. Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah 100/70 mmHg.Nadi 73 kali/menit. Nadi Karotis teraba,

tidak ada perdarahan, irama jantung regular, bunyi jantung I dan II

Normal, Tidak ada suara tambahan.

e. Sistem Syaraf

Kesadaran Compos mentis GCS 15. Tidak ada gangguan pada sistem

persyarafan.

f. Sitem pencernaan
Pasien merasakan nyeri di abdomen bagian kiri sampai nyesak ke ulu

hati Sejak dirawat

Inspeksi : Abdomen Normal

Palpasi : Nyeri tekan abdomen (+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus 15 kali Per menit

g. Sistem integumen

Warna kulit normal, turgor kulit baik, tidak ada

luka/memar/kemerahan

h. Sistem Eliminasi

Klien mengatakan sebelum sakit klien biasanya BAK 3-4x/hari dengan

karakteristik jernih, setelah dirawat dirumah sakit BAK berkurang

menjadi 2- 3x/hari. Untuk kebiasaan BAB 1x sehari dengan feses

lunak, setelah sakit dan dirawat dirumah sakit klien mengatakan BAB

1x sehari dengan feses agak lembek.

i. Pola persepsi dan konsep diri

Klien mengatakan kurang begitu tahu tentang penyakitnya, hal yang

dipikirkan terhadap penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu

hati

j. Data penunjang

Hasil Laboratorium :

Tgl 11 Februari 2021

- Hematokrit : 39 %
- Leukosit : 10.400 mm3

- Trombosit : 323.000 mm3

- Hb : 13,1

k. Data Pengobatan

Tgl 11 Februari 2021

1) IUFD KAEN 3B XX gtt

2) OMZ 1 x 1 iv

3) Ondansentron 2 x 4mg iv diencerkan

4) Sucralfat syr 3 x 1

5) Strolacin tab 2 x 1

B. Asuhan keperawatan

1. Analisa Data

No Data Patologis MasalahKeperawatan


1 Ds : Obat-obatan, H Phylori, Nyeri Akut
1. Pasien mengatakan nyeri Kafein
perut bagian kiri nyesak
sampai ke ulu hati Menurunnya barrier
2. Pasien mengatakan lambung terhadap asam
nyerinya dirasakan terus- dan pepsin
menerus.
3. Pasien mengatakan nyeri Menyebabkan difusi
yang dirasakan disebelah kembali asam lambung
perut kiri. dan pepsin
Do :
1. Pasien tampak meringis Inflamasi/ iritasi mukosa
merasakan nyeri lambung
P : Nyeri terjadi tanpa
sebab yang jelas Nyeri epigastrium
Q : Nyeri terasa perih
di sebelah kiri Nyeri Akut
abdomen dan didekat
ulu hati nyesak
S : Skala nyeri 5
(sedang)
T : Nyeri dirasakan
Terus menerus
2. Inspeksi :
Abdomen Normal
Palpasi : Nyeri tekan
abdomen (+)
Perkusi :
Timpani
Auskultasi : Bising
usus 10 kali Per menit
3. Pasien Nampak
memeganggi nyeri.

2 Ds : Obat-obatan, H Phylori,

4. Klien menyatakan Kafein

sebelum sakit biasanya

klien biasanya makan 3x Menurunnya barrier

sehari dengan menu nasi, lambung terhadap asam


lauk, sayur, setelah sakit dan pepsin

dan dirawat dirumah

sakit. Menyebabkan difusi

5. Klien tidak nafsu setiap kembali asam lambung

kali makan, rasanya dan pepsin

mual dan ingin muntah.

6. Klien mengatakan di Inflamasi/ iritasi mukosa

rumah biasanya minum lambung

±1500 cc/hari, tapi

setelah sakit dan dirawat Nyeri epigastrium

di rumah sakit,

minumnya berkurang Nyeri Akut

menjadi ± 1000 cc/hari.

Do : Menurunnya sensori

1. makanan klien di RS untuk makan

hanya habis ¼ porsi,

BB klien 50 kg Anoreksia

sebelum sakit dan

selama sakit BB pasien Ketidakseimbangan

menurun jadi 44 kg, nutrisi kurang dari

2. IMT pasien 16,3. kebutuhan tubuh

3. Pasien Nampak tidak

menghabiskan
makanannya

4. Pasien Nampak kurus.

3. DO :

1. Pasien mengatakan

kurang mengetahui

tentang penyakitnya

2. Pasien mengatakan hal

yang dipikirkan

terhadap penyakitnya

adalah penyakit jantung

karena di ulu hati

3. Pasien mengatakan

bingung apa penyebab

dari penyakitnya

tersebut.

DO :

1. Klien bingung.

2. Klien tampak ingin

tahu tentang

penyakitnya.

3. Pasien menanyakan

tentang penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (Gastritis)

b) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan

c) Defisit pengetahuan berhubungan dengan penyakit akut

3. Perencanaan keperawatan

Diagnosis keperawatan NOC NIC


Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Definisi : tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri
Pengalaman sensori dan 2x24 diharapkan secara komprehensif yang
emosional tidak tingkat nyeri pasien meliputi lokasi,
menyenangkan yang menurun dengan onset/durasi, frekuensi,
muncul akibat kerusakan indikator: kulaitas, intensitas atau
jaringan actual atau 1. Nyeri yang beratnya nyeri dan faktor
potensial atau yang dilaporkan menjadi pencetus.
digambarkan sebagai ringan 2. Observasi adanya petunjuk
kerusakan (international 2. Panjangnya episode non verbal mengenai
association for the study nyeri menjadi ketidaknyamanan terutama
of pain);awitan yang ringan pada mereka yang tidak
tiba-tiba atau lambat dari 3. Menggosok area dapat berkomunikasi secara
intensitas ringan hingga yang terkena efektif
berat dengan akhir yang dampak 3. Gali Bersama pasien faktor-
dapat diadaptasi atau 4. Ekspresi nyeri faktor yang dapat
diprediksi. wajah menurunkan atau
memperberat nyeri
4. Gunakan Tindakan
pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertambah berat
5. Pastikan pemberian
analgesik dan dan strategi
nonfarmakologi sebelum
dilakukan prosedur yang
menimbulkan nyeri
6. Berikan informasi
mengenai nyeri,seperti
penyebab nyeri akan
dirasakan, dan diantisipasi
dari ketidaknyamanan
akibat prosedur
7. Kolaborasi dengan
pasien,keluarga dan tim
Kesehatan lainnya untuk
memilih da
mengimplementasikan
Tindakan penurun nyeri
sesuai kebutuhan.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen gangguan makan
nutrisi : kurang dari tindakan keperawatan 1. Kolaborasi dengan tim
kebutuhan tubuh 3x24 diharapkan status Kesehatan lain untuk
Definisi : nutrisi pasien menurun mengembangkan rencana
Asupan nutrisi tidak dengan indikator: perawatan dengan
cukup untuk memenuhi 1. Asupan Gizi melibatkan klien dan orang-
kebutuhan metabolik. membaik orang terdekat dengan tepat
2. Asupan makanan 2. Rundingkan dengan tim
membaik dan klien untuk mengatur
3. Asupan cairan target pencapaian berat
membaik badan jika berat badan
klien tidak berada dalam
rentang berat badan yang
direkomendasikan sesuai
umur dan bentuk tubuh.
3. Rundingkan dengan ahli
gizi dalam menentukan
asupan kalori harian yang
diperlukan untuk
mempertahankan berat
badan yang sudah
ditentukan
4. Ajarkan dan dukung konsep
nutrisi yang baik dengan
klien
5. Monitor tanda-tanda
fisiologis (TTV, elektrolit),
Jika diperlukan
6. Monitor intake/output dan
asupan cairan secara tepat
7. Monitor asupan makanan
harian
8. Monitor berat badan klien
sesuai secara rutin.

Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


Definisi : tindakan keperawatan Observasi :
1x24 diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan kemampuan menerima
pasien menurun dengan informasi
indikator: Terapeutik :
1. Nafsu makan 1. Sediakan materi dan media
meningkat Pendidikan Kesehatan
2. Keluhan mual 2. Jadwalkan Pendidikan
menurun Kesehatan
3. Perasaan ingin sesuaikesepakatan
muntah menurun 3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan prilaku hidup
sehat.

4. Implementasi dan evaluasi

N Diagnosa Hari/
Implementasi Evaluasi
o keperawatan Tanggal
1. Nyeri Rabu, 1. Memonitor TTV S:
10 februari TD : 100/70 mmHg Pasien mengatakan masih merasa
2021 N : 73 x/menit nyeri pada seluruh bagian abdomen
Jam (09.00) RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5 °C O:
2. Melakukan pengkajian nyeri 1. Pasien tampak meringis.
secara komprehensif termasuk 2. Skala nyeri 6 (Sedang)
lokasi, karakteristik, durasi, Inspeksi : Abdomen Normal
frekuensi nyeri. Palpasi : Nyeri tekan abdomen
P : Nyeri terjadi tanpa sebab (+)
yang jelas Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 15
Q : Nyeri terasa perih di kali Per menit
sebelah kiri abdomen dan A:
didekat ulu hati nyesak Masalah belum teratasi
P:
S : Skala nyeri 6 (sedang) Intervensi dilanjutkan

T : Nyeri dirasakan Terus


menerus
.
3. Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan
Pasien meringis.
4. Mengatur posisi pasien supaya
lebih nyaman (kepala lebih
tinggi)
5. Mengatur lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
(Membatasi pengunjung)
6. Melibatkan keluarga untuk
memberikan dukungan dan
penenangan pasien
7. Kolaborasi :
Berikan analgetik dan obat lain
yang sesuai
1. OMZ 1 x 1
2. Sucralfat Syr 3 x 1

2. Nutrisi kurang Rabu,


dari kebutihan 10 februari
tubuh 2021
Jam (11.00)

Anda mungkin juga menyukai