Anda di halaman 1dari 15

Askep Esofagitis (Radang Tenggorokan)

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Esofagitis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan,
dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto, 1994)
Esofagitis kronis adalah peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar
karena zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik.
Contoh-contoh yang telah disebutkan diatas dapat merusak esofagus jika diminum atau
ditelan, dan bila diserap oleh darah hanya akan menyebabkan keracunan saja. Esofagitis
Terbagi menjadi:
1. EsofagitisPeptik(Refluks)

Esofagiotis peptik (Refluks) adalah Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks
cairan lambung atau duodenum esofagus. Cairan ini mengandung asam pepsin atau cairan
empedu.

2. EsofagitisRefluksbasa

Esofagitis Refliks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke esofagus,
misalnya pada pos gastrekstomi total dengan esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.

3. Esofagitis infeksi Esofagitis infeksi di bagi lagi menjadi:


Esofagitis Candida (monialisis) Esofagitis Candida terjadi karena gangguan sistem
kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat arang terutama proses menua.

Esofagitis Herpes Esofagitis Herpes disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster / herpes
simpleks. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia Esofagitis yang di sebabkan oleh
bahan kimia terbagi menjadi:

Esofagitis korosif Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif ke
dalam esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuhdiri.
Esofagitiskarenaobat(pilesofagitis)Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan
di esofagus yang kemudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan,
dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto, 1994).
A. Etiologi dan patofisiologi
Esofagitis adalah peradangan pada mukosa esopagus. Respon peradangan pada
mukosa esophagus di sebabkan oleh multi faktor. Patofisiologi dari esofagitis bergantung
pada penyebabnya. Penyebab dari esofagitis di antaranya adalah infeksi, penurunan fungsi
imun, refluks gastro esophageal, eosinophilich esophagitis, dan trauma kimia.
Infeksi pada esofagitis biasanya berhubungan dengan respons penurunan system imun
dari indifidu. beberapa faktor yang bisa menginfeksi mukosa esophagus, yaitu kandida,
jamur non kandida (aspergillus, hitoplasma, Cryptococcus, blastomyces), herpes simplek
virus (kamaro,2005), cytomegalofirus, varicella-zoster virus, epstain-barrvirus human
papilloma virus, polio virus, bakteri (mycobacterium tuberculosis, mycobacterium
aviumentrasellulare), dan parasit (tryfanosoma crusi, cryptosporidium pneumosistis,
leishamania donovani). Abnormalitas dari respon pertahanan infeksi noutropenia, fagositosis,
perubahan imunitas hormonal, dan gangguan fungsi T-limfosit. Gangguan dari proteksi barier
mukosa dan tekanan antibiotik pada flora bakteri normal memberikan konstribusi, infasi dari
organisme komensal (ansari, 2008).
Pada pasien AIDS dengan penurunan CD4 (mimidis, 2005), leukemia, lomfoma,
penyakit sistemik (diabetes militus, gangguan fungsi adrenal, alkoholisme), respons inflamasi
alergi kulit (erythema multiforme, stevens-johnson syndrome toxic epidermal necrolysis),
penggunaan terapi steroid dan pada pasien dengan pengobatan kanker (kemoterapi dan
radiasi) mempunyai resiko terjadinya esofagitis akibat penurunan fungsi imun. Pada kondisi
refluks gastroesofageal, cairan lambung ajan menyebabkan ninjuri pada mukosa esofagus
akibat asam kuat yang mengiritasi mukopsa esofagus (noffsinger, 2009).
Penyebab pada eosiphilic esophagitis belum pasti,tetapi para peneliti sepakat bahwa
kondisi ini diperantarai oleh penyimpagan respon imunitas (Nurko, 2006). Pada saat material
makanan masuk kedalam esophagus, pengeluraan berbagai mediator imunitas meningkat,
seperti limfosit, sel mast, dan sel-sel dendrite yang memelihara permukaan esophagus dari
invasi kuman, racun, dan berbagia antigen meskipun eosinofil berada dilamina propia pada
lajur epithelium gastrointestinal, eosofil tidak terdapat epithelium skuamosa esophageal,
tetapi respon inflamasi memberi pengaruh yang kuat terhadap eosinofil (Arora, 2004 ).
Meskipun demikian, banyak deskripsi tentang pengaryh inflamasi eosinofil pada jaringan
mukosa tetei peran dari sel ini belum di pastikan. Terbentuknya granulasi leukosit berisi
beberapa mediator aktiv termasuk sitokin protein granula, dan leukotrin. Infiltrasi eosinofil
epithelium skuamosa esofaus memberikan mekanisme seperto yang terjadi pada inflamasi
alergi dan memberikan tetapi manifestasi terjadinya esophagitis ( Liacouras, 2004 .
Esofagitis akibat zat kimia yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa
kuat, dan zat organic dapat merusak esophagus jika diminum atau ditelan. Zat-zat kimia
berupa asam kuat maupun basa kuat dapat menyebabkan kemtian sel pada permukaan yang
dilaluinya. Kerusakan oleh basa kuat akan menyebabkan sel mati dan mencair,tetapi pada
kerusakan oleh asam kuat akan menyebabkan kematian sel menggumpal. Pada kerusakan
yang disebabkan oleh asam kuat, maka kerusakan akan dialami lebih berat pada lambung.
Hal ini disebabkan oleh asam lambung yang turut memperberat kerusakan sel-sel pada
mukosa, tetapi pada basa kuat yang terjadi adalah sebaliknya , kerusakan lebih berat pada
esophagus (Stiff, 1996 ).

B. Faktor Fredis posisi


Makanan berlemak, berbumbu,asam, cokelat, kopi, alcohol dan kelebihan berat
badan.

C. Manisfestasi Klinis Radang Tenggorokan


Gejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam, keracunan dan
kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi mediastinum dan kematian
a. Esofagitis Peptik (Refluks) Gejala klinik yang nyata misalnya rasa terbakar di dada
(heartburn)nyerididaerahuluhati,rasamual,dll.
b. Esofagitis refluks basa Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di retrosternal. Regurgitasi
yang terasa sangat pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi kadang-kadang
terjadi hematemesisberat.
c. Esofagitis Kandida Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia. Pada beberapa
penderita mengeluh dapat merasakan jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke
lambung, rasa nyeri retrosternal yang menyebar sampai ke daerah skapula atau terasa
disepanjang vertebra torakalis,sinistra.
d. Esofagitis Herpes Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit retrosternal
yang tidak membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau anti fungallain
e. Esofagitis Korosif Gejala yang sering timbul adalah disfagia / kesulitan
menelan,odinofagia dan adanya rasa sakit retrosternal.
f. Esofagitis karena obat Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang
terus-menerus, disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini.

D. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dilakukan berdasarkan penyebab esofagitis. Pada pasien dengan
trauma kimia pada esofagus,penatalaksanaan pada fase akut dilakukan perawatan umum
berupa perbaikan keadaan umum pada pasien dengan menjaga keseimbagan elektrolit, serta
jalan nafas. Jika kejadian terjadi sebelum 6 jam dapat diberikan netralisasi dengan
menggunakan air susu dengan air jeruk untuk asam kuat. Untuk mencegah pengecilan
esofagus dapat dibantu dengan menggunakan selang nasogastrik.
Pada pasien dengan esofagus eosinofil dapat diberikan intervensi sebagai berikut
(Noel, 2004 )
1. Manajemen diet, bertujuan untuk menurunkan stimulus peradangan pada mukosa esofagus.
2. Kortikosterouid, mempunyai fungsi untuk menghambat sintesis sitokin yang dipercaya
mengaktivasi eosinofil.
3. Terapi endoskopik, bertujuan untun mendalitasi lumen esofagus yang menyempit.
4. Penyakit leukotokrin, bertujuan untuk menghambat kontraksi otot polos yang mempersempit
lumen esofagus.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Pengkajian
Pada pengkajian riwayat kesehatan didapatkan kondisi imunosupresi, mendapat terapi
steroid, terapi antibiotik, atau penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
Pada pemeriksaan fisik gastrointestinal didapatkan adanya mual, muntah, nyeri pada
retrosternal, nyeri tekan abdomen atas , hematemesis, anoreksia, dan penurunan berat badan.
-Nyeri pada saat menelan
-Nyeri substernal
-Perasaan penuh
-Ketakutan dan ansietas
-Penurunan berat badan
-Nafas busuk dan batuk
-Suara serak dan batuk
C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus, peradangan mukosa
esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu keesofagus.
2. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esofagus
2. Resiko tinggi infeksi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.
3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana
pembedahan.
4. Pemenunhan informasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan rencana
pembedahan pneumatic dilatation

Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esophagus
1. Kaji pola napas klien.
2. Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi fowler)
4. Hindari posisi terlentang
5. lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan.

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran, krekels basah (bronkitis),
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat).
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan lapar udara, gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot bantu.
R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut
yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk pada
sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.

Dp 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang

Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan
pengobatan

Dp 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.


Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai dengan: tidak mengeluh
lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses penyembuhan.
2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.
D. Rencana Asuhan keperawatan
Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus, peradangan mukosa
esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu keesofagus.
Tujuan : Dalam wakltu 1 x 24 jam Nyeri berkurang, hilang, atau teradaptasi.
teria hasil : - Secara subjektif melaprkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0 -1 (0 4 )
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
- pasien tidak gelisah

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan dan bantu pasien Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
dengan tindakan pereda Nyeri dan nonfarmakologi lainnya telah
non farmakologi dan noninvasif. menunjukan keevektivan dengan
Lakukan manajemen mengurangi nyeri.
2. keperawatan nyeri.
-Istirahatkan pasien pada saat
Nyeri muncul Istirahatkan secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
-Ajarkan tehknik relaksasi metabolism basal.
pernapasan dalam pada saat
nyeri muncul. Meningkatkan intake oksigen sehingga
-Ajarkan tehknik distraksi pada dapat menurunkan nyeri sekunder dan
saat nyeri. iskemia intestinal.
-Lakukan manajemen sentuhan Distraksi (pengalihan perhatian ) dapat
menurunkan stimulus internal
Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri.

2. Resiko tinggi infeksi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi, kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi.
Kreterias hasil : - Pasien dapat mempertahan status nutrisi yang adekuat
- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status nutrisi pasien, turgor Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah
kulit, berat badan , derajat untuk menetapkan pilihan intervensi yang
penuruana berat badan, integritas tepat.
mukosa oaral, kemampuan
menelan, riwayat mual/ muntah,
dan diare.
2. Pantau intake dan output Berguana dalam mengukur keefektifan nutrisi
dan dukungan cairan, makanan dan cairan
tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa
jam atau beberapa hari sampai gejala akur
berkurang.
3. Kolaborasi dengan ahli diet untuk Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi
menetapakan komposisi dan jenis yang adekuat untuk memenuhi peningkatan
diet yang tepat kebutuhan energy dan kalori sehubungan
dengan status hipermetabolik pasien.
4. Kolaborasi untuk pemberian anti Pemberian antiemtik atau anti muntah
muntah dimaksudkan untuk menurunkan respons
muntah yang bisa memberikan kondisi
ketidaknyamanan abdominal yang cenderung
memberikan manifestasi anoreksia.

3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencana


pembedahan.
Tujuan : Secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurang
Krteteria hasil : - pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada pasien
- pasien dapat mendemonstrasiskn keterampilan pemecahan masalahnya dan perubahan
koping yang digunakan untuk sesuai situasi yang dihadapi.
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan / ketakutan dibawah standar .
- Pasien dapat rileks dan tidur / istirahat dengan baik.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor respons fisik fisik, seperti ; Digunakan dalam mengevaluasi derajat /
kelemahan, perubahan tanda vital, dan tingkat kesadaran / konsentrasi khusnya
gerakan yang berulang-ulang. Catat ketika melakukan komunikasi verbal.
kesesuaian respons verbal dan non
verbal selam komunikasi.
2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan dan berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut,
mengekspresikan rasa takutnya. dan menguragi cemas yang berlebihan.
3. Catat reaksi dari pasien/ keluarga. Anggota keluarga dengan responsnya pada
Berikan kesempatan untuk apa yang terjadi dan kecemasannya dapat
mendiskusikan perasaannya, disampaikan kepada pasien.
konsentrasinya, dan harapan massa
depan.
4. Anjurkan aktivitas pengalihan Sejumlah aktivitas baik secara sendiri
perhatian sesuai kemampuan individu maupun dibantu selama dirawat dapat
membuat pasien merasa berkualitas dalam
hidupnya.

4. Pemenunhan informasi berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan rencana pembedahan
pneumatic dilatation
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam masalah teratasi
Kreteria hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhan informasinya.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Beritahu persiapan pembedahan, Istirahat merupakan hal yang penting untuk
meliputi ; penyembuhan normal kecemasan tentang
-persiapan istirahat dan tidur pembedahan dapat dengan mudah
mengganggu kemampuan untuk istirahat
dan tidur. Kondisi penyakit yang
membutuhkan tindakan pembedahan
mungkin akan menimbulkan rasa nyeri
yang hebat sehingga mengganggu istirahat.
-persiapan administrasi dan informed Pasien sudah menyelesaikan administrasi
consent. dan mengetahui secara financial biaya
pembedahan. Pasien sudah mendapat
penjelasan dan menandatangani informed
consent.
2. Beritahu pasien dan keluarga kapan Pasien akan mendapat manfaat bila
pasien sudah bisa dikunjungi. mengetahui kapan keluarga dan temannya
bisa berkunjung setelah pembedahan.

Esofagitis
Patway dibuku

Pengertian Esofagitis. Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus


mengalami peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Esofagitis kronis
adalah peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia
yang bersifat korosif, misalnya berupa asam kuat, basa kuat dan zat organik.

Contoh-contoh yang telah disebutkan diatas dapat merusak esofagus jika diminum
atau ditelan, dan bila diserap oleh darah hanya akan menyebabkan keracunan saja.
Esofagitis Terbagi menjadi:
a. Esofagitis Peptik (Refluks)
Esofagiotis peptik (Refluks) adalah Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh
refluks cairan lambung atau duodenum esofagus. Cairan ini mengandung asam
pepsin atau cairan empedu.
b. Esofagitis Refluks basa
Esofagitis Refliks basa yaitu terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke
esofagus, misalnya pada pos gastrekstomi total dengan esofagoduodenostomi atau
esofagojejenostomi.
c. Esofagitis infeksi
Esofagitis infeksi di bagi lagi menjadi:
Esofagitis Candida (monialisis)
terjadi karena gangguan sistem kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat
arang terutama proses menua.
Esofagitis Herpes
disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster / herpes simpleks.
d. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia
di sebabkan oleh bahan kimia terbagi menjadi:
Esofagitis korosif
Esofagitis korosif terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosif ke dalam
esofagus. Hal ini biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuh diri.
Esofagitis karena obat (pil esofagitis)
Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditelan dan tertahan di esofagus yang
kemudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi.
B. Etiologi Esofagitis
Menelan air panas, refluks asam lambung, infeksi virus herves, menelan basa atau
asam kuat.
a. Esofagitis peptik : refluks cairan lambung atau duodenum
b. Esofagitis refluks basa : disebabkan oleh adanya enzim proteolitik dari pankreas,
garam-garam empedu atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam
hidroklorid yang masuk dan kontak dengan mukosa esofagus.
c. Esofagitis kandida : gangguan sistem kekebalan, motilitas esofagus, gangguan
metabolisme hidrat arang terutama pada proses menua.
d. Esofagitis herpes : infeksi virus herpes zoater
e. Esofagitis korosif : disebabkan oleh luka bakar karena zat kimia yang bersifat
korosif, misalnya asamkuat, basa kuat dan zat organik (cair, pasta, bubuk dan zat
padat). Bahan alkali (detergent / NaOH murni)
f. Esofagitis karena obat : tetrasiklin, klindamisin, deoksitetrasiklin, quinidine,
glukonat, empronium bromid, sulfas ferosus, asam askorbat (Vit E) dan KCl.
C. Faktor Predisposisi Esofagitis
Makanan berlemak, berbumbu,asam, cokelat, kopi, alcohol dan kelebihan berat
badan.
D. Manesfestasi Klinis Esofagitis
Gejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam, keracunan dan
kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi mediastinum dan kematian.
a. Esofagitis Peptik (Refluks)
Gejala klinik yangnyata misalnya rasa terbakar di dada (heart burn) nyeri di daerah
ulu hati, rasa mual, dll.
b. Esofagitis refluks basa
Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di retrosternal. Regurgitasi yang terasa sangat
pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi kadang-kadang terjadi
hematemesis berat.
c. Esofagitis Kandida
Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia. Pada beberapa penderita
mengeluh dapat merasakan jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke
lambung, rasa nyeri retrosternal yang menyebar sampai ke daerah skapula atau
terasa disepanjang vertebra torakalis, sinistra.
d. Esofagitis Herpes
Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit retrosternal yang tidak
membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau anti fungal lain.
e. Esofagitis Korosif
Gejala yang sering timbul adalah disfagia / kesulitan menelan, odinofagia dan
adanya rasa sakit retrosternal.
f. Esofagitis karena obat
Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang terus-menerus,
disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini.
E. Patofisiologi Esofagitis
a. Esofagitis Refluks (Esofagitis Peptik)
Inflamasi terjadi pada epitel skuamosa di esofagus distal, disebabkan oleh kontak
berulang dan dalam waktu yang cukup lama dengan asam yang mengandung pepsin
ataupun asam empedu. Kelainan yang terjadi dapat sangat ringan, sehingga tidak
menimbulkan cacat, dapat pula berupa mukosa mudah berdarah, pada kelainan yang
lebih berat terlihat adanya lesi erosif, berwarna merah terang. Hal ini menunjukkan
esofagitis peptik.
b. Esofagitis refluks basa
Peradangan terjadi karena adanya enzim proteolitik dari pankreas, garam-garam
empedu, atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam hidroklond yang
masuk dan kontak dengan mukosa esofagus sehingga terjadi esofagitis basa.
c. Esofagitis Kandida
Pada stadium awal tampak mukosa yang irreguler dan granuler, pada keadaan lebih
berat mukosa menjadi edema dan tampak beberapa tukak. Bila infestasi jamur
masuk ke lapisan sub mukosa, maka edema akan bertambah parah, tukak yang kecil
makin besar dan banyak sampai terlihat gambaran divertikel, sehingga terjadi
esofagitis Kandida (Moniliasis).
d. Esofagitis Herpes
Seseorang dengan daya tahan tubuh menurun seperti pada penderita yang lama
dirawat di RS, pengobatan dengan imunosupresor. Penderita dengan penyakit
stadium terminal yang terkena virus herpes zoster dengan lesi pada mukosa mulut
dan kulit, mengakibatkan esofagitis herpes, dimana lesi awal yang klasik berupa
popula atau vesikel atau tukak yang kecil kurang dari 5 mm dengan mukosa di
sekitarnya hiperemis. Dasar tukak berisi eksudat yang berwarna putih kekuningan,
jika tukak melebar akan bergabung dengan tukak di dekatnya menjadi tukak yang
besar.
e. Esofagitis Korosif
Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair. Secara histologik dinding
esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat yang tertelan akan
menyebabkan nekrosis menggumpal secara histologik dinding esofagus sampai
lapisan otot seolah-olah menggumpal. Zat organik (lisol, karbol) menyebabkan
edema di mukosa atau sub mukosa. Asam kuat menyebabkan kerusakan pada
lambung lebih berat dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa
kuat menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.
f. Esofagitis Karena Obat
RL atau kapsul yang ditelan kemudian tertahan di esofagus mengakibatkan
timbulnya iritasi dan inflamasi yang disebabkan oleh penyempitan lumen esofagus
oleh desakan organ-organ di luar esofagus. Obstruksi oleh karena peradangan,
tumor atau akalasia, menelan pil dalam posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis
karena obat.
F. Pemeriksaan penunjang Esofagitis
a. Esofagitis Peptik (Refluks)
Pemeriksaan esofagoskopi : tidak didapatkan kelainan yang jelas (blackstone), ciri
khas dari esofagitis peptik yaitu peradangan mulai dari daerah perbatasan esofagus
gaster (garisz) ke proksimal daerah esofagus.
b. Refluks basa
Pemeriksaan radiologik
kontras barium dapat menunjukkan kelainan yang terjadi pada keadaan pasca
operasi.
Pemeriksaan endoskopi
Terlihat lesi di mukosa esofagus, mukosa hipermis, rapuh, erosif, eksudat dan pada
kasus yang berat terdapat striktur dan stenosis
c. Esofagitis kandida
Pemeriksaan endoskopi
Tampak mukosa rapuh, eritemateus, mukosa sembab, berlapiskan selaput tebal dan
berwarna putih seperti susu kental tersebar di seluruh esofagus, terutama pada 2/3
distal.
Pemeriksaan Titer aglutinin serum : hasil > 1 : 160
d. Esofagitis Herpes
Pemeriksaan klinik
Terdapat lesi herpes zooster dimukosa mulut atau di kulit.
Pemeriksaan endoskopi
Terlihat lesi berupa papula, mukosa hipermesis, tukak berisi eksudat.
Pemeriksaan radiologic
Menunjukkan kelainan yang tidak spesifik.
e. Esofagitis korosif
Pemeriksaan esofagogram
Adanya perforasi atau mediastinitis.
Pemeriksaan endoskopi
f. Esofagitis karena obat
Pemeriksaan esofagoskopi
Terdapat edema lokal dengan eritem, lesi erosif dengan pseudomembran atau
eksudat.
g. Esofagitis Radiasi
Pemeriksaan Radiologis- Pemeriksaan endoskopi.
Ditemukan jamur kandida.
G. Penatalaksanaan Esofagitis
a. Esofagitis Peptik
Pengobatan untuk refluks antasida dengan atau tanpa antagonis H2, receptor.
Tindakan pembedahan untuk menghilangkan refluks hnya dilakukan pada mereka
dengan gejala refluks menetap walaupun telah memberikan pengobatan optimal.
b. Esofagitis refluks basa
Pengobatan refluks basa harus cepat dan intensif, antara lain pemberian antibiotika,
steroid, cairan intravena dan kemungkinan dilakukan pembedahan, apabila penyakit
ini telah memetasfase (menyebar) di sekitarnya.
c. Esofagitis kandida
Nystatin 200.000 unit diberikan sebagai obat kumur yang ditelan maupun yang
dimakan setiap 2 jam pada saat pasien tidak sedang tidur, merupakan pengobatan
standar, cukup efektif dan hampir tidak ada efek sampingnya. Bila pasien resisten
terhadap Nystatin, maka pilihan kedua adalah Flusitosine 100 mg per Kg BB, tiap
hari dibagi dalam 3 kali pemberian setiap sesudah makan, selama 4-6 minggu. Obat-
obat antifungal lain yang dinyatakan efektif yaitu Imidazole, Ketoconazole,
Amphotericine dan Miconazole.
d. Esofagitis Herpes
Pengobatan suporatif yaitu dengan memberikan makanan lunak dan cair, anastesi
lokaldiberikan adalah antibiotik selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam.
Kartikosteroid untuk mencegah terjadinya pembentukan fibrosis yang berlebihan
dan Analgetik. Selain itu yang dilakukan esofagoskopi pada hari ke-3 setelah
kejadian atau bila luka di bibir, mulut dan faring sudah tenang.
e. Esofagitis karena obat
Dengan menghentikan pemakaian obat-obat yang dicurigai lesi esofagus dapat
sembuh, dan mengajarkan kepada penderita untuk minum obat dalam posisi tegak
(tidak berbaring) dan disertai air yang cukup banyak.
f. Esofagitis radiasi
Pada keadaan akut, pengobatan dilakukan dengan memodifikasi jenis penyinaran,
diit cair dan pemberian analgesik dan anastetik lokal sebelum tidur atau sebelum
makan. Striktur yang terjadi diatasi dengan dilatasi peroral.
H. Komplikasi Esofagitis
Syok Koma Edema laring Perforasi esofagu Aspirasi pneumonia Peradangan Erosi
Pembentukan tukak PerdarahanS triktur Pembentukan jaringan parut

Anda mungkin juga menyukai