Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN MASALAH CANDIDIASIS ORAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Invidu Praktek Profesi


Keperawatan Departemen Keperawatan Medikal Bedah

Di Ruang Melati

RSUD Mardi Waluyo

Oleh:

Ahdal Casanoval

P17212195005

PRODI D4 DAN PROFESI KEPERAWATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN MASALAH CANDIDIASIS ORAL

DI RUANG MELATI RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

OLEH :

AHDAL CASANOVAL

P17212195005

Blitar, September 2019


Mahasiswa

Ahdal Casanoval
P17212195005

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kandidiasis oral adalah salah satu infeksi fungal yang mengenai mukosa oral.
Lesi ini disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans adalah salah satu
komponen dari mikroflora oral dan sekitar 30-50% orang sebagai karier organisme
ini. Tedapat lima tipe spesies kandida yang terdapat di kavitas oral, diantaranya
adalah:
1. Candida albicans
2. Candida tropicalis
3. Candida krusei
4. Candida parapsilosis

B. Etiologi

Penyebab tersering Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies patogenik

yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.

pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri

dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen

oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak

menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk

terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab

tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.

Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan

tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru

akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh

rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan

tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.

Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan

di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur

ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari

vagina ibu ketika persalinan. Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat
keadaan mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak
dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat. Faktor-faktor

yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :

1. HIV/AIDS

Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS,

yang dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan

tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang

biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin

merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.

2. Kanker

Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan

melemah oleh karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit,

seperti kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat

meningkatkan risiko infeksi Candida seperti oral thrush.

3. Diabetes Mellitus

Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang

tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah

besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan candida.

4. Infeksi jamur vagina

Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat

menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika

seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular pada bayi selama persalinan.

Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.

5. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ.

Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur.

Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada

paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.

6. Pemakaian antibiotic
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida

karena antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam

jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.

7. Leukimia

8. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan

malnutrisi.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida

albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena

adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh.

C. Patofisiologis

Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh

candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang

terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan

keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik,

yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi

dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling

sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang

pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal.

Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam

jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun

serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency

Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme

dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak

terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur

candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada

tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri

yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.

Mekanisme imun seluler dan humoral :


1. Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel

epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan

sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang

menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga

mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan

faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut.

2. Lapisan luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga

akan mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin.

Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi di permukaan sel

kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain

itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.

Mekanisme non imun :

1. Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan

persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa. Menempelnya

mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk

berkembangnya infeksi.

2. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu

diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin

dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida

albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat

pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada

umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan

infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.

D. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut

dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu

namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil
justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah. Infeksi mulut oleh spesies candida
biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada

membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi

mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.

Secara umum kandidiasis pada mulut tidak berbahaya dan dapat sembuh

sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat

menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat

makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi

malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada

mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang memperberat

(misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).

1. Pada Anak-anak dan Dewasa

Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush.

Tergantung pada penyebab, tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan

untuk waktu yang lama. Gejala-gejala tersebut, antara lain:

a) Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan

amandel (tonsil)

b) Lesi menyerupai keju

c) Nyeri

d) Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores

e) Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi

tiruan)

f) Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut

g) Kehilangan selera makan

Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan

dan esofagus (Candida esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan

mengalami kesulitan menelan atau merasa seolah-olah makanan terjebak di

tenggorokan.
2. Pada Bayi dan Ibu Menyusui

Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki

kesulitan makan atau rewel dan mudah marah. Bayi dapat menularkan infeksi

tersebut kepada ibu mereka selama menyusui. Wanita yang payudaranya terinfeksi

candida mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala, antara lain:

a) Puting berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal

b) Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting

(areola)

c) Puting terasa sakit saat menyusui

d) Sakit yang tajam jauh di dalam payudara

E. Pemeriksaan Penunjang

Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya

pemeriksaan penunjang, antara lain :

1. Pemeriksaan langsung

Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau

dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud,

dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah

pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu

370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.

Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut

pada corn meal agar.

Beberapa penunjang lain :

1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.

2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan

pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau

kumur.

4. Diagnosa pasti dengan biopsy.

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain :

1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.

2. Topikal

Obat topical untuk kandidiasis meliputi:

a) Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan

sehari 2 kali selama 3 hari.

b) Nistatin: berupa krim, salap, emulsi.

c) Amfoterisin B.

d) Grup azol antara lain:

1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak

2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim

3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol

4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim

5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas

3. Sistemik

a) Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini

tidak diserap oleh usus.

b) Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik.

c) Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam

dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari

atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150

mg dosis tunggal.

d) Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang


dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.
4. Khusus:

a) Kandidiasis intertriginosa

Pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan

penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari.

Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg

selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.

b) Diaper disease

Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab.

Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak

bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat.

Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau

klotrimazol.

c) Paronikia

Pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba

untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat

digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin.

Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas.

Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol.

Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol

mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran.

Hasilnya dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi

bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari

parasit.

Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa

fungi tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada

bakteri. Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas

dan transport. Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida

jangkauan yang luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang
terlibat dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Riwayat kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai

persepsi klien terhadap penyakitnya, bagaimana kelainan kulit dimulai? Apa pemicu?

Apa yang meredakan atau mengurangi gejala? Termasuk masalah fisik/emosional

yang dialami klien? Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.

Dari pengkajian didapat data-data sebagai berikut:

Data objektif:

1. Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara

jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas

tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa

vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan

daerah yang erosive, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi

primer.

2. Hasil pemeriksaan kerokan kulit didapat candida

Data sujektif: mengeluh gatal-gatal

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologis.

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkata hormone prostaglandin

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan makanan

oleh karena adanya trust.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit.

5. Gamgguan menelan berhubungan dengan proses infeksi.

C. Intervensi

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologis.


Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria Hasil :
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Gelisah menurun
6) Kesulitan tidur menurun
7) Menarik diri menurun
8) Berfokus pada diri sendiri menurun
9) Diaphoresis menurun
10) Perasaan depresi menurun
11) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
12) Anoreksia menurun
13) Perineum terasa tertekan menurun
14) Uterus teraba membulat menurun
15) Ketegangan otot menurun
16) Pupil dillatasi
17) Muntah menurun
18) Mual menurun
19) Frekuensi nadi membaik
20) Pola nafas membaik
21) Tekanan darah membaik
22) Proses berfikir membaik
23) Focus membaik
24) Fungsi berkemih membaik
25) Perilaku membaik
26) Nafsu makan membaik
27) Pola tidur membaik
Tindakan
Observasi
1) Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Indetifikasi skala nyeri
3) Indetifikasirespon nyeri non verbal
4) Indetifikasi identivikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Indetifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6) Indetifikasi pengaruh nyeri terhadapkualitas hidup
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8) Monitor efek samping penggunaan analgentik
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis TENS,
hipnosis, akkupressure, terapi musik, dll)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkata hormone prostaglandin

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam, termogulasi membaik

Kriteria Hasil :

1) Menggigil menurun

2) Kulit merah menurun

3) Kejang menurun

4) Akrosianosis menurun

5) Komsumsi oksigen menurun

6) Piloereksi menurun

7) Vasokontriksi perifer menurun


8) Kutis memorata menurun
9) Pucat menurun

10) Takikardia menurun

11) Takipnea menurun

12) Bardikardia menurun

13) Dasar kaku sianotik menurun

14) Hipoksia menurun

15) Suhu tubuh membaik

16) Suhu kulit membaik

17) Kadar glukosa darah membaik

18) Pengisian kapiler membaik

19) Ventilasi membaik

20) Ventilasi membaik

21) Tekanan darah membaik

Tindakan :

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kadar eloktrolit

4) Monitor haluaran urin

5) Monitor komplikasi akibat hipotermia

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami keringat berlebihan

6) Lakukan pendinginan eskternal

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin


8) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit, jika perlu

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan makanan

oleh karena adanya trust.


Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam, status nutrisi membaik
Kriteria Hasil :
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Serum albumin meningkat
5) Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutria meningkat
6) Pengetahuan tentang pilihan makanan sehat meningkat
7) Pengetahuan tentang pilihan minuman sehat meningkat
8) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
9) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
10) Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman meningkat
11) Sikap terhadap makanan atau minuman sesuai dengan tujuan kesehatan
12) Perasaan cepat kenyang menurun
13) Nyeri abdomen menurun
14) Sariawan menurun
15) Rambut rontok menurun
16) Diare menurun
17) Berat badan membaik
18) Indeks masa tubuh membaik
19) Frekuensi makan membaik
20) Nafsu makan membaik
21) Bising usus membaik
22) Tebal lipatan kulit trisep membaik
23) Membrane mukosa membaik
Tindakan :
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3) Identifikasi makanan disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogatrik
6) Monitor asupan makanan
7) Monitor berat badan
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5) Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
6) Berikan suplemen makan, jika perlu
7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit.

Tujuan :

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam, integritas kulit dan

jaringan meningkat

Kriteria Hasil :

1) Elastisitas meningkat
2) Hidrasi meningkat
3) Perfusi jaringan meningkat

4) Kerusakan jaringan menurun

5) Kerusakan lapisan kulit menurun

6) Nyeri menurun

7) Perdarahan menurun

8) Kemerahan menurun

9) Hematoma menurun

10) Pigmentasi abnormal menurun

11) Jaringan parut menurun

12) Nekrosis menurun

13) Abrasi kornea menurun

14) Suhu kulit membaik

15) Sensasi membaik

16) Tekstur membaik

17) Pertumbuhan rambut membaik

Tindakan :

Observasi

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik

1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

3) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare

4) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering

5) Gunakan produk berbahan ringan/alami da hipoalergik pada kulit sensitive

6) Hindari prouk berbahan asar alkohol pada kulit kering

Edukasi

1) Anjurkan menggunakan pelembab

2) Anjurkan minum air yang cukup


3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

5) Ajurkan menghindari terpapar suhu ekstrim

6) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluarrumah

7) Anjurkan mandi da menggunakan sabun secukupnya


DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2010. Kamus Kedokteran, Edisi 31. EGC: Jakarta.

FKUI. 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1Edisi VI. FKUI: Jakarta.

Hakim dan Ramadhian. 2015. Kandidiasin Oral. Majority | Volume 4 | Nomor 8 | Desember
2015 |53
Hasan Rusepno. 2008. Ilmu Keperawatan. Jakarta: FKUI.

PPNI . 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai