KELOMPOK 4 :
MIRANDA PIRI (15061056)
VERONIKA PANDEIROTH (15061005)
KRISJAYANTI PONTOMBOBA (15061024)
ALFA TAROREH (1506
ANSELA OROH (15061049)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun judul makalah ini yaitu “Asuhan Keperawatan pada
Pasien Penyakit Gondok”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Endokrin. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
berpikir serta pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................
1.2 Tujuan .............................................................................................................................
1.3 Manfaat ...........................................................................................................................
BAB 2 Konsep Penyakit
2.1. Definisi ..........................................................................................................................
2.2. Anatomi dan Fisiologi ....................................................................................................
2.3. Etiologi ...........................................................................................................................
2.4. Manifestasi Klinis ...........................................................................................................
2.5. Patofisiologi ....................................................................................................................
2.6. Penatalaksanaan Medis ...................................................................................................
2.7. Komplikasi .....................................................................................................................
BAB 3 Konsep Asuhan Keperawatan
3.1. Pengkajian .....................................................................................................................
3.2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................
3.3. Intervensi dan Rasional ..................................................................................................
BAB 4 Contoh Kasus
4.1. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................
4.2. Perencanaan ....................................................................................................................
BAB 5 Penutup
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................................
5.2. Saran ...............................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................
Lampiran
1. Patoflow ..........................................................................................................................
2. Drug Study .......................................................................................................................
3. Lab Study .........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid
akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan
bagian bawah leher. Goiter terjadi akibat kekurangan yoidium yang dapat menghambat
Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut goiter endemis dan
sporadic. Secara sporadic yaitu dimana kasus-kasus gondok ini dijumpai menyebar
diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka gondok sporadic
ini banyak disebabkan karena factor goitrogenik, anomaly, penggunaan obat-obat anti
tiroid, peradangan dan neoplasma. Secara endemis, kasus-kasus gondok ini dijumpai pada
sekelompok orang di daerah tertentu dengan penyakit defesiensi yodium. Goiter endemic
sering terdapat didaerah Minangkabau, Dairi, Jawa, Bali dan Sulawesi. (Darmayanti, 2012)
Dilaporkan pada tahun 2009, di Amerika ditemukan kasus pada sejumlah lebih dari
250.000 pasien. Menurut WHO, Indonesia sendiri merupakan Negara yang dikategorikan
endemis kejadian goiter. Menurut penyelidikan yang telah dibuktikan di Tecumseh suatu
komunitas di Michigan, Penyakit ini merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai dan
menyerang 16% perempuan dan 4% laki-laki yang berusia antara 20 sampai 60 tahun,
Jawa Timur menyatakan bahwa konsumsi yodium berhubungan dengan pravelensi gondok.
Pada wanita hamil ditemukan lebih banyak mengalami pembesaran kelenjar tiroid lebih
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penyakit pada sistem endokrin yaitu Gondok
dan mengetahui tentang bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penyakit
Gondok.
b. Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
a. Dapat berfungsi sebagai literature bagi pelajar yang ingin memperdalam tentang
penyakit gondok.
b. Menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca mengenai penyakit gondok.
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
2.1. Definisi
Gondok adalah pembesaran pada kelenjar tiroid dimana terlihat pembengkakan atau
benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat
pertumbuhan kelnjar tiroid yang tidak normal. (Rahza, 2010)
Gondok adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan
susunan kelenjar dan morfologinya. (Darmayanti, 2012)
2.3. Etiologi
2.5. Patofisiologi
Aktivitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk
membuat hormone tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormone tiroid cukup
jika tidak memiiki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium akan menjadi
hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormone tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid.
Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormone ini
merangsang tiroid untuk menghasilkan hormone tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang
besar. Pertumbuhan yang abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut gondok.
Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal
dengan thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada gilirannya
dipengaruhi oleh hormone Thyrotropin releasing hormone (TRH) dari hipotalamus.
Thyrotrpoin bekerja pada reseptor TSH terletak pada kelenjar tiroid. Serum hormone tiroid
levothyroxine dan triiodothyronine umpan balik ke hipofisis, mengatur produksi TSH.
Interferensi dengan sumbu ini TRH hormone tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi
dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH
reseptor antibody, atau agonis rseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapa
mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecilsel tiroid, sel inflamasi, atau
sel ganas metastatis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.
Kekurangn dalam sintesis hormone tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH
meningkat. Peningkatan TSH, menyebabkan peningkatan cellularity dan hyperplasia
kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormone tiroid. Jika proses ini
berkelanjutan, maka akan menyebabkan penyakit gondok. Penyebab kekurangan hormone
tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesishormon tiroid, defisiensi yodium, dan
goitrogens. Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong
reseptor TSH termasuk antibody reseptor TSH, resistensi terhadap hormone tiroid
hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus dan tumor memproduksi human
chorionic gonadotropin.
Pemasukan yodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi
TSH, glukosil goitrogenik, gangguan pada kelenjar tiroidsendiri daktor pengikat dalam
plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar-kadar
hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid
sehingga aktivitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).
Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran uyang dapat mempengaruhi
kedudukan organ-organ lain disekitarnya. Di bagian posterior medialkelenjar tiroid
terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernafas dan disfagia yang akan
berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit.
Penekanan pada pita suara akan menyebabkan suara menjadi serak atau parau.
Bila pembesaran keluar, maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat simetris
atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia. Tentu dampaknya lebih kearah
estetika atau kecantikan. Perubahan bentuk leher dapat mempengaruhirasa aman dan
konsep diri pasien.
Pasien dengan satu atau lebih nodultiroid yang mengalami hipertiroid diberikan
obat antitiroid. Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Indikasi :
1) Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap,
pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis.
2) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau
sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif.
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
5) Pasien dengan krisis tiroid.
Obat antitiroid yang sering digunakan :
Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeliharaan (mg/hari)
Karbimazol 30-60 5-20
Meltimazol 30-60 5-20
Propiltourasil 300-600 5-200
b. Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah untuk mengurangi massa fungsional pada
hipertiroid,mengurangi penekanan dan esophagus dan trakhea,mengurangi ekspansi
pada tumor atau keganasan.
Indikasi :
1) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat
antitiroid.
2) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
3) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
4) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
5) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
c. Terapi Radioiodine
Merupakan terpai alternative untuk single toxic adenoma atau toxic multinodular
goiter. Tujuan terapi ini adalah untuk mempertahankan fungsi kelenjar tiroid menjadi
normal dan mengurangi volume nodul pada nontoksik multinodulargoiter.
Indikasi:
1) Pasien umur 35 tahun atau lebih
2) Hipertiroidisme yang kambuh sesudah penberian dioperasi
3) Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
4) Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
Iodium radioaktif diberikan melalui mulut, dalam bentuk cairan 1-2 ml, tidak berasa
dan berbau, dan dengan cepat diserap melalui saluran cerna. Iodium radioaktif ini akan
masuk ke kelenjar tiroid melalui aliran darah dan merusak kelenjar tiroid. Walaupun
radioaktivitas ini menetap selama beberapa waktu dalam kelenjar tiroid, iodium
radioaktif ini akan dikeluarkan melalui bagian tubuh dalam beberapa hari.
Efek pada kelenjar tiroid akan terjadi dalam 1-3 bulan dan efek maksimal terjadi
antara 3-6 bulan. Pada sebagian kasus pengobatan iodium radioaktif cukup satu kali
saja, akan tetapi pada keadaan dengan kelenjar gondok yang besar, diperlukan dosis
iodium radioaktif yang kedua untuk mengablasi/mematikan kelenjar tiroid. Kelenjar
tiroid yang diablasi lama kelamaan produksi hormon tiroid akan berkurang bahkan
tidak ada sama sekali dan dalam jangka panjang dapat terjadi hipotiroid (kebalikan dari
hipertiroid).
Oleh karena itu setelah mendapat pengobatan iodium radioaktif secara berkala setiap
6-12 bulan diperiksa fungsi tiroid dan bila terjadi hipotiroid, harus diberikan
pengganti/substitusi hormon tiroid yang diberikan seumur hidup (karena kelenjar tiroid
sudah tidak berfungsi lagi) dengan dosis sesuai kebutuhan. Pasien cukup minum tablet
hormon tiroid secara teratur seperti halnya minum vitamin.
2.7. Komplikasi
Komplikasi dari penyakit gondok yaitu:
a. Penyakit jantung hipertiroid
Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh
hormon tiroid dan menyebabkan kontratilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi
sampai dengan fibrilasi atrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50
tahun, akan lebih cenderung mendapat komplikasi payah jantung.
b. Oftalmopati Graves
Oftalmopati Graves seperti eksoftalmus, penonjolan mata dengan diplopia, aliran air
mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat mengganggu kualitas hidup
pasien sehinggakan aktivitas rutin pasien terganggu.
c. Dermopati Graves
Dermopati tiroid terdiri dari penebalan kulit terutama kulit di bagian atas tibia bagian
bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan penumpukan glikosaminoglikans. Kulit
sangat menebal dan tidak dapat dicubit.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.3. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan anamnesa dan akan diperoleh :
a. Identifikasi klien:
Meliputi data demografi Klien.
b. Keluhan utama klien:
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya
adalah nyeri akibat luka operasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin
membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan
trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau
penduduk sekitar berpenyakit gondok.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
saat ini.
f. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada
kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan
tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka
operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta
terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
c. Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi,
atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi
wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
e. Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung
akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi
yang hilang.
f. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
g. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
h. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
i. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
j. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
k. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis,
kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus :
retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi
pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
l. Seksualitas
Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
b. Kadar T3, T4
c. Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
d. Darah rutin
e. Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –
10s/d +15
f. Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).
g. Pemeriksaan radiologis
h. Dilakukan foto thorak posterior anterior
i. Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig
j. Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
3.4.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontabilitas dapat diagnosa dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.
Tujuan diagnosa keperawatan adalah mendiagnosa adanya masalah aktual yang
berdasarkan kepada respon klien terhadap masalah atau penyakit, sehingga faktor-faktor
yang berkontribusi atau penyebab yang menyebabkan adanya masalah, dari diagnosa inilah
kita mampu untuk mencegah/ menghilangkan masalah yang terdapat pada klien.
(Jauhar,2013)
Adapun diagnosa keperawatan pada penyakit gondok adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher,
penekanan trakea.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea,
akumulasi sputum
3. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan pasca operasi.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
nutrisi kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan
menelan makanan (disfagia).
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya penekanan pada pita suara.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan mempermudah masuknya kuman akibat
pembedahan.
7. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3.5.Intervensi dan Rasional
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher,
penekanan trakea.
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan Kecepatan biasanya meningkat.
dan ekspansi dada. Dyspnea dan terjadi peningkatan kerja
napas. Kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal napas.
Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan
bunyi napas adventisius napas obstruksi sekunder.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
posisi. paru dan memudahkan pernapasan.
Pertahankan perilaku tenang, bantu Membantu pasien mengalami efek
pasien untuk ontrol diri dengan fisiologi hipoksia yang dapat
mengguanakan pernapasan lebih dimanifestasikan sebagai ansietas.
lambat/dalam
Kolaborasi: berikan oksigen tambahan Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas.
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman Pernafasan secara normal kadang-kadang
dan kerja pernafasan cepat, tetapi berkembangnya distres pada
pernafasan merupakan indikasi kompresi
trakea karena edema atau perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan pasca operasi.
Intervensi Rasional
Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,
verbal maupun non verbal, catat lokasi, menentukan pilihan intervensi,
intensitas (0-10), dan lamanya menentukan efektivitas terapi.
Anjurkan pasien untuk teknik relaksasi Mengembalikan perhatian,
napas dalam meningkatkan rasa kontrol
Berikan minuman yang sejuk/makanan Menurunkan nyeri tenggorok tetapi
yang lunak ditoleransi jika pasien makanan lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan mengalami kesulitan menelan
Tinggikan kepala tempat tidur pada Peubahan posisi dapat menghilangkan
interval tertentu. keridaknyamanan akibat nyeri.
Kolaborasi: berikan analgesic sesuai Menghilangkan nyeri dan
indikasi ketidaknyamanan
Intervensi rasional
Buat ukuran antropometrik tertentu Membantu memantau penurunan dan
menentukan kebutuhan nutrisi sesuai
perjalanan penyakit.
Kaji cara / bagaimana makanan Cara menghidangkan makanan dapat
dihidangkan mempengaruhi nafsu makan pasien.
Berikan makanan yang mudah ditelan Membantu mengurangi kelelahan pasien
seperti bubur. dan meningkatkan asupan makanan .
. Anjurkan lingkungan yang mendukung Memperbaiki pemasukan nutrisi.
untuk makan.
Catat jumlah / porsi makanan yang Untuk mengetahui pemenuhan
dihabiskan oleh pasien setiap hari. kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi: berikan obat-obatan Antiemetik membantu pasien
antiemetik sesuai program dokter mengurangi rasa mual dan muntah dan
diharapkan intake nutrisi pasien
meningkat.
BAB 4
STUDY KASUS
Seorang mahasiswi umur 19 tahun, datang ke Rumah Sakir Lasallian dengan
keluhan ada benjolan di leher depan sejak 6 bulan yang semakin membesar.
Mahasiswi tersebut mengeluh bahwa ia sering merasa sesak napas dan kehilangan
nafsu makan selama seminggu karena sulit menelan. Klien merasa lemah dan
kehilangan semangat untuk beraktivitas. Klien merasa khawatir mengenai
kondisinya saat ini. Dari anamnesis diketahui klien berasal dari daerah
pegunungan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan TD: 90/70 R: 30x/menit Nadi
80x/menit Suhu:37 oC.
4.1. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan anamnesa dan akan diperoleh :
a) Identitas klien:
Nama : Nn. S
Tempat, tanggal lahir : Manado, 27 Mei 1995
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kawangkoan
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Kristen
Berat Badan : 43 kg
Tinggi Badan : 163 cm
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak lemah dengan kesadarannya composmentis.
Tanda-tanda vital TD: 90/60 Nadi 64x/menit Suhu:37 oC.
b. Kepala dan leher
Pada palpasi kelenjar tiroid teraba membesar.
c. Sistim pernafasan
Pasien terlihat sesak akibat dari pembengkakan pada leher.
d. Sistim Neurologi
Pasien berbicara lambat dan muka terlihat pucat, kelopak mata terlihat turun.
e. Sistim gastrointestinal
Lidah tampak menebal, nafsu makan berkurang, dan anoreksia
f. Aktivitas/istirahat
Sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.
5. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Gondok menekan Pola nafas tidak
- Pasien mengatakan trakea efektif
sering merasa sesak
ketika bernafas
DO : kesulitan bernafas
- Pada bagian leher
pasien teraba
adanya benjolan sesak nafas
- Pasien tampak
kesulitan bernafas
- TTV: Pola nafas tidak efektif
TD: 90/70
R: 30x/menit
Nadi 80x/menit
Suhu:37 oC.
a. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembesaran jaringan pada leher,
penekanan trakea.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
nutrisi kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan
menelan makanan (disfagia)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap status kesehatan.
a. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Mandiri: Mandiri:
efektif berhubungan tindakan 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan
dengan adanya keperawatan kedalaman biasanya
pembesaran jaringan diharapkan pola pernapasan dan meningkat.
pada leher, nafas pasien ekspansi dada. Dyspnea dan
penekanan trakea. efektif. 2. Auskultasi bunyi terjadi
Yang ditandai Dengan kriteria nafas dan catat peningkatan kerja
dengan : hasil: adanya bunyi napas. Kedalaman
DS : - RR= 16-20x/ napas pernapasan
- Pasien menit adventisius bervariasi
mengatakan - Frekuensi dan 3. Tinggikan tergantung derajat
sering merasa kedalaman kepala dan bantu gagal napas.
normal
sesak ketika - Ekspansi dada mengubah 2. Bunyi napas
bernafas simetris posisi. menurun/ tak ada
DO : - Tidak ada 4. Pertahankan bila jalan napas
- Pada bagian penggunaan perilaku tenang, obstruksi
leher pasien otot bantu bantu pasien sekunder.
teraba adanya nafas untuk ontrol diri 3. Duduk tinggi
benjolan dengan memungkinkan
- Pasien mengguanakan ekspansi paru dan
tampak pernapasan lebih memudahkan
kesulitan lambat/dalam pernapasan.
bernafas 5. Kolaborasi: 4. Membantu pasien
- TTV: berikan oksigen mengalami efek
TD: 90/70 tambahan fisiologi hipoksia
R: 30x/menit yang dapat
Nadi dimanifestasikan
80x/menit sebagai ansietas.
Suhu:37 oC. 5. Memaksimalkan
bernapas dan
menurunkan kerja
napas.
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Mandiri: Kolaborasi:
nutrisi kurang dari tindakan 1. Buat ukuran 1. Membantu
kebutuhan tubuh keperawtan dalam antropometrik memantau
berhubungan waktu 1x24 jam tertentu penurunan dan
dengan asupan diharapkan nutrisi 2. Kaji cara / menentukan
nutrisi kurang akibat kembali adekuat. bagaimana kebutuhan nutrisi
kompresi/penekanan Kriteria hasil: makanan sesuai perjalanan
esophagus ditandai - Pasien tidak dihidangkan penyakit.
dengan kesulitan lagi mengeluh 3. Berikan 2. Cara
menelan makanan sulit menelan makanan yang menghidangkan
(disfagia). - Berat badan mudah ditelan makanan dapat
Yang ditandai pasien pasien seperti bubur. mempengaruhi
dengan :
DS : kembali 4. Anjurkan nafsu makan
- pasien normal lingkungan yang pasien.
mengatakan mendukung 3. Membantu
sulit menelan untuk makan mengurangi
- pasien 5. Catat jumlah / kelelahan pasien
mengatakan porsi makanan dan
sudah yang dihabiskan meningkatkan
seminggu oleh pasien asupan makanan .
kehilangan setiap hari 4. Memperbaiki
nafsu makan 6. Kolaborasi: pemasukan
DO: berikan obat- nutrisi.
- pasien tampak obatan 5. Untuk
lemah antiemetik mengetahui
- mukosa bibir sesuai program pemenuhan
tampak kering dokter kebutuhan nutrisi.
- berat badan 6. Antiemetik
tidak membantu pasien
normal/ideal mengurangi rasa
denagn tinggi mual dan muntah
badan dan diharapkan
BB: 43 kg intake nutrisi
TB : 163 cm pasien meningkat.
b. Saran
Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan
penyakit gondok sebagai penyumbang masalah kesehatan di Indonesia, sehingga semua
pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi masalah akibat penyakit
demi peningkatan kualitas manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Menghasilkan hormone
Pembesaran kelenjar Kelenjar tiroid tiroid yang berlebihan
tiroid membesar
GONDOK
Pembengkakan
Menekan pita Menekan Menekan pada leher
suara trakea esofagus
Ansietas
Mempermudah
Depresi Nyeri akut
masuknya
system
kuman/bakteri
pernapasan
Penurunan
reflek batuk
Akumulasi
sputum
Ketidakefektif
an bersihan
jalan nafas