NON REGULER
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya-
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Konsep Dasar Penyakit Dan
Konsep Asuhan Keperawatan Tumor Tiroid” tepat pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya selaku penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu baik bantuan secara fisik
maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
1.4 Metode Penulisan...................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6
2.1 Konsep Penyakit....................................................................................................................6
2.2 Konsep Askep......................................................................................................................21
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................34
3.1 Simpulan..............................................................................................................................34
3.2 Saran....................................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................35
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker tiroid menempati 1% dari semua kanker yang ada, sering terjadi
pada anak-anak dan wanita berusia 40 tahun ke atas, rasio perbandingan antara
pria dan wanita adalah 1:2.4. Papiler adenokarsinoma pasca operasi memiliki
kelangsungan hidup hingga 5 tahun dengan persentase 90%.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa rumusan masalah yang akan
diuraikan pada tugas kelompok ini yaitu :
1. Bagaimana Konsep Dasar penyakit Tumor Tiroid?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Tumor Tiroid?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa memahami mengenai konsep dasar penyakit tumor tiroid dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor tiroid.
2. Tujuan Khusus
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
7
Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi
kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian
atas terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di
leher dan mediastinum.
3. Faktor genetic yakni adanya riwayat keturunan dari keluaraga
(Smeltzer & Bare, 2015)
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tumor epitel maligna tiroid dibagi
menjadi :
1. Karsinoma Folikuler
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang
ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang
pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan
paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat
melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan
kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila
tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien
menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit
pada saat diagnosa ditetapkan.
2. Karsinoma Papilar
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak
pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar
merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul
bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika
tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila
dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3. Karsinoma Medular
8
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 %
dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang
berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan
menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan
merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe
II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi
yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik)
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar
biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur
yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
a. Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b. Suara serak.
c. Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal
kira-kira satu tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan
diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan
paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Stadium Cancer Thyroid :
Stadium kanker ini tidak saja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal,
regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin.
Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut:
9
Tipe dan stadium <45 tahun >45 tahun
Folikuler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0
Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0
Stadium IV - Setiap T, setiap N, M0
Meduler
Stadium I - T1, N0, M0
Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0
Stadium III - Setiap T, N1, M0
Stadium IV setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1
Tdk dapat
dikalsifikasikn - -
Stadium I - -
Stadium II - -
Stadium III setiap T, setiap N, etiap M setiap T, setiap N, setiap
Stadium IV M
Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi
10
5. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka
dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik.
6. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan
atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor
kerongkongan.
7. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain (Price, 2006).
2.1.4 Patofisiologis
11
Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai
pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya
akan mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan
perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi
pada ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas
yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak
ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja
sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang
diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit graves atau
goiter multinodular (Price, 2006).
12
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel
kecil walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma
folikular bisa tidak dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali
dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini sedikit lebih
agresif daripada karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi
lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai
metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini
berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang
sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap
mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif
untuk membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4.
Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu
merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-tumor
ini lebih ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap
pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati,
kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh
mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru,
dan visera (Price,2006)
13
lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang
dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri
dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan
dengan bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan
imunoglobulin atau protein-protein lain yang dideposit dengan suatu
pola fibri (Price, 2006).
14
fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota
keluarga yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa
sebagai orang berisiko tinggi untuk timbulnya sindroma ini (Price,
2006).
(Pathway terlampir)
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan
ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu
pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4
kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi
tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera
dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid
diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker
tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total
merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang
diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan
15
tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma
papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi
halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada
karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-
kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada
kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan
untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada
keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat
adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini
aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya
tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhana dan
murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun
tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau
jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot
nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor
ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy
aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan
sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor
terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana ,
16
biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat
pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan
sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi
karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma meduler (Mansjoer, 2001).
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang
berada pada ismus tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar
tiroid.
b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan
sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid normal dibagian
posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta
jaringan tiroid seluruhnya pada satu sisi. Operasi ini dilakukan
pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan tiroid
satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan
FNA menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan
histopatologis dari spesimen menunjukkan karsinoma tiroid,
maka tindakan lobektomi total tersebut sudah dianggap cukup
pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid
beserta jaringan tiroid disekitarnya pada kedua sisi, dengan
meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram jaringan tiroid
17
normal dibagian posterior. Operasi ini dilakukan pada tonjolan
jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid
beserta seluruh jaringan tiroid pada satu sisi disertai
pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid sisi kontralateral
dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut. Operasi ini
dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh
jaringan tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid
kontralateral. Tindakan tersebut juga dapat dilakukan pada
karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan belum
melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid
bilateral. Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini
harus dilanjutkan dengan pemberian ablasi sisa jaringan tiroid
menggunakan yodium radioaktif.
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta
seluruh jaringan tiroid. Operasi ini dikerjakan pada karsinoma
tiroid deferensiasi terutama bila disertai adanya faktor prognostik
yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma tiroid tipe
anaplastik yang masih operabel.
2. Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang
kedokteran sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan
mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan
sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi
juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang
18
menjadi risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah
penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau
merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.
Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya
sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan
dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa
dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti
pembedahan dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya
penyembuhan, radioterapi berguna untuk mengontrol
pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker,
radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul
pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga
membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi
dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant
therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi
bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar
radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin
yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi
kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
19
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat
juga dengan cara menelannya. Contoh obat radioterapi
melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG)
untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral
contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk
menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan
menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa,
kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker
daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang
mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar.
Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel
kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan
beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum
tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat
kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek
samping. Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah,
kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan,
dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan
risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering
kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain
bevariasi tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau
dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin
dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari
makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau
yang sangat panas atau sangat dingin.
20
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau
lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat
kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat).
Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang
rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia
atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia
parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau
darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel
darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika
thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif.
Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler
tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi,
yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui
eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai
petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid.
21
kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena
keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok
risiko tinggi adalah 0,01 mU/L (Misbach et.al, 2009).
1. Anamnesa
22
1) Pola persepsi
3) Pola eliminasi
23
4) Pola aktivitas dan latihan
6) Kognitif persepsi
24
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
8) Peran hubungan
9) Seksualitas
25
11) Nilai keprercayaan
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap
adanya edema disekitar leher, adanya nodule yang
membesar disekitar leher.
b) Tampak benjolan bulat di regio colli anterior sinistra.
c) Benjolan tidak mengeluarkan darah atau pus
d) Warna kulit leher sama dengan kulit sekitarnya.
e) Kulit tidak meradang
f) Perbesaran jantung
g) Terlihat suatu nodul soliter atau multiple
2) Palpasi
Teraba massa di regio colli anterior sinistra dengan
ukuran 3 x 2 cm, bentuk bulat, batas tegas, konsistensi
kenyal, permukaan licin, tidak mobile, melekat pada dasar
jaringan sekitar
3) Perkusi
Parastesia dan reflek tendon menurun.
4) Auskultasi
26
Ketika klien berbicara suaranya parau /serak
2.2.2 Diagnosa
27
2.2.3 Intervensi
28
h. Monitor suara paru
i. Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
m. Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign
29
i. Berikan bronkodilator bila perlu
j. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCI
Lembab
k. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
l. Monitor respirasi dan status O2
Nutrisi kurang dari NOC 1. Nutrition Management
kebutuhan tubuh
30
f. Jadwalkan pengobatan dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan muntah
j. Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
l. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
m. Monitor kalori dan intake nutrisi
n. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
o. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
31
menggunakan manajemen mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
nyeri pencahayaan dan kebisingan
3. Mampu mengenali nyeri i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
(skala, intensitas, j. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
frekuensi dan tanda nyeri) (farmakologi, non farmakologi dan inter
4. Menyatakan rasa nyaman personal)
setelah nyeri berkurang k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
m. Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2. Analgesic Administration
32
gejala
33
gerakan dalam 2. · Anjurkan ekspresi diri dengan cara
menggunakan isyarat lain dalam menyampaikan informasi
5. Pengolahan informasi : (bahasa isyarat)
klien mampu untuk
memperoleh, mengatur,
dan menggunakan
informasi
6. Mampu mengontrol
respon ketakutan dan
kecemasan terhadap
ketidakmampuan
berbicara
7. Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang di
miliki
8. Mampu
mengkomunikasikan
kebutuhan dengan
lingkungan sosial
Ansietas NOC 1. Anxiety Reduction (penurunan
Anxiety self-control kecemasan)
Anxiety level a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria Hasil : pelaku pasien
1. Klien mampu c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi
cemas. stres
2. Mengidentifikasi, e. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik f. Dorong keluarga untuk menemani anak
untuk mengontol cemas. g. Lakukan back / neck rub
3. Vital sign dalam batas h. Dengarkan dengan penuh perhatian
normal. i. Identifikasi tingkat kecemasan
4. Postur tubuh, ekspresi j. Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah, bahasa tubuh dan menimbulkan kecemasan
tingkat aktivfitas k. Dorong pasien untuk mengungkapkan
menunjukkan perasaan, ketakutan, persepsi
berkurangnya kecemasan. l. Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
m. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
34
Kriteria Hasil : terjadìnya perdarahan
1. Tidak ada hematuria dan c. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi
hematemesis PT, PTT, trombosit
2. Kehilangan darah yang d. Monitor TTV ortostatik
terlihat e. Pertahankan bed rest selama perdarahan
3. Tekanan darah dalam aktif
batas normal sistol dan f. Kolaborasi dalam pemberian produk darah
diastole (platelet atau fresh frozen plasma)
4. Tidak ada perdarahan g. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
pervagina menyebabkan perdarahan
5. Tidak ada distensi h. Hindari mengukur suhu lewat rectal
abdominal i. Hindari pemberian aspirin dan
6. Hemoglobin dan anticoagulant
hematrokrit dalam batas j. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
normal makanan yang banyak mengandung vitamin
7. Plasma, PT, PTT dalam K
batas normal k. Hindari terjadinya konstipasi dengan
menganjurkan untuk mempertahankan
intake cairan yang adekuat dan pelembut
feses
2. Bleeding reduction
a. Identifikasi penyebab perdarahan
b. Monitor trend tekanan darah dan parameter
hemodinamik (CVP,pulmonary capillary /
artery wedge pressure
c. Monitor status cairan yang meliputi intake
dan output
d. Monitor penentu pengiriman oksigen ke
jaringan (PaO2, SaO2 dan level Hb dan
cardiac output)
e. Pertahankan patensi IV line
3. Bleeding reduction: wound/luka
a. Lakukan manual pressure (tekanan) pada
area perdarahan
b. Gunakan ice pack pada area perdarahan
c. Lakukan pressure dressing (perban yang
menekan) pada area luka
d. Tinggikan ekstremitas yarg perdarahan
e. Monitor ukuran dan karakteristik hematoma
f. Monitor nadi distal dari area yang luka atau
perdarahan
g. Instruksikan pasien untuk menekan area
luka pada saat bersin atau batuk
h. Instruksikan pasien untuk membatasi
35
aktivitas
4. Bleeding reduction : gastrointestinal
a. Observasi adanya darah dalam sekresi
cairan tubuh: emesis, feces, urine, residu
lambung, dan drainase luka
b. Monitor complete blood count dan leukosit
c. Kolaborasi dalam pemberian terapi :
lactulose atau vasopressin
d. Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan perdarahan lambung
e. Lakukan bilas lambung dengan NaCI
dingin
f. Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
g. Hindari pH lambung yang ekstrem dengan
kolaborasi pemberian antacids atau
histamine blocking agent
h. Kurangi faktor stress
i. Pertahankan jalan nafas
j. Hindari penggunaan anticoagulant
k. Monitor status nutrisi pasien
l. Berikan cairan Intravena
m. Hindari penggunaan aspirin dan ibuprofen
2.2.4 Implementasi
2.25 Evaluasi
36
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu
tidaknya dilakukan tindakan segera.
P (plan) : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau
labolatorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tumor maupun karsinoma Thyroid adalah sutu keganasan pada tiroid
yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker
tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan
pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat
jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
3.2 Saran
Pemahaman tentang konsep dasar penyakit Tumor thyroid dan
thyroidektomi agar dapat diaplikasikan dilapangan, sehingga membantu
melakukan pencegahan, pengobatan terkait Tumor thyroid.
38
DAFTAR PUSTAKA
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
Price, Sylvia A. & Lorraine Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G., 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. .
Brunner & Suddarth , Volume 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
39