Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modul Kedokteran Nuklir
Disusun Oleh:
DWI LAILA SUKMAWATI
NIM : 1610505027
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur
atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Teknik Scanning Tyroid Up Take. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang mempunyai andil dalam proses
pembuatan makalah ini atas bantuan dan partisipasinya.
Walaupun makalah ini telah diusahakan dengan sebaik-baiknya, namun tentu tidak
luput dari kekuranagan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan bantuan dari para pembaca untuk berkenan memberikan kritik dan
saran yang membangun.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah mengenai Teknik Scanning Tyroid Up
Take dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedokteran nuklir adalah spesialisasi kedokteran yang menggunakan energi
radiasi terbuka untuk mempelajari perubahan fisiologi dan biokimia, sehingga dapat
digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran. Energi radiasi
terbuka diberikan dalam bentuk zat radiofarmaka yang dimasukkan ke dalam tubuh
dengan cara diminum, dihirup atau disuntik. Radiofarmaka adalah senyawa radioaktif
yang digunakan dalam bidang kedokteran nuklir baik untuk tujuan diagnostik maupun
pengobatan (Nurlaila, 2002). Radiofarmaka Tc99m pertechnetate merupakan
radiofarmaka yang sangat ideal digunakan untuk tujuan diagnostik menggunakan
kamera gamma karena memiliki kelebihan: (1) hanya memancarkan radiasi gamma
dan tidak memancarkan radiasi lain, (2) radiasi gamma yang dipancarkan memiliki
energi yang rendah yaitu 140,5 keV, (3) waktu paro singkat yaitu 6,03 jam, serta (4)
proses pemurnian yang mudah dilakukan (Awaludin, 2011).
Berbagai penyakit dapat didiagnosis menggunakan kedokteran nuklir. Salah
satu penyakit yang dapat didiagnosis adalah penyakit tiroid. Kelenjar tiroid
merupakan organ yang berfungsi menghasilkan hormon tiroid yang berperan penting
dalam mengatur kecepatan metabolisme tubuh dan mengatur jumlah oksigen yang
digunakan oleh sel (Syaifuddin, 2006). Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar
tiroid membutuhkan senyawa yodium yang terdapat di dalam makanan dan minuman.
Asupan yodium yang berlebih menyebabkan adanya kelainan di kelenjar tiroid.
Untuk mendiagnosis kelainan di kelenjar tiroid digunakan thyroid scan yaitu
pencitraan tiroid menggunakan kamera gamma pasca injeksi radiofarmaka. Hasil
pencitraan dari thyroid scan dapat digunakan untuk melihat kondisi morfologi serta
fungsional dari kelenjar tiroid. Kondisi morfologi memberikan gambaran terjadinya
pembesaran (struma) di kelenjar tiroid yang dilihat dari hasil thyroid scan, sedangkan
kondisi fungsional menentukan kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara
normal atau tidak yang dapat dilihat dari persentase uptake tiroid.
Berdasarkan hal tersebut, maka disusunlah makalah yang berjudul Teknik
Scanning Tyroid Uptake guna memberi referensi tentang anatomi dan fisiologi
kelenjar tiroid, indikasi pemeriksaan, radiofarmaka yang digunakan, prosedur
pemeriksaan, serta penilaian uptake tyroid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja indikasi pemeriksaan tyroid uptake?
2. Apa saja radiofarmaka yang dapat digunakan pada pemeriksaan tyroid uptake?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan tyroid uptake?
4. Bagaimana perhitungan dan penilaian tyroid uptake?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui indikasi pemeriksaan tyroid uptake.
2. Untuk mengetahui radiofarmaka yang dapat digunakan pada pemeriksaan tyroid
uptake.
3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan tyroid uptake.
4. Untuk mengetahui perhitungan dan penilaian tyroid uptake.
BAB II
ISI
A. Anatomi Kelenjar Tiroid
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar tiroid merupakan
organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di
sebelah anterior trakea (Gambar 1). Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang
paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina
pretracheal fascia profunda. Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea.
Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan
jaringan isthmus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang-
kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.
Kelenjar tiroid terletak di leher depan sepanjang vertebra cervicalis 5 sampai
thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap
lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh linea oblique lamina
cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar tiroid
mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid
pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid
per gram jaringan kelenjar sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid).
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil yang
dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel dibatasi oleh
epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah muda yang disebut
koloid. Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan
mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi. Zat koloid, triglobulin, merupakan
tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon tiroid utama
yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Sel
pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel parafolikular yang terdapat
pada dasar folikel dan berhubungan dengan membran folikel, sel ini mensekresi
hormon kalsitonin, suatu hormon yang dapat merendahkan kadar kalsium serum dan
dengan demikian ikut berperan dalam pengaturan homeostasis kalsium.
2. Triiodotironin (T3)
Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung
molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom
iodium saja dalam setiap molekulnya. Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan
perifer melalui deiodinasi T4. Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada
hormon tiroksin (T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan
kondensasi molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam
triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan.
Sewaktu disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami
hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler.
Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein pengikat
TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin lebih mudah
berpindah ke jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa
aktivitas metabolik triiodotironin lebih besar.
T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan
diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa
beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 μg
(7 nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15
μg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam
keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian
besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit (Tabel
1).
Tabel 1. Pengikatan Hormon Tiroid Pada Protein Plasma Orang Dewasa
Normal
Protein Konsentrasi Jumlah Hormon yang
Plasma (mg/dL) Terikat Brikulasi (%)
T4 T3
Globulin pengikat 2 67 46
tiroksin (TBG)
Transiterin (Praalbuin 15 20 1
pengikat tiroksin, TBPA)
Albumin 3500 13 53
E. Radiofarmaka
Radiofarmaka merupakan senyawa radioaktif yang digunakan ke dalam tubuh
dengan cara diminum, disuntikka, atau dihirup melalui saluran pernafasan, baik untuk
tujuan terapi maupun diagnostik serta mengalami metabolisme ke dalam tubuh
manusia. Pada pencitraan kelenjar tiroid digunakan jenis radionuklida Iodine 131
(131I), Iodine 123 (123I), dan Technetium (99mTc).
1. Iodine 131 (131I)
I-131 merupakan pemancar beta dan gamma, dengan energi gamma 364 keV
dan waktu paruh 8.4 hari. Karena daya tembusnya yang tinggi, sinar gamma
digunakan untuk diagnostik yaitu pencitraan tiroid, sedangkan partikel beta
digunakan untuk terapi.
Pemeriksaan dengan I-131 mempunyai kelemahan yaitu paparan radiasi yang
tinggi terhadap kelenjar tiroid. Hal ini disebabkan karena waktu paruhnya yang
panjang (8.4 hari) dan pancaran partikel beta. Karena energi gammanya tinggi
(364 keV) maka resolusi gambar yang diperoleh dengan kamera gamma menjadi
kurang baik.
b. Kamera gamma dengan atau tanpa kolimator pinhole, jika tidak ada dapat
digunakan kolimator LEHR (Low Energy High Resolution) untuk Tc-99m
pertechnetate dan energi medium untuk I-131.
Gambar 7. Bentuk Fisik Kamera Gamma
3. Persiapan Pasien
a. Bila yang digunakan I-131, pasien berpuasa selama 6 jam
b. Obat-obat dihentikan selama beberpa waktu
No. Nama Obat Lama Penghentian
4. Persiapan Pemeriksaan
a. Siapkan bahan radiaktif Tc-99m di dalam spuit dengan aktivitas 2-5 mCi
pemberian dilakukan dengan penyuntikan intravena.
b. Pemeriksaan dilakukan 10-15 menit setelah pemberian radiofarmaka
c. Pada kasus post thyroidektomi, radiofarmaka yang dipakai I-131 dengan
aktivasi 300 µCi diberikan per oral
d. Pemeriksaan dilakukan 24 jam setelah pemberian radiofarmaka
5. Tata Laksana
a. Pencitran dilakukan 10-15 menit setelah penyuntikan Tc-99m pertechnetate
intravena atau 24 jam setelah minum I-131
b. Pasien tidue terlentang di bawah kamera gamma dengan leher (10cm) dalam
keadaan hiperekstensi
c. Pencitraan statik dilakukan padda posisi AP (jika perlu oblik kiri dan kanan)
d. Pada kartilago tyroid dan jugular diberi marker
6. Proses Pengolahan Data
a. Data yang didapat selama pemeriksaan diproses melalui komputer pengolah
data
b. Hasil yang didapat berupa gambar tyroid serta perhitungan uptake dan dengan
bantuan formater difotokan pada film format
G. Perhitungan Uptake Tyroid
Uptake tiroid merupakan tangkapan tiroid terhadap radioaktivitas dari
radiofarmaka yang disuntikkan ke pasien. Data uptake tiroid dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan kondisi fungsional kelenjar tiroid masing-masing pasien
(Yudistiro, 2012).
dimana count tiroid adalah cacahan tiroid, count background adalah cacahan latar dan
count injeksi adalah cacahan dosis radiofarmaka Tc99m pertechnetate yang
disuntikkan ke pasien.Count injeksi ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2:
dimana count full syringe adalah cacahan radiofarmaka dalam jarum suntik sebelum
disuntikkan ke pasien, sedangkan count empty syringe adalah cacahan dari sisa
radiofarmaka dalam jarum suntik.
Nilai normal persentase uptake tiroid terhadap radiofarmaka Tc99m
pertechnetate adalah (1,6-7,6)%. Count tiroid, count background dan count injeksi
diperoleh dengan menggunakan ROI (Region of Interest). ROI adalah sebuah
perangkat lunak yang terdapat di komputer kamera gamma dan menampilkan hasil
pencitraan tiroid dalam satuan cacahan (count). Hasil cacahan ROI dapat digunakan
untuk menentukan persentase uptake tiroid dengan memasukkan data-data hasil
cacahan tiroid ke Persamaan 1.
H. Penilaian Uptake Tyroid
a. Pada keadaan yang normal membentuk kupu-kupu (sayapnya dibentuk oleh lobus
kanan dan kiri, dengan isthmus di tengah-tengahnya).
b. Batas bawah normal tidak sampai ke sternum dan ukuran lobus kanan biasanya
lebih besar.
c. Luas scanning sekitar 20 cm2 untuk dewasa, sedang untuk anak-anak lebih kecil.
d. Tiroid dapat membesar dengan aktivitas tetap merata (struma difusa)
e. Berbenjol-benjol karena nodul (struma nodusa)
f. Aktivitas nodul kurang dari sekitarnya disebut cold nodule, bila jauh bebih tinggi
dari sekitarnya disebut hot nodule, bila aktivitas sama dengan sekitarnya disebut
warm nodule. Hot nodule jaranng mengalami keganansan, sedangkan warm dan
cold nodule mempunyai kecenderungan ganas pada 5-8% kasus.
g. Uptake normal pada 2 jam sekitar 0-14%,pada 24 jam 14-50%, dan pada 48 jam
lebih rendah sedikit dari uptake 24 jam.
Gambar 8. Hasil Scanning
BAB III
KESIMPULAN
Tiroid merupakan salah satu kelenjar terbesar. Beratnya mencapai 2-3 gram
pada anak-anak dan 18-60 gram pada orang dewasa. Tiroid berbentuk seperti kupu-
kupu dan terdiri dari 2 lobus berkapusl, dihungkan oleh isthimus (jembatan antara dua
lobus tiroid, terletak di sisi anterior leher di bawah kartilago tiroid) yang menyilang
trakea di bawah kartilago krikoid. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan
tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi
normal. Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid membutuhkan senyawa
yodium yang terdapat di dalam makanan dan minuman. Asupan yodium yang berlebih
menyebabkan adanya kelainan di kelenjar tiroid.
Untuk mendiagnosis kelainan di kelenjar tiroid digunakan thyroid scan yaitu
pencitraan tiroid menggunakan kamera gamma pasca injeksi radiofarmaka.
Radiofarmaka yang digunakan yaitu Iodine 131 (131I), Iodine 123 (123I), dan
Technetium (99mTc). Penilaian tyroid uptake dapat dilihat dari aktivitas nodul. Bila
aktivitas nodul kurang dari disebut cold nodule, bila jauh bebih tinggi dari sekitarnya
disebut hot nodule, bila aktivitas sama dengan sekitarnya disebut warm nodule.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Anatomi dan fungsi kelenjar tiroid. Diperoleh pada hari Rabu, 11 Juli 2018
dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23151/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
Kurniawan, Edi. 2012. Teknik Pemeriksaan Kedokteran Nuklir Tiroid Up-Take. Diperoleh
pada hari Rabu, 11 Juli 2018 dari
https://radiodiagnostik.wordpress.com/2012/05/25/teknik-pemeriksaan-kedokteran-
nuklir-tiroid-up-take/
Vandria, Arizola Septi, Dian Milvita, dan Fadil Nazir. 2014. Analisis Uptake Tiroid
Menggunakan Teknik ROI (Region of Interest) pada Pasien Hipertiroid. Jurnal Fisika
Universitas Andalas, 3(1), 20-24.