Anda di halaman 1dari 23

HORMON TIROID

Disusun Oleh :
Kelompok 1

ANGGOTA: RAUDHATUL JANNAH (1607010010)


MIFTAHURRAHMAH (1607010022)
NURUL NOVITA SARI (16070100 )
IQLIMA (16070100 )
SUSAN MILNA (16070100 )
SISKA OKTOVIANTI (16070100 )

TINGKAT : 2 (DUA)
DOSPEN : YUSNITA Apt,

PROGRAM DIPLOMA III KEBIDANAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN-2018
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3
A. Pengertian Tiroid ................................................................................ 3
B. Fungsi .................................................................................................. 5
C. Sistem Hormon ................................................................................... 5
D. Biosintesisi Hormon Tiroid .................................................................. 6
E. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid ....................................................... 9
F. Penyakit Hormon Tiroid ..................................................................... 9
G. Diagnosis Penyakit Tiroid ................................................................... 11
H. Pemeriksaan Hormon Tiroid ............................................................... 12
I. Nilai Rujukan dan Interprestasi ........................................................... 14
J. Pengobatan Penyakit Tiroid ................................................................ 17
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19
A Kesimpulan ............................................................................................. 19
B Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang yang tak menyadari datangnya gangguan tiroid.Inilah yang
membuat jumlah penderita tiroid terus meningkat. Tanpa penanganan yang
tepat,tiroid bisa berakibat fatal terhadap kesehatan. Bentuk organ tubuh yang
satu ini memang kecil. Meski bentuknya kecil dan cenderung tidak
diperhatikan, namun kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar
endokrin yang berpengaruh besar pada tubuh manusia. Apalagi bila kelenjar
tiroid ini sudah meradang, tubuh pun ikut meringis kesakitan. Ironisnya,
banyak orang yang tidak menyadari saat tiroid mengalami gangguan. Sebagian
dari mereka baru mendatangi dokter ketika gangguan tiroid sudah cukup parah.
Gangguan tiroid hampir 50% tidak disadari oleh si penderita. Padahal tiroid
fungsinya sangat luas sehingga apabila terjadi gangguan, maka akan
berdampak besar pada kesehatan.
Saat ini diperkirakan sekitar 300 juta orang di dunia alami gangguan
fungsi kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang
mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal
sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi
oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur metabolisme
lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan
normal.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya
menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya
tahan terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan
kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan
menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan hormon tiroid?
2) Bagaimana mekanisme kerja hormon tiroid?

3
3) Apa saja jenis-jenis penyakit hormon tiroid?
4) Bagaimana cara pemeriksaan hormon tiroid?
5) Bagaimana cara pengobatan penyakit tiroid?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui lebih jelas mengenai hormon tiroid
2) Untuk mengetahui mekanisme kerja dari hormon tiroid
3) Untuk mengetahui jenis-jenis hormon tiroid
4) Untuk mengetahui cara pemeriksaan hormon tiroid
5) Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit tiroid

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tiroid
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi
hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang
disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis
hormon dari klasifikasi iniyaitu tetra-iodotironina dan tri-iodotironina.Kedua
jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme
tubuh.Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan
senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform
terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.
Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat.Kelenjar tiroid
merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher
bagian bawah di sebelah anterior trakea (Gambar 1).Kelenjar ini merupakan
kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh
kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda.Kapsula ini
melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus
lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis
dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang- kadang terdapat lobus
piramidalis yang muncul dari isthmus di depan laring.
Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5
sampai thoracalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh
isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan apeks di atas sejauh
linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan basis di bawah cincin trakea 5
atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ± 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam
keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai
20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi
(± 5 ml/menit/gram tiroid).

5
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid

Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil


yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat.Setiap folikel
dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah
muda yang disebut koloid.
Sel-sel epitel folikel merupakan tempat sintesis hormon tiroid dan
mengaktifkan pelepasannya dalam sirkulasi.Zat koloid, triglobulin, merupakan
tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua hormon
tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu sel
parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan
membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang
dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan
dalam pengaturan homeostasis kalsium.
Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3)
mengandung tiga atom yodium.T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per milligram,
T3 merupakan hormon yang lebih aktif dari pada T4.

6
B. Fungsi
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas
metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan
mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering
ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan
dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap
hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat
penting bagi perkembangan otak.Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang
kuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal.Melalui efeknya yang luas
terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem
organ yang penting.Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat
metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi
normal.Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di
tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting
untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel,
perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic, melalui
pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui efek
langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid juga
merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal
sistem saraf pusat. Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi
ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik,
berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul
retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan
kelebihan pembentukan panas.

C. Sistem Hormon
Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin.Kedua hormon ini
merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium
yang terikat pada struktur asam amino.

7
D. Biosintesis Hormon Tiroid
Langkah pertama adalah transpor iodida kedalam kelenjar tiroid oleh
suatu protein intrinsik membran basal sel folikel yang disebut pengangkut
natrium atau iodida (NIS). Hal ini dapat dihambat oleh anion-anion seperti
tiosianat (SCN-), perteknat (TcO4-), dan perklorat (ClO4-). Enzim transpor I-
kedua dimembran sel apikal yang disebut pendrin mengontrol aliran iodida
menembus membran. Pendrin juga ditemukan dikoklea telinga dalam. Jika
pendrin mengalami defiensi atau tidak ada, muncul sindrom herediter gondok
dan tuli yang disebut sindrom pendred. Dimembran sel apikal iodida dioksidasi
oleh peroksidase tiroid menjadi iodium, dan bahan ini cepat mengiodinasi
residu tirosin didalam molekul tiroglobulin untuk membentuk monoiodotirosin
(MIT) dan diioditirosin (DIT). Proses ini disebut organifikasi iodida.
Peroksidase tiroid dihambat secara transien oleh iodida intratiroid kadar tinggi
dan dihambat secara lebih Menetap oleh obat-obat tioamid.

Gambar Tempat kerja berbagai obat yang mengganggu


biosintesis hormon tiroid

Dua molekul DIT berikatan didalam molekul tiroglobulin untuk


membentuk L-tiroksin (T4). 1 molekul MIT dan 1 molekul DIT menyatu untuk
membentuk T3. Selain tiroglobulin, protein-protein lain didalam kelenjar
mungkin mengalami iodinasi, tetapi berbagai iodoprotein ini tidak memiliki
aktifitas hormon. Tiroksin, T3, MIT dan DIT dibebaskan dari tiroglobulin oleh
proses eksositosis dan proteolisis tiroglobulin dibatas koloid apikal. MIT dan
DIT kemudian mengalami deiodinasi didalam kelenjar, dan iodium dipakai

8
kembali. Proses proteolisis ini juga dihambat oleh iodida intratiroid kadar
tinggi. Rasio T4 terhadap T3 didalam tiroglobulin adalah sekitar 5:1, sehingga
sebagian besar hormon yang dikeluarkan adalah tiroksin. Sebagian besar dari
T3 dalam darah berasal dari metabolisme perifer tiroksin.
1. Tiroksin (T4)
Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam
setiap molekulnya.Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan
terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke
dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75% hormon
tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-binding
globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan
albumin dan prealbumin pengikat tiroid. Bentuk T4 yang terdapat secara
alami dan turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L. D-
Tiroksin hanya memiliki sedikit aktivitas bentuk L. Hormon tiroid yang
bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, diantaranya:
1) Globulin pengikat tiroksin (TBG)
2) Prealbumin pengikat tiroksin (TBPA)
3) Albumin pengikat tiroksin (TBA).
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang
paling spesifik.Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap protein pengikat ini di bandingkan dengan triiodotironin. Secara
normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau sekitar 8 μg/dL (103
nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2ng/dL (Gambar 2). Hanya terdapat
sedikit T4 dalam urin.Waktu paruh biologiknya panjang (6-7 hari), dan
volume distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan ekstra
seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.

9
2. Triiodotironin (T3)
Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang
mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya
mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya.Hormon
tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4.Hormon
triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4).T4 dan T3
disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-molekul
tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin.Kedua hormon
ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan.Sewaktu disekresi,
koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan
T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler.
Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein
pengikat TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin
lebih mudah berpindah ke jaringan sasaran.Faktor ini yang merupakan
alasan mengapa aktivitas metabolik triiodotironin lebih besar.T3 mugkin
dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan diidotirosin
(DIT).Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium
untuk T3 adalah 7%.Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 μg (7
nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari
0,15 μg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL)
berada dalam keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada
TBG dan sebagian besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan
transtiretin sangat sedikit (Tabel 1).

10
E. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid
Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3).Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh
kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH). Sebagian
besar (±85%) hormon tiroid yang disekresikan dalam peredaran darah oleh
kelenjar tiroid adalah T4, selebihnya (±15%) adalah T3. Di dalam hepar, ginjal
dan otot skelet, T4 diubah oleh 5’-monodeiodinase menjadi T3.Selain T4 dan
T3, baru-baru ini diidentifi kasi adanya derivat hormon tiroid yang disebut
tironamin (TAM) yang juga mempunyai aktivitas fisiologis. TAM merupakan
hormon tiroid hasil proses dekarboksilasi T4 yang berlangsung dalam
sitoplasma.

F. Penyakit Hormon Tiroid


1. Hipotiroidisme
Hipotiroisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi
hormontiroid, yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses
metabolik.Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat pertambatan
pertumbuhandan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang
parah sepertiretardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia
dewasa menyebabkanperlambatan umum organisme dengan deposisi
glikoaminoglikan pada ronggaintraselular, terutama pada otot dan kulit,
yang menimbulkan gambaran klinismiksedema.
Gejala hipotiroidisme:
1. Kelelahan
2. Tidaktoleransi terhadap udara dingin
3. Kulit serta rambut yang kering dan kasar
4. Tingkat kolesterol meningkat
5. Denyut jantung dan konsentrasi menurun
6. Rasa sakit atau nyeri yang samar-samar
7. Kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
8. Sembelit
9. Otot kram

11
10. Sering mengalami keguguran
11. Gangguan menstruasi seperti menjadi lebih sering

2. Hipertiroidisme
Jika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan
dalam tubuh, Anda bisa mengalami kelenjar tiroid overaktif atau
hipertiroidisme.Penyakit ini umumnya ditandai dengan detak jantung yang
cepat atau tidak beraturan, penurunan berat badan yang terjadi secara tiba-
tiba meski nafsu makan meningkat, berkeringat, gugup, serta cemas.
Gejala:
1. Memiliki keringat berlebih
2. Mengalami penurunan berat badan meski nafsu makannya normal
3. Gemetar
4. Gelisah, mudah panik dan lekas marah
5. Tidaktoleransi terhadap udara panas
6. Mudah lelah
7. Konsentrasi berkurang
8. Mata melotot (seperti mau keluar)
9. Menstruasi yang tidak teratur atau terlalu sedikit
10. Detak jantung yang tidak beraturan atau lebih cepat
11. Kelemahan otot yang terjadi di lengan atas dan paha
12. Insomnia

3. Hormon Tiroid dan Gagal Jantung


Pada gagal jantung, gangguan tiroid yang paling sering ditemukan
adalah penurunan kadar T3 dalam sirkulasi. Sekitar 10-30% pasien gagal
jantung mempunyai kadar T3 rendah, yang dikenal dengan low thyroid
syndrome atau euthyroid sick syndrome. Turunnya kadar T3 serum
berhubungan dengan penurunan transkripsi gen alfa-miosin rantai berat
maupun gen SERCa2. Efek fenotipik yang ditemukan adalah penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri dan peningkatan waktu relaksasi ventrikel kiri,
yang menyebabkan perburukan fungsi sistolik dan diastolik jantung.

12
Penurunan kadar T3 juga menurunkan polimerisasi aktin pada
sarkomer, menyebabkan gangguan struktural dan susunan geometri
kardiomiosit, yang memengaruhi kontraktilitas jantung. Selain hipertrofi
fisiologis, stimulasi hormon tiroid jangka lama dapat memacu sinyal-sinyal
intraseluler yang menyebabkan hipertrofi patologis.Hipertrofi patologis
akibat T3 difasilitasi oleh protein sitoplasma, yaitu transforming growth
factor β-activated kinase 1 (TAK-1).Baik hipotiroidisme maupun
hipertiroidisme dalam jangka lama dapat menyebabkan gagal
jantung.Hipotiroidisme menyebabkan gangguan pertukaran kalsium
kardiomiosit dan perubahan susunan protein kontraktil
kardiomiosit.Efeknya adalah penurunan relaksasi kardiomiosit dan
gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga, secara klinis, terjadi
pengurangan kontraktilitas jantung dan curah jantung. Hipertiroidisme
menyebabkan kenaikan massa ventrikel kiri yang dapat menimbulkan efek
berupa gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri.

G. Diagnosis Penyakit Tiroid


Proses diagnosis penyakit ini membutuhkan beberapa langkah
pemeriksaan yang mendetail. Jenis pemeriksaan tersebut meliputi tes darah,
USG, pemindaian dengan isotop radioaktif, serta biopsi melalui aspirasi jarum
halus.Tes darah yang dianjurkan adalah evaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes ini
berfungsi untuk mengukur kadar hormon tiroid dan TSH (thyroid-stimulating
hormone) untuk menentukan kondisi hipertiroidisme atau hipotiroidisme yang
dialami pasien.
Melalui USG dan pemindaian isotop radioaktif, dokter akan mendeteksi
ukuran serta jenis benjolan yang dialami pasien. Sementara biopsi melalui
aspirasi jarum halus akan memungkinkan dokter untuk mengetahui jenis sel
yang ada dalam benjolan.

13
H. Pemeriksaan Hormon Tiroid
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dikenal beberapa istilah diantaranya:
a. PBI (Protein Bound Iodine) yaitu jumlah iodine yang terikat protein
plasma darah dan kira-kira 70% daripadanya merupakan ikatan dengan
T4
b. BEI (Butanol Extractable Iodine), yaitu jumlah iodine yang berasal dari
tiroksin yang terikat oleh protein plasma darah. Protein darah yang
mengikat hormon tiroid adalah :
1) Globulin alfa (85%) yang dikenal sebagai TBG (Thyroxine Binding
Globulin)
2) Pre-Albumin (sisanya), yang dikenal sebagai TBPA (Thyroxine
Bindung Pre Albumin);
3) Albumin (sedikit sekali)
Jadi hanya sebagian kecil saja hormon tiroksin yang bebas dalam
darah, dan hanya hormon yang bebas inilah menetukan besarnya aktivitas
biologis hormon tiroid, dengan kata lain menentukan status kelenjar tiroid
seseorang, dan terdapat efek feedback antara TSH dengan hormon yang
bebas ini.

2 Tes tiroid terdiri atas:


a. Tes untuk mengukur aktivitas/fungsi tiroid terdiri dari :
1) Tiroksin serum (T4)
2) Tri-iodotironin serum (T3)
3) Kadar T4 bebas (FT4)
4) Kadar T3 bebas (FT3)
5) Indeks T4 bebas (FT4)
6) Tes TSH
7) Tes TRH.
Tes fungsi tiroid bertujuan untuk membantu menentukan status
tiroid.Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau
hipertiroidisme, menentukan maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme

14
dan memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3
digunakan untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal.
TSHs (Thyroid Stimulating Hormon sensitive) adalah tes TSH generasi ke
tiga yang dapat mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga
dapat digunakan sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status
tiroid dan dilanjutkan dengan tes FT4 hanya bila dijumpai TSHs yang
abnormal. FT4 lebih sensitif daripada FT3 dan lebih banyak digunakan
untuk konfirmasi hipotiroidisme setelah dilakukan tes TSHs.
Tes Thyroid Releasing Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur
respons hipofisis terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan
kadar TSH serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada
hipertiroidisme klinis atau subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah
pemberian TRH. Sebaliknya bila pasien eutiroid atau sumbu hipotalamus-
hipofisis masih intak, maka hipofisis akan memberikan respons yang
adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang normal menyingkirkan
diagnosis hipertiroidisme. Tes TRH hanya dilakukan pada pasien yang
dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih normal atau
untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi dengan
atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak diketahui .
b. Tes untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid :
Tes Antibodi antitiroid
1. Antibodi Tiroglobulin (anti Tg)
2. Antibodi tiroid peroksidase (anti TPO) /Antibodi mikrosomal
3. Thyroid Stimulating Antibodies (TSAb)
Antibodi Tiroglobulin (Tg) merupakan salah satu protein utama
tiroid yang berperan dalam sintesis dan penyimpanan hormon tiroid.
Tujuan tes: terutama diperlukan sebagai petanda tumor dalam pengelolaan
karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (well differentiated thyroid
carcinoma). Kadar Tg akan meningkat pada karsinoma tiroid
berdiferensiasi baik dan akan kembali menjadi normal setelah tiroidektomi
total, kecuali bila ada metastasis. Kadar Tg rendah menunjukkan tidak ada
jaringan karsinoma atau metastasis lagi. Kadarnya akan meningkat

15
kembali jika terjadi metastasis setelah terapi. Pada penyakit Graves
ditemukan antibodi yang mmpengaruhi resepor TSH dari sel tiroid dan
merangsang produksi hormon tiroid. Antibodi ini disebut thyroid
stimulating immunoglobulins (TSI). Selain TSI, ada immunoglobulin yang
merangsang pertumbuhan kelenjar tiroid tanpa mempengaruhi produksi
hormon. Antibodi ini disebut thyroid growth immunoglobulins (TGI).
c. Tes untuk monitoring terapi :
1. Tiroksin serum (T4)
2. Tri-iodotironin serum (T3)
3. Tes FT4
4. Tes FT3
5. Tes TSH
Untuk memonitoring terapi tiroid maka diperlukan tes T4 Total, T3 ,
FT4, FT3 dan TSH seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tujuan tes
monitoring terapi untuk melihat perkembangan terapi berdasarkan status tiroid.

I. Nilai Rujukan dan Interprestasi


1. TES T4
a. Nilai Rujukan :
Dewasa : 50-113 ng/L (4,5mg/dl)
Wanita hamil : pemberian kontrasepsi oral meningkat diatas 16,5
mg/dl
Anak-anak : diatas 15,0 mg/dl
Usila : menurun sesuai penurunan kadar protein plasma
b. Interpretasi :
1) Meningkat: hipertiroidisme, tiroiditis akut, kahamilan, penyakit hati
kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus, neonatus, obat-obatan:
heroin, methadone, estrogen.
2) Menurun: hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat2an seperti androgen,
kortikosteroid, antikonvulsan, antitiroid (propiltiouracil) dll.

16
2. TES T3
a. Nilai Rujukan:
Dewasa : 0,8 – 2,0 ng/ml (60-118 ng/dl)
Wanita hamil pemberian kontrasepsi oral : meningkat
Infant dan anak-anak kadarnya lebih tinggi.
b. Interpretasi :
1) Meningkat: hipertiroidisme, T3 tirotoksikosis, tiroiditis akut,
peningkatan TBG, obat-obatan:T3 dengan dosis 25 mg/hr atau lebih
dan obat T4 300 mg/hr atau lebih, dextrothyroxine, kontrasepsi oral
2) Menurun: hipotiroidisme (walaupun dalam beberapa kasus kadar T3
normal), starvasi, penurunan TBG, obat-obatan: heparin, iodida,
phenylbutazone, propylthiuracil, Lithium, propanolol, reserpin,
steroid.
3. TES FT4 (FREE THYROXIN)
a. Nilai Rujukan: 10 – 27 pmol/L
b. Interpretasi :
1) Meningkat : pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan
kelebihan produksi T4.
2) Menurun : hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder,
tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.
4. TES FT3 (FREE TRI IODOTIRONIN)
a. Nilai Rujukan : 4,4 – 9,3 pmol/L
b. Interpretasi :
1) Meningkat: pada penyakit Graves dan tirotoksikosis yang disebabkan
kelebihan produksi T3.
2) Menurun: hipertiroidisme primer, hipotiroidisme sekunder,
tirotoksikosis karena kelebihan produksi T3.
5. Tes TSH (THYROID STIMULATING HORMONE)
a. Nilai rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l
b. Interpretasi :
1) Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun
Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme

17
sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional
berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium
potassium.
2) Menurun : hipertiroidisme primer, hipofungsi kelenjar hipofisis
anterior, obat-obatan misalnya aspirin, kortikosteroid, heparin dan
dopamin.
6. TES TSHs (TSH 3rd Generation)
a. Nilai rujukan : 0,4 – 5,5 mIU/l
Batas pengukuran : 0,002 – 20 mIU/L
b. Interpretasi :
1) Meningkat : hipotiroidisme pimer, tiroiditis (penyakit autoimun
Hashimoto), terapi antitiroid pada hipertiroidisme, hipertiroidisme
sekunder karena hiperaktifitas kelenjar hipofisis, stress emosional
berkepanjangan, obat-obatan misalnya litium karbonat dan iodium
potassium.
2) Menurun : hipotiroidisme sekunder, hipertiroidisme primer,
hipofungsi kelenjar hipofisis anterior, obat-obatan misalnya aspirin,
kortikosteroid, heparin dan dopamin.
7. Tes TRH dilakukan bila :
a. Pasien dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih
normal
b. Untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi dengan
atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak diketahui.
1) Tes TRH untuk menentukan kadar TSH serum sebelum dan sesudah
pemberian TRH eksogen.
2) Pada hipertiroidisme klinis atau subklinis tidak tampak peningkatan
TSH setelah pemberian TRH
3) Tes TRH yang normal menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme
(a) FT4I/FTI = Free Thyroxine Index (T4 x T3U)
(b) FT3I = Free Triiodothyronine Index (T3 x T3U)
Nilai rujukan untuk uji indeks T4 bebas (FT4I)
1) Eutiroid = 3,7-6,5

18
2) Hipertiroid = 7,8-20,2
3) Hipotiroid = 0,1-2,6
Antibodi Tiroglobulin
a. Nilai rujukan : 3-42 ng/ml
b. Interpretasi :
1. Meningkat : hipertiroidisme, subakut tiroiditis, kanker tiroid yang
tidak diterapi, penyakit Graves, tumor benigna, kista tiroid.
2. Menurun : hipotiroidisme neonatal.
Antibodi Mikrosomal
a. Nilai rujukan : hasil tes negatif
b. Interpretasi :
Adanya antibodi mikrosomal menunjukkan penyakit tiroid autoimun,
juga dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada penderita dengan
pengobatan tiroksin, bila ditemukan antibodi tiroid memberi
petunjuk kegagalan fungsi tiroid.
TS Ab
a. Nilai rujukan: hasil tes negatif
b. Interpretasi :
TSAb ditemukan pada 70-80% penderita Graves yang tidak
mendapat pengobatan, 15% pada penyakit Hashimoto, 60% pada
penderita Graves oftalmik dan pada beberapa penderita kanker tiroid.
J. Pengobatan Penyakit Tiroid
Setelah Anda positif didiagnosis mengidap penyakit tiroid, dokter akan
menganjurkan langkah pengobatan yang bisa Anda jalani. Penentuan langkah
ini tergantung pada jenis penyakit tiroid yang Anda derita, usia, serta kondisi
kesehatan Anda. Terdapat dua cara yang biasanya diberikan untuk menangani
penyakit tiroid. Langkah ini meliputi pemberian obat-obatan, terapi radioaktif
dan/atau prosedur operasi.
Obat-obatan yang diberikan memiliki fungsi yang berbeda-beda,
tergantung dari jenis penyakit tiroid yang dialami. Fungsi obat-obatan dan
terapi tersebut umumnya meliputi:
1. Menggantikan hormon tiroid dalam tubuh

19
2. Menurunkan produksi hormon tiroid dalam tubuh
3. Menghancurkan sel-sel tiroid.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah klasifikasi
hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang
disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Fungsi utama
hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler.
Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat
proses metabolisme.
2. Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon aktif, yaitu levotiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh
kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon penstimulasi tiroid (TSH).
Hipotalamus menghentikan pembentukan hormon pelepas tiroid.
3. Adapun jenis-jenis penyakit tiroid diantaranya hipotiroidisme dan
hipertiroidisme.
4. Cara pemeriksaan hormon tiroid melalui laboratorium yakni tes fungsi
tiroid, tes gangguan fungsi tiroid dan tes monitoring terapi.
5. Pengobatan penyakit tiroid dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan,
terapi radioaktif dan/atau prosedur operasi.

B. Saran
Pemeriksaan penyakit tiroid sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan
lebih mendalam untuk menghindari penyakit yang disebabkan akibat
kekurangan atau kelebihan hormon tiroid karena bila dibiarkan akan membawa
dampak yang buruk bagi kesehatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Biondi B, Cooper DS. 2008. The Clinical Signifi Cance of Subclinical Thyroid
Dysfunction Endocrin

Brix K, Fuhre D, Biebermann H. 2011. Molecules Important for Thyroid


Hormone Synthesis and Action - Known facts and future perspectives.
Thyroid Research

Dahl P, Danzi S, Klein I. 2008.Thyrotoxic Cardiac Disease. Curr Heart Fail

Galli E, Pingitore A, Iervasi G. 2010. The Role of Thyroid Hormone in the


Pathophysiology of Heart Failure

Hardjasasmita P, 2006. Biokimia Dasar B. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia

Kahaly GJ, Dillmann WH. 2006. Thyroid Hormone Action in the Heart Endocrin

Klein I, Danzi,S. 2007. Thyroid Disease and the Heart Circulation

Ojama K. 2010. Signaling Mechanisms in Thyroid Hormone-Induced Cardiac


Hypertrophy

Tribulova N, Knezl V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. 2010. Thyroid Hormones


and Cardiac Arrhythmias

Wang Y.Y, dkk. 2010. Up-regulation of Type 2 Iodothyronine Deiodinase in


Dilated Cardiomyopathy Cardiovasc

22

Anda mungkin juga menyukai