Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PATOFISISOLOGI

GANGGUAN SISTEM UROGENITAL

Dosen :

dr. Fahrudi, M.kes


Disusun Oleh:
1. Mailin Rahayu
2. Muhammad Alkindi
3. Moh. Zitallal Haeru
4. Ni Luh Andriasti
5. Nina Fitriani
6. Nisrina Yolla Khairunnisa
7. Nur Humairo’ Asselaparaniy

PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
PATHOFISIOLOGI yang berjudul : Gangguan Sistem urogenital

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen, teman-teman dan


semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua..
Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih.

Mataram, 23 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II ISI

A. DEFINISI SISTEM PENCERNAAN


B. PENYAKIT DARI SISTEM UROGENITAL DAN
PATOFISIOLOGINYA
C. CARA PENCEGAHAAN

BAB III KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu kondisi ketika material keras
yang menyerupai batu terbentuk di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari
sisa zat-zat limbah di dalam darah yang disaring oleh ginjal yang kemudian
mengendap dan mengkristal seiring waktu.

Pada sebagian besar kasus, penyakit batu ginjal dialami oleh orang-orang yang
berusia 30-60 tahun. Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen pria pernah
mengalami kondisi ini selama hidup mereka.

Gagal ginjal kronis (bahasa Inggris: chronic kidney disease, CKD) adalah proses
kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan.[1] CKD dapat
menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di bawah 60 mL/men/1.73
m2, atau di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan sedimen urin.
Adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi CKD pada penderita kelainan
bawaan seperti hiperoksaluria dan sistinuria.[2]

Uremia adalah kadaan toksik yang disebabkan gagal ginjal. Hal ini terjadi bila
fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh sehingga urea
menumpuk dalam darah. Uremia dapat menyebabkan gangguan pada keping
darah dan hipersomnia serta efek lainnya. Penderita diduga terkena uremia apabila
komponen pada urine sekunder dapat masuk/merembes ke plasma darah akibat
dari kerusakan ginjal.

Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein albumin yang
banyak. Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam darah, sehingga
albuminuria disebut juga sebagai proteinuria. Protein merupakan senyawa
kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh, termasuk otot, tulang,
rambut, dan kuku

Hematuria adalah istilah medis yang menandakan adanya darah di dalam urine.
Urine akan berubah warna menjadi kemerahan atau sedikit kecokelatan. Urine
yang normal tidak mengandung darah sedikitpun, kecuali pada wanita yang
sedang menstruasi..
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan sistem urogenital ?
2. Apa saja penyakit yang di timbulkan dari sistem urogenital?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit - penyakit tersebut?
4. Bagaimana cara penyembuhannya?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari sistem urogenital
2. Untuk mengetahuui apa saja penyakit yang dapat di timbulkan dari
sistem urogenital
3. Dapat menjelskan patofisiologi dari penyakit yang di timbulkan
oleh sistem pencernaan
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penyembuhan atau pengobatan
dari penyakit-penyakit tersebut.
BAB II

ISI

A. DEFINISI SISTEM UROGENITAL

System perkemihan atau biasa disebut system urogenital adalah


suatu system dimana terjadinya proses penyaringan darah bebas dari zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Adapun susunan system perkemihan (system urinuria) didalam
tubuh manusia adalah ginjal, ureter, vesica urinuria, dan uretra)

B. PENYAKIT DARI SISTEM UROGENITAL

1. Batu ginjal

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu kondisi ketika


material keras yang menyerupai batu terbentuk di dalam ginjal. Material tersebut
berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang disaring oleh ginjal yang
kemudian mengendap dan mengkristal seiring waktu. Pada sebagian besar kasus,
penyakit batu ginjal dialami oleh orang-orang yang berusia 30-60 tahun.
Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen pria pernah mengalami kondisi ini
selama hidup mereka.

 Gejala batu ginjal

Gejala akibat batu ginjal biasanya tidak akan dirasakan penderitanya jika batu
ginjal berukuran sangat kecil sehingga bisa keluar dari tubuh secara alami melalui
ureter dengan mudah. Ureter adalah saluran yang menyambungkan ginjal dengan
kandung kemih.

Gejala akibat batu ginjal baru bisa terasa jika batu berukuran lebih besar dari
diameter saluran ureter. Batu yang besar akan bergesekan dengan lapisan dinding
ureter sehingga menyebabkan iritasi dan bahkan luka. Oleh sebab itu, urine
kadang bisa mengandung darah. Selain mengiritasi ureter, batu ginjal juga bisa
tersangkut di dalam ureter atau uretra (saluran akhir pembuangan urine) sehingga
terjadi akumulasi bakteri dan bisa menyebabkan pembengkakan akibat infeksi.
Gejala batu ginjal yang bisa muncul apabila batu bergesekan dengan ureter di
antaranya adalah nyeri pada pinggang, perut bagian bawah atau samping, dan
selangkangan yang dapat disertai mual.

Sedangkan gejala yang bisa dirasakan jika penderita batu ginjal mengalami infeksi
ginjal di antaranya urine tampak keruh dan berbau tidak sedap, badan lemas,
menggigil, dan demam tinggi.

 Pencegahan batu ginjal

Cara mencegah batu ginjal sebenarnya cukup sederhana. Anda hanya perlu minum
cukup air putih tiap hari dan membatasi konsumsi makanan, minuman, atau
suplemen yang mengandung zat-zat yang berpotensi menyebabkan terbentuknya
batu ginjal, seperti zat oksalat, suplemen kalsium, dan protein hewani.

Selain dengan minum cukup air dan membatasi asupan zat-zat tertentu,
pencegahan batu ginjal juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan
yang diresepkan oleh dokter. Biasanya langkah ini dianjurkan untuk mencegah
kambuh bagi mereka yang sebelumnya pernah menderita batu ginjal.

2. Gagal ginjal

Gagal ginjal kronis (bahasa Inggris: chronic kidney disease, CKD)


adalah proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3
bulan.[1] CKD dapat menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi
glomerular di bawah 60 mL/men/1.73 m2, atau di atas nilai tersebut
namun disertai dengan kelainan sedimen urin. Adanya batu ginjal juga
dapat menjadi indikasi CKD pada penderita kelainan bawaan seperti
hiperoksaluria dan sistinuria.[2]

1.) Penyakit Gagal Ginjal Akut

Gagal Ginjal Akut (GGA) inilah diagnosa ginjal yang merupakan jenis pertama,
pada diagnosa ini seseorang mengalami penurunan fungsi ginjal yang terjadi
secara mendadak yang sebelumnya keadaan ginjal nya normal. Pada beberapa
kasus yang terjadi penanganan yang diberikan yaitu dengan cara pengobatan
dengan mengambil terapi dialisis atau pencucian darah.
2.) Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Gagal Ginjal kronik (GGK) merupakan jenis diagnosa yang kedua, pada Penyakit
Gagal Ginjal Kronik terdapat fase-fase atau tingkatan-tingkatan keparagan yaitu
tahap 1, 2, 3 sampai 4. Penderita memiliki hasil Laju Filterasi Glomerulus yakni
dibawah 60 ml/mnt/1,73m2 dan sudah lebih dari tiga bulan. Jenis Gagal Ginjal
Kronik ini kerusakan sudah mencapai tiga bulan yang pada awalnya ditemukan
bahwa struktur hispatologi pada organ ginjal mengalami kerusakan fungsional
yaitu kelainan pada tes urin dan tes darah.

Lalu pada tahapan kelima dari GGK ini adalah Gagal Ginjal terminal yakni pada
fase ini fungsi ginjal penderita sudah sangat mengalami penurunan atau
mempunyai hasil LFG berada dibawah 15ml/mnt/1,73m2 yang mengakibatkan
terjadinya uremia yaitu gangguan yang terjadi pada keping darah sehingga pasien
haruslah melakukan terapi ginjal yang fungsinya sebagai pengganti agar fungsi
ginjal dapat diambil alih dalam menghilangkan zat beracun (toksin) yang berada
dalam tubuh.

Selain itu ada pula gagal ginjal akut, pada fase ini menjaga gaya hidup sangatlah
penting untuk mencegah tubuh pada kondisi yang lebih berbahaya, menurut Prof.
Rully menuturkan bahwa : “satu ons pencegahan jauh lebih penting dan sangat
berharga dibandingkan dengan diberikan satu kilo pengobatan.

Dikutip dari Lifestyle Okezone, menurut Prof Rully : “Penyakit Gagal Ginjal akut
merupakan tahapan lanjutan dari gagal ginjal kronik yang pada tahapan
sebelumnya kesehatan tubuh penderita dalam keadaan stabil. Selain itu pada
beberapa kasus yang terjadi penting dilakukannya terapi dialisis atau pencucian
darah yang berfungsi untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak agar pasien
dapat mempertahankan hidup.” Imbuhnya.

Dikutip dari sumber lain yakni HealthMeUp, bahwa menurut Kepala Nephrologi
dari Pushpawati Singhania Research Institute di New Delhi Dr Sanjiv Saxena
Menuturkan bahwa, “Penyakit Gagal Ginjal lebih banyak dipicu karena terjadinya
efek buruk pada penderita Diabetes Millitus, Hipertensi, batu ginjal dan juga obat-
obatan antibiotik dan juga penghilang rasa sakit. Penyakit ini harus diwaspadai
karena tidak memiliki gejala awal penyakit gagal ginjal yang spesifik.”

Imbuhnya lagi bagi penderita penyakit seperti Diabetes Millitus dan juga
hipertensi dianjurkan untuk sering memeriksa tingkat gula darah dan tekanan
darah dan juga sering melakukan check up.
 Gejala-gejala gagal ginjal

Gejala gagal ginjal memburuk yang tidak spesifik, dan mungkin


termasuk perasaan kurang sehat dan mengalami nafsu makan berkurang.
Seringkali, penyakit ginjal kronis didiagnosis sebagai hasil dari skrining
dari orang yang dikenal berada di risiko masalah ginjal, seperti yang
dengan tekanan darah tinggi atau diabetes dan mereka yang memiliki
hubungan darah dengan penyakit ginjal kronis. Penyakit ginjal kronis juga
dapat diidentifikasi ketika itu mengarah ke salah satu komplikasi yang
diakui, seperti penyakit kardiovaskuler, anemia atau perikarditis [3]
Penyakit ginjal kronis diidentifikasi oleh tes darah untuk kreatinin.

 Pencegahan gagal ginjal

Lebih baik mencegah dari pada mengobati. Mungkin peribahasa itu yang
paling tepat untuk masalah penyakit. Pencegahan penyakit gagal ginjal
bisa dilakukan dengan gaya hidup yang sehat, mengontrol makanan, tidak
mengkonsumsi alkohol, menjaga berat bedal ideal, mengurangi makanan
yang berlemak serta berkolesterol, hindari rokok dan tingakatkan aktivitas
fisik dengan berolahraga secara rutin.

3. Uremia

Uremia adalah kadaan toksik yang disebabkan gagal ginjal. Hal ini
terjadi bila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh
sehingga urea menumpuk dalam darah. Uremia dapat menyebabkan
gangguan pada keping darah dan hipersomnia serta efek lainnya. Penderita
diduga terkena uremia apabila komponen pada urine sekunder dapat
masuk/merembes ke plasma darah akibat dari kerusakan ginjal. Uremia
dapat disebut sebagai salah satu komplikasi yang disebabkan oleh penyakit
gagal ginjal kronis dan gagal ginjal akut. Inilah mengapa gagal ginjal dan
uremia berhubungan. Seseorang dikatakan terkena uremia jika ginjal tidak
bisa berfungsi dengan baik lagi. Pada kondisi ini, ginjal tidak bisa
mengeluarkan urine dari dalam tubuh. Zat-zat sisa metabolisme dan
limbah yang seharusnya dibuang justru menumpuk di dalam tubuh.
Uremia bisa berakibat sangat fatal dan menyebabkan kematian.

 Gejala Uremia

Gagal ginjal dan uremia selalu berhubungan karena gagal ginjal adalah salah satu
pemicu terjadinya uremia. Jika ditangani dengan cepat dan tepat, uremia dapat
disembuhkan sebelum menjadi parah. Kenali gejala uremia agar pertolongan
pertama dapat segera dilakukan:

 Mual dan muntah hebat yang terjadi terus menerus


 Hilangnya nafsu makan
 Penurunan berat badan yang drastis
 Kaki sering kram dan kesemutan
 Sulit fokus dan konsentrasi
 Mengalami sakit kepala hebat dan terus menerus
 Kelelahan yang sangat fatal
 Dada sesak dan sulit bernapas
 Pendarahan yang tidak normal
 Kurang darah atau anemia
 Gatal-gatal parah di seluruh tubuh
 Tekanan darah tinggi
 Kelebihan protein dalam darah (hyperkalemia)
 Mental tidak stabil (sering merasa cemas, bingung, dan gelisah tanpa ada
sebabnya.

 Pengobatan Uremia

Langkah-langkah pengobatan yang bisa dilakukan untuk penyakit uremia adalah


sebagai berikut:

 Hemodialisis (Cuci Darah)

Ada banyak hal yang menjadi penyebab cuci darah. Semua penyebab itu tentu
saja berkaitan dengan gagal ginjal. Seseorang melakukan cuci darah ketika ginjal
sudah rusak total dan tidak bisa menjalankan fungsinya sama sekali. Cuci darah
berfungsi untuk membuang semua sisa metabolisme dan limbah di dalam tubuh
yang tidak bisa disaring oleh ginjal. Prosedur pengobatan ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan mesin khusus yang ada di rumah sakit.

 Dialisis Peritoneal

Metode pengobatan ini sebenarnya sama dengan cuci darah. Hanya saja, jika cuci
darah dilakukan dengan menggunakan alat, pada dialisis peritoneal cuci darah
dilakukan di dalam tubuh penderita sendiri. Caranya adalah dengan memasang
kateter di dalam rongga perut yang sifatnya permanen. Karena bisa dilakukan
sendiri, penderita disarankan melakukan dialisis peritoneal sebanyak 4 kali sehari.

 Cangkok ginjal

Ginjal yang sudah rusak dan tidak dapat berfungsi lagi harus digantikan dengan
ginjal yang baru jika penderitanya tidak mau melakukan cuci darah. Dengan
cangkok ginjal, semua penyakit ginjal akan bisa disembuhkan dan organ ginjal
sudah bisa bekerja seperti biasa lagi.

Itulah penjelasan mengenai gagal ginjal dan uremia. Gagal ginjal dan uremia
memang dua penyakit yang saling berhubungan karena menyangkut salah satu
organ yang paling penting dalam tubuh, yakni ginjal. Sebelum ginjal mengalami
kerusakan lebih jauh, terapkan pola hidup sehat dan jauhi semua kebiasaan yang
merusak ginjal Anda. Penyakit yang menyerang ginjal bukanlah penyakit enteng
yang bisa disembuhkan dengan mudah. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Jadi, jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan ginjal Anda, ya!

4. Albuminuria

Albuminuria adalah suatu kondisi di mana urin mengandung protein


albumin yang banyak. Albumin adalah protein utama yang terdapat dalam
darah, sehingga albuminuria disebut juga sebagai proteinuria. Protein
merupakan senyawa kompleks yang terdapat di hampir semua bagian tubuh,
termasuk otot, tulang, rambut, dan kuku. Protein yang berada dalam aliran
darah juga melakukan sejumlah fungsi penting seperti melindungi tubuh dari
infeksi, membantu pembekuan darah, dan menjaga keseimbangan cairan di
seluruh tubuh.

 Penyebab Albuminuria

Dua faktor risiko yang paling umum yang dapat menyebabkan


albuminuria adalah sebagai berikut:

Diabetes Tekanan darah tinggi (hipertensi)Keduanya dapat


menyebabkan kerusakan pada ginjal, sehingga menyebabkan
albuminuria atau proteinuria.Contoh penyebab albuminuria selain
darah tinggi dan diabetes meliputi:Obat-obatanTrauma atau
cederaRacunInfeksiGangguan sistem kekebalan tubuhPeningkatan
produksi protein di dalam tubuh dapat menyebabkan proteinuria.
Contoh termasuk multiple myeloma dan amiloidosis .Faktor risiko
lainnya termasuk:KegemukanUsia di atas 65 tahunRiwayat keluarga
penyakit ginjalPreeklamsia ( tekanan darah tinggi dan proteinuria pada
kehamilan )Gejala Albuminuria Albuminuria tidak memiliki tanda-
tanda atau gejala pada tahap awal. Banyaknya protein dalam urin dapat
ditandai dengan urin yang berbusa. Disamping itu, karena protein telah
meninggalkan tubuh, darah tidak bisa lagi menyerap cukup cairan,
sehingga dapat terjadi pembengkakan di tangan, kaki, perut, atau
wajah. Pembengkakan ini disebut edema. Ini adalah tanda-tanda
hilangnya protein (proteinuria) dalam jumlah besar dan menunjukkan
bahwa penyakit ginjal telah berkembang. Pemeriksaan laboratorium
adalah satu-satunya cara untuk mengetahui seseorang mengalami
albuminuria atau tidak dan apakah protein dalam urine menunjukkan
adanya kerusakan ginjal yang luas.

 Cara pemeriksaan albuminuria

Diagnosis dan PemeriksaanPemeriksaan Proteinuria (Albuminuria)Dalam


rangka melakukan pemeriksaan skrining terhadap penyakit ginjal, dokter
akan memeriksa sampel urin acak untuk mendeteksi adanya proteinuria.
Protein ini mudah dan cepat ditemukan dengan pengujian dipstick urin
(lihat gambar di bawah). Jika tes skrining ini negatif, tes urine yang lebih
akurat dapat dilakukan untuk mengukur rasio disebut rasio albumin :
kreatinin. Rasio albumin-kreatinin terhadap sampel urin pagi dianggap
akurat, tapi kadang-kadang koleksi urin 24 jam dapat dilakukan untuk
mengukur albuminuria. Albuminuria juga dapat diukur dengan
menggunakan dipstick-albumin spesifik pada sampel urin acak.

5. Hematuria

Hematuria adalah istilah medis yang menandakan adanya darah di dalam urine.
Urine akan berubah warna menjadi kemerahan atau sedikit kecokelatan. Urine
yang normal tidak mengandung darah sedikitpun, kecuali pada wanita yang
sedang menstruasi. Hematuria sering terlihat sangat menakutkan dan
menimbulkan kekhawatiran, namun kondisi ini jarang menjadi pertanda penyakit
yang membahayakan nyawa Anda. Meski begitu, Anda harus segera
memeriksakannya ke dokter untuk mengetahui penyebab munculnya darah di
dalam urine.Terkadang, terdapat pula darah yang muncul di dalam urine meski
tidak kasat mata. Kondisi ini sering disebut sebagai hematuria mikroskopik. Darah
yang terkandung dalam urine hanya bisa dilihat di laboratorium dengan memakai
mikroskop. Meski begitu, dokter tetap perlu memeriksa penyebab munculnya
darah dalam urine.

 Gejala Hematuria

Tanda-tanda yang jelas terlihat dari hematuria adalah perubahan warna urine
menjadi merah muda, kemerahan, atau kecokelatan karena mengandung sel darah
merah. Umumnya hematuria tidak terasa sakit, tapi jika muncul darah yang
menggumpal bersama dengan urine, kondisi ini akan menjadi menyakitkan.

Beberapa kasus hematuria memang tidak disertai gejala lain sama sekali. Namun
ada juga yang mengalami lebih dari hematuria. Gejala-gejala yang menyertai
hematuria akan tergantung pada penyebab dasarnya, seperti frekuensi buang air
kecil yang meningkat, sakit pada perut bagian bawah, atau bahkan kesulitan
buang air kecil. Masing-masing ini akan kita bahas lebih mendalam di bagian
penyebab terjadinya hematuria.

 Penyebab Terjadinya Hematuria

Untuk mengetahui dengan pasti apakah terdapat darah pada urine dan memastikan
penyebabnya, Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. Berikut ini
beberapa penyebab umum munculnya darah dalam urine.

Infeksi saluran kemih. Kondisi ini terjadi ketika bakteri memasuki tubuh melalui
uretra dan berkembang biak di dalam kandung kemih. Gejala lain selain hematuria
adalah keinginan untuk terus buang air kecil, sakit dan sensasi rasa terbakar saat
buang air kecil, dan urine yang beraroma kuat.

Infeksi ginjal. Gejala yang lainnya adalah demam dan juga sakit pada sisi
punggung bagian bawah.

Batu ginjal. Jika batu cukup kecil, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit. Tapi
jika batu berukuran besar dan menghalangi salah satu saluran dari ginjal, akan
menyebabkan sakit yang parah.
Pembengkakan kelenjar prostat. Kondisi yang umum ini tidak terkait dengan
kanker prostat dan cenderung terjadi pada pria dewasa. Kondisi ini bisa
menyebabkan kesulitan buang air kecil dan sering buang air kecil.

Kanker prostat. Kondisi ini bisa disembuhkan jika diketahui dan ditangani sejak
dini. Cenderung terjadi pada pria berusia di atas 50 tahun. Perkembangan kondisi
ini sangat perlahan.

Kanker kandung kemih. Kondisi ini lebih sering terjadi pada mereka yang berusia
di atas 50 tahun.

Kanker ginjal. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang-orang di atas usia 50 tahun.
Kanker ini bisa disembuhkan apabila terdeteksi dan diobati sejak dini.

Peradangan pada uretra. Kondisi yang umumnya disebabkan oleh penyakit


menular seksual seperti klamidia, akibat terinfeksi bakteri klamidia.

Kelainan genetik. Anemia sel sabit adalah kerusakan hemoglobin sel darah karena
faktor keturunan. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya darah dalam urine.
Selain anemia sel sabit, sindrom Alport juga bisa menyebabkan hematuria.
Sindrom ini memengaruhi jaringan penyaring pada ginjal.

Obat-obatan. Obat anti kanker seperti cyclophosphamide dan penicillin bisa


menyebabkan hematuria. Terkadang, kemunculan darah di urine juga bisa
dipengaruhi oleh obat-obatan antikoagulan seperti aspirin dan obat pengencer
darah seperti heparin.

Olahraga secara berlebihan. Kondisi ini mungkin jarang sekali terjadi dan tidak
diketahui dengan pasti kenapa bisa menyebabkan terjadinya hematuria, tapi salah
satu keterkaitannya adalah karena terjadi trauma pada kandung kemih yang
mengalami dehidrasi akibat aktivitas fisik yang berlebihan.

Selain hematuria, ada hal lain yang bisa menyebabkan urine berubah warna
menjadi merah muda, kemerahan, atau kecokelatan. Makanan dan obat-obatan
bisa menjadi salah satu penyebab perubahan warna urine. Buah bit dan beri bisa
mengubah warna urine jadi berwarna merah. Lalu obat-obatan seperti antibiotik
nitrofurantoin dan obat laksatif sanna bisa membuat warna urine berubah menjadi
kemerahan.

Perubahan warna yang disebabkan oleh makanan dan obat seperti di atas akan
menghilang dalam beberapa hari. Jika Anda seorang wanita, pastikan darah yang
keluar bukan akibat menstruasi.

 Pengobatan dan Pencegahan Hematuria


Tidak ada pengobatan khusus untuk menangani hematuria, terlebih jika gejalanya
tidak serius. Untuk menangani kasus hematuria, umumnya dokter akan fokus
menangani penyakit lain yang diduga menjadi penyebab munculnya hematuria,
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Penanganan itu dilakukan dengan cara:

 Memberikan antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih,


 Memberikan resep obat untuk meredakan pembengkakan prostat.
 Melakukan shock wave therapy atau terapi gelombang kejut untuk
memecahkan batu ginjal dan kandung kemih.

 Pencegahan Hematuria

Secara garis besar, hematuria tidak dapat dicegah. Namun ada beberapa strategi
pencegahan yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko terjangkitnya
penyakit yang menyebabkan hematuria, antara lain:

Infeksi saluran kemih. Untuk menurunkan risiko infeksi saluran kemih, minumlah
air putih dalam jumlah yang mencukupi, tidak menahan kencing, serta
membersihkan vagina dari arah depan ke belakang (anus) bagi para wanita.

Batu ginjal. Untuk mencegah terjadinya batu ginjal, perbanyak konsumsi air putih
dan kurangi konsumsi makanan yang tinggi garam, protein, dan oksalat seperti
bayam dan talas.

Kanker kandung kemih. Hindari atau hentikan kebiasaan merkok, hindari paparan
terhadap bahan-bahan kimia, serta minumlah air dalam jumlah banyak untuk
mengurangi risiko terjadinya kanker kandung kemih.

Kanker ginjal. Anda dapat mengurangi risiko untuk menderita kanker ginjal
dengan cara menghindari atau menghentikan kebiasaan merokok, menjaga berat
badan agar tetap dalam batas normal, makan makanan yang bergizi, olahraga
teratur, serta mengurangi paparan terhadap bahan-bahan kimia.
BAB III

PENUTUP

A. . KESIMPULAN

System perkemihan atau biasa disebut system urogenital adalah


suatu system dimana terjadinya proses penyaringan darah bebas dari zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Adapun susunan system perkemihan (system urinuria) didalam
tubuh manusia adalah ginjal, ureter, vesica urinuria, dan uretra).
Dalam system perkemihan ini, bias saja terjadi gangguan-gangguan . yakni
antara lain penyakit (batu ginjal, gagal ginjal, uremia, albuminuria, dan
hematuria )
DAFTAR PUSTAKA

https://medium.com/@ajimaulana1878/cara-mencegah-penyakit-infeksi-saluran-
pencernaan-e2a20d243ba9

http://medicalsnote.blogspot.co.id/2013/08/kholelitiasis-penyakit-batu-
empedu.html

http://www.alodokter.com/batu-empedu

Anda mungkin juga menyukai