Ascaris lumbricoides dan Cacing Tambang (Anchilostoma duodenale dan Necator americanus)
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
AJENG KARTIKA PUTRIE (2113453001)
ARINDA PUTRI (2113453004)
IRMALA AUDEA ZELLIN (2113453009)
MEYSA RAHMA WULANDARI (2113453012)
SAMUEL SITUMORANG (2113453016)
CLARA LYDIA WINA (2113453019)
CHANTIKA WIDYA MEYLAN (2113453023)
ANISA GUSTIYANI (2113453028)
HANA NABILA (2113453037)
KHOIRUNNISA AL-KAMILA (2113453041)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah
Helmintologi dan Entomologi dengan judul "Ascaris lumbricoides dan Cacing Tambang
(Anchilostoma duodenale dan Necator americanus)" tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun dengan kemampuan kami semaksimal mungkin. Namun, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, besar harapan kami sebagai penulis berharap akan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca, khususnya Dosen Mata Kuliah Helmintologi dan
Entomologi, Ibu Yustin Nur Khoiriyah, S. SI., M. Sc., agar dapat menutupi celah kekurangan
yang ada pada laporan ini, dan untuk menjadi bahan acuan penulis untuk menulis atau
membuat makalah yang lebih baik lagi.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………...
29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2. 1 Helmintologi
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cacing beserta tuan rumahnya
(hospes) yang mempunyai peranan penting dalam ilmu kedokteran. Helmintologi
merupakan ilmu cabang dari parasitologi, berasal dari kata helmintos yang berarti cacing
dan logos yang berarti ilmu. Cacing merupakan parasit yang terdapat di seluruh dunia,
terutama di daerah tropis. Faktor-faktor yang mempengaruhi terinfeksi oleh cacing antara
lain:
Iklim
Keadaan sosial
Kebiasaan makan (food habit), misalnya makan makanan mentah
Untuk sampai ke manusia parasit cacing memerlukan tuan rumah perantara
(intermediate host) misalnya golongan binatang yag berkaki ruas-ruas (Arthropoda),
contohnya:
1. Kelas Crustacea Genus Cyclops/Diaptomus dapat menyebarkan penyakit
dracunculosis, sementara Genus Crayfish, dan Crabs dapat menyebarkan
penyakit paragonomiasis
2. Kelas Insecta Golongan nyamuk dan lalat dapat menyebarkan penyakit
filariasis Golongan pinjal tikus dapat menyebarkan penyakit hymenolepiasis.
Sebagai ilmu yang mempelajari parasit berdasarkan taksonomi, Helmintologi
dibagi menjadi:
a. Nemathelminthes (cacing gilik, nema=benang)
b. Plathyhelminthes (cacing pipih)
Stadium dewasa cacing – cacing yang termasuk Nemathelminthes (kelas nematoda)
berbentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan alat
– alat pencernaan. Cacing ini memiliki alat kelamin terpisah. Dalam parasitologi
kedokteran, diadakan pembagian nematoda menjadi nematoda usus yang hidup di rongga
usus, dan nematoda jaringan yang hidup di jaringan berbagai alat tubuh.
Cacing dewasa yang termasuk Plathyhelminthes mempunyai badan pipih, tidak
mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat hemafrodit. Plathyhelmintes dibagi
menjadi kelas Trematoda (cacing daun) dan kelas Cestoda (cacing pita). Cacing
Trematoda berbentuk daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan,
kelas Cestoda mempunyai badan yang berbentuk pita dan terdiri dari skoleks, leher dan
badan (stobila) yang bersegmen (proglotid), makanan diserap melalui kulit (kutikulum)
badan.
Kelas Nematoda yang akan kita bahas kali ini adalah Nematoda usus. Nematoda
usus yang ditularkan melalui tanah disebut Soil Transmitted Helminthes.
(1) (3)
Gambar 2. 1 Telur Cacing Ascaris lumbricoides
(2)
Gambar 2. 3 Telur Cacing Tambang Hook Worm Tipe A (kiri), Tipe B (tengah)
dan Tipe C (kanan)
2. 6 Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Hygiene merupakan usaha kesehatan masyarakat
yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
pencegahan timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan, serta membuat kondisi
lingkungan sedemikian rupa sehingga dapat dihuni dengan nyaman (Waqiah, 2010).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan baik fisik maupun psikisnya.
Tujuan dari perawatan hygiene perorangan adalah meningkatkan derajat kesehatan
seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki higiene perorangan yang
kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri seseorang dan menciptakan
keindahan.
Macam-macam usaha kesehatan pribadi yang menunjang perilaku hidup bersih dan sehat
antara lain:
1) Kebiasaan mencuci tangan
Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan
mikroorganisme. Mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dilakukan
pada 5 waktu penting yaitu sebelum makan, sesudah makan, setelah ke jamban,
sebelum menyiapkan makanan, dan setelah menceboki anak. Hal tersebut dapat
mengurangi resiko penyebaran telur cacing melalui tangan.
2) Kebersihan kuku
Kuku merupakan bagian lanjutan dari pada kulit. Susunan kuku licin dan
tertanam kokoh dalam daging. Ujung kuku berbentuk garis cembung sesuai dengan
ujung jari. Kuku tangan yang panjang dan kotor menyebabkan tertimbunnya kotoran
dan kuman penyakit. Telur cacing sering kali terselip pada kuku yang kotor. Oleh
karena itu, kuku sebaiknya selalu dipotong pendek dan dijaga kebersihannya dengan
menggunakan pemotong kuku secara rutin minimal setiap seminggu sekali,
3) Kebiasaan memakai alas kaki dan sarung tangan
Kaki berfungsi sebagai alat penyokong kekuatan tubuh, menjaga
keseimbangan badan dan untuk berjalan. Apabila kebersihan dan pemeliharaan kaki
tidak diperhatikan maka dapat menjadi sarang atau tempat masuknya kuman
penyakit kedalam tubuh. Penggunaan alas kaki berfungsi untuk menghindari atau
mencegah penularan penyakit yang masuk melalui perantara kulit, Penggunaan
sarung tangan juga berfungsi untuk melindungi tangan dari beda-benda tajam yang
dapat melukai tangan (Kieswari, 2009). 4) Kebiasaan mandi Kulit merupakan
penerima berbagai macam rangsangan (stimuli) dariluar. Disamping sebagai
penerima stimuli kulit juga merupakan pintu tempat masuknya kuman penyakit
kedalam tubuh (Kieswari, 2009). Oleh karena itu kebersihan kulit harus selalu dijaga
dan dipelihara, agar kulit dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Cara
membersihkan kulit umumnya dilakukan dengan mandi. Mandi dengan air saja tanpa
sabun, membuat badan seseorang belum cukup bersih, terlebih lagi apabila air yang
digunakan kotor. Sehingga dianjurkan untuk menggunakan air bersih seperti air
ledeng, air PAM serta menggunakan sabun mandi minimal 2 kali dalam sehari.
Dengan memelihara kebersihan kulit badan maka seseorang dapat terhindar dari
serangan penyakit-penyakit kulit
BAB III
PEMBAHASAN
Gejala Ascariasis
Ascariasis umumnya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan tetapi, sebagian
orang yang terinfeksi Cacing Gelang mengalami sejumlah gejala, yang terbagi dalam
dua tahapan, yaitu:
- Gejala tahap awal
Tahap awal adalah fase ketika larva cacing berpindah dari usus ke
paru-paru. Fase ini terjadi 4-16 hari setelah telur cacing masuk ke tubuh.
Gejala yang muncul pada tahap ini, antara lain:
Demam tinggi
Batuk kering
Sesak napas
Mengigau
Gejala tahap lanjut
Tahap ini terjadi ketika larva cacing berjalan ke tenggorokan dan
kembali tertelan ke usus, serta berkembang biak. Fase ini berlangsung 6-8
minggu pasca telur masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya gejala tahap ini
meliputi sakit perut, diare, terdapat darah pada tinja, serta mual dan muntah.
- Gejala lanjutan
Gejala ini akan semakin memburuk bila jumlah cacing di dalam usus
semakin banyak. Selain merasakan sejumlah gejala tersebut, penderita juga
akan mengalami sakit perut hebat, berat badan turun tanpa sebab, dan terasa
seperti ada benjolan di tenggorokan. Selain itu, cacing dapat keluar dari
tubuh melalui muntah, saat buang air besar, atau melalui lubang hidung.
Penyebab Ascariasis
Ascariasis terjadi bila telur cacing Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh.
Telur cacing tersebut dapat ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia.
Oleh karena itu, bahan makanan yang tumbuh di tanah tersebut, dapat menjadi
penyebab ascariasis.
Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan menjadi larva.
Kemudian, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau aliran getah
bening. Setelah berkembang di paru-paru selama satu minggu, larva akan menuju ke
tenggorokan. Pada tahap ini, penderita akan batuk sehingga larva tersebut keluar, atau
bisa juga larva kembali tertelan dan kembali ke usus. Larva yang kembali ke usus akan
tumbuh menjadi cacing jantan dan betina, serta berkembang biak. Cacing betina dapat
tumbuh sepanjang 40 cm, dengan diameter 6 mm, dan dapat menghasilkan 200.000
telur cacing per hari.
Cacing ascariasis dapat hidup di dalam tubuh hingga 1-2 tahun. Bila tidak diobati,
siklus di atas akan terus berlanjut. Sebagian telur akan keluar melalui feses dan
mengkontaminasi tanah. Sedangkan sebagian telur lain akan menetas, berkembang, dan
berpindah ke paru-paru. Seluruh siklus tersebut dapat berlangsung sekitar 2-3 bulan.
Diagnosis Ascariasis
Untuk mendiagnosis Ascariasis, dokter akan melakukan pemeriksaan feses atau
tinja pasien. Pemeriksaan ini akan membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya telur
cacing pada tinja pasien. Meski demikian, telur cacing baru dapat terlihat pada tinja 40
hari setelah infeksi. Pada penderita yang hanya terinfeksi cacing jantan, telur cacing
tidak akan ditemukan pada feses.
Dokter juga dapat menjalankan tes darah untuk melihat apakah ada kenaikan
kadar eosinophil, salah satu jenis sel darah putih. Akan tetapi, tes darah tidak bisa
memastikan infeksi ascariasis, karena kenaikan kadar eosinophil juga dapat disebabkan
oleh kondisi medis lainnya.
Selain dua tes di atas, dokter juga dapat menjalankan tes pencitraan seperti:
Foto Rontgen. Melalui pemeriksaan foto rontgen, dokter dapat mengetahui
apakah ada cacing di usus. Rontgen juga dapat dilakukan guna melihat
kemungkinan adanya larva di paru-paru.
USG. USG dapat menunjukkan pada dokter bila ada cacing di pankreas atau
hati.
CT scan atau MRI. Dua metode pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah
cacing menyumbat saluran hati atau pankreas.
Pengobatan Ascariasis
Pada sebagian kasus, ascariasis dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun
demikian, disarankan segera ke dokter bila mengalami gejala ascariasis. Dokter akan
meresepkan obat cacing, seperti:
Mebendazole. Mebendazole diresepkan pada pasien usia 1 tahun ke atas,
dengan dosis 2 kali sehari untuk 3 hari. Sejumlah efek samping yang dapat
muncul akibat penggunaan obat ini meliputi diare, ruam kulit, dan sering
buang angin.
Piperazine. Piperazine diresepkan pada bayi usia 3-11 bulan, dengan 1 dosis
tunggal. Efek samping obat ini antara lain sakit perut, diare, mual, muntah,
dan kolik.
Albendazole. Obat ini dianjurkan untuk dikonsumsi 2 kali sehari. Sakit perut,
mual, muntah, pusing, serta ruam kulit adalah beberapa efek samping yang
dapat dialami setelah meminum albendazole.
Pada ascariasis berat, jumlah cacing di usus sampai menyebabkan usus dan
saluran empedu tersumbat. Dalam kondisi tersebut, dokter akan menjalankan operasi,
untuk membuang cacing dari dalam usus, dan memperbaiki kerusakan usus pasien.
Pencegahan Ascariasis
Infeksi Ascariasis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan. Sejumlah cara
sederhana untuk mencegah ascariasis adalah:
Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun tiap sebelum makan,
sebelum memasak dan menyediakan makanan, setelah buang air besar, dan
setelah menyentuh tanah.
Cuci buah dan sayuran hingga bersih sebelum dikonsumsi.
Pastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
Usahakan hanya minum air dalam kemasan yang masih disegel ketika
bepergian. Jika tidak tersedia, masaklah air hingga mendidih sebelum
meminumnya.
Gejala Ankilostomiasis
Ankilostomiasis biasanya asimptomatis namun dapat timbul dengan gejala
gastrointestinal, anemia defisiensi besi, kulit yang gatal akibat cutaneous larva migran,
dan batuk akibat migrasi ke paru-paru. Berat ringannya gejala klinis yang terjadi pada
infeksi hook worm tergantung pada faktor-faktor berikut.
Jumlah cacing
Stadium cacing tambang
Infeksi pertama atau infeksi ulang
Lamanya infeksi
Keadaan gizi penderita
Adanya penyakit lain
Umur penderita
Manifestasi klinis pada infeksi hookworm bisa ditimbulkan oleh beberapa halm
diantaranya adalah:
1. Larva
a. Ground itch / Dew itch adalah rasa gatal yang timbul saat larva hook
worm masuk menembus kulit, semakin banyak larva yang menembus
kulit semakin hebat gejala yang timbul. Masuknya larva hook worm
yang menembus kulit juga bisa menyebabkan dermatitis dengan
eritemia, edema, vesikel, dan gatal.
b. Infeksi pertama memberikan gejala yang lebih berat daripada infeksi
ulangan.
c. Larva dari cacing tambang hewan (Ancylostoma brazilliense,
Ancylostoma ceylanicum, dan Ancylostoma caninum) juga bisa
menginfeksi manusia dan menimbulkan creeping eruption (cutaneus
larva migrans). Dalam kulit manusia larva bisa hidup beberapa hari
sampai beberapa bulan. Larva ini mengembara dalam kulit manusia
tetapi tidak pernah mencapai stadium dewasa.
2. Cacing tambang dewasa
a. Terjadi gejala anemia, karena cacing dewasa menghisap darah
manusia, selain itu tempat perlekatan cacing juga terjadi perdarahan.
Anemia yang terjadi akibat infeksi cacing tambang adalah anemia
mikrositik hipokromik.
b. Pada infeksi lanjut dapat menyebabkan defisiensi gizi, karena adanya
anemia, gangguan absorbsi, digesti akibat atrofi vili usus akibat luka
gigitan, dan diare akibat iritasi gigitan cacing.
c. Pada pemeriksaan darah biasanya didapatkan eosinofilia yaitu
meningkatnya jumlah sel eosinofil. Peningkatan jumlah eosinofil pada
infeksi hook worm bisa sampai 15% – 30%.
d. Pemeriksaan darah samar (occult) dalam tinja biasanya positif, bahkan
kadang darah bisa dilihat dengan mata telanjang.
e. Infeksi cacing ini dapat menimbulkan kekebalan. Jika tidak ada
defisiensi gizi, infeksi ulangan akan memberikan kekebalan sehingga
jumlah cacing tambang akan berkurang sampai hilang dari
intestinum / usus halus.
Penyebab Ankilostomiasis
Infeksi cacing tambang disebabkan oleh masuk dan berkembangnya cacing
tambang di dalam tubuh. Jenis cacing tambang yang sering menyebabkan infeksi pada
manusia adalah Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.
Saat seseorang yang terinfeksi buang air besar di area terbuka, telur cacing yang
terdapat di dalam fesesnya akan berpindah ke tanah. Di tanah, telur cacing kemudian
berkembang dan menetas. Setelah menetas, akan muncul larva. Larva cacing tambang
akan masuk ke tubuh saat mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi
tanah yang terinfeksi. Selanjutnya, larva cacing tambang akan masuk ke sistem
percernaan, berubah menjadi cacing dewasa dan berkembang biak di usus. Hal ini
selanjutnya akan menimbulkan gejala dan keluhan.
Telur yang dihasilkan cacing tambang saat berada di usus akan keluar bersama
feses. Pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk, feses yang mengandung telur
cacing tambang ini akan mengontaminasi tanah dan air yang ada di sekitarnya. Cacing
tambang merupakan golongan soil transmited helmint yang dapat hidup di tanah yang
lembab, hangat, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
Diagnosis Ankilostomiasis
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter dapat meminta sampel dari tinja pasien.
Sampel tersebut akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop
guna melihat keberadaan telur cacing.Selain itu, dokter juga mungkin akan
menyarankan pasien untuk menjalani tes darah. Pemeriksaan ini bertujuan melihat
tanda-tanda anemia atau kekurangan nutrisi tertentu.
Pengobatan Ankilostomiasis
Agar hookworm infection dapat segera reda, dokter umumnya akan meresepkan
obat-obatan seperti:
Albendazole
Mebendazole
Pyrantel pamoate
Obat tersebut termasuk dalam kelompok antihelminthics atau obat antiparasit.
Umumnya, konsumsi obat ini perlu dilakukan selama satu hingga tiga hari untuk
merawat infeksi cacing tambang yang terjadi.Namun harap diingat bahwa obat-obatan
yang disebutkan di atas tidak disarankan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Bagi
penderita lain yang juga mengalami anemia yang parah, konsumsi suplemen zat besi
juga dianjurkan.
Saat kondisi infeksi cukup parah, perawatan di rumah sakit dan operasi
pengangkatan cacing juga mungkin dilakukan.
Pencegahan Ankilostomiasis
Dalam mengurangi risiko terinfeksi cacing tambang, dapat dilakukan dengan
langkah-langkah di bawah ini:
Menggunakan alas kaki ketika berada di luar ruangan, terutama di area yang
kemungkinan terdapat kotoran atau tinja di tanahnya.
Minumlah air yang sumbernya terjamin dan benar-benar bersih.
Saat memasak, pastikan untuk mencuci bahan-bahan makanan hingga bersih
dan masak hingga matang sempurna.
Cuci tangan dengan cara yang tepat, yaitu menggunakan air bersih yang
mengalir dan sabun. Bila tidak tersedia, Anda bisa memakai hand sanitizer
(cairan pembersih tangan beralkohol).
Pada daerah yang sering terjadi infeksi cacing tambang, memperbaiki sarana
sanitasi terbukti dapat mengurangi jumlah penderita infeksi ini. Perbaikan sistem
sanitasi yang dilakukan meliputi perbaikan sistem pembuangan dan penyuluhan untuk
mengurangi kebiasaan buang air besar di tempat terbuka.
Selain itu, pencegah hookworm infection juga bisa dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan saat berkebun, menutup kotak pasir tempat mainan anak-
anak, serta merawat hewan peliharaan yang terkena infeksi cacing tambang.
4.1 Kesimpulan
Dalam Menyusun makalah ini, terdapat beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:
1. Pada makalah ini pembahasan difokuskan pada Cacing Gelang (Ascaris
lumbricoides) dan Cacing Tambang (Anchilostoma duodenale dan Necator
americanus), dimana penularan terjadi saat larva cacing masuk ke dalam tubuh
setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Infeksi ini juga
bisa terjadi jika cacing masuk ke dalam tubuh melalui kulit saat bersentuhan
langsung dengan tanah yang terkontaminasi.
2. Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Pada tubuh manusia, larva
Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan mengadakan kopulasi serta akhirnya
bertelur.
3. Kualitas sanitasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang bersih dan
mengurangi resiko kemungkinan cacing dapat masuk ke dalam tubuh.
4.2 Saran
Dalam mewujudkan hidup yang sehat dan terhindar dari masalah kesehatan,
khususnya masalah kesehatan yang disebabkan oleh cacing, sekiranya kita perlu banyak
mencari informasi bagaimana sifat-sifat, proses penularan, cara pencegahan dan
beberapa informasi lain untuk meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan terhadap
bahaya infeksi ini. Dikemudian hari, makalah dengan materi sejenis dan topik lain perlu
dikembangkan agar pengetahuan dan pemahaman pembaca dapat berkembang, serta
dapat mengaplikasikan hidup sehat dengan menerapkan informasi-informasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, Andi Tri. Ascaris lumbricoides. Indonesian Medical Lab. <diakes di:
https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/>
Atmojo, Andi Tri. Cacing Tambang. Indonesian Medical Lab. <diakes di:
https://medlab.id/cacing-tambang-hook-worm/>
Kundaian, Friscasari, dkk. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi Cacing
pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Noviastuti, Aulia Rahma. 2015. Infeksi Soil Transmitted Helminths. Majority 4(8).