Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

PEMBENTUKAN ERITROSIT, LEUKOSIT, TROMBOSIT Dan MORFOLOGINYA


Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah hematologi I yang diampuh oleh
Ibu Amanda Susi Haryanti., A.Md A.K.S.Psi

Oleh:

1. Christini Mesang (2014313453013)


2. Claudya Putri Rudolof (2014313453002)
3. Dewita Nggua (2014313453026)
4. Diki Yohanis Abner S. (2014313453027)
5. Dinar Silky Azizah (2014313453023)

PRODI TEKNIK LABORATORIUM MEDIK

STIKES MAHARANI MALANG

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PEMBENTUKAN ERITROSIT,
LEUKOSIT, TROMBOSIT DAN MORFOLOGINYA”. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Amanda Susi Haryanti., A.Md A.K.S.Psi
pada mata kuliah Hematologi I. Makalah ini berisikan Pembentukan eritrosit, leukosit, dan
trombosit, dan morfologi, Faktor-fatktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit
dan Trombosit dalam Laboratorium serta SOP (Standar Operasional Prosedur) pemeriksaan
eritrosit, leukosit, trombosit. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Amanda Susi
Haryanti., A.Md A.K.S.Psi selaku dosen pada mata kuliah hematologi I yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik serta saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan, dan semoga makalah ini bisa berguna bagi
yang lain juga. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat.

Malang, 10 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I.................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1. 1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2

1. 3 Manfaat ................................................................................................................. 2

1. 4 Tujuan ................................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................................ 3

DASAR TEORI................................................................................................................... 3

2.1 Sel Darah Merah (Eritrosit) ................................................................................... 3

2.2 Sel Darah Putih (Leukosit) .................................................................................... 4

2.3 Keping Darah (Trombosit)..................................................................................... 5

BAB III .....................................................................................................................................7

PEMBAHASAN ......................................................................................................................7

3. 1 Pembentukan Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit ..................................................... 7

3. 2 Morfologi Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit .........................................................13

3. 3 Faktor-fatktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit dan Trombosit

dalam Laboratorium ...............................................................................................17

3. 4 SOP Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit .............................................24

BAB IV ..............................................................................................................................33

PENUTUP..........................................................................................................................33

4. 1 Kesimpulan ..........................................................................................................33

4. 2 Saran ....................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................34


iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Darah merupakan bagian penting pada sistem transportasi di dalam tubuh manusia.
Darah adalah cairan yang bersirkulasi melewati jantung, pembuluh arteri, vena, dan
kapiler. Darah membawa nutrisi, elektrolit, hormone, vitamin, antibody, serta oksigen
untuk jaringan tubuh dan membawa sisa yang tidak berguna dan karbindioksida ( CO2)
ke organ-organ pembuangan selain itu darah juga berfungsi untuk pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Darah dalam keadaan fisiologis selalu berada dalam
pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi serta mekanisme homeostasis. Darah
terdiri atas 2 komponen yaitu plasma darah dan butir-butir darah (blood corpuscles).
Plasma darah adalah komponen darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan
protein darah. Butir-butir darah (blood corpuscles) adalah komponen darah yang terdiri
dari eritrosit atau sel darah merah ( red blood cell), leukosit atau sel darah putih ( white
blood cell), dan trombosit atau butir pembeku (platelet), (Bakta, 2007).

Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ lain.
Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
pada manusia berkisar antara 7%-10% dari berat badan normal, dengan jumlah sekitar 5
liter (Sloane, 2008). Proses pembentukan darah (hematopoiesis) pada manusia dapat
berpindah-pindah, sesuai dengan rentang usia. Pada usia 0-3 bulan intrauteri terbentuk
di Yolk sac, pada usia 3-6 bulan intrauteri terbentuk di hati dan lien, kemudian pada usia
4 bulan intrauteri sampai dewasa terjadi di sumsum tulang. Selain plasma darah, jumlah
sel darah merah juga relative banyak dari volume darah total, rentang normal sel darah
merah (Eritrosit) pada orang laki-laki dewasa sekitar 4,2-5,5 juta sel/mm3 , sedangkan
pada wanita 3,2-5,2 juta sel/mm3 . Jumlah normal Hb pada wanita adalah 11,5 mg% dan
pada laki-laki 13 mg%. Pada orang dewasa sel darah putih jumlah normalnya adalah
7.000-9.000 sel/mm3, sedangkan jumlah normal trombosit adalah sekitar 150 sampai
400x109 /liter atau 150.000-400.000/ mililiter (Handayani & Haribowo, 2008).
Parameter darah yang tidak normal dapat menimbulkan suatu penyakit atau gangguan
pada darah serta fungsi darah, dan dapat menyebabkan komplikasi atau gangguan pada
organ yang lain. Beberapa gangguan yang dapat disebabkan karena ketidakseimbangan
parameter darah adalah anemia, polisitemia, leucopenia, dll.
1
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembentukan eritrosit, leukosit,dan trombosit terjadi?
2. Apa saja morfologi dari eritrosit, leukosit, dan trombosit ?
3. Bagaimana SOP (Standar Operasionan Prosedure) pemeriksaan eritrosit, leukosit
dan trombosit.
4. Apa saja faktor fatktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit dan
Trombosit dalam Laboratorium?
1. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan eritrosit, leukosit,trombosit.
2. Untuk mengatahui morfologi sel darah eritrosit, leukosit,trombosit.
3. Untuk mengatahui SOP (Standar Operasional Prosedure) pemeriksaan eritrosit,
leukosit,trombosit.
4. Untuk mengetahui faktor-fatktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Eritrosit,
Leukosit dan Trombosit dalam Laboratorium
1. 4 Manfaat

Untuk menambah pengetahuan tentang proses pembentukan dan morfologi eritrosit,


leukosit, trombosit dan SOP pemeriksaannya serta faktor-fatktor yang mempengaruhi
pemeriksaan eritrosit, leukosit dan trombosit dalam Laboratorium

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang ada di dalam
tubuh. Sel darah merah (eritrosit) adalah sel yang paling banyak berada di dalam tubuh.
Fungsi utama sel ini yaitu mengangkut oksigen menuju jaringan-jaringan tubuh dengan
melalui darah. Eritrosit tidak memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam
darah. Eritrosit mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung besi, berperan
dalam transpor oksigen dan karbondioksida di dalam tubuh. Oleh karena itu eritrosit
sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui keadaan
eritrosit, secara tidak langsung dapat diketahui juga keadaan organ tubuh seseorang
(Brown, 1993). Eritrosit merupakan suatu komponen utama darah selain leukosit,
trombosit dan plasma. Sel darah tersebut dihasilkan melalui proses hematopoiesis dalam
susmsum tulang. Retikulosit yang merupakan bentuk premature dari eritrosit, akan
mengalami maturisasi dan membentuk sel darah merah berdiameter 8 µm yang
berbentuk diskus bikonkaf dengan usia sel 120 hari (Rosita L, 2006). Membran eritrosit
bersifat permeabel selektif yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat- zat tertentu
tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Nilai normal eritrosit adalah
pada anak-anak: 4,0 sampai 5,5 juta/microliter, Pria dewasa: 4,5 sampai 5,9
juta/microliter, Wanita dewasa: 4,1 sampai 5,1 juta/microliter, Wanita hamil trimester 1:
3.42 sampai 4.55 juta/microliter, Wanita hamil trimester 2: 2.81 sampai 4.49
juta/microliter, Wanita hamil trimester 3: 2.72 sampai 4.43 juta/mikroliter. Nilai eritrosit
terlalu tinggi itu disebabkan oleh karna peningkatan jumlah eritrosit atau juga sel darah
merah. Kondisi tersebut termasuk ke dalam kondisi yang langka terjadi. Nilai Eritrosit
rendah itu umumnya juga ditunjukkan dengan acuan nilai sel darah merah serta
hematokrit itu rendah. Kondisi tersebut dikenal dengan anemia. Polisitemia atau juga
biasa disebut erythrocytosis merupakan gangguan pada darah karena tubuh
memproduksi sel darah merah terlalu banyak, akibatnya kekentalan darah meningkat.
Tugas sel darah merah untuk membawa oksigen ke organ dan jaringan tubuh menjadi
terganggu. Selain itu dapat terjadi bekuan darah dan komplikasi lainnya. Sedangkan
suatu kondisi ketika tubuh tidak mendapatkan cukup sel darah merah atau jumlah sel
darah merah dalam tubuh terlalu rendah disebut anemia.

3
2.2 Sel Darah Putih (Leukosit)

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti yang disebut juga dengan sel darah
putih. Perubahan jumlah leukosit dapat dipengaruhi oleh sistem imun yang menurun
(Widodo, 2009). Sel darah putih (leukosit) adalah sel yang berfungsi untuk melawan
infeksi dari virus, bakteri dan jamur. Sistem imun tubuh yang turun dapat menyebabkan
terganggunya mekanisme respon imun seluler dan humoral, sehingga untuk
mengembalikan keseimbangan sistem imun dapat dilakukan dengan pemberian
imunostimulator. Leukosit adalah komponen penting dari sistem imun yang akan
membantu dalam melawan kelainan yang terdapat dalam sumsum tulang, aliran darah
dan sistem limfatik tulang (Guyton & Hall, 2008). Sel darah putih (leukosit) merupakan
unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi menyediakan
pertahanan yang cepat dankuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat beberapa
jenis leukosit, yaitu netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit dan megakarosit. Pada
orang dewasa terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per millimeter kubik. Peran sel
darah putih (leukosit) yang begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan
pengecekan kadar sel darah putih (leukosit). Oleh karena itu dilakukannya praktikum
patologi klinis dimana dilakukan pula praktikum perhitungan kadar leukosit dalam
tubuh manusia. Di dalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-
9000 sel/mm3 , bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila
kurang dari 5000 disebut leukopenia. Leukositosis adalah suatu keadaan jumlah sel
darah putih (leukosit) dalam darah meningkat atau diproduksi secara
berlebihan. Peningkatan jumlah sel darah putih ini menandakan ada proses infeksi di
dalam tubuh. Nilai normal leukosit adalah kurang dari 10.000/mm3. Hal ini biasanya
terjadi ketika tubuh sedang mengalami sakit atau stres. Leukositosis merupakan salah
satu jenis penyakit autoimun. Sel darah putih (leukosit) merupakan bagian dari sistem
kekebalan tubuh (sistem imun) yang berperan dalam membantu tubuh memerangi
infeksi dan penyakit. Leukosit dibuat atau diproduksi oleh sumsum tulang belakang
yang kemudian akan disalurkan dalam darah dan sisanya akan disimpan dalam sumsum
tulang belakang. Dalam tubuh manusia, terdapat beberapa jenis sel darah putihnya, yaitu
neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Jika salah satu jenisnya kurang dalam
tubuh, maka hal ini bisa memicu penyakit. Leukositosis dapat disebabkan oleh berbagai
hal, seperti peradangan, infeksi, alergi, hingga kanker darah. Leukosit atau sel darah
putih berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit.

4
2.3 Keping Darah (Trombosit)

Keping Darah atau trombosit merupakan partikel kecil dengan diameter 2 – 4


mikrometer, berada dalam sirkulasi plasma darah. Tidak seperti sel darah merah dan
putih, trombosit bukan sel melainkan keping pecahan sel yang lebih kecil. Trombosit
membantu proses pembekuan darah dan penutupan luka, dengan menggumpal di lokasi
luka, dan menutup aliran darah agar pendarahan berhenti dapat. Sel ini disebut juga
kepingan darah yang berasal dari sitoplasma megakariosit, berbentuk bulat tidak berinti
dengan ukuran yang sangat kecil dengan volume 7 – 8 fl. Umur trombosit didalam darah
adalah 7 – 10 hari sedangkan jumlah trombosit dalam tubuh manusia dewasa adalah
150.000 – 400.000 keping/mm³ (Nugraha, 2015).

Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4
mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal dalam darah tepi adalah
150.000 – 400.000/µl dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum
tulang. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi
menjadi megakariosit. Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya
kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi
kelipatannya, kemudian sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam
bentuk platelet/keping-keping. Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah
trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu
reseptor lain, yaitu interleukin-11. Trombosit berperan penting dalam hemopoesis,
penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah. Trombosit atau platelet sangat
penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya abnormalitas pada vaskuler,
trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu hemostasis sistem vaskuler yang
mengakibatkan perdarahan abnormal/gangguan perdarahan (Sheerwood, 2001).
Trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam yang berisi organel-organel
sitoplasmik. Permukaan diselubungi reseptor glikoprotein yang digunakan untuk
reaksadhesi dan agregasi yang mengawali pembentukan sumbat hemostasis.
Trombositosis adalah kondisi ketika jumlah trombosit dalam darah melebihi batas
normal. Meski jarang, kondisi ini dapat memicu terjadinya beberapa penyakit serius akibat
terbentuknya gumpalan darah yang tidak normal, seperti stroke dan serangan jantung.
Trombosit atau platelet merupakan kepingan darah yang diproduksi oleh sumsum
tulang. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi perdarahan,
kepingan darah ini bekerja dengan cara saling menempel untuk membentuk gumpalan,
sehingga perdarahan tersebut berhenti. Pada penderita trombositosis, sumsum tulang
5
memproduksi trombosit secara berlebihan. Akibatnya, trombosit dapat membentuk
gumpalan-gumpalan darah yang tidak seharusnya ada. Masalah serius dapat terjadi jika
gumpalan darah tersebut menyumbat pembuluh darah di organ yang penting, seperti
otak dan jantung. Dalam tubuh, jumlah normal trombosit manusia berkisar antara
150.000 hingga 450.000 per mikroliter darah. Bila melebihi, disebut sebagai kondisi
trombositosis. Sementara jika kurang, disebut sebagai kondisi trombositpenia.
Trombositopenia adalah kondisi dimana kadar trombosit didalam tubuh lebih rendah
daripada kadar normal, yaitu di bawah 150.000 trombosit per mikroliter. Kondisi ini
umumnya akan ditandai dengan memar dan pendarahan.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Pembentukan Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit

Eritropoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan eritrosit


di dalam sumsum tulang. Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah
merah). Pada janin dan bayi proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi
pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang. Eritropoiesis adalah proses
pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang hingga terbentuk eritrosit matang
dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin.
Eritropoietin adalah hormone glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel
interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas bahan
globulin plasma untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang. Eritropoietin dapat
mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama (sel induk membelah diri
dan proses pematangan sel menjadi eritrosit), mempercepat pematangan sel,
memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.

Gambar 1. Siklus eritropoiesis

Eritropoiesis terbagi dalam 6 tahap maturasi (pematangan) yang berurutan :

1. Rubriblast disebut juga proeritroblas atau pronormoblas.

2. Prorubisit disebut juga normoblast basofilik atau eritroblast basofilik.

3. Rubrisit disebut juga eritroblas basofilik atau normoblas basofilik.

4. Metarubrisit disebut juga normoblast ortokromatik atau eritroblast ortokromatik

5. Retikulosit

6. Eritrosit
Rubriblast disebut juga pronormoblast atau proeritroblast, merupakan sel termuda dalam
sel eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan kromatin yang halus.
Ukuran sel rubriblast bervariasi 18-25 mikron. Kemudian prorubrisit disebut juga
7
normoblast basofilik atau eritroblast basofilik. Ukuran lebih kecil dari rubriblast.
Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4 % dari seluruh sel berinti. Kemudian rubrisit
disebut juga normoblast polikromatik atau eritroblast polikromatik. Inti sel ini
mengandung kromatin yang kasar dan menebal secara tidak teratur. Pada sel ini sudah
tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada prorubrisit tetapi sitoplasmanya
lebih banyak, mengandung warna biru karena RNA dan merah karena hemoglobin.
Kemudian metarubrisit, Sel ini disebut juga normoblast ortokromatik atau eritroblast
ortokromatik. Inti sel ini kecil padat dengan struktur kromatin yang menggumpal.
Sitoplasma telah mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga warnanya merah
walaupun masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA. Jumlahnya adalah ke adaan normal
adalah 5-10%. Selanjutnya retikulosit Sebagian proses ini berlangsung di dalam sumsum
tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Setelah dilepaskan dari sumsum tulang sel
normal akan beredar sebagai retikulosit selama 1-2 hari. Dalam darah normal terdapat
0,5 – 2,5% retikulosit. Yang terakhir adalah eritrosit normal merupakan sel berbentuk
cakram bikonkaf dengan ukuran diameter 7-8 mikron dan tebal 1,5- 2,5 mikron. Bagian
tengah sel ini lebih tipis daripada bagian tepi. eritrosit akan berwarna kemerah-merahan
karena mengandung hemoglobin dan umur eritrosit sekitar 120 hari.
Faktor pembentukan eritropoiesis adalah hormone eritropoietin kemampuan
respon sumsum tulang (anemia, perdarahan), intergritas proses pematangan eritrosit.
Untuk proses destruksi (penguraian) eritrosit terjadi secara normal setelah masa hidup
eritrosit habis (sekitr 120 hari). Proses ini terjadi melalui mekanisme yang terdiri dari:

1. Fragmentasi (melepaskan diri)

Mekanisme fragmentasi terjadi apabila kehilangan beberapa bagian membrane


eritrosit sehingga menyebabkan isi sel keluar termasuk hemoglobin.

2. Lisis Osmotik

Tekanan osmotik plasma merupakan gambaran terjadinya kecenderungan


mendorong air dan Na dari daerah konsentrasi tinggi di interstisium ke daerah
dengan konsentrasi air rendah di plasma (atau konsentrasi protein plasma lebih
tinggi).

3. Eritrofagositosis

Mekanisme destruksi eritrosit ini melalui fagositosis yang dilakukan oleh monosit,
neutrofil, makrofag.

8
4. Sitolisis

Sitolisis biasanya dilakukan oleh komplemen (C5, C6, C7, C8, C9). Sitolisis ini
meruapakan indikator Peroxysimal Nocturnal Haemoglobinuria (PNH).

5. Dematurasi Hemoglobin

Hemoglobin yang terdenaturasi akan mengendap menbentuk Heinz bodies. Eritrosit


dengan Heinz bodies akan cepat didestruksi oleh limpa. Heinz bodies melekat pada
membran
permeabilitas membesar sehingga mengakibatkan lisis osmotic juga.

Leukopoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan dan


pematangan leukosit di dalam sumsum tulang. Leukopoiesis ini dirangsang oleh
adanya colony stimulating (faktor perangsang koloni). Colony stimulating
dihasilkan oleh leukosit dewasa. Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri
granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem
sirkulasi. Perkembangan dari setiap sel darah putih dimualai dengan terjadinya
pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel “blas”. Mieloblas yang akhirnya
berkembang menjadi leukosit granular (granulosit) yaitu eosinophil, neutrophil, dan
basophil. Monoblas berkembang menjadi monosit dan limfoblas akan berkembang
menjadi limfosit.

Mekanisme leukopoisesi yaitu Leukosit dibentuk di sumsum tulang terutama seri


granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai diperlukan dalam sistem
sirkulasi. Bila kebutuhannya meningkat maka akan menyebabkan granulosit
dilepaskan. Proses pembentukan limfosit ditemukan pada jaringan yang berbeda
seperti sumsum tulang, thymus,limpa, dan limfonoduli. Proses pembentukan
limfosit dirangsang oleh thymus dan paparan antigen. Bertambahnya jumlah
leukosit terjadi dengan mitosis (suatu proses pertumbuhan dan pembelahan sel yang
berurutan). Sel-sel ini mampu membelah diri dan berkembang menjadi leukosit
matang dan dibebaskan dari sumsum tulang ke peredaran darah. Dalam sirkulasi
darah, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dan kemudian masuk ke dalam
jaringan. Sel ini bertahan di dalam jaringan hingga beberapa minggu, beberapa
bulan, tergantung pada jenis leukositnya.

9
Gambar 2. Mekanisme leukopoiesis

Pembentukan leukosit berbeda dengan pembentukan eritrosit. Pada sel darah putih/
leuksoit dibagi menjadi 2 jenis yaitu granulosit (granulopoiesis) dan agranulosit.
Granulosit (granulopoiesis) dimulai dengan fase mieloblast, sedangkan pada seri
agranulosit ada 2 jenis sel yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit
(limfopoiesis) diawali oleh fase lymphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis)
diawali oleh fase monoblast. Granulopoiesis adalah proses paling dini menjadi
myeloblas dan akhirnya menjadi sel matang, yang disebut basofil, eosinofil, dan
neutrofil. Proses ini memerlukan waktu 7 sampai 11 hari. Setelah tahap ini tidak terjadi
lagi pembelahan, dan sel mengalami pematangan melalui beebrapa fase yaitu
metamielosit, neutrophil batang dan neutrophil segemen. Agranulosit ada dua jenis sel
yaitu monosit dan limfosit. Pembentukan limfosit (limfopoiesis) diawali oleh fase
limphoblast, sedangkan pada monosit (monopoiesis) diawali oleh fase monoblast.
Monopoiesis berawal dari sel induk pluripoten menghasilkan berbagai sel induk dengan
potensi lebih terbatas, diantaranya adalah unit pembentuk koloni granulosit yang
bipotensial. Turunan sel ini menjadi perkusor granulosit atau menjadi monoblas.
Pembelahan monoblas menghasilkan promonosit, yang sebagiannya berpoliferasi
menghasilkan monosit yang masuk peredaran. Limfopoiesis adalah pertumbuhan dan
pematangan limfosit. Setelah pematangan, limfosit masuk ke dalam pembuluh darah,
beredar dengan interval waktu yang berbeda bergantung pada sifat sel, dan kemudian
berkumpul di kelenjar limfatik.

Faktor yang mempengaruhi pemebentukan leukosit yaitu Pada proses infeksi sel-
sel endotel, fibroblast, adiposity,matriks ekstraseluler, monosit, makrofag, dan sel-sel
endotel dapat memproduksi zat yang menjadi faktor yang dapat menstimulasi
pertumbuhan sel-sel induk, selsel bakal, dan sel-sel darah yang lain. Zat-zat seperti ini
disebut faktor perangsang koloni (colony stimulating) dan faktor pertumbuhan

10
hemopoetik. Peningkatan produksi leukosit oleh sumsum tulang disebabkan oleh 3
faktor perangsang koloni, yakni GM-CSF( granulocyte monocyte-colony stimulating
faktor), G-CSF ( granulocyte-colony stimulating factor), dan M-CSF ( monocyte-colony
stimulating factor). Ketiga faktor tersebut merangsang pembentukan granulosit &
monosit terus menerus selama ketiga faktor ini masih diproduksi oleh makrofag.
Dengan di produksinya kedua sel ini, sel-sel darah putih dalam jumlah besar ini
diharapkan dapat menghilangkan agen-agen penyebab infeksi. Jenis leukosit dibagi
menjadi 2 yaitu granulosit (bergranula) dan agranulosit (tidak bergranula). Granulosit
terdiri dari (basophil, eosinophil, dan neutrophil). Agranulosit terdiri dari (limfosit dan
monosit).

Trombopoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan


trombosit di dalam sumsum tulang. Proses ini dipengaruhi oleh hormone trombopoietin.
Trombopoiesis merupakan pembentukan trombosit yang berasal dari sel induk
pluripotensial yang berubah menjadi megakarioblas kemudian promegakarioblas
menjadi megakariosit ,proses pembentukan berlangsung di sumsum tulang. Trombosit
berperan penting dalam proses pembekuan darah jika tubuh mengalami luka. Trombosit
adalah struktur yang sangat aktif. Masa hidupnya dalam darah adalah 8hari / 10 hari.
Trombosit merupakan fragmen dari sel-sel pada sumsum tulang yang disebut
megakariosit.

Mekanisme trombopoiesis adalah Hormon trombopoietin mempengaruhi sel


myeloid kemudian berkembang menjadi colony forming unit-megakaryocyte (CFU-
MK) yang kemudian berkembang lebih lanjut menjadi sel-sel prekusor trombopoiesis
yaitu megakarioblast. Selanjutnya megakarioblast berkembang menjadi
promegakariosit. Kemudian promegakariosit berkembang menjadi megakariosit yaitu
suatu sel besar yang tersusun atas 2000-3000 fragmen. Tiap fragmen akan ditutupi oleh
membrane plasma dan membentuk trombosit. Trombosit yang lepas dari megakariosit di
sumsum tulang , selanjutnya masuk dalam sirkulasi darah.

Gambar 3. Mekanisme trombopoiesis

11
Tempat pematangan (maturasi) trombopoiesis adalah di megakarioblas,
promegakariosit, megakariosit, trombosit normal. Megakarioblas adalah badan sel
biasanya lebih besar dari pada badan sel proeiritoblas perbandingan antara inti dan
sitoplasma berubah karena inti menjadi lebih besar. Kepadatan kromatin inti berbeda-
beda. Nukleolus sebagian besar tertutup, tetapi terdapat dalam jumlah besar pada
penyatuan inti yang mencolok, terdapat sel yang berinti 2 hingga 4. Sitoplsma tampak
nasofilik kuat, terbebas dari granulasasi, dan dibagian tepi kadang-kadang terlihat
sedikit menjuntai. Sering terdapat trombosit yang melekat. Promegakariosit adalah
megakariosit yang setengah matang. Inti sel sangat besar dan sedikit berlobus selain
bentuk dengan kecenderungan segmentasi (berlobus) yang dapat dikenal dengan jelas.
Kromatin inti sebagian besar teranyam rapat, nukleoulus yang ada kebanyakan
terselubungi. Sitoplasma tampak basofilik dengan beberapa area azurofilik, yang
menunjukkan permulan aktivitas trombopoiesis. Luas sitoplasma bertambah secara
nyata dan di tepi sel terdapat trombosit yang melekat. Megakariosit merupakan sel
terbesar yang ada pada hematopoiesis (pembentukan sel darah) di sumsum tulang dalam
kondisi normal. Memiliki diameter 35-150 mikron. Inti dengan berlobus tidak teratur,
kromatin kasar, anak inti tidak terlihat dan bersitoplasma banyak. Sitoplasma penuh
terisi mitokondria yang mengandung sebuah reticulum endoplasma kasar (RE Rough)
yang berkembang baik dan sebuah kompleks golgi luas. Dan dalam sitoplasma terdapat
banyak granula berwarna biru kemerah-merahan. Dan matangnya megakariosit terjadi
banyak invaginasi dari membrane plasma yang membelah-belah seluruh sitoplasma ,
membentuk membrane dermakasi yang memberi sekat pada tiap tempat. Sistem ini
membatasi daerah sitoplasma megakariosit dan beberapa bagian dari sitoplasma yang
bergranula itu kemudian melepaskan diri dan membentuk trombosit. Dari 1 megakarosit
dapat menghasilkan 1000-5000 sel trombosit. Sedangkan kecil megakariosit (di bawah
10%) menunjukkan inti tunggal atau ganda yang berbentuk bulat- oval dan kecil ( yang
lebih dikenal dengan mikro megakariosit) pada pengecilan diameter sel. Elemen-elemen
ini juga memiliki aktivitas trombopoietik. Suatu fenomena yang dikenal sebagai
empiropolesis. Yaitu pengembraan granulosit matang melalui sitoplasma megakariosit
tanpa mengganggu integrasi sel, yang tidak mengindikasikan suatu proses fagositosis.
Proses selanjutnya setelah sitoplasma yang bergranula melepaskan diri maka akan
membentuk trombosit. Setelah megakariosit melepaskan banyak trombosit dan
sitoplasma yang berisi trombosit habis maka yang tertinggal hanya inti saja dan oleh
sistem RES dalam hal ini makrofag akan memfagositosis inti tersebut untuk

12
dihancurkan dan di cernakan.
Masa hidup dan sirkulasi trombopoiesis adalah trombosit dalam sirkulasi adalah
kepingan-kepingan yang berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit di sumsum
tulang. Trombosit merupakan pecahan dari stoplasma megakariosit yang matang (24-36
ploid). Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Sepertiga dari
trombosit yang terbentuk dan dilepaskan ke peredaran darah tepi akan berada di limpa
dan 2/3 lainnya mengikuti sirkulasi darah. Kelangsungan hidup trombosit berkisar 9-10
hari. Trombosit yang baru dibentuk berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan
hemostatis lebih baik dari trombosit tua dalam sirkulasi. Trombosit yang tidak lagi
berfungsi/ telah rusak akan dihancurkan di limpa.
Pembekuan darah terjadi pada saat terjadi luka yang mengakibatkan pembuluh
darah sobek, akan mengalami, perdarahan sehingga pembuluh darah menyempit untuk
memeperlambat aliran darah ke daerah luka. Selanjutnya trombosit akan pecah pada saat
menyentuh permukaan luka yang kasar dan akan mengeluarkan enzim trombokinase.
Enzim trombokinase menyebabkan perubahan protrombin menjadi thrombin dan
perubahan tersebut dipercepat oleh ion kalsium dan vitamin K. selanjutnya thrombin
mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin sehingga perdarahan pada luka
akan berhenti.

Gambar 4. Mekanisme pembekuan darah

3. 2 Morfologi Eritrosit, Leukosit dan Trombosit

Morfologi Eritrosit/ Sel darah merah/ Red Blood Cell

Rubriblast - Sel besar ( 15-30 µm)

- Inti : besar, bulat, warna merah, kromatin halus

- Nukleoli : 2-3 buah

- Sitoplasma : biru tua.

13
Prorubrisit - Lebih kecil dari rubriblast

- Inti: bulat, kromatin mulai kasar

- Nukleoli (-)

- Sitoplasma: biru, lebih pucat

Rubrisit - lebih kecil dari prorubrisit

- Inti: lebih kecil dari prorubrisit, bulat, kromatin


kasar dan menggumpal

- Sitoplasma: mengandung pembentukan Hb (+)

Metarubrisit - Lebih kecil dari rubrisit

- Inti: bulat, kecil, kromatin padat, warna biru gelap

- Sitoplasma: merah kebiruan

Eritrosit polikromatik - Masih ada sisa-sisa kromatin inti

- Sitoplasma warna violet / kemerahan / sedikit biru

- Fase ini disetarakan dengan retikulosit

Eritrosit - ukuran 6-8 µm

- Sitoplasma kemerahan

- Bagian tengah pucat, karena bentuk bionkap


(cekung)

- Bentuk bulat, tepi rata

14
Morfologi Leukosit/ Sel darah Putih/ White Blood Cell
Leukosit
- Ukurannya lebih besar dari eritrosit ( 5-9 µm)

- Jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit ( + 7000 sel/


mm3

- Memiliki inti sel

- Bentuknya tidak tetap (ameboid) dan bentuk intinya


bervariasi

- Tidak berwarna bening.

- Dapat bergerak dan menembus dinding kapiler.

Granulosit ( Basofil, eosinophil, neutrophil)


Basophil
- Jumlah normalnya 1%

- Sel nya berdiameter 9-10 µm

- Sitoplasmanya dipenuhi granula besar

- Berperan dalam respon alergi

- Mengandung heparin dan histamine

- Bersirkulasi 1-2 hari


Eosinophil
- Jumlah normalnya 8%

- Diameter sel nya 9 µm

- Mengandung 2 lobus

- Inti yang tidak teratur (mirip neutrophil)

- Granulanya lebih berwarna merah mudacerah

- Peran utamanya merespon reaksi alergi


Neutrofil
- Inti sel banyak terdiri dari 3-5 lobus dan bentuknya
tidak teratur

- Jumlah normalnya berkisar 60-70%

15
- Sel nya berdiameter 12-15 µm

- Sitoplasmanya transparan dan banyak mengandung


granula azurofilik (pink)

- Mampu bergerak aktif seperti amoeba

- Mampu menelan berbagai zat disebut proses


fagositosis

Agranulosit (limfosit dan Monosit)


Limfosit
- Jumlahnya 25%

- Berdiameter 12-16 µm

- Intinya berwarna gelap dan berbentuk bulat

- Sitoplasmanya berwarna biru langit

- Memiliki sel T dan sel B dan sel natural killer


Monosit
- Jumlahnya 6%

- Sitoplasmanya tidak bergranula

- Berdiameter 16-20 µm

- Dalam aliran darah disebut monosit

- Jika terdapat dalam jaringan infeksi disebut


makrofag

- Bersirkulasi 3-4 hari

- Merespone terjadinya peradangan

Morfologi Trombosit / Keping Darah / Platelet


Trombosit
- Berbentuk cakram tidak beraturan

- Tidak mempunyai inti sel

- Berukuran 1-4 µm

- Berasal dari sel megakariosit

16
- Masa hidupnya 9-10 hari

- Jumlah trombosit pada tubuh 150.000-


350.000 ml/ darah

3. 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit dan Trombosit


dalam Laboratorium

 Pra analitik

Keselahan pada proses pra analitik dalam pemeriksaan laboratorium dapat memberikan
kontribusi sekitar 62% dari total keseluruhan pemeriksaan Laboratorium (Mengko R.,
2013). Proses pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan / pengumpulan
spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen dan termasuk
dalam pemberian antikoagulan serta penyimpanan spesimen (Riswanto, 2013).

1. Persiapan Pasien

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra analitik yang
dapat mempengaruhi pemeriksaan laboratorium seperti aktivitas fisik, puasa, diet,
stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi,
obat), usia, jenis kelamin, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi dan lainnya.
Karena hal-hal tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa pemeriksaan
hematologi, maka pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel
(Riswanto, 2013).

2. Persiapan Pengumpulan Sampel

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan yaitu


volume mencukupi, kondisi baik/tidak lisis, dan segar/tidak kadaluwarsa, pemakaian
antikoagulan atau pengawet yang tepat, ditampung dalam wadah yang memenuhi
syarat, dan identitas benar sesuai dengan data paien (Riswanto, 2013).

3. Pengambilan Spesimen

17
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

a. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan


benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

b. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

1) Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada
yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

2) Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
mencegah spesimen tumpah.

3) Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

4) Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak
terjadi hemolisis.

5) Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.

6) Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut


perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keraskeras agar tidak hemolisis.

 Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1) Pemasangan turniquet terlalu lama

2) Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan
trombosit menurun.

3) Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan eritrosit, leukosit, dan
trombosit menurun.

4) Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau


keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(Riswanto, 2013).

4. Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang digunakan untuk mencegah proses pembekuan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang
diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan
(Riswanto, 2013). Jenis antikoagulan yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis
pemeriksaan yang diminta. Perbandingan volume darah dan antikoagulan harus

18
sesuai dan tepat karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan yang tidak sesuai
dengan kenyataan (Wirawan. R dan Silman.E, 1996). Ada beberapa antikoagulan yg
banyak digunakan utk pemeriksaan laboratorium, diantaranya :

a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid ) Antikoagulan EDTA dapat


digunakan dalam dua bentuk yaitu berupa cair dan zat kering. Sampai saat ini
EDTA dalam bentuk serbuk masih banyak digunakan di berbagai laboratorium
dan untuk memudahkan pengukuran maka dibuat menjadi larutan 10%
(Gandasubrata, 2010). Antikoagulan EDTA umumnya tersedia dalam bentuk
garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan
cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan dibanding
dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi selsel darah, sehingga
ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,
KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dan penentuan
golongan darah Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),
dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA
dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA
biasanya digunakan dalam bentuk cair. Na2EDTA biasanya digunakan dengan
konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus tepat karena apabila
jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA
kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan mengalami
disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan
pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan tabung untuk
menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan bekuan darah (Riswanto,
2013).

b. Sitrat

Trisodium sitrat dihidrat (Na3C6H5O7.2H2O) atau sitrat bekerja dengan


mengikat atau menghelasi kalsium. Digunakan dalam bentuk cair sebagai
trisodium sitrat dihidrat 3,2% (109 mmol/L). Antikoagulan ini digunakan untuk
pengujian sistem pembekuan darah karena paling baik dalam memelihara faktor-
faktor pembekuan darah dan mengembalikan kalsium kedalam spesimen selama
proses pemeriksaan serta dapat dengan mudah mengembalikan efek pengikatan.
Penggunaan Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan
erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau KED/LED cara Westergreen.

19
Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah (Riswanto, 2013).

c. Heparin

Antikoagulan ini bersifat seperti antirombin, tidak mempengaruhi bentuk eritrosit


dan leukosit. Heparin dapat dipakai sebagai larutan ataupun dalam bentuk kering
dengan konsentrasi penggunaan adalah 1 mg heparin kering untuk 10 ml darah.
(Gandasoebrata, 2010). Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida
yang bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin
sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga macam
heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga
macam heparin tersebut, lithium heparin paling banyak digunakan sebagai
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.
Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT
(osmotic fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah 0.1 – 0.2 mg/ml
darah. Heparin tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan darah karena
menyebabkan latar belakang biru (Riswanto, 2013).

d. Oksalat

Oksalat bekerja dengan mencegah pembekuan darah dengan cara mendapatkan


kalisum dalam darah. Antikoagulan ini dapat dijumpai sebagai ammonium,
lithium, kalium (potassium) dan natrium (sodium). Natrium oksalat (Na2C2O4)
0,1 N digunakan untuk pengujian faktor pembekuan darah misalnya PPT (plasma
prothrombin time) dengan perbandingan 9 bagian darah ditambah 1 bagian Na
oksalat. Kalium oksalat digunakan bersama dengan natrium fluorida untuk
penentukan kadar glukosa darah, dimana fungsinya adalah sebagai antiglikolisis
yang mencegah metabolisme glukosa oleh sel (Riswanto, 2013).

 Analitik

Proses analitik adalah tahap pengerjaan sampel sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
(Depkes RI, 1999).

1. Bahan Pemeriksaan

Pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit dapat menggunakan darah vena
maupun darah kapiler. Pemeriksaan dengan darah kapiler memberikan hasil lebih
rendah dibandingkan darah vena. Pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit dan
trombosit dengan darah kapiler menggunakan alat automatik diperlukan darah
20
kapiler sebanyak 20 ul.

2. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat

Alat pemeriksaan bila tidak dilakukan perawatan secara rutin maupun kalibrasi
maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit
menjadi lebih tinggi atau menjadi rendah. Upaya untuk mengkoreksi alat
hematology analyzer merupakan sebuah upaya yang baik karena kita tahu bahwa
tidak semua alat luput dari kesalahan dan ketidaktelitian. Perlu adanya pemahaman
untuk menilai dan memilah kesalahan yang mungkin terjadi saat pengerjaan dengan
metode hematology analyzer. Setiap laboratorium mengklaim bahwa hasilnya lebih
akurat bahkan pakai darah kontrol dibandingkan laboratorium lain. Alasan ini bisa
dipatahkan bila pra analitiknya buruk, misal darah tidak segera dicampur dengan
antikoagulan, kelebihan antikoagulan, tidak segera diperiksa (dalam waktu 1 jam
lebih bagus), tidak dikocok sebelum diperiksa dan botol yang digunakan dari
plastik/polietilen.

Pemeriksaan darah lengkap umumnya telah menggunakan mesin penghitung


automatik (hematology analyzer). Pemeriksaan dengan mesin penghitung automatik
dapat memberikan hasil yang cepat. Namun, alat hitung automatik/analyzer
memiliki keterbatasan ketika terdapat sel yang abnormal, misalnya banyak
dijumpainya sel-sel yang belum matang pada leukemia, infeksi bakterial, sepsis, dan
sebagainya. Dalam kasus jumlah sel yang sangat tinggi dimana alat tidak mampu
menghitungnya, maka pemeriksaan manual menjadi pilihan untuk dilakukan .
Penyebab kesalahan pada hasil alat hitung automatik (hematology analyzer) :

a. Salah cara sampling

b. Salah penyimpanan spesimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama


sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah.

c. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogen, terutama bila tidak memiliki
alat pengocok automatik (rotator) maka dikhawatirkan tidak sehomogen saat
sampel darah diambil dari tubuh pasien. Ini merupakan kesalahan fatal yang
sering terjadi pada saat pemeriksaan.

d. Kehabisan reagent lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat pengukuran
sel tertentu.

e. Kalibrasi dan kontrol tidak benar. Tidak melakukan kalibrasi secara berkala dan
21
darah kontrol yang digunakan sudah mengalami expired date tapi tetap dipakai
karena menghemat biaya operasional.

f. Carry over, homogenisasi, volume kurang. Untuk alat jenis open tube maka,
penyebabnya salah saat pada memasukkan sampel pada jarum sampling alat,
misal jarum tidak masuk penuh ujungnya pada darah atau darah terlalu sedikit
dalam tabung atau botol lebar sehingga saat dimasukkan jarum tidak terendam
seluruhnya. Untuk jenis close tube kesalahan hampir sama juga, yaitu tidak
memenuhi volume minimum yang diminta oleh alat. Untuk tipe close tube
menggunakan cara predilute, perlu dikocok dahulu saat pengenceran darah
dengan diluent.

g. Alat atau reagen rusak. Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai
(warning : temperature ambient abnormal) dan kondisi meja yang tidak baik.
Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh udara luar
karena packing yang jelek (Sainssyiah, 2010).

Perawatan alat secara rutin perlu dilakukan dengan melakukan perawatan harian
yaitu EZ cleanser yaitu untuk menghancurkan sisa bekuan atau sisa pembuangan
darah yang tidak sempurnadan melakukan kalibrasi dengan menggunakan
kalibrator komersial atau sampel darah segar. Kalibrasi diperiksa secara teratur
dengan menggunakan program pemantapan mutu yang biasa dilakukan setiap
laboratorium, sesuai dengan persyaratan laboratorium yang baik, verifikasi yang
mencakup quality control harian pada setiap shift dan juga pada setiap perubahan
nomor lot reagen. Alat yang digunakan untuk penelitian ini sudah dilakukan
pemeliharaan alat secara rutin dan kalibrasi.

3. Kualitas reagen

Reagen (diluent, lyse, rinse) harus diperlakukan sesuai aturan yang diberikan pabrik
pembuatnya termasuk cara penyimpanan, penggunaan dan expired nya. Pemakaian
reagen yang sudah rusak oleh karena sudah expired maupun salah dalam suhu
penyimpanan akan menyebabkan penurunan jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit.
Hal ini dapat diatasi dengan pemakain reagen yang tidak expired dan penyimpanan
reagen pada suhu yang sudah ditentukan pabrik pembuatnya yaitu pada suhu 15-
300C.

4. Faktor pemeriksa

22
Faktor pemeriksa juga dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan jumlah
eritrosit, leukosit dan trombosit, bila sampel tidak dicampur/dikocok dengan benar
sebelum sampel diperiksa atau pada saat sampel dihisap oleh penghisap sampel tidak
sampai dasar tabung sampel atau hanya pada permukaan tabung sampel, maka hasil
pemeriksaan jumlah trombosit menjadi rendah. Hal ini memerlukan pemeriksa yang
berpengalaman dan terlatih.

 Pasca Analitik

Proses pasca analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk
meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar-benar valid atau dapat
dipertanggungjawabkan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan di laboratorium harus
dilakukan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil pemeriksaan (Depkes RI,
1999).

23
3. 4 SOP (Standar Operasional Prosedure) Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit, dan
Trombosit

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT

Pengertian P Pemeriksaan hitung eritrosit adalah pemeriksaan laboratorium dengan


bahan pemeriksaan darah segar yang bertujuan menghitung jumlah
eritrosit dalam darah.

Tujuan Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan hitung sampel eritrosit.


Alat :
Alat dan
1. Haemocytometer yang terdiri dari:
Bahan
- Pipet Thoma Eritrosit (dengan batu berwarna merah)

- Kamar Hitung / bilik hitung (improved neubauer)

- Aspirator

2. Cover Gelas/ deck glass

3. Mikroskop

24
4. Tisu

Bahan :
1. Darah kapiler/ darah vena
2. Larutan hayem

1. Hisap darah kapiler/darah EDTA dengan pipet thoma eritrosit


Prosedure
sampai tepat pada garis 0,5.
2. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet
dengan cara menghapus dari pertengahan pipet kebawah
dengan tissue secara cepat.
3. Masukkan ujung pipet dalam larutan Hayem sambal menahan
darah pada garis tadi. Pegang pipet dengan sudut 45º dan
larutan Hayem dihisap perlahan-lahan (jangan sampai timbul
gelembung udara) sampai garis 101.
4. Angkat pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan ujung jari
lalu lepaskan karet penghisap.
5. Kocok pipet dengan menutup ujung-ujung pipet dengan ibu
jari dan jari tengah selama 2-3 menit. Bila tidak akan segera
diperiksa, letakkan pipet tersebut dalam posisi horizontal.
6. Ambil kamar hitung Improved Neubauer yang bersih,
letakkan kamar hitung ini dengan kaca penutup terpasang
mendatar diatasnya.
7. Kocok kembali pipet yang telah diisi tadi, kemudian buanglah
cairan dalam batang kapiler pipet sebanyak 3-4 tetes dan

25
segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30º pada
permukaan kamar hitung. Biarkan kamar hitung terisi secara
perlahan-lahan dengan sendirinya.
8. Baca kamar hitung dibawah mikroskop memakai lensa
objektif 10x kemudian diganti 40x pada 5 bidang kecil.
9. Hihitung jumlah sel eritrosit yang ditemukan kemudian dikali
10.000 didapat hasil hitung eritrosit per mm3darah.
Perhitungan :
Menghitung sel eritrosit di area hitung eritrosit, dengan rumus
sebagai berikut :
Jumlah Eritrosit = N X 10.000
N = Jumlah sel eritrosit yang ditemukan pada area hitung eritrosit

10. laporkan hasil perhitungan jumlah eritrosit melalui formulir


hasil pemeriksaan laboratorium.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

Pengertian Sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan hitung leukosit.


Untuk menghitung jumlah sel darah putih pada sampel pasien.
Tujuan
Alat :
Alat dan
1. Hemocytometer, yang terdiri dari :
Bahan
- Kamar hitung improved neubauer

- Pipet thoma leukosit (dengan batu berwarna putih)

26
- Aspirator

2. Mikroskop

3. Counter

4. Deck glass / cover glass

5. Cawan petri (diisi tissue yang sudah dibasahkan dengan air)


Bahan :

1. Larutan turk

27
2. Sampel darah

Prosedure 1. Cuci tangan dan gunakan APD lengkap seperti masker,


handscoen, dan jas lab.

2. Jika hemocytometer basah bersihkan dengan tekan perlahan


saja menggunakan tissue. Tidak disarankan untuk digosok.

3. Siapkan cawan petri untuk inkubasi.

4. Siapkan alat Haemocytometer, yaitu Bilik Hitung - Imporved


Neubauer dan ambil pipet thoma leukosit untuk menghitung
leukosit. Kemudian spuit yang sudah ada aspiratornya
dipasang pada pipet thoma leukosit.

5. Homogenkan sampel darah. Selanjutnya pipet darah sampai


angka Kemudian bersihkan pinggiran pipet menggunakan
tissue.

6. Untuk menghindari kontaminasi sebaiknya reagen truk


dituang di tutup botol. Selanjutnya pipet reagen truk sampai
angka 101 pada pipet thoma leukosit. Kemudian bersihkan
lagi pinggiran pipet menggunakan tissue.

7. Selanjutnya lepas pipet thoma leukosit dari spuit dan pipet


thoma leukosit dihomogenkan membentuk angka 8.
Homogenkan selama 1 menit.

8. Sambil menunggu homogen, siapkan deglass dan letakkan di


atas Bilik Hitung - Imporved Neubauer.

9. Setelah dihomogenkan selama 1 menit buang 4 tetes pertama.

10. Selanjutnya teteskan pada bilik hitung yang sudah ditutup


dengan deglass tadi. Teteskan di ujung atas bilik hitung.
Dengan adanya gaya kapilaritas maka tetesan darah akan

28
bergerak dengan sendirinya memenuhi bidang yang dimiliki
bilik hitung.

11. Selanjutnya bilik hitung yang sudah di tetesi darah diinkubasi


selama 5 menit di dalam cawan petri yang berisi tissue yang
sudah dibasahi air.

12. Setelah inkubasi selesai, lakukan pemeriksaan menggunakan


mikroskop.
Rumus Perhitungan:

N : jumlah sel
V : volume kamar hitung
P : pengenceran
Nilai Normal Leukosit 4.000 – 11.000 sel/μl darah.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT

Pengertian Hitung trombosit adalah pemeriksaan untuk mengetahui kadar


trombosit dalam darah.

Tujuan Untuk menghitung jumlah trombosit pada sampel pasien.


Alat:
Alat dan
Bahan 1. Hemocytometer, yang terdiri dari :
- Kamar hitung improved neubauer

- Pipet thoma eritrosit (dengan batu berwarna merah)

29
- Aspirator

2. Mikroskop

3. Counter tally

4. Deck glass / cover glass

5. Cawan petri (diisi tissue yang sudah dibasahkan dengan air)


Bahan:
Bisa menggunakan reagen rees ecker atau reagen amonium oksalat

1. Reagen (Larutan rees ecker)

2. Reagen amonium oksalat

30
3. Sampel darah (sebelum digunakan harus dihomogenkan)

Prosedure 1. Cuci tangan dan gunakan APD (jas lab, masker, handscoen).

2. Siapkan cawan petri yang berisi tisue yang sudah dibasahi air.
Untuk inkubasi.

3. Siapkan improved neubauer dan tutup dengan cover glass.

4. Ambil pipet thoma eritrosit pasangkan dengan aspirator.

5. Kemudian pipet sampel darah (yang sudah dihomogenkan)


sampai angka 0,5. Kemudian usap dengan tissue.

6. Selanjutnya pipet ress ecker sampai angka 101. Kemudian


lepas aspirator dan homogenkan membentuk angka 8 selama
kurang lebih 1 menit.

7. Buang 3-5 tetes pertama.

8. Selanjutnya teteskan pada bilik hitung yang sudah ditutup


dengan deglass tadi. Teteskan di ujung atas bilik hitung.
Dengan adanya gaya kapilaritas maka tetesan darah akan
bergerak dengan sendirinya memenuhi bidang yang dimiliki
bilik hitung.

9. Selanjutnya bilik hitung yang sudah di tetesi darah diinkubasi


selama 5 menit di dalam cawan petri yang berisi tissue yang
sudah dibasahi air.

10. Setelah inkubasi selesai, lakukan pemeriksaan menggunakan


mikroskop.

31
Rumus Perhitungan:

N : jumlah trombosit total


V : volume kamar hitung
(PxLxT)
P : pengenceran (200 kali)
Nilai normal trombosit 150.000–450.000 sel/mm3

32
BAB 1V
PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Sel darah adalah semua sel dalam segala bentuk yang secara normal ditemukan dalam
darah. Darah terbagi dalam 4 komponen yaitu: sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), keping darah (trombosit) dan plasma darah. Eritropoiesis merupakah
istilah untuk menunjukkan proses pembentukan eritrosit di dalam sumsum tulang.
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang hingga
terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh
hormon eritropoietin. Eritropoiesis terbagi dalam 6 tahap maturasi (pematangan) yang
berurutan yaitu rubriblast, prorubisit, rubrisit, metarubrisit, retikulosit, dan eritrosit.
Leukopoiesis merupakah istilah untuk menunjukkan proses pembentukan dan
pematangan leukosit di dalam sumsum tulang. Leukopoiesis ini dirangsang oleh adanya
colony stimulating (faktor perangsang koloni). Jenis leukosit dibagi menjadi 2 yaitu
granulosit (bergranula) terdiri dari basophil, eosinophil, neutrofil dan agranulosit (tidak
bergranula) terdiri dari limfosit dan monosit. Trombopoiesis merupakah istilah untuk
menunjukkan proses pembentukan trombosit di dalam sumsum tulang. Proses ini
dipengaruhi oleh hormone trombopoietin. Trombosit berperan penting dalam proses
pembekuan darah jika tubuh mengalami luka dan trombosit merupakan fragmen dari
sel-sel pada sumsum tulang yang disebut megakariosit.

4. 2 Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Maka akan lebih baik lagi jika ada saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini, namun
sebagai manusia biasa penulis hanya bisa berharap semoga bisa bermanfaat dan mudah-
mudahan memenuhi fungsi sebagaimana mestinya

33
DAFTAR PUSTAKA

A.V. Hoffbrand, J. E. Petit , P.A.H. Moss, 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi
4. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bakta I.M, 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.
Bloom William, Don W. Fawcett. 2002. Buku ajar histologi. Edisi 12. Terjemahan
Jan Tambayong. Jakarta: EGC
Brown B A. 1993. Routine Hematology Procedures. In Hematology: Principles and
Procedures. 6th ed. USA: Lea & Febiger. P.83-126.
Depkes RI, 1999. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar. Departemen Kesehatan
RI:
Jakarta.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan 16. Jakarta: Dian
Rakyat.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Handayani, W dan Haribowo, A.S 2008. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.
Mengko.R. 2013.Instrumen Laboratorium Klinik. ITB:Bandung
Nugraha, G. 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.
Cetakan pertama. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Rosita L, 2006. Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan per 1000
Eritrosit dan per 500 Eritrosit Dibanding Metode Automatik, Jurnal Logika. Vol
3, No 1 (2006).
Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedika dan Kanal
Medika. Yogyakarta.
Sainssyiah, 2010.Validasi analitik hematology analyzer.
Sheerwood, L., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Sloane E, 2008 Pengantar Hematologi dan Imun-Hematologi. Edisi 4. Jakarta
Wirawan, Riadi dan Erwin Silman.1996. Pemeriksaan Laboratorium Hematology
Sederhana, Edisi ke tiga, Jakarta Fakultas Kedokteran UI.
Widodo. Djoko, 2009,Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

34

Anda mungkin juga menyukai