Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

FLEBOTOMI DENGAN PENYULIT DAN KOMPLIKASI FLEBOTOMI

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah flebotomi yang diampuh oleh
Ibu Amanda Susi Haryanti., A.Md A.K.S.Psi

Oleh:

1. Christini Maesang / 2014313453013


2. Claudya Putri Rudolof / 2014313453002
3. Dewita Nggua / 2014313453026
4. Diki Yohanis Abner Sapteno /2014313453027
5. Dinar Silky Azizah /2014313453023
6. Putri Ayu Ningtyas /2014313453017
7. Tasya Pattakaihatu /2014313453028

PRODI TEKNIK LABORATORIUM MEDIK

STIKES MAHARANI MALANG

APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Flebotomi dengan Penyulit
dan Komplikasi Flebotomi”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Amanda Susi Haryanti., A.Md A.K.S.Psi pada mata kuliah Flebotomi. Makalah
ini berisikan flebotomi normal, flebotomi dengan penyulitnya, macam-macam vena untuk
pengambilan darah, faktor penyulit pengambilan darah vena, pemilihan alat untuk flebotomi,
komplikasi pengambilan darah, dan SOP pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Amanda Susi Haryanti., A.Md A.K.S.Psi
selaku dosen pada mata kuliah Flebotomi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik serta saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu diharapkan, dan semoga makalah ini bisa berguna bagi yang
lain juga. Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat.

Malang, 25 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1. 3 Manfaat ................................................................................................................. 2
1. 4 Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
DASAR TEORI................................................................................................................... 3
2.1 Flebotomi .............................................................................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
3. 1 Flebotomi Normal ................................................................................................. 6
3. 2 Macam-macam Vena untuk Pengambilan Darah .................................................... 6
3. 3 Flebotomi dengan Penyulit .................................................................................... 8
3. 4 Faktor Penyulit dalam dalam Pengambilan Darah Vena ....................................... 18
3. 5 Pemilihan Alat ..................................................................................................... 19
3. 6 Komplikasi Flebotomi ......................................................................................... 25
3. 7 SOP Pengambilan Darah Vena, Arteri, Kapiler .................................................... 36
BAB IV ............................................................................................................................. 49
PENUTUP......................................................................................................................... 49
4. 1 KESIMPULAN ................................................................................................... 49
4. 2 SARAN ............................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 50

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah ada sejak lama yang telah dikenal
manusia dan menjadi bagian dari kegiatan pengobatan pasien. Teknik pengeluaran
darah yang pertama (tahun 100 SM) dilakukan oleh dokter-dokter Syria dengan
menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan sebutan “Bapak Ilmu
Kedokteran” (abad 5 SM) seni pengambilan darah mengalami banyak perubahan,
demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan penampungan bahan
darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan pertama kali sebelum abad ke
5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini
seorang dokter (practitioner) melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa
lubang. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah diperoleh di
pasaran (Alimul Hidayat, dkk. 2004). Pemeriksaan Laboratorium yang dirancang
untuk tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau pengobatan, dan juga
sebagai panduan untuk mempermudah dokter dalam menentukan jenis
pemeriksaan bagi pasien. Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik
merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap
hasil pemeriksaan laboratorium. Dimana yang harus diperhatikan dalam hal
pengelolaan spesimen adalah cara pengambilan, penyimpanan atau pun
pengiriman spesimen. Adapun tujuan dari pemahaman cara pengelolaan
spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat memberikan hasil yang akurat
dalam pemeriksaan secara makroskopis atau mikroskopis dan spesimen tidak rusak
dalam rentang waktu pengiriman ke laboratorium (Bakta, I. 2006). Dalam
pemerikaasan biologis untuk menilai kesehatan seseorang diperlukan suatu
spesimen baik berupa darah maupun urine sebagai agent atau bahan uji. Sejauh ini
spesimen darah masih menjadi pilihan utama pada beberapa pemeriksaan. Pada
spesimen darah sendiri, cara pengambilannya berbeda dengan pengambilan
spesimen urine. Pengambilan spesimen darah Membutuhkan teknik khusus dan
disarankan dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman, sehingga tata cara

1
pengambilan spesimen darah melalui teknik flebotomi dianggap penting untuk
dilakukan. Flebotomi (dalam bahasa Inggris : phlebotomy) berasal dari kata Yunani
phleb dan tomia, yang mana Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti
mengiris atau memotong “cutting”. Dahulu dikenal dengan istilah venasectie (dari
Belanda), venesection atau venisection (dari Inggris). Jadi tidaklah tepat karena
flebotomi sebenarnya diarahkan pada pengambilan darah dengan cara vena seksi
(venasection) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena, darah
kapiler, dan darah arteri. Tujuan flebotomi adalah untuk menghindari kesalahan saat
pengambilan darah yang dapat mempengaruhi pemeriksaan (Arif, M. 2011).

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa itu flobotomi normal?
2. Apa macam-macam vena untuk pengambilan darah?
3. Bagaimana flebotomi dengan penyulitnya?
4. Apa faktor penyulit dalam dalam pengambilan darah vena?
5. Bagaimana pemilihan alat untuk flebotomi?
6. Apa saja komplikasi yang dapat timbul pada flebotomi?
7. Bagaimana SOP pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri?
1. 3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan flebotomi normal.
2. Untuk mengetahui macam-macam vena untuk pengambilan darah.
3. Untuk mengetahui flebotomi dan penyulitnya.
4. Untuk mengetahui faktor penyulit dalam dalam pengambilan darah vena.
5. Untuk mengetahui pemilihan alat yang digunakan untuk flebotomi.
6. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat timbul pada flebotomi.
7. Untuk mengetahui SOP pengambilan darah vena, kapiler, dan arteri.
1. 4 Tujuan
Untuk mengetahui apa saja penyulit flebotomi dan komplikasi flebotomi.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Flebotomi
Flebotomi merupakan tindakan untuk mendapatkan spesimen darah dapat melalui vena
(venipuncture), melalui pembuluh darah arteri (arterial puncture) dan melalui kapiler
(capillary puncture) untuk diperiksa di laboratorium. Flebotomis sendiri memiliki
kemampuan dan kewenangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, kemampuan ini
dapat diperoleh dari pelatihan, workshop atau pendidikan baik dari institusi atau
lembaga yang berwenang. Dalam melaksanakan tugas tersebut, flebotomis perlu
mengidentifikasi darah apa yang akan diambil dan peralatan apa yang seharusnya
dipakai. Seluruh tindakan flebotomi harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan
jumlah spesimen yang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium melalui berbagai tahap
yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan yang sering terjadi pada
pemeriksaan laboratorium klinik pada tahap pra analitik yaitu 32-75%, analitik 13-32%,
sedangkan pasca analitik 9-31%. Tahap pra analitik meliputi persiapan pasien,
pengambilan spesimen, penerimaan spesimen, pengolahan, penyimpanan, dan
pengiriman (Wolcott, Schwartz dan Goodman, 2008). Diantara beberapa faktor pra
analitik yang berpengaruh terhadap darah rutin yaitu lamanya pembendungan sampel
darah vena yang terlalu lama dapat menyebabkan hasil pemeriksaan menjadi meningkat
atau menurun dan merusak spesimen darah (Gandasoebrata, 2013). Hasil pemeriksan
laboratorium dapat dijadikan sebagai diagnosis jika dalam rangkaian proses
pemeriksaan tersebut akurat dan sampel tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
mengganggu dalam pemeriksaan laboratorium. Penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 61% dari semua kesalahan pengujian terjadi pada saat fase pra-analitik, Salah
satu kesalahan pra-analitik adalah dalam proses pengambilan dalah vena. Kesalahan
pra analitik adalah kesalahan yang terjadi sebelum spesimen diuji. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pada fase pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan
sampel, pengelolaan sampel, pengiriman sampel dan penyimpanan sampel (Kiswari,
2014). Pada persiapan sampel, flebotomis harus mengidentifikasi pasien dengan jelas,
petugas juga memberikan informasi dan instruksi tindakan yang akan dilakukan, serta
manfaat tindakan flebotomi tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang menenuhi persyaratan yaitu bersih, kering, tidak
3
mengandung sisa detergen bahan kimia dan terbuat dari bahan yang tidak mengubah
zat-zat di dalam sampel. Teknik pengambilan sampel juga harus dilakukan dengan
benar sesuai dengan standar. Sumber kesalahan yang terjadi pada pengambilan darah
yatu: tekanan pada tourniquet yang terlalu lama menyebabkan analit keluar dan masuk
ke dalam darah (menyebabkan hemokonsentrasi) dan homogenisasi darah dengan
antikoagulan yang tidak sempurna menyebabkan terbentuknya bekuan. Pada
pengiriman sampel perlu dilakukan dengan cara yang tepat untuk menjamin kualitas
sampel. Pengiriman sampel dilakukan dengan menggunakan wadah khusus yang dapat
ditutup rapat dan mudah dibawa. Sampel harus segera dikirim ke laboratorium dan
dapat ditunda selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan sampel. Penundaan yang
terlalu lama dapat menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Penyimpanan sampel dilakukan jika pemeriksaan
ditunda atau sampel akan dirujuk ke laboratorium rujukan. Lama penyimpanan
memperhitungkan jenis pemeriksaan, stabilitas sampel serta wadah sampel. Semua
pihak yang terlibat dalam proses pra analitik harus mempunyai tanggung jawab
terhadap mutu sampel, memahami pentingnya proses pra analitik dan harus mengenali
kemungkinan penyebab kesalahan pra analitik yang mempunyai konsekuensi terhadap
hasil pemeriksaan (Tri Ratnaningsih,2009). Pengambilan darah vena dengan
pembendungan menggunakan tourniquet berfungsi uintuk melihat vena yang berada
dibawah jaringan kulit dengan jelas. Pembendungan dengan tuourniquet pada masing-
masing teknik flebotomi memiliki lama dan waktu pelepasan yang berbeda-beda. Pada
orang dewasa biasanya dipakai pada salah satu vena yaitu fassa cubiti dan pada bayi
ada dua pilihan bisa menggunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagitalis
superior (Armal, 2019). Prosedur pengambilan darah vena terdiri dari dua cara, yaitu
setelah darah masuk ke dalam jarum spuit lalu tourniquet dilepaskan dan ketika darah
telah masuk ke dalam spuit atau darah yang didapakan sudah mencapai jumlah yang
diinginkan maka tourniquet dilepaskan. Perlakuan dalam menentukan waktu pelepasan
tourniquet dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan darah. Apabila tourniquet yang
diikatkan tidak segera dilepaskan atau dikendorkan maka akan menyebabkan
hemokonsentrasi (Armal, 2019). Pada saat dilakukan pembendungan, pembuluh darah
vena yang relatif lebih tipis menjadi lebih lebar dan menyebabkan pori - pori lapisan
dinding pembuluh darah darah terbuka dan karena adanya tekanan hidrostatik yang
memaksa cairan untuk keluar melalui pori- pori dinding pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Pengambilan sampel darah vena pada saat
4
terjadinya hemokonsentrasi akan mengakibatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
salah (Kiswari, 2014).

5
BAB III

PEMBAHASAN

3. 1 Flebotomi Normal
Flebotomi atau dalam bahasa inggris flebotomy berasal dari kata yunani phleb dan
omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris / memotong
(cutting ). Dulu dikenal istilah venasecle, Venesection. Dalam kegiatan pengumpulan
sampel darah dikenal istilah phlebotomi yang berarti proses mengeluarkan darah. Ada
3 macam cara untuk memperoleh darah yaitu skinpuncture,venipuncture, dan
arteripuncture. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu
istilah phlebotomis sering dikaitkan dengan pengambilan darah vena (venipuncture).
Pada pengambilan darah vena, umumnya diambil dari vena mediana cubiti yang
terletak pada sisi lipatan siku. Vena ini terletak di permukaan kulit, cukup besar, dan
tidak dekat dengan syaraf. Apabila tidak memungkinkan, vena cephalica dan vena
basilica bias menjadi pilihan dalam pengambilan darah vena. Venipuncture pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri
branchialis dan syaraf mediana. Jika vena basilica dan cephalica tidak dapat digunakan,
maka dapat dilakukan pengambilan darah di vena pergelangan tangan dan vena kaki.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik ( syringe), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer ).
3. 2 Macam-macam Vena Untuk Pengambilan Darah
1. Vena Mediana Kubiti
Vena mediana atau antekubiti merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah
dan umumnya terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena
basilika dan yang lainnya berhubungan dengan vena sefalika. Vena mediana kubiti
ini biasanya digunakan untuk pengambilan sampel darah. Keuntungan dari
pemilihan vena ini adalah mudah dilakukan penusukan karena ukuran vena yang
besar dan cenderung cenderung stabil. Sedangkan Kerugiannya adalah dapat
membatasi gerakan dari lengan pasien, karena posisinya di lipat siku dan vena ini
sering diperlukan untuk pengambilan sampel darah.

6
Gambar vena mediana kubiti (median cubital vein)
2. Vena Basilika
Vena basilika ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah. Vena ini berjalan ke atas
pada bagian posterior atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah
permukaan anterior atau region antekubiti. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas
dan memasuki jaringan yang lebih dalam. Keuntungan memilih vena basalika ini
adalah sama seperti vena sefalika, biasanya lebih lurus dari vena sefalika sedangkan
Kerugiannya adalah vena ini cenderung berputar yang menyebabkan posisi pasien
mungkin agak kurang nyaman selama pungsi vena.
3. Vena sefalika
Vena sefalika merupakan pembuluh darah vena yang terletak di lengan bagian
bawah pada posisi radial lengan yang posisinya sejajar dengan ibu jari. Vena ini
berjalan ke atas sepanjang bagian luar dari lengan bawah dalam region antekubiti.
Vena sefalika lebih kecil dan biasanya lebih melengkung dari vena basilika.
Keuntungan memilih vena sefalika adalah dapat menggunakan kateter ukuran bsar
untuk infus yang cepat. Pilihan yang baik untuk pemberian cairan infus yang
mengandung larutan yang mengiritasi pembuluh darah. Kerugian vena sefalika ini
adalah bentuknya lebih melengkung daripada vena basilica. Hal ini biasanya
merugikan jika memasang IV kateter yang lebih panjang.
4. Vena antebrachial
Ekstrimitas atas tubuh antara siku dan pergelangan tangan.

7
Gambar pembuluh darah vena pengambilan darah

5. Vena suphenous
Vena suphenous terletak pada tungkai kaki. Vena ini merupakan vena terpanjang di
tubuh, mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan mengalirkan darah dari bagian
medial kaki serta kulit sisi medial tungkai. Vena ini merupakan vena yang paling
sering menderita varises vena tungkai.

3. 3 Flebotomi dengan Penyulit


Tindakan flebotomi tidak selalu berhasil dan terkadang mengalami kegagalan.
Tindakan flebotomi lebih dari dua kali pada satu tempat tidak diperbolehkan.
Konsultasikan kepada supervisor apabila terjadi dua kali kegagalan dengan disertai
catatan tentang kemungkinan penyebab kegagalan yang terjadi. Faktor penyebab
kegagalan dalam flebotomi antara lain:
a). Geriatric patien (pasien lansia )
Aspek emosional dan fisik pasien geriatric (lansia )
Faktor penderita yang kurang kooperatif disebabkan penderita merasa ketakutan,
sehingga penderita menolak untuk dilakukan pengambilan darah. Cara
mengatasinya dengan mencari bantuan petugas lain dan menenangkan pasien agar

8
pasien mengerti perlunya dilakukan pengambilan darah. Bila tidak berhasil
jelaskan secara tertulis pada lembaran permintaan laboratorium. Periksa alat
komunikasi apakah berfungsi dengan baik: memastikan kacamatanya, hearing-aids
(Alat Bantu Dengar), dan gigi palsu apakah berfungsi dengan baik. Adanya
Deformitas (suatu kondisi kelainan bentuk tulang dimana struktur tulang berubah
dari bentuk yang seharusnya) pada anggota gerak, rasa nyeri tertentu misalnya
nyeri dipunggung, posisi tubuh pasien. Suhu tubuh, penyakit kronis.
1. Resiko jatuh
Keadaan fisik dari pasien lansia yang sudah lemah, pergerakan fisik tidak
seimbang,dan butuh bantuan untuk bergerak beresiko jatuh dalam proses
flebotomi.
Cara penanganannya yaitu dengan meminta bantuan kepada keluarga atau
petugas lain untuk bantu memegang pasien tersebut .
2. Alat untuk flebotomi pada pasien geriatric
Alat untuk pasien geriatric juga harus di perhatikan misalnya jarum suntik,
pembendung darah (tourniquet) disesuaikan dengan pasien tersebut untuk
mendapatkan hasil yang maksimal pada proses flebotomi. Gunakan Plester
hipo-alergenik (sangat baik diunakan pada kulit sensitive). Hati-hati kulit pasien
geriatrik tipis dan mudah lecet.
3. Tempat untuk pengambilan darah kapiler dan vena
Lokasi pengambilan darah pada pasien geriatric sama dengan orang dewasa.
Hanya saja petugas harus lebih ekstra sangat hati-hati karena faktor kulit dari
pasien geriatrik yang sudah keriput.
cara penanganannya yaitu dengan memposisikan lokasi pengambilan senyaman
mungkin, pastikan posisi pengambilan dan menahan kulit di sekitar lokasi yang
akan di ambil sampelnya.
4. Perubahan pada kulit
Perubahan pada kulit termasuk yaitu berkurangnya kolagen dan lemak subkutan
yang menyebabkan berkurangnya elastisitas dan penurunan kelembaban
sehingga kulit menjadi mudah untuk terluka. Pembuluh darah juga kehilangan
elastisitasnya, menjadi lebih rapuh dan mudah kolaps, sehingga mudah sekali
memar dan akibatnya sulit untuk mendapatkan darahnya. (Mc Call &
Tankersley, 2007). Pada saat pungsi vena, untuk mengatasi elastisitas kulit yang

9
berkurang sebaiknya fiksasi vena dengan meregangkan kulit pasien atau bisa
juga menggunakan wing needle.
5. Pendengaran dan penglihatan mulai berkurang
Pendengaran dan penglihatan mulai berkurang sehingga sulit untuk mendengar
dan menjawab pertanyaan serta mengikuti instruksi. Oleh karena itu berbicara
dengan jelas, perlahan dan lebih mendekat ke pasien. Jangan berteriak kepada
pasien. Berikan pasien waktu untuk menjawab dan merespon instruksi yang
diberikan. Pada pasien yang berkurang penglihatan, tuntun pasien ke tempat
flebotomi
6. Memori mulai menurun
Penyakit alzheimer dan bentuk lain demensia dapat menyebabkan pasien tidak
dapat berkomunikasi dengan benar, oleh karena itu untuk berkomunikasi perlu
saudaranya atau yang menemani pasien tersebut. Beberapa pasien alzheimer
dapat bersikap normal dan yang lain dapat bersikap gusar, karena itu jangan
diambil hati. Selalu lakukan pendekatan secara lembut dan profesional.
Gunakan kata-kata yang jelas, sederhana dan jelaskan secara perlahan. Kita
mungkin memerlukan asisten untuk memegang lengan pasien tersebut selama
proses pengambilan.
7. Berkaitan dengan penyakit :
- Stroke :
Biasanya terjadi kekakuan sendi siku dan pembengkakan tungkai sehingga akan
sulit untuk melakukan flebotomi pada sisi ini. Hindari sendi siku yang kaku dan
bengkak tersebut. Sendi yang kaku menyebabkan sulit menemukan vena dan
mendapatkan posisi yang tepat. Pengambilan pada bagian yang bengkak dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
- Parkison :
Parkinson dan stroke dapat mempengaruhi cara bicara. Kesulitan ini
menyebabkan pasien dan flebotomis sulit untuk berkomunikasi secara efektif.
Berikan pasien waktu untuk berbicara dan jangan memotong ucapannya.
Tremor dan pergerakan tangan pasien parkinson dapat menyulitkan
pengambilan darah dan pasien membutuhkan bantuan untuk dipegang. Lebih
baik gunakan wing needle untuk pengambilan darahnya.
- Arthritis :

10
Biasanya terjadi sejalan dengan proses penuaan dan juga akibat dari trauma
sendi. Pinggul dan lutut sering terjadi arthritis menyebabkan pasien sulit untuk
duduk atau bangun dari kursi pengambilan darah. Peradangan yang berkaitan
dengan arthritis ini dapat menyebabkan pembengkakan di sendi dan sakit
sehingga pergerakan pasien terbatas. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat
meluruskan lengannya atau membuka tangannya. Gunakan lengan lain yang
tidak terkena penyakit ini. Jika tidak ada pilihan, biarkan pasien memilih posisi
mana yang lebih nyaman. Gunakan wing needle untuk pengambilan sampel
pada posisi yang sulit/janggal tersebut.
- Diabetes :
Banyak pasien orang tua yang mengidap diabetes. Diabetes mempengaruhi
sirkulasi dan penyembuhan, khususnya pada ekstremitas bawah, oleh karena itu
hindari pungsi vena di vena paha, tungkai dan kaki serta skin puncture (Mc Call
& Tankersley, 2007). Tindakan aseptik sebelum flebotomi sangat penting
dilakukan untuk mencegah timbulnya infeksi.
8. Biasanya memakai kursi roda
Banyak pasien orang tua yang tergantung pada kursi roda atau begitu lemah
sehingga butuh kursi roda untuk dibawa ke laboratorium . Berhati-hatilah dalam
mendorong kursi roda dari tempat menunggu sampai tempat pengambilan
darah. Ingatlah untuk mengunci rodanya ketika mengambil darah pasien di kursi
roda. Jangan memindahkan pasien dari kursi roda untuk mengambil darahnya
karena dapat melukai pasien, flebotomis itu sendiri atau keduanya. (Mc Call &
Tankersley, 2007)

b). Hard to find vein (sulit menemukan vena)


Prosedur dalam menemukan pembuluh darah di Indonesia masih menggunakan
metode meraba tangan pasien dan melihat pembuluh darahnya. Pembuluh darah
vena merupakan pembuluh yang membawa darah menuju jantung dan
mengandung banyak karbon dioksida. Umumnya, pembuluh darah vena ada pada
permukaan dan tampak warna kebiruan. Apabila diraba, denyut jantung akan
terasa. Dinding pembuluh darah vena memang sangat tipis dan elastis. Selain itu,
darah tidak akan keluar kulit tetapi merembes ketika vena terluka. Meskipun
begitu, ada orang yang memiliki vena yang sulit ditemukan serta venanya sangat
rapuh. Pembuluh darah vena juga susah ditemukan jika seseorang memiliki badan
11
yang gemuk. Hal ini dikarenakan, pembuluh darah vena berada dibawah lapisan
lemak. Sebaiknya, asupan makanan bergizi perlu diperhatikan. Tentu saja
pembuluh darah vena tidak dapat dilihat dengan kasat mata atau bisa dilihat dengan
gelombang cahaya. Keadaan yang seperti inilah yang membuat tenaga medis
mengalami kesulitan dalam menemukan pembuluh darah vena. Sering ditemukan
bahwa dalam memasukkan cairan infus kadang dilakukan berkali-kali sampai
menemukan pembuluh vena yang tidak menyakiti pasien. Pemilihan pembuluh
darah vena yang nyaman tidak akan membuat trauma fisik dan psikologis pada
pasien. Maka jika pembuluh darah vena sulit ditemukan ada metode melihat
pembuluh darah vena dengan gelombang cahaya.
 Alat yang bisa digunakan untuk menemukan pembuluh vena yang sulit
1. Vein viewer atau Contrast Enhancer (VCE)
Merupakan alat untuk melihat posisi vena dengan memanfaatkan
prinsip penyerapan cahaya inframerah oleh darah sehingga darah
(pembuluh darah) terlihat jelas dan diproyeksikan secara real time pada
kulit. Vein viewer mampu memperlihatkan secara visual letak
pembuluh vena yaitu pembuluh yang mengantarkan darah menuju
jantung. Vein viewer dapat digunakan pada pasien anak-anak maupun
dewasa.
 Cara penggunaan Vein Viewer
Cara penggunaaan vein viewer sangat mudah yaitu tangan pasien cukup
diletakkan di bawah alat sejauh sekitar 30 cm. Kemudian, di kulit pasien
akan terlihat garis warna hijau transparan, garis warna hijau transparan
itulah yang disebut vena.

Gambar Vein viewer atau Contrast Enhancer (VCE)


2. Vein Vinder
Vein Finder adalah alat untuk melihat posisi vena dengan
memanfaatkan prinsip penyerapan cahaya inframerah oleh darah

12
sehingga darah (pembuluh darah) terlihat jelas. Vein Finder adalah Alat
untuk mendeteksi pembuluh darah di belakang tangan melalui transmisi
lampu merah LED yang digunakan untuk mempermudah pemasangan
infus. Vein Finder menggunakan cahaya inframerah untuk menyinari
bagian tubuh yang akan diukur. Vein finder ini hanya bisa digunakan
ditelapak tangan tidak bisa digunakan di lengan bahakan dikaki.
 Cara pakai vein finder :
1. Genggam pada bagian bola lampu LED nya
2. Putar saklar nya sehingga lampu LED menyala
3. Saklar putar diatur hingga cahaya yang keluar paling cocok
kekuatannya untuk membuat pembuluh darah terlihat lebih
jelas.
4. Setelah vena tertusuk, saklar putar diputar balik sehingga lampu
LED mati.

Gambar Vein Vinder

c). Vena yang mudah rusak


Dalam tubuh manusia, ada 3 jenis pembuluh darah yang memiliki fungsi vital, yaitu
pembuluh darah arteri, kapiler, dan vena. Arteri bertugas membawa darah dari
jantung ke seluruh tubuh, kapiler berfungsi sebagai tempat pertukaran air dan
bahan kimia antara darah dan jaringan, serta vena yang bertugas membawa darah
dari kapiler kembali ke jantung. Namun, dari ketiga pembuluh darah tersebut, yang
akan dibahas lebih lanjut saat ini adalah pembuluh vena. Seperti disebutkan tadi,
pembuluh vena berfungsi untuk membawa darah kembali menuju jantung, setelah
dialirkan ke seluruh tubuh. Itulah mengapa pembuluh ini juga sering disebut
dengan nama ‘pembuluh balik’. Pembuluh vena memiliki dinding yang tipis, tidak
elastis, dan memiliki katup di sepanjang pembuluhnya. Katup ini berfungsi agar

13
darah tetap mengalir satu arah, menuju jantung. Seperti bagian tubuh lainnya,
pembuluh vena pun dapat mengalami gangguan dalam menjalankan fungsinya.
Salah satu gangguan pada pembuluh vena yang cukup sering terjadi adalah DVT
(Deep Vein Thrombosis). Gangguan yang juga memiliki nama lain ‘trombosit
vena’ ini terjadi ketika terdapat gumpalan darah di pembuluh darah vena.
Gumpalan tersebut menyebabkan aliran darah melambat, dan kemudian membuat
daerah yang tersumbat menjadi bengkak. DVT dapat terjadi pada siapa saja, tetapi
lebih umum terjadi pada orang yang berusia lanjut, ibu hamil, orang yang secara
fisik tidak aktif (malas gerak), dan orang yang memiliki kelainan darah.
d). Neonates
Pengertian Neonatus Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama
kehidupan. Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama.
Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700
sampai 4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm. Dari ketiga
pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari
pertama.
 Ciri Neonatus
Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48- 53 cm,
lingkar kepala 33-35cm. Neonatus memiliki frekuensi denyut jantung 120-160
x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik.
e). Pasien Anak-anak
Aspek emosional
Melakukan pungsi vena pada pasien anak merupakan tantangan khusus dan
membutuhkan keahlian serta pengalaman yang cukup dari seorang flebotomis.
Karena itu segala usaha harus dilakukan untuk dapat mengambil sejumlah darah
yang diperlukan untuk pemeriksaan, karena bayi dan anak kecil mempunyai
volume darah yang lebih sedikit dibandingkan remaja dan dewasa (Mc Call &
Tankersley, 2007).
1. Berurusan dengan anak
Pada pasien anak, penting untuk mendapatkan kepercayaan mereka sama
seperti pada orang dewasa. Bagaimanapun anak biasanya mempunyai zona
nyaman yang lebih dalam, yang artinya kita tidak dapat terlalu dekat dengan
14
mereka seperti pada orang dewasa tanpa merasa terancam. Pendekatan ke
mereka secara perlahan dan kenali tingkat kecemasan atau ketakutan mereka
sebelum menyentuh lengan mereka untuk mencari venanya. Pendekatannya
bisa dengan teknik bermain.
2. Berurusan dengan orang tua/ penjaga
Jika orang tua atau pengasuh ada, hal penting bagi flebotomis untuk
mendapatkan kepercayaan mereka sebelum menjalankan prosedur tersebut.
Seorang flebotomis yang bersikap hangat dan ramah serta lembut, percaya diri
dan perduli akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dan juga mengurangi
kecemasan/ketakutan pasien. Orang tua dapat memberikan petunjuk sejauh
mana anak dapat kooperatif. Tanyakan pada mereka tentang pengalaman anak
dalam flebotomi untuk dapat memperkirakan sikap anak dan pendekatan yang
mungkin berhasil. Berikan mereka pilihan, tetap tinggal di ruangan atau
menunggu di luar sampai flebotomi selesai dilakukan. Kehadiran dan
keterlibatan mereka seharusnya dapat menenangkan. Penelitian menunjukkan
mengurangi kecemasan anak dan memberikan dampak positif terhadap
kelakuan anak. Penjelasan prosedur pengambilan kepada orang tua pasien.
Karena orang tua pasti lebih tau cara menyampaikan sesuatu pada anaknya,
agar anak lebih mudah memahami. Jangan membohongi pasien, Ibu atau
pengasuh (babby sitter) tentang tindakan medis yang akan dilakukan.
3. Cara pengambilan
Anak duduk dipangku, tempatkan lengan orang tua di sekeliling anak dan di
atas lengan yang tidak digunakan. Lengan yang lain membantu lengan yang
akan di pungsi vena dari belakang pada lekukan siku. Ini akan membantu
lengan anak tetap diam dan mencegah anak menggerak-gerakkan lengannya
selama pengambilan darah. Jika si anak berbaring, maka orang tua atau
flebotomis lain bersandar diatas anak pada sisi sebelah tempat tidur. Satu
lengan meraih lengan anak yang akan di pungsi vena dari belakang, tangan
yang satu memegang anak melewati tubuhnya agar lengan yang satunya aman.
- Prosedur vena pungsi pada anak dan bayi:

15
16
f). Pasien yang sulit untuk berkomunikasi
- Keterbatasan bahasa :
1. Jangan gunakan istilah medis
2. Gunakan kata yang sederhana dan simple
3. Lihat ekspresi wajahnya sehingga kita mengetahui apakah pasien
mengerti atau tidak.
4. Jika memberikan lengannya berarti pasien mengerti dan bersedia untuk
dilakukan flebotomi.
- Pasien yang bisu dan tuli
1. Jika pasien dapat membaca, kita dapat menulis instruksi di kertas
2. Gunakan bahasa isyarat.
- Pasien yang koma :
Selama sisi yang akan digunakan untuk flebotomi tidak terpasang alat apapun,
maka pungsi vena dapat dilakukan seperti biasanya.
- Pasien dengan gangguan emosional, agresif maupun kelainan jiwa yang lain:
1. Kita memerlukan asisten untuk membantu memegang pasien tersebut.
2. Gunakan wing needle untuk mengantisipasi pergerakan pasien.
g). Pasien yang menolak flebotomi
Apabila pasien menolak karena takut jarum maka kita bisa menyiasatinya dengan cara:

17
1. Pasien dianjurkan untuk tidak melihat ketika prosedur sedang dilakukan
2. Gunakan jarum yang kecil atau analgetik topikal.
3. Ingatkan pasien tersebut bahwa dokternya memerlukan hasil laboratoriumnya
untuk menentukan terapi terhadap pasien tersebut.
4. Jangan pernah beradu argumentasi atau marah kepada pasien (atau kepada
keluarga pasien).
5. Jangan pernah menyentuh pasien tanpa persetujuan mereka.
6. Jika pasien tetap menolak, laporkan bahwa pasien tidak mengijinkan pungsi
vena dilakukan kepada supervisor yang berwenang. Catat penolakan pasien
pada formulir penolakan tindakan.
 Kondisi Pasien dalam Pengobatan Khusus
a) Antikoagulan
Pasien yang mempunyai masalah pembekuan atau sedang dalam pengobatan dengan
antikoagulan berisiko untuk terjadinya hematoma atau perdarahan pada saat
pengambilan darah. Pastikan untuk memberikan tekanan yang adekuat pada tempat
pengambilan darah setelah pengambilan sampai darahnya berhenti. Jangan terlalu kuat
menekan karena akan menyebabkan memar atau luka (Mc Call & Tankersley, 2007)
b) Pasien Kemoterapi
Pada pasien-pasien kanker, hemophilia (Gangguan ketika darah tidak membeku secara
normal). Dan lain-lain biasanya vena rapuh akibat seringnya pengambilan darah untuk
pemeriksaan dan proses transfusi. Vena yang rapuh mudah bergeser. Karena itu
sebaiknya gunakan wing needle atau jarum yang kecil pada saat pengambilan darah.
3. 4 Faktor Penyulit dalam dalam Pengambilan Darah Vena
1. Faktor Fisik Pasien
a. Kegemukan
Pada pasien yang gemuk terkadang phlebotomis sulit untuk menemukan
pembuluh darah vena yang akan ditusuk karena terhalang oleh jaringan lemak.
Orang yang gemuk memiliki vena yang lebih dalam dan tidak terlihat sehingga
sulit untuk dipalpasi.
b. Oedema
Edema merupakan penimbunan cairan tubuh. Phlebotomis menjadi sulit untuk
menemukan letak vena. Jika darah yang diambil pada tempat yang oedema,
maka darah akan tercampurdengan cairan oedema sehingga akan terjadi

18
pengenceran. Phlebotomis dapat mencari pembuluh darah lain yang tidak
oedema.
c. Luka bakar
Pasien yang mengalami luka bakar, jaringan pada tubuhnya rusak dan mudah
mengalami infeksi. Jangan melakukan pengambilan di daerah ini. Pasien sangat
rentan terhadap infeksi.
2. Faktor Psikologis Pasien
Faktor penderita yang kurang kooperatif disebabkan penderita merasa ketakutan
sehinggapenderita menolak untuk dilakukan pengambilan darah. Cara mengatasinya
dengan mencari bantuan petugas lain dan menenangkan pasien agar pasien mengerti
perlunya untuk dilakukanpengambilan darah. Bila tidak berhasil, jelaskan
secara tertulis pada lembar permintaan laboratorium.
3. Faktor Teknik
- Gagal memperoleh darah
- Gagal pengambilan darah disebabkan :
1) Cara pengambilan darah vena yang salah oleh phlebotomis
2) Tusukan sudah tepat tetapi darah tidak cukup terhisap, kemungkinan :
a. Kesalahan teknik
- Arah tusukan tidak tepat
- Sudut tusukan terlalu kecil atau terlalu besar
- Salah menentukan vena yang dipilih
- Tusukan terlalu dalam atau kurang dalam
- Pembuluh bergeser karena tidak terfiksasi.
b. Kesalahan non teknik
Pembuluh darah menyempit (kolaps) karena rasa takut yang berlebihan dan
menyebabkanvolume darah berkurang. Volume darah berkurang karena
pendarahan berat, kekurangan cairan tubuh, dan tekanan darah turun
3. 5 Pemilihan Alat
Pastikan bahwa semua peralatan yang digunakan untuk proses phlebotomi sudah
tersedia di dekat phlebotomis. Peralatan yangdigunakan harus memenuhi persyaratan,
seperti:
1. Bersih
2. Kering
3. Tidak mengandung bahan kimia
19
4. Steril
5. Sekali pakai
6. Wadah tidak pecah atau retak
Yang terbaik dalam memilih alat adalah setelah kita menemukan tempat yang terbaik
untuk dilakukan flebotomi sehingga kita dapat memilih alat mana yang sesuai dengan
ukuran, kondisi dan lokasi vena. Metoda yang terbaik untuk mendapatkan spesimen
pada pungsi vena adalah metoda tabung vakum/evacuate. Sistem tabung vakum ini
terdiri dari 3 komponen yaitu tabung vakum untuk sampel, jarum pada dua titik (satu
untuk masuk ke vena, ujung yang satu untuk ke dalam tabung vakum) dan plastik
pemegang. Tabung tersedia dalam berbagai ukuran (berdasarkan diameter dan panjang
tabung), terbuat dari bahan kaca atau plastik. Tabung ada yang mengandung zat
tambahan (addiptive) dan ada yang tidak (non additive). Zat tambahan tersebut berupa
berbagai macam antikoagulan atau senyawa kimia sesuai dengan kebutuhan
pemeriksaan dan dapat dilihat dari warna tutup tabung (Garza & Mc Bride, 1999; Mc
Call & Tankersley, 2007). Menurut standar Clinical and Laboratory Standards
Institute (CLSI), pengambilan darah dengan menggunakan jarum dan syringe harus
dihindari demi alasan keamanan. Namun wing needle dan syringe kadang digunakan
ketika pasien memiliki vena yang sangat kecil, rapuh atau lemah. Tekanan vakum pada
tabung evacuate mungkin terlalu besar untuk vena-vena tersebut dan menyebabkan
vena-vena tersebut mudah kolaps. Ini sering terjadi pada kasus-kasus pasien usia lanjut
dan bayi baru lahir. Ketika menggunakan syringe, jumlah tekanan dapat dikurangi
dengan menarik plunger kembali secara perlahan-lahan (Mc Call & Tankersley, 2007).
Metoda lain yang digunakan pada pungsi vena dengan penyulit adalah wing needle
system. Tersedia dalam ukuran diameter 21 sampai 25. Wing needle digunakan
dengan syringe atau sistem tabung vakum. Biasanya ukuran 21 atau 23 lebih baik dari
ukuran 25 karena diameter yang kecil dapat menyebabkan hemolisis ketika spesimen
diambil, tetapi untuk bayi ukuran 25 adalah pilihan yang paling baik karena venanya
yang kecil (Garza & Mc Bride, 1999).
Alat alat yang dipergunakan untuk pengambilan darah vena :
1) Spuit

20
Gambar Spuit

Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu. Spuitmempunyai skala yang dapat digunakan
untuk mengukur jumlahdarah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml,
3ml,5ml bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian
cairan sonde atau syring pump.
2) Torniquet

Gambar Torniquet

Merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuatdari karet sintetis yang
bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah
pada organ yang akandilakukan penusukan plebotomy. Adapun tujuan
pembendungan iniadalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan
juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil, sehinggaakan
mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit.
3) Kapas alkohol

21
Gambar Kapas Alkohol

Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerapdan dibasahi dengan
antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk
menghilangkan kotoranyang dapat mengganggu pengamatan letak vena
sekaligusmensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
4) Needle , Wing Needle

Gambar Needle, wing needle

Ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara vakum.
Needle ini bersifat non fixed ataumobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta
container vacuum. Penggantian needle dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan
besarnya vena yang akan diambil atau untuk kenyamanan pasienyang menghendaki
pengambilan dengan jarum kecil.
5) Tabung Vakum

Gambar Tabung Vakum

Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan nama dagangVacutainer. Jenis


tabung ini berupa tabung reaksi yang hampaudara, terbuat dari kaca atau plastik.

22
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung
dan berhentimengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
6) Blood Container

Gambar Blood container

Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara. Ini biasa
digunakan untuk pemeriksaan manual, dan dengankeperluan tertentu misalnya
pembuatan tampungan sendiri untukefisiensi biaya.

7) Plester

Gambar Plester

Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga


membantu proses penyembuhan luka danmencegah adanya infeksi akibat perlukaan
atau trauma akibat penusukan.

 Pemilihan Panjang Lancet


Lancet adalah adalah alat medis kecil yang digunakan untuk pengambilan sampel darah
kapiler. Lancet darah mirip dengan pisau bedah kecil tetapi dengan pisau atau jarum

23
bermata dua. Lancet digunakan untuk membuat tusukan, seperti ujung jari, untuk
mendapatkan spesimen darah kecil.
a. Pasian dewasa
- Panjang bervariasi tergantung produsen (dari 0,85 mm untuk neonates sampai
dengan 2,2mm).
- Untuk jari, kedalaman tidak melampaui 2,4mm, jadi digunakan lanset 2,2mm.
b. Pasien anak bayi
- Tumit: kedalaman tidak melampaui 2,4mm.
- Neonatus premature: lanset 0,85mm.
c. Untuk bayi dengan BB (barat bedan) 3 kg, jarak dari permukaan kulit luar ke tulang:
- Medial dan lateral tumit: 3,32mm.
- Posterior tumit: 2,33mm (tempat ini harus dihindari untuk mengurangi risiko
menusuk tulang).
- Ibu jari kaki: 2,19mm.
d. Kedalaman yang direkomendasikan untuk menusuk jari:
- Anak > 6 bulan dan < 8 tahun: 1,5mm.
- Anak > 8 tahun: 2,4mm.

Gambar Volume darah pengambilan maksimal pada neonates, bayi dan anak

24
3. 6 Komplikasi Flebotomi
a). Hematoma
Hematoma adalah kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah. Kondisi ini
dapat terjadi saat dinding pembuluh darah arteri, vena, atau kapiler mengalami
kerusakan sehingga darah keluar menuju jaringan yang bukan tempatnya.
Hematoma terjadi karena keluarnya darah ke jaringan di sekeliling tempat tusukan.
Penurunan elastisitas dinding vena pada pasien usia lanjut memudahkan terjadinya
hematoma.
 Penyebab hematoma antara lain :
1. Seperti jarum terlalu menungkik (terlalu masuk) sehingga menembus
dinding vena lain yang tidak diinginkan.
2. Penusukan jarum yang kurang masuk (dangkal).
3. Setelah pengambilan darah,tempat penusukan kurang di tekan/ di deep.
4. Pada saat jarum ditarik keluar dari vena tourniquet tidak dikendurkan
sehingga terjadi penumpuhan darah yang tidak perlu. Jika tidak dilepas
maka terjadi bendungan di vena bekas tusukan flebotomi. Dan darah vena
nya masuk ke jaringan subkutan (lapisan yang terdapat pada kulit).
5. Lupa melepas tourniquet saat menarik jarum.
6. Kurangnya penekanan tempat tusukan setelah jarum ditarik.
7. Gagal memasukkan jarum ke dalam vena.
8. Vena fragil atau terlalu kecil untuk ukuran jarum yang digunakan.
 Solusi :
1. Segera lepas tourniquet, Tarik jarum keluar, berikan tekanan pada tempat
tusukan tersebut selama 2 menit.
2. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa/ kapas kering.
3. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (kurang lebih 15 menit)
4. Kompres dingin dapat meminimalisir pembengkakan dan mengurangi
nyeri.
5. Hindari lokasi hematoma tersebut untuk pengambilan darah sampai
hematoma menghilang. Alternatif tempat lain harus dipilih, atau bila tidak
ada pilihan lain, pengambilan darah harus dilakukan di tempat di bawah
lokasi hematoma.

25
Gambar Hematoma

b). Phleblitis (Peradangan Pembuluh Darah Vena)


Phlebitis merupakan kondisi peradangan (inflamasi) yang terjadi pada pembuluh
darah vena. Inflamasi (Peradangan) ini terjadi karena adanya gumpalan darah akibat
pembekuan darah, atau karena adanya kerusakan pada pembuluh vena. Kondisi
tersebut memicu nyeri atau bengkak. Phlebitis umumnya terjadi pada kaki bagian
bawah, lengan, payudara, dan penis. Terdapat dua jenis phlebitis, yaitu
superficial phlebitis dan deep vein thrombophlebitis. Superficial phlebitis
(disebut juga superficial thrombophlebitis) merupakan phlebitis yang terjadi pada
vena dekat permukaan kulit. Umumnya kondisi ini bukan merupakan kondisi
berat, dan dapat kembali normal dengan penanganan yang tepat. Phlebitis lebih
sering terjadi pada pemasangan infus.Infeksi ini dapat dicegah dengan menerapkan
teknik asepsis yang baik dan mempertahankan kassa dan plester yang menutup area
injeksi selama minimal 15 menit.

26
Gambar Phlebitis

c). Hemokonsentrasi
Hemokonsentrasi adalah Peningkatan konsentrasi darah yang lebih dari normal.
Hemokonsentrasi dapat terjadi akibat pemasangan torniket yang terlalu lama atau
mengepal telapak tangan dengan pemijatan atau massage. Akibatnya, plasma akan
keluar ke jaringan sekitar dan menyebabkan sel-sel dalam darah terkonsentrasi. Hal
ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah sel darah merah, besi, dan kalsium.
Melalui mekanisme ini, kadar kalium dan asam laktat akan terlihat meningkat. Hal
ini dapat dicegah dengan melepaskan torniket secepatnya setelah darah mengalir ke
dalam jarum suntik atau tabung sampel. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
kadar hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total, GTO, lipid total, kolestrol
dan besi (Fe).
d). Petechiae
Petechiae (petekie) adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bintik-
bintik kecil berwarna merah atau ungu pada kulit. Petechiae bisa menjadi ciri-ciri
penyakit ringan dan serius. Selain itu, bintik-bintik ini juga bisa muncul sebagai
reaksi alergi obat.

27
Gambar Petechiae (petekie)

e). Trombosis
Trombosis merupakan pembentukan gumpalan darah atau bekuan darah (trombus)
yang tidak normal. Trombus yang terbentuk pada dinding pembuluh darah (arteri)
dapat menyebabkan terjadinya aterotrombosis yang merupakan kelainan pada
dinding pembuluh darah. Pembentukan trombus ini adalah penyebab utama sindrom
koroner akut dan kematian kardiovaskular. Salah satu penyakit kardiovaskular yang
disebabkan dari pembentukan trombus pada arteri yaitu Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Trombosis ini berasal dari trombus. Trombus berasal dari darah yang sudah
beku yang bentuknya kecil sel-sel dan mengumpul, dan itu menjadi berbahaya
karena bisa menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Pada flebotomi biasanya
terjadi pada pengambilan darah yang berulang kali di tempat yang sama.
f). Trombus
Gumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah arteri dan vena ini
disebut trombus. Trombus dapat terbentuk di bagian tubuh mana pun, kemudian bisa
terlepas dan terbawa aliran darah ke bagian tubuh yang lain, serta menyebabkan
sumbatan di daerah tersebut.

Gambar pembengkakan kaki karena trombus

g). Trombopeblitis
Tromboflebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan

28
dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah
yang membeku. Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Trombopeblitis sebenarnya adalah jenis
dari phlebitis (peradangan pembuluh darah saja). Kalau thrombopeblitis berarti
peradangan pada pembuluh darah yang disertai adanya tumpukan trombus.
Komplikasi flebotomi kalau dikatakan phlebitis itu tidak akan ketahuan saat itu juga,
ketahuannya belakangan. Kalau desinfeksinya sudah menggunakan alkohol minimal
76% jarang. Yang sering adalah trombosisnya. Hal Itu terjadi karena dilakukan
penusukan plebotomi terus menerus di tempat yang sama. Tomboflebitis cenderung
terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah
yang disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan
aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Tromboflebitis adalah suatu peradangan pada vena. Istilah trombosis vena lebih
sering diartikan sebagai suatu keadaan penggumpalan darah yang terbentuk di dalam
pembuluh darah, sedangkan tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang
menyertai terhadap adanya suatu penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang
merupakan faktor yang mempermudah terjadinya inflamasi. Tromboflebitis adalah
peradangan pada pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukkan bekuan
darah (thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi
pada masa nifas.

Gambar Trombofeblitis

 Etiologi Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah :


1. Perluasan infeksi endometrium Invasi/perluasan mikroorganisme pathogen
yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya,

29
sehingga dapat menyebabkan perluasan mikroorganisme ke endometrium
dan menyebabkan infeksi pada endometrium.
2. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep
(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi
radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena
adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam
keadaan ini, maka dua faktor utama : kelainan dinding vena dan
melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboflebitis.
3. Obesitas
Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta
kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu
penyebab dari tromboflebitis.
4. Pernah mengalami tromboflebitis
Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang
mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis karena
perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri. e. Berusia 30
tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk waktu
yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah bawah lebih tinggi
sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis.
5. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di
tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau
pemberian obat yang iritan secara intra vena.
6. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran
vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena
tungkai.

30
7. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
(Adele Pillitteri, 2007) Kelainan jantung yang secara hemodinamik
menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.
8. Septicemia
Penyakit sistemik yang disertai adanya dan bertahannya mikroorganisme pathogen
atau toksinnya di dalam darah. Septicemia juga disebut sebagai kondisi di mana
dalam darah terdapat bakteri dan sering dikaitkan dengan penyakit berat. Septikemia
adalah infeksi aliran darah yang cukup serius dan lebih dikenal juga sebagai kondisi
keracunan darah. Kondisi ini bisa terjadi ketika infeksi bakteri yang berada di
beberapa organ tubuh kemudian memasuki aliran darah. Ini bisa membahayakan
karena bakteri dan racunnya bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh sehingga bisa
mengancam jiwa.

Gambar Septicemia

9. Syncope (Pingsan)
Pingsan adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadaran beberapa saat
karena penurunan tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin,
pengelihatan kabur, nadi cepat, bahkan bisa sampai muntah. Pingsan dapat
disebabkan karena pasien mengalami rasa takut yang berlebihan atau karena pasien
puasa terlalu lama. Sebelum dilakukan phlebotomi hendaknya seorang phlebotomis
menanyakan apakah pasien memiliki kecenderungan untuk pingsan saat dilakukan
pengambilan darah. Jika benar maka pasien diminta untuk berbaring. Sebelum
melakukan flebotomi selalu cek ttv (tanda-tanda vital) meliputi tekanan darah, suhu

31
tubuh, respirasi/pernafasan, dan denyut nadi pasien. Serta perhatikan keadaan umum
pasien seperti apakah wajahnya pucat, kelihatan tidak tenang. Phlebotomis
hendaknya memberikan pengertian kepada pasien agar pasien merasa nyaman dan
tidak takut. Agar pasien tidak takut, phlebotomis sebaiknya mengajak pasien
berbicara agar perhatiannya teralihkan. Apabila sudah dilakukan hal-hal tersebut
tetapi saat pengambilan darah pasien mengalami syncope maka petugas medis harus
tau tindakan apa yang harus dilakukan, yaitu:
- Hentikan proses pengambilan darah. Saat pasien dengan kondisi syncope
,petugas medis dilarang melakukan pengambilan darah.
- Pengambilan darah vena pada orang pingsan harus diberi oksigen agar
pembuluh darah membuka sebab pada orang pingsan pembuluh darahnya
menutup.
- Ketika pasien sadar, minta pasien menarik nafas panjang. (agar oksigen bisa
masuk lebih dalam sampai memenuhi alveoli, sehingga terjadi pertukaran gas
yang cukup karbondioksida bisa keluar dan oksigen masuk).
Cara Mengatasi :
1. Hentikan pengambilan darah.
2. Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan ke salah satu sisi.
3. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala).
4. Longgarkan baju dan ikat pinggang pasien.
5. Minta pasien untuk menarik nafas panjang.
6. Minta bantuan kepada dokter.
7. Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien menundukkan kepala
diantarakedua kakinya dan menarik nafas panjang.

32
Gambar Pertolongan Pertama Pada Orang Pingsan
10. Alergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya
terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau
plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang
selaput mata; kadang-kadang bahkan bisa (shock).
a. Cara mengatasi :
1. Tenangkan pasien, beri penjelasan.
2. Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya.
b. Cara Pencegahan :
1. Wawancara apa ada riwayat alergi.
2. Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex.

Gambar Alergi

33
11. Pendarahan
Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya system koagulasi
(pembekuan darah) /karena pasien mendapatkan pengobatan dengan obat”
antikoagulan (obat yang berfungsi mencegah penggumpalan darah), pasien
menderita gangguan pembekuan darah (trombositopenia, factor pembeku darah
(misalnya hemophilia (Gangguan ketika darah tidak membeku secara normal) ),
Pasien seperti ini beresiko mengalami resiko pendarahan.
Pendarahan yang berlebihan atau sukar berhenti terjadi karma terganggunya system
kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
1. Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehingga
menghambatpembekuan darah.
2. Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia,
defisiensi faktor pembeku darah (misalnya hemofilia ).
3. Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukan protrombin,
fibrinogenterganggu ).
- Cara Mengatasi:
1. Melepaskan turniket dan jarum.
2. Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa.
3. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit).
4. Kompres untuk mengurangi rasa nyeri.
12. Hemodelusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian cairan
intra vena (infus ). Darah lebih encer sehingga mengalami dilusi. Karena
kecampuran unsur cairan. Misalnya pada pasien yang terpasang infus, kalau ada
pemasangan infus seharusnya mengambil darah jangan dilokasi yang sedang
terinfus. Pengambilan darah di sisi infus harus di hindari sebisanya, jika tidak
memungkinkan, hentikan infuse 3-5menit, ambil darah dibagian distal tempat
infuse dan buang 3-5 cc darah yang pertama diambil.
13. Anemia
Pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Anemia terjadi
karena banyaknya darah yang diambil. Kenapa banyak? Karena untuk
pengobatannya dibutuhkan informasi data lab rutin keseharian / tiap berapa jam.
Hal ini sangat beresiko anemia. Pasien seperti ini biasanya secara umum pasien
ini memenuhi kebutuhan nutrisinya tidak sebagus pasien sehat. Selain itu
34
pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang berulang dapat
menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodul klasifikasi.
Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan.

Gambar Anemia

14. Radang Tulang


Radang tulamg/ radang sumsum tulang. Penyakit ini sering terjadi pada bayi /
anak-anak yang kurus karena jarak kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lanset
(pisau pembelah kecil) yang berukuran panjang. Sehingga ketika melakukan
flebotomi vena, arteri, dan kapiler gunakan lanset dengan ukuran yang sesuai.
Yang dapat dipergunakan tidak sampai mengenai tulang. Jika mengenai tulang
mengakibatkan radang tulang. Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak
kulit-tulang yang sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang. Cara
mengatasi dengan menggunakan lanset yang ukurannya sesuai.
15. Rasa nyeri
Nyeri bisa timbul alibat alkoHol yang belum kering atau akibat penarikan jarum
yang terlalu kuat.
- Cara pencegahan:
1. Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering sebelum
pengambilan darah dilakukan.
2. Penarikan jarum tidak terlalu kuat/ kasar.
3. Penjelasan/ memberi gambaran pada pasien tentang sifat nyeri yang
sebenarnya.

35
16. Kegagalan Pengambilan Darah (Masalah teknis)
Kegagalan pengambilan darah karena kurangnya kemampuan/skill. Karena
kurangnya pelatihan.
Contohnya seperti :
1. Jarum suntik kurang dalam.
2. Jarum suntik terlalu dalam/ tembus, lubang jarum menempel di dinding
pembuluh darah. Sehingga tidak kena darahnya dan tersumbat karena lubang
jarumnya ketutup dinding pembuluh darah.
3. Tabung tidak vakum.
4. Vena kolaps (terjadi bila menarik penghisap dengan cepat). Ketika
mengambil darah terutama dengan tarikan spuit (jarum suntik) ada 2 yaitu
darah arteri & vena. Arteri&vena membutuhkan tarikan yang sesuai aliran
darah.
3. 7 SOP Pengambilan Darah Vena, Arteri, Kapiler
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum
dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

1. SOP pengambilan darah Vena (manual)


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN DARAH VENA dengan (SYRINGE)

Pengertian Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring).
Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang
terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan
jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai
dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G,
23G, 24G dan 25G
Tujuan 1. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan
memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan.
2. Untuk petunjuk bagi petugas yang melakukan pengambilan
darah (phlebotomy).

36
3. Untuk mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti
koagulan yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
kimia klinik dan imunoserologi.
Lokasi 1. Vena pada lipatan siku
Pengambilan

2. Vena pada punggung tangan

3. Vena pada kaki

Alat dan Bahan 1. Jarum suntik


(pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang
akan diambil)

37
2. Kapas Alkohol 70%

3. Torniquet

4. Hypafix (plester)

5. Tabung

Prosedur 1. Selalu pake APD lengkap ( jas lab, masker, handscoen)

38
2. Tanyakan identitas pasien seperti nama, alamat dan cocokan
dengan lembar permintaan pemeriksaan.
3. Tanyakan keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa, dan lain-
lain.
4. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
5. Minta pasien mengepalkan tangan.
6. Pasang tourniquet kira-kira 10-15 cm atau 3 jari di atas lipat
siku (Pemasangan tourniquet jangan kencang-kencang).
7. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, gerakkan lengan (ditekuk dan
diluruskan) beberapa kali.
8. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi. (Pembersihan kulit searah atau
melingkar).
9. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas (Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah
masuk ke dalam spuit dibagian ujung. Spuit sebelum dipakai
tekan terlebih dulu agar udara yang ada didalam keluar.
Usahakan sekali tusuk).
10. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas tourniquet dan
minta pasien membuka kepalan tangannya.
11. Letakkan kapas di tempat tusukan lalu segera tarik jarum.
Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15
menit (Jangan menarik jarum sebelum tourniquet dibuka).

39
2. SOP pengambilan darah Vena (Vakum)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN DARAH VENA dengan TABUNG VAKUM

Pengertian Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat
dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir
ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang
digunakan terdiri dari dua buah jarum. Jarum satu digunakan untuk
menusuk vena dan jarum satunya digunakan pada tabung. Jarum
yang digunakan untuk tabungdiselubungi oleh bahan karet
sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah
holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap
pada jarum posterior (jarum buat tabung).
Tujuan 1. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan
memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan.
2. Untuk petunjuk bagi petugas yang melakukan pengambilan
darah (phlebotomy).
3. Untuk mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti
koagulan yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
kimia klinik dan imunoserologi.
Lokasi 1. Vena pada lipatan siku
Pengambilan

2. Vena pada punggung tangan

40
3. Vena pada kaki

Alat dan Bahan 1. Jarum suntik dan holder

2. Kapas Alkohol 70%

41
3. Torniquet

4. Hypafix (plester)

5. Tabung

Prosedur 1. Selalu pake APD lengkap ( jas lab, masker, handscoen)


2. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
3. Tanyakan identitas pasien seperti nama, alamat dan cocokan
dengan lembar permintaan pemeriksaan.
4. Tanyakan keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa, dan lain-lain.

42
5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
6. Minta pasien mengepalkan tangan.
7. Pasang tourniquet kira-kira 10-15 cm atau 3 jari di atas lipat siku
(Pemasangan tourniquet jangan kencang-kencang).
8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan
perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba
seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.
Jika vena tidak teraba, gerakkan lengan (ditekuk dan
diluruskan) beberapa kali.
9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi. (Pembersihan kulit searah atau
melingkar).
10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. (Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah
masuk ke dalam sambungan antara jarum vena dan jarum
tabung. Usahakan sekali tusuk).
11. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum
bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah
berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah
tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
12. Lepas tourniquet dan minta pasien membuka kepalan
tangannya.
13. Letakkan kapas di tempat tusukan lalu segera tarik jarum. Tekan
kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
(Jangan menarik jarum sebelum tourniquet dibuka).

43
3. SOP Pengambilan Darah Arteri

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENGAMBILAN DARAH ARTERI

Pengertian 1. Pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan analisa gas darah.


Tujuan 1. Untuk menilai status oksigenasi klien.
2. Untuk menilai keseimbangan asam-basa.
3. Untuk menilai efektivitas penggunaan ventilator.
Lokasi 1. Arteri Radialis
Pengambilan

2. Arteri Femoralis

44
Alat dan Bahan 1. Jarum suntik khusus

2. Hypafix (plester)

3. Kapas alkohol 70%

Prosedur 1. Selalu pake APD lengkap ( jas lab, masker, handscoen)


2. Siapkan alat spuit (jarum suntik).
3. Pilih bagian arteri radialis.
4. Pasang tourniquet jika diperlukan.
5. Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk
memastikan letak arteri.
6. Bersihkan kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%,
biarkan kering. Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang
lagi.
7. Pembersihan kulit searah atau melingkar.
8. Menyuntikkan jarum ke arteri dengan sudut 45°-60°. Bila jarum
masuk ke dalam arteri, darah akan keluar tanpa spuit dihisap dan
darah berwarna merah terang.
9. Setelah darah terhisap (kira-kira 2ml) Tarik spuit dan tekan
bekas tusukan arteri 5-10 menit. Kemudian segera letakkan
kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas beberapa saat lalu
plester.

45
4. SOP Pengambilan Darah Kapiler
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PENGAMBILAN DARAH KAPILER

Pengertian Pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang


digunakan untuk pengambilan darah kapiler adalah ujung jari
tangan (fingerstick)/ anak daun telinga.
Tujuan 1. Untuk mendapatkan sampel darah kapiler yang baik dan
memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan
pengambilan darah (phlebotomy)
Lokasi 1. Ujung jari tangan (fingerstick)
Pengambilan

2. Untuk anak kecil dan bayi, diambil di tumit ( heelstick)


pada1/3 atau pada bagian tepi telapak kaki atau ibu jari dari
bayi.

Alat dan Bahan 1. Kapas alkohol 70%

46
2. Lancet dan Pen lacet

Prosedur 1. Selalu gunakan APD lengkap (jas lab, handscoen, masker)


2. Melakukan penjelasan kepada pasien (tentang apa
yangdilakukan terhadap penderita, kerjasama penderita,
sensasiyang dirasakan penderita, dsb).
3. Mempersiapkan alat dan bahan seperti autoclick beserta
lancetnya, kapas, dan alcohol 70%).
4. a. Memilih jari yang akan diambil darahnya, hindari ibu jaridan
jari kelingking, karena faktor infeksius besar, apabilaterjadi
infeksi maka akan menjalar. Sebaiknyamenggunakan jari
manis, tengah dan telunjuk karenaketiga jari tersebut
merupakan jalur limfa tertutup, resikoinfeksius sedikit.
b.Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit(heelstick)
pada 1/3 bagian tepi telapak kaki atauibu jari kaki
4 Melakukan penusukan tetapi jangan terlalu pinggir
karenaterdapat syaraf dan akan lebih terasa sakit. Jangan
padaarea tengah jari pula, tetapi lakukan tidak ditengah
dantidak terlalu dipinggir.
5 Memijat telapak tangan dan jari yang akan dilakukan
penusukan.
6 Membasahi jari yang akan dilakukan penusukan dengan
bola kapas dibasahi dengan alcohol 70%/kassa

47
alcoholdengan cara memutar dari dalam/tengah ke luar
areapenusukan. Biarkan mengering. Gagal kontak dengan
alcohol dapat menyebabkan resiko kontaminasi dan jangan
menyentuh daerah yang sudah bersih, jika tersentuh lakukan
desinfeksi kembali.
7 Menunggu hingga benar-benar kering dari alkohol.
8 Menusukan jarum dengan sedikit menekan jari.
9 Mengusapkan dengan kapas kering saat sudah
mengeluarkan darah.
10 Melakukan penampungan darah dengan tube/tabung kecilsesuai
kebutuhan sampel atau langsung diteteskan padamedia
pemeriksaan.
11 Setelah selesai, usapkan jari kembali menggunakan kapaskering
sampai area penusukan benar-benar bersih.
12 Buang bekas jarum ke empat yang tersedia dan
kapassecara terpisah (tempat pembuangan sampah
medis/sharpcontainer) serta membereskan area kerja.
13 Mengecek bekas luka tusukan dan menanyakan
pasienmasih merasa sakit pada area penusukan atau tidak.
14 Mengucapkan terimakasih kepada pasien dan memberitahu
bahwa pengambilan darah sudah selesai dandipersilahkan
untuk menunggu hasil pemeriksaan

48
BAB IV

PENUTUP

4. 1 KESIMPULAN
Tindakan flebotomi tidak selalu berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Tindakan
flebotomi lebih dari dua kali pada satu tempat tidak diperbolehkan. Konsultasikan kepada
supervisor apabila terjadi dua kali kegagalan dengan disertai catatan tentang
kemungkinan penyebab kegagalan yang terjadi. Faktor penyebab penyulit flebotomi
adalah geriatric patien (pasien lansia ), hard to find vein (sulit menemukan vena), pasien
anak-anak, neonates (bayi baru lahir kurang dari 28 hari), vena yang mudah rusak, pasien
kemoterapi, pasien yang sulit untuk berkomunikasi, pasien yang menolak flebotomi.
Serta saat dilakukan flebotomi terkadang tidak selalu berjalan dengan lancer ada
beberapa komplikasi yang terjadi saat dilakukan flebotomi diantaranya adalah
hemotama, syncope (pingsan), rasa nyeri, pendarahan, alergi, radang tulang, anemia,
hemodilusi, hemokonsentrasi, septicemia, petechiae, trombus, phlebitis, tromboplebitis.
4. 2 SARAN
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Maka akan lebih baik lagi jika ada saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini, namun
sebagai manusia biasa penulis hanya bisa berharap semoga bisa bermanfaat dan mudah-
mudahan memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.

49
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz, Uliyah, Musrifatul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Arif, M. 2011. Dasar-Dasar Flebotomi. Makassar: LEPHAS.
Armal, H.L., Heti, R.K., Leni, M. 2019. Pengaruh Waktu Pelepasan Tourniquet Terhadap
Kadar Kalium pada Pengambilan Darah Vena. Jurnal ilmu kesehatan. Volume 13 no
1 : 36-41.
Ayu, 2010.( https://www.scribd.com/doc/56906938/MAKALAH-FLEBOTOMI). Diakses 28
April 2021.
Bakta, I. 2006. Hematologi Klinik ringkas. Jakarta : EGC.
Gandasoebrata R., 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Garza. D., Mc Bride B.K., 1999, Phlebotomy Handbook, Blood Collection Essential,
6th Edition., Pearson Prentice Hall, New Jersey. pp. 185-275.
Kiswari R. 2014. Hematologi dan transfusi. Jakarta : Erlangga.
Mc Call. R.E, Tankersley. C.M, 2007, Phlebotomy Essential 4th Edition., Lippincot Williams
& Wilkins, Philadelphia. pp. 311-333.
Adele,Pillitteri, 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC.
Tri Ratnaningsih, dr, Mkes, SpPK (K). 2009. Bagian patologi Klinik Fak. Kedokteran
UGM.Flebotomi. Jogjakarta.
Syahrumi Tanjung, 2017. Penyulit Flebotomi.
Na’imah, 2018. Flebotomi dengan penyulit dan komplikasinya.
Wolcott J, Schwartz A, Goodman C. 2008. Laboratory Medicine: A National Status Report.
The Lewin Group, 150.

50

Anda mungkin juga menyukai