TUJUAN :
1 Mampu menjelaskan hukum dan peraturan perundangan yang mendasari
tindakan flebotomidan pengambilan bahan pemeriksaan
2 Mampu menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan
hukum dan peraturan perundangan tersebut di atas.
PENDAHULUAN
Masalah aspek legal flebotomi erat kaitannya dengan masalah hukum, etika dan
bioetika, dimana satu dengan yang lain saling terkait dan tidak bisa dipisah.
Hukum adalah aturan atau tata cara dalam lingkungan sosial, yang disarankan
untuk dilakukan atau mutlak untuk diperhatikan. Hukum melindungi
kesejahteraan dan keamanan masyarakat, memberi jalan keluar atas suatu konflik,
dan secara tetap menjaga keselarasan terhadap meningkatnya kemajemukan
tatanan sosial. Etika adalah standar moral suatu perilaku atau tuntunan yang
dianut dalam masyarakat, sementara bioetika adalah masalah-masalah moral yang
disebabkan oleh pengobatan modern, penelitian klinis dan atau tehnologi. Pada
umumnya bioetika merujuk pada bahasan tentang 'hidup dan mati' mis. Aborsi,
eutanasia atau donor organ. Bahasan kali ini adalah tentang hukum dan
perundang-undangan yang terkait dengan profesi flebotomis.
Hukum di Indonesia baru melindungi dan mengatur pelayanan dokter dan dokter
gigi yang termuat dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pengaturan praktik dokter ini sebenarnya
sudah berlangsung sejak zaman Belanda, namun aturan tersebut hanya bersifat
administratif, sehingga bila terjadi malpraktik terpaksa tetap merujuk pada KUHP
atau KUH Perdata yang tidak secara khusus mengatur tentang malpraktik.
Pengaturan praktik kesehatan diluar praktik kedokteran seperti perawat dan analis
belum disusun secara khusus. Namun demikian mereka masih dapat berlindung di
bawah payung peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Salah satunya
adalah dengan memiliki sertifikat kompetensi sebagai flebotomis.
Untuk dapat mengetahui dengan jelas apa yang tidak boleh dan apa yang harus,
undang-undang dan peraturan yang berlaku saat ini di bidang kesehatan di
Indonesia di bawah ini, mungkin akan banyak membantu para flebotomis untuk
dijadikan pedoman dan tuntunan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.
I. UUD RI N0.23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN
Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian daan atau kewenangan tenaga
kesehatan yang bersangkutan
II. AKREDITASI LABORATORIUM KESEHATAN 2007 TENTANG
STAF DAN PIMPINAN DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN (S3;
P2)
Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan kualifikasinya,
yang dibuktikan dengan ijazah.
Mengikuti pelatihan-pelatihan yang bersifat tehnis kelaboratoriuman,
yang dibuktikan dengan sertifikat.
III. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO :
04/MENKES/SK/I/2002 TANGGAL 2
Januari 2002 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga analis kesehatan di
laboratorium swasta :
Melaksanakan kegiatan tehnis sesuai dengan pola dan tata kerja yang
telah ditetapkan.
IV. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN
SOSIAL RI NO.
141/Menkes/Kesos/SK/l1/2001, tentang petunjuk tehnis pelaksanaan
jabatan fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan. Nomor:
Maimun Zulhaidah A
Laboratorium Patologi Klinik FK Unibra
RSU Dr. Saiful Anwar Malang
KOMPLIKASI PENGAMBILAN DARAH
Maimun Zulhaidah A
Laboratorium Patologi Klinik FK Unibraw/RSU dr. Saiful Anwar Malang
2. Keadaan fisik penderita saat • Keadaan fisik pada saat pengambilan darah yang dapat mempengaruhi
mengerjakan flebotomi hasil pemeriksaan:
status basal
diet
latihan
stres
variasi diurnal & postur
usia
tekanan torniket dan pengaruh eratnya kepalan.
6. Spesimen ditolak •
Spesimen ditolak (sebab-sebab): hemolisis
penderita tidak puasa
pengiriman tidak sesuai prosedur (contoh: untuk analisis
gas darah tidak dalam air es) serum/plasma: keruh atau
lipemik, dll.
3 Hematoma
Hematoma adalah suatu keadaan yang terjadi akibat keluarnya darah ke
jaringan sekitar. Pembentukan hematom diawali dengan terjadinya
pembengkakan. Komplikasi ini dapat terjadi jika jarum masuk terlalu dalam
melampaui vena, lubang jarum sebagian berada di dalam lumen vena, atau
kurangnya penekanan setelah penusukan. Pembengkakan ini menyebabkan memar
yang besar setelah beberapa hari (Gambar 2). Jika hematom mulai terbentuk,
torniket dan jarum harus dilepaskan segera, dan diberikan tekanan pada daerah
penusukan selama kurang lebih 2 menit.
4 Petechiae
Petechiae merupakan bintik-bintik merah kecil pada kulit yang
menunjukkan bahwa sejumlah kecil darah ke luar ke dalam epitel kulit (Gambar
3). Komplikasi ini dapat merupakan akibat gangguan pembekuan darah, seperti
kelainan trombosit. Harus diwaspadai oleh petugas kesehatan bahwa tempat
penusukan dapat mengalami perdarahan yang berlebihan.
5 Perdarahan berlebihan
Penderita yang sedang dalam pengobatan antikoagulan, dan/atau minum
obat-obat untuk radang sendi dalam dosis tinggi atau obat-obat lain, dapat
mengalami perdarahan dalam waktu yang lama. Dengan demikian, setiap
pengambilan darah dilakukan, harus dilakukan penekanan pada tempat tusukan
sampai perdarahan berhenti. Petugas kesehatan tidak boleh meninggalkan
penderita sampai perdarahan berhenti atau perawat menangani situasi tersebut.
6 Komplikasi persyaratan
Jika terlalu dalam menusuk melampaui vena, petugas kesehatan dapat
secara tidak sengaja menusuk syaraf di bawahnya. Jika ini terjadi, penderita
mungkin mengalami rasa seperti sengatan listrik tajam dan gatal yang menjalar ke
bawah syaraf. Petugas kesehatan harus segera melepaskan torniket, jarum, dan
menekan tempat penusukan.
Salah satu komplikasi yang jarang terjadi pada pengambilan darah adalah
kejang. Jika penderita kejang, pekerja kesehatan harus segera melepaskan
torniket, jarum, menekan tempat penusukan, dan meminta pertolongan perawat.
Tidak diperbolehkan meletakkan apapun ke dalam mulut penderita kecuali jika
pekerja kesehatan diberi wewenang melakukannya.
7 Mastektomi
Penderita yang telah mengalami mastektomi (operasi pengambilan
payudara) dapat juga mengalami limfostasis (tak ada aliran limfe) akibat
pengambilan kelenjar limfe sekitar payudara. Tanpa aliran limfe pada salah satu
bagian tubuh, penderita sangat peka terhadap infeksi dan beberapa kandungan
kimiawi mungkin berubah. Tekanan torniket juga dapat melukai penderita ini.
Dengan demikian, venapungsi sebaiknya tidak dilakukan pada sisi yang sama dari
tempat mastektomi, kecuali jika mendapat ijin dokter. Jika penderita mengalami
mastektomi pada kedua payudaranya, bagian punggung tangan atau jari
merupakan metode alternatif. Tetapi dokter tetap harus dilibatkan dalam hal ini.
8 Edema
Beberapa penderita menderita penumpukan cairan di dalam ruang
interseluler tubuh (Gambar 4). Pembengkakan ini dapat terlokalisir atau
menyebar. Petugas kesehatan harus menghindari pengambilan darah dari lokasi
pembengkakan ini karena vena-vena di daerah ini sulit dipalpasi atau
ditekan/tahan, dan spesimen menjadi terkontaminasi oleh cairan.
9 Obesitas
Penderita yang obese (gemuk) lazimnya mempuya vena-vena yang sulit
divisualisasikan atau dipalpasi. Jika vena tak teraba/terlihat, maka petugas
kesehatan harus hati-hati untuk tidak mencari-cari secara berlebihan dengan jarum
karena dapat menyababkan pecahnya sel darah merah, meningkatkan konsentrasi
kandungan intraseluler, dan pelepasan beberapa faktor pembekuan jaringan.
10 Pengobatan intravena
Setiap kali kateter digunakan, dapat terjadi kerusakan vena. Darah dalam
sirkulasi dialirkan kembali ke vena-vena kolateral dan dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi. Akibatnya, penderita dengan pengobatan intravena (IV) selama
jangka waktu lama seringkali venanya terpalpasi (teraba) dan tampak tapi rusak
atau buntu. Jika penderita dengan IV line akan diambil darahnya, maka lengan
yang ada IV line-nya tidak boleh sebagai lokasi pengambilan karena spesimen
akan terencerkan dengan cairan IV. Sebagai gantinya, digunakan lengan sisi yang
lain atau tempat lain yang menmungkinkan. Alternatifnya, kadang-kadang
perawat atau dokter dapat melepaskan hubungan IV line dan mengambil darah
dari jarum yang sudah ada. Pada keadaan ini, beberapa mililiter spesimen harus
dibuang untuk menghilangkan cairan IV, dan harus dibuat catatan/keterangan
pada lembar permintaan laboratorium mengenai cara pengambilan.
Sebagian besar IV line dibasahi dengan larutan heparin untuk menurunkan
resiko trombosis. Buang sampel minimal tiga kali volume line sebelum spesimen
digunakan untuk pemeriksaan laboratorium.
12 Hemokonsentrasi
Peningkatan konsentrasi molekul-molekul besar dan elemen berbentuk
dalam darah disebut hemokonsentrasi. Beberapa faktor dapat menyebabkan
komplikasi ini, termasuk pemakaian torniket yang lama (lebih dari 1 menit),
pemijatan, penekanan, atau pelacakan lokasi, pengobatan IV yang lama, dan vena-
vena yang mengeras atau buntu.
Efek utama adalah hemokonsentrasi dari elemen-elemen non-filterable
(yaitu, protein). Tekanan hidrostatik menyebabkan beberapa air dan elemen-
elemen Alterable meninggalkan ruang ekstraseluler. Peningkatan yang bermakna
dapat ditemukan pada protein total, AST, lipid total, kolesterol, dan besi. Juga
mempengaruhi packed cell volume (PCV) dan elemen-elemen seluler yang lain.
13 Hemolisis
Jika sel darah merah mengalami lisis, hemoglobin dikeluarkan dan serum,
yang normalnya berwarna kekuningan, menjadi merah muda atau kemerahan. Jika
spesimen grossly hemolyzed, serum nampak sangat merah tua. Hemolisis dapat
disebabkan oleh teknik flebotomi yang tidak benar, seperti penggunaan jarum
yang terlalu kecil, menarik syringe plunger terlalu cepat, mengeluarkan darah dari
spuit ke dalam tabung terlalu keras/kencang, mengocok atau mencampur darah di
dalam tabung terlalu kencang, atau melakukan venapungsi sebelum alkohol pada
tempat penusukan kering. Hemolisis dapat menyebabkan hasil tinggi palsu pada
pemeriksaan beberapa analit, antara lain, kalium, magnesium, besi, lactate
dehydrogenase (LD/LDH), fosfor, amonia, dan protein total. Problem ini dapat
mudah dicegah dengan penanganan yang benar.
Cara untuk mencegah hemolisis/menghindari terjadinya adalah: Campur
darah dalam tabung dengan antikoagulan secara lembut 5-10 kali. Hindari
mengambil darah dari daerah yang hematom. Hindari menarik pengisap spuit
terlalu keras, jika menggunakan jarum dan spuit, dan hindari terjadinya buih pada
sampel. Yakinkan bahwa tempat venapungsi kering. Hindari melacak-lacak dan
venapungsi yang menimbulkan luka. Hindari kesulitan dalam mencapai vena
sasaran dan hindari tabung vakum terisi terlalu lambat, yang akan dapat
mengakibatkan kerusakan sel darah merah. Jika ini tejadi, ganti tabung dengan
yang baru, atau pilih vena di tempat lain. Jika terdapat kebocoran udara di sekitar
jarum atau hilangnya vakum pada tabung, ganti tabung vakumnya. Untuk
pengambilan darah rutin, gunakan jarum ukuran 20 sampai 22 gauge. (Bila
diperlukan gunakan jarum 23-gauge untuk penderita tua dan anak-anak dengan
vena yang kecil dan sulit). Lepaskan tabung vakum sebelum jarum. Ambil darah
selembut mungkin. (Terlalu keras/kencang menarik darah ke dalam spuit atau
memasukkan darah ke dalam tabung dari spuit dapat merusak sel darah merah).
Biarkan alkohol kering terlebih dahulu, alkohol dapat menyebabkan kontaminasi
atau hemolisis. Jangan mensentrifus spesimen terlalu lama
15 Alergi
Beberapa penderita alergi terhadap iodine atau larutan lain yang digunakan
untuk desinfeksi tempat penusukan. Jika penderita menunjukkan bahwa dia alergi
terhadap larutan tersebut, semua usaha harus dilakukan untuk menggunakan
alternatif cara. Selain itu, beberapa penderita ada yang alergi bahan lateks.
16 Trombosis
Thrombus/thrombi (bekuan) merupakan massa padat yang berasal dari
bahan-bahan darah yang berada di dalam pembuluh darah. Trombus dapat dapat
sebagian atau seluruhnya membuntu vena (atau arteri), dan pembuntuan tertentu
akan membuat venapungsi lebih sulit.
Daerah yang terdapat luka bakar atau jaringan parut seharusnya dihindari
selama flebotomi. Area yang pernah terbakar atau terdapat jaringan parut sangat
sensitif dan peka terhadap infeksi, sedangkan vena-vena yang mengalami luka
parut sulit dipalpasi.
17 Infeksi
Petugas kesehatan harus ingat setiap saat bahwa banyak penderita yang
dapat menularkan penyakit (misal, hepatitis) dan juga bahwa petugas kesehatan
tersebut dapat menularkan infeksi ke seorang penderita.
18 Muntah
Kadang-kadang pikiran atau melihat darah bagi penderita sebelum
venapungsi menyebabkan muntah. Jika reaksi ini terjadi, minta penderita untuk
bernafas dalam dan gunakan kompres dingin pada kepalanya. Juga, beritahukan
kepada dokter komplkasi ini.
2 Diet
Untuk meyakinkan bahwa penderita berada pada kondisi basal, dokter
harus memerintahkan penderita untuk puasa semalam. Istilah puasa mengacu pada
tidak makan dan minum (kecuali air putih). Periode waktu yang diperlukan untuk
puasa bervariasi tergantung prosedur pemeriksaan yang diminta. Sebelum
pengambilan spesimen, petugas kesehatan harus menanyakan kepada penderita
apakah puasa. Komposisi darah berubah secara bermakna setelah makan, dan
akibatnya tidak sesuai untuk beberapa uji kimia klinik. Jika penderita telah makan,
dan dokter tetap minta pemeriksaan, keterangan tidak-puasa harus ditulis pada
lembar permintaan, dicatat langsung pada spesimen, atau pada sistem komputer
organisasi.
Jika prosedur dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau menyusahkan,
penderita harus diberitahu. Sebagai contoh, jika darah diambil untuk menentukan
kadar glukosa puasa, maka penderita harus puasa selama 8 - 12 jam. Puasa yang
terlalu lama dapat menyebabkan hasil tes yang palsu.
Normalnya serum jernih, berwarna kuning jernih, atau kekuningan. Serum
yang keruh nampak berkabut atau "seperti susu” dan dapat merupakan akibat
kontaminasi bakteri atau kadar lipid yang tinggi di dalam darah. Kekeruhan
terutama disebabkan oleh makan makanan yang mengnadung lemak, seperti
daging, butter, krim, dan keju, atau dapat terjadi saat suplemen intralipid
dimasukkan ke dalam nutrisi parenteral. Jika penderita baru saja makan bahan
yang berlemak, dia mengalami kenaikan kadar lipid sementara, dan serum
nampak lipemik, atau keruh. Karena serum lipemik tidak representatif untuk
keadaan basal dan dapat menunjukkan beberapa kelainan kimiawi, diperlukan
catatan pada lembar permintaan mengenai keadaan serum tersebut.
3 Latihan
Aktifitas otot, sebagai hasil latihan sedang atau berlebihan, mempunya
efek yang jelas pada hasil pemeriksaan laboratorium, khususnya pada
pemeriksaan kadar asam laktat, kreatinin, asam lemak, beberapa asam amino,
protein, dan beberapa ensim. Sebagian besar kadar analit ini, kecuali ensim
tertentu, kembali ke keadaan basal segera setelah latihan dihentikan. Kadar ensim
seperti creatine phosphokinase (CPK), aspartate aminotransferase (AST), dan
LDH, dapat tetap meningkat selama 24 jam setelah penderita melakukan latihan
sedang-sampai-berat selama 1 jam.
Penelitian menunjukkan bahwa latihan juga mempunyai efek terhadap
hemostasis (pembekuan darah). Beberapa laporan menunjukkan bahwa latihan
fisik mengaktifkan pembekuan darah, fibrinolisis, dan pembentukan trombosit.
4 Stres
Penderita seringkah dapat takut, gugup, dan cemas berlebihan, khusunya
sebelum pengambilan darah. Stres emosional ini dapat menyebabkan peningkatan
sementara hitung sel darah putih, penurunan sementara kadar besi serum, dan
kadar hormon abnormal (misal, kortisol, aldosteron, renin, thyroid-stimulating
hormone [TSH], prolaktin). Kecemasan mental dapat meningkatkan konsentrasi
albumin, fibrinogen, glukosa, kolesterol, dan insulin darah. Bayi baru lahir yang
menangis dengan hebat hitung sel darah putihnya 140% di atas hitung basal.
Kenaikan ini akan kembali ke nilai basal dalam 1 jam. Akibatnya, sampel darah
untuk hitung sel darah putih harus diambil kurang lebih 1 jam setelah episode
menangis. Kecemasan yang berakibat hiperventilasi juga menyebabkan
ketidakseimbangan asam-basa, peningkatan kadar laktat, dan peningkatan kadar
asam lemak.
6 Usia
Hasil laboratorium bervariasi selama tahap-tahap kehidupan: masa bayi,
kanak-kanak, dewasa, dan tua (geriatrik). Sebagai contoh, nilai kolesterol dan
trigliserida darah meningkat pada usia tua. Kadar berbagai hormon, seperti
estrogen dan hormon pertumbuhan, menurun pada wanita geriatrik. Kadar hormon
pertumbuhan juga menurun pada pria geriatrik.
Penolakan spesimen
Tiap bagian atau seksi pada laboratorium klinik harus menentukan
pedoman sendiri untuk penolakan spesimen. Secara umum, faktor-faktor tersebut
ditunjukkan pada Tabel 2.
Jika timbul permasalan, petunjuk yang sesuai harus diikuti. Dokter yang
mengirim spesimen dan supervisornya harus mencoba memecahkan problem
tersebut mula-mula. Personil lain dilibatkan jika diperlukan. Komunikasi dan
kebijaksanaan merupakan kunci untuk lingkungan perawatan kesehatan yang
efisien dan terpercaya.
Tabel 2. Hal-hal yang dapat menyebabkan spesimen ditolak
Spesimen yang hemolisis (kecuali untuk pemeriksaan laboratorium di mana hemolisis tidak mengganggu
Spesimen dari penderita yang tidak puasa
Darah tanpa antikoagulan yang mengandung bekuan
Transportasi spesimen yang tidak benar (misal, spesimen gas darah tidak ditranspor dalam air es). Tabung
penampungan darah yang tidak benar
Variasi dalam postur penderita (misal, perubahan-perubahan kadar aldosteron tergantung pada posisi
penderita apakah duduk atau berbaring saat pengambilan darah)
Spesimen lipemik
Jumlah darah yang kurang dalam tabung
Pebedaan antara lembar permintaan dengan label pada tabung (misal, nama, tanggal, waktu)
Tabung berlabel salah atau tak berlabel
Tabung yang tidak benar, misal, pecah, tutup tidak rapat, sehingga spesimen tumpah atau bocor Peralatan,
bahan, atau reagen yang sudah kadaluarsa (misal, vakum sudah menurun pada tabung penampung darah,
pelapis silinj nbbbbbbbbbbkon yang cenderung rusak karena sudah lama, dll)
Lembar permintaan yang tidak akurat, tidak lengkap, atau tanpa spesimen Spesimen tanpa lembar permintaan
Spesimen yang terkontaminasi
Central Maine Medical Center. 2009. Sample Labeling & Criteria for
Rejection, http://www.cmmc.org. Accessed on 2 October 2009.
Garza D and Becon-McBride K. 2002. Phlebotomy handbook: Blood
collection essentials. 6th ed. Prentice Hall New Jersey. Pp. 283-298.
Mitaishvili R. 2007. Complications in Blood Collection.
http://www.abkhazia.com. Accessed on 30 September 2009.
Prognostix. 2008. Specimen Rejection, http://www.prognostix.com.
Accessed on 29 September 2009.
Queen Mary’s Sidcup NHS Trust 2006. Blood Sample Collection.
http://www.ams.nhs.uk. Accessed on 2 October 2009.
The Internet Pathology Laboratory. 2002. Phlebotomy.
http://librarv.med.utah.edu/WebPath.. Accessed on 2 October 2009
University of Arkansas for Medical Sciences (UAMS). Specimen rejection
criteria., http://www.uams.edu/clinlab. 2007. Accessed on 30 September
2009.