Oleh :
dr. Emelia Wijayanti
Pembimbing :
Dr. dr. Purwanto Adipireno, Sp.PK(K).
Penyusun :
dr. Emelia Wijayanti
(NIM. 22180116320006)
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................. iv
Daftar Tabel ..................................................................................................... v
BAB. I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB. II. PEMANTAPAN MUTU SEDIMEN URIN.................................... 3
II.1. Standar Prosedur Pemeriksaan Sedimen Urin.................................. 4
II.2. Pemantapan Mutu Internal Sedimen Urin ....................................... 37
II.3. Pemantapan Mutu Eksternal Sedimen Urin..................................... 37
BAB. III. KESIMPULAN ............................................................................... 40
Daftar Pustaka .................................................................................................. 41
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
6
BAB. I
PENDAHULUAN
1
laboratorium itu sendiri (Pemantapan Mutu Internal / Internal Quality Control)
maupun oleh lembaga - lembaga luar yang sudah ditunjuk oleh pemerintah seperti
BBLK (DEPKES) dan PDS PatKLIn, yang dikenal dengan Pemantapan Mutu
Eksternal (External Quality Control/Assurance).
Perlunya melakukan Pemantapan Mutu Internal adalah untuk evaluasi
harian kinerja laboratorium, yang mana hasilnya dapat diperoleh segera dan hasil
dapat langsung melakukan evaluasi. Pemantapan mutu eksternal adalah evaluasi
yang dilakukan secara periodik (tahunan) oleh lembaga atau institusi yang
kredibel untuk melakukan kontrol kualitas laboratorium peserta, sehingga
memiliki objektivitas yang tinggi dan dapat menjadi acuan dan meningkatkan rasa
percaya pada pasien maupun klinisi dalam mempergunakan jasa laboratorium.4
Terdapat beberapa guidelines atau pedoman tentang prosedur pemeriksaan
sedimen urin dari berbagai negara yang akan di bahas di makalah ini, antara lain
dari European Confederation of Laboratory Medicine (ECLM) pada tahun 2000,
dan Japanese Committee for Clinical Laboratory Standards (JCCLS) GP1-P4
pada tahun 2010.
2
BAB. II
PEMANTAPAN MUTU SEDIMEN URIN
3
Tujuan Pemeriksaan sedimen urin adalah untuk mengidentifikasi jenis
sedimen yang dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih, selain
itu pemeriksaan sedimen urin dapat dipakai untuk memantau perjalanan penyakit
ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan dan dapat dipakai untuk konfirmasi
adanya eritrosit dalam urin menandakan uji darah samar positif, ditemukan bakteri
biasanya disertai uji nitrit yang positif dan leukosit yang banyak di dalam sedimen
4
1. Urin alami: urin secara alami.
a. Urin total: urin sepenuhnya dikumpulkan dalam satu berkemih alami.
b. Urin parsial: bagian dari urin tunggal yang terdiri dari
Urin pertama: bagian pertama dari urin.
Urin Midstream: 2/3 bagian tengah urin.
2. Ureter kateter: urin dikumpulkan dengan kateter uretra.
3. Urin kandung kemih: urin dikumpulkan dengan aspirasi urin dari kandung
kemih melalui dinding perut anterior.
4. Urin berkemih ganda: urin dari sekali berkemih tetapi membagi spesimen
sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
5. Lainnya: sampel urin setelah operasi pengalihan urin, mis: operasi saluran
ileum.
5
epitel, dan silinder cenderung menurun jumlahnya, sedangkan jumlah
bakteri dan jamur cenderung meningkat.
7. Spesimen dari wanita selama menstruasi tidak sesuai untuk pengujian.
Dalam hal kebutuhan mutlak, spesimen harus diberi label.
B. Persiapan Spesimen
Penting untuk mengamati dan mencatat penampilan urin saat menyiapkan
spesimen untuk pemeriksaan sedimen urin. Poin spesifik termasuk warna,
kekeruhan, hematuria, dan benda asing (mis., Kotoran, kertas) dilaporkan
sebanyak mungkin. Spesimen urin sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar
karena elemen bentukan seperti eritrosit, leukosit, silinder hialin mudah hancur
dan larut dalam urin yang alkali. Pendinginan urin dapat menyebabkan presipitasi
Kristal urat, Kristal fosfat dan Kristal-kristal non patologis lainnya sehingga dapat
menghalangi pemeriksaan elemen sedimen lainnya. Urin yang diambil sebagai
spesimen adalah urin pancar tengah untuk menghindari kontaminasi pada
sedimen. Sebelum dipindahkan ke tabung pemusingan, urin harus diaduk rata.7
1. Pencampuran
Campur air seni dengan baik untuk mencapai keseragaman.
6
2. Sentrifugasi
1. Tabung Sentrifugasi
Gunakan tabung sentrifugasi yang tajam, runcing (tipe spitz) dengan
akurat menghasilkan 10 dan 0,2 mL, berbahan styrene poliakrilik
transparan.1
2. Volume Urin
Volume urin yang direkomendasikan untuk pemeriksaan urin adalah 12
ml, namun volume dapat berkisar 10 -15 ml. Jumlah ini tidak selalu bisa di
dapatkan, terutama pada pasien anak. Dalam keadaan khusus volume urin
dapat diurangi menjadi 6 ml, dengan demkian semua jumlah penghitungan
numerik dari pemeriksaan sedimen harus dikali dua dan apabila sampel
urin yang di dapatkan kurang dari 3 ml maka urin diperiksa secara
mikroskopis tanpa mengkonsentrasikan sedimen. Catatan khusus harus
disertakan pada spesimen apabila volume urin yang tersedia untuk
pemeriksaan sedimen kurang dari jumlah yang seharusnya.7
3. Sentrifugasi
Harus dari tipe swing dan bukan tipe angle.1
4. Kondisi Sentrifugasi
Tabung sentrifugasi harus ditempatkan secara seimbang. Sentrifus harus
dibiarkan berhenti alami sebelum mengambil tabung sentrifugasi.1
5. Kecepatan sentrifugasi (relative centrifugal force (RCF))
RCF pada jumlah rotasi tertentu bervariasi dengan ukuran (jari-jari)
sentrifus, jumlah rotasi untuk setiap sentrifus harus dihitung menggunakan
rumus dari JCCLS ataupun ECLM.1,8
a. JCCLS merekomendasikan RCF 500×g selama 5 menit.
RCF (g) = 11,18 × (rpm/1.000)2 × R
b. ECLM merkomendasikan RCF 400 x g selama 5 menit. Sentrifugasi
berpendingin lebih menguntungkan saat bekerja dengan spesimen
tanpa pengawet dalam jumlah, akan tetapi presipitasi kristal
meningkat pada suhu rendah.
RCF = 1,118 x 10-5 x r x RPM2
7
RPM = 6000 x √1/r, jika RCF = 400 x g
(r = jari-jari sentrifuse dari pusat poros ke bagian bawah tabung (cm);
rpm: rotasi per menit)
RCF lebih dipilih dibandingkan RPM ( Revolution per minute) karena
Kecepatan sentrifugasi 450 g menghasilkan konsentrasi sedimen yang
optimal tanpa merusak elemen yang rapuh seperti silinder selular.6 jika
menggunakan RPM maka dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan
1500 – 2000 RPM selama 5 menit.7 Untuk menghindari kontaminasi
dan aerosol biohazard, semua spesimen harus disentrifugasi di tabung
tertutup.
6. Volume Sedimen
Urin supernatan harus dibuang dengan aspirator/ pipet atau dengan
dekantasi (tidak boleh dituang) untuk meninggalkan volume sedimen 0,2
mL. Unsur-unsur penting yang terbentuk di urin akan terdilusi jika volume
sedimen melebihi 0,2 mL.1,8 Faktor konsentrasi yang tepat sangatlah
penting untuk menghubungkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
dengan volume asli urin. Pemilihan faktor konsentrasi yang optimal
tergantung pada ukuran tabung spesimen yang digunakan dan pipet untuk
membuang supernatan; kisaran konsentrasi biasanya 10-25 kali lipat. 8
Konsentrasi adalah perbandingan volume awal dan akhir sediaan urin.
Contohnya volume awal 12 ml, kemudian superrnatan dibuang hingga
menyisakan volume 0,5 ml, maka konsentrasi urin tersebut adalah 0,5 : 12
= 1:24. Untuk metode konvensional menggunakan konsentrasi 12 : 1
dengan cara membuang urin supernatant menggunakan pipet dari 12 ml
hingga tersisa 1 ml urin untuk kembali di resuspensi. Setelah
dikonsentrasikan, urin kembali di resuspensi dengan cara mengetuk pelan
tabung reaksi beberapa kali agar sedimen bercampur kembali atau dengan
menggunakan pipet khusus. Pemeriksa tidak boleh mencampur tabung
pemusingan dan pipet dari jenis merk yang berbeda karena menggunakan
produk dari merk yang berbeda dapat mempengaruhi volume urin yang
tersisa dengan demikian mempengaruhi konsentrasi sedimen yang
8
sesungguhnya. Volume sedimen yang diletakkan pada kaca objek harus
konsisten untuk setiap spesimen. Ketika menggunakan metode
konvensional volume yang direkomendasikan adalah 20 µl (0,02 ml) yang
ditutupi kaca penutup ukuran 22 x 22 mm. lubernya spesimen keluar dari
kaca penutup harus dihindari karena dapat menyebabkan hilangnya elemen
berat seperti silinder.6
9
Larutan B: safranin 0,25 gram dilarutkan dalam alkohol 95% 10 ml,
ditambah aquades sampai 100 ml.
Larutan kerja dibuat dengan mencampur 3 ml larutan A dan 97 ml larutan B
kemudian disaring. Larutan kerja ini harus disaring setiap dua minggu sekali,
dan diganti dengan yang baru setiap tiga bulan.7
Untuk pemeriksaan mikroskopis sedimen urin dengan menggunakan
pengecatan yaitu dengan menambah 2-3 tetes larutan kerja Sternheimer-
Malbin pada sedimen yang sudah diresuspensi. Pembacaan sedimen urin
dengan pewarnaan rutin Sternheimer Malbin (SM) dipakai agar unsur
sedimen dapat terlihat lebih jelas. Eritrosit memperlihatkan warna merah
muda atau ungu, kadang-kadang tidak berwarna. Terdapat dua macam bentuk
leukosit yaitu leukosit yang berasal dari ginjal dengan ukuran besar berwarna
biru dengan granula dan bentuk inti tampak jelas disebut glitter cells,
sedangkan leukosit dengan inti yang padat yang lebih kecil dari glitter cells,
berwarna ungu tua disebut sel pus (nanah). Epitel tubuli berwarna merah
dengan peawarnaan SM sedang epitel kandung kemih yang berbentuk pipih
atau kolumnar dengan pewarnaan SM akan berwarna biru. Epitel gepeng
mempunyai bentuk tidak teratur dan memberi warna merah muda dengan
pewarnaan SM. Silinder hialin akan berwarna homogen keunguan dan bila
terdapat bintik-binti ungu di atas permukaan silinder disbut silinder granula.
Silinder yang tepinya tidak rata dengan permukaan yang mengkilap disebut
silinder lilin dan yang mengandung lemak disebut silinder lemak.2,6
Prosedur pemeriksaan Sternheimer Malbin: 2,7
1. Bahan Urin 12 ml dimasukkan ke dalam tabung sentrifus.
2. Pusingkan secara sentrifugasi pada kecepatan 500g selama 5 menit.
3. Setelah sentrifugasi dilakukan lapisan supernatant/ lapisan atas urin
dibuang sehingga di dapatkan volume sedimen ± 0,5 ml.
4. Teteskan 1 tetes zat warna SM.
5. Sedimen dicampur sampai homogen dan diteteskan diatas kaca objek dan
ditutup dengan kaca penutup urin.
10
6. Pembacaan sedimen menggunakan mikroskop elektrik dan mengatur
cahaya yang masuk dengan menurunkan kondensor dan mengecilkan
diafragma.
11
Lanjutan Tabel 2. Ringkasan Standar Pemeriksaan Sedimen Urin menurut ECLM.
Jenis Standar Metode Pengecekan
Daftar komponen Tentukan format laporan Pedoman ini
yang dilaporkan
Unit pelaporan Partikel / L (partikel / perbesaran Hitung persamaannya
40x)
Proses yang dapat Prosedur operasi tertulis Pelatihan personel,
direproduksi tinjauan rekan sebaya
PMI Kursus pelatihan diselenggarakan Dua investigasi
secara lokal independen untuk
Periksa spesimen setiap minggu spesimen yang sama
PME Partisipasi dalam program EQA Dokumen hasil tersedia
Kalibrasi Ketertelusuran dari jumlah yang Evaluasi terhadap
diukur spesimen tanpa
sentrifugasi
Diambil dari ECLM. 2000.8
C. Pemeriksaan Mikroskopis
Dianjurkan menggunakan mikroskop dengan lensa mata dengan jumlah
bidang = 20 [× 400 (lensa objektif 40 ×) adalah 0,196 mm 2]. Saat menggunakan
lensa dengan kondisi berbeda, koreksi harus dilakukan sesuai dengan informasi
yang berlaku yang diperoleh dari produsen mikroskop.1
Pemeriksaan sedimen atau mikroskopis urin harus konsisten dan dilakukan
setidaknya 10 lapang pandang. Baik perbesaran kecil (10x) maupun besar 40x,
sediaan terlebih dahulu diperiksa pada perbesaran kecil untuk mendeteksi silinder
dan untuk mengetahui komposisi sedimen secara umum, ketika elemen seperti
silinder yang memerlukan identifikasi lebih lanjut ditemukan maka perbesaran
ditingkatkan. Pada metode konvensional silinder biasanya berada di pinggir kaca
penutup, oleh karena itu pemeriksaan dengan perbesaran kecil wajib dilakukan.6
Pada umumnya silinder dilaporkan sebagai jumlah rata-rata per lapangan
pandang kecil/ LPK ( low power field/LPF) pada pemeriksaan 10 lapang pandang.
Eritrosit dan leukosit dilaporkan sebagai jumlah rata-rata per 10 lapang pandang
besar/ LPB (high power field/HPF). Epitel, Kristal dan elemen lainnya dilaporkan
dalam istilah semikuantitatif +1, +2, +3, +4. 6 Cara pelaporan Sedimen Urin
adalah menurut Japanesse Comitee for Clinical Laboratory Standard (JCCLS).2,7
Unsur - unsur sedimen urin mempunyai indeks refraksi yang tidak jauh berbeda.
Untuk memperjelas, kondensor mikroskop diturunkan atau mengecilkan
diafragma. Kondensor fase kontras akan lebih membantu pemeriksaan.7
12
1. Urutan Pemeriksaan Mikroskopis
Whole Field (WF) dari persiapan, diperiksa di bawah low power field
(LPF) atau lapangan pandang kecil (LPK), dan bidang yang dipilih diperiksa
di bawah high power field (HPF) atau lapangan pandang besar (LPB).
a. Pembesaran objektif 10x (lapangan pandang kecil/LPK)
Pastikan bahwa sedimen urin terdistribusi secara merata. Jika distribusinya
tidak merata, disarankan untuk membuat persiapan baru. Namun, jika tidak
memungkinkan, lakukan pemeriksaan mikroskopis sehingga nilai rata-rata
untuk WF dapat diperoleh. Perhatikan bahwa elemen yang terbentuk urin
cenderung berkumpul di sepanjang sisi kaca penutup. Dianjurkan untuk
membuka diafragma di bawah perbesaran daya rendah agar silinder hialin,
agregat sel, atau variabel lainnya dapat terlihat. 1 Dengan pembesaran
objektif 10x, unsur yang dapat dinilai yaitu sel epitel dan silinder. Bakteri
dan kristal juga tampak dengan pembesaran tersebut. Banyaknya epitel dan
silinder dilaporkan dalam angka dengan rentang tertentu dengan
pembesaran objektif 10x dalam 10-15 lapangan pandang.7
b. Pembesaran objektif 40x (lapang pandang besar /LPB)
Pembesaran objektif 40x untuk melihat adanya eritrosit dan leukosit, jenis-
jenis silinder ( misalnya silinder granula halus atau kasar), yeast, jenis-
jenis kristal dan trikomonas vaginalis. Untuk mengetahui jenis silinder
dengan menggunakan pembesaran objektif 40x.25 Periksa 20-30 bidang.
Jumlah bidang yang diperiksa harus minimal 10.1
2. Kuantisasi
Mikroskop binokular berkualitas tinggi harus dilengkapi dengan
perbesaran rendah (10x-16x) dan tinggi (40x). Volume yang diterapkan di
bawah kaca penutup mendefinisikan tinggi rata-rata lapisan cairan di bawah
kaca penutup dari ukuran yang ditentukan. Diameter lapang pandang sama
dengan nomor bidang okuler (biasanya dari pabrik 18-22 mm) dibagi dengan
pembesaran objektif, ini dapat diukur dengan alat khusus (skala metrik).
13
Contoh: 10 μL urin dipekatkan menjadi 0,5 μL = konsentrasi 20 kali lipat;
0,05 μL cat warna ditambahkan. Kemudian 13μL diterapkan di bawah kaca
penutup 18x18 mm, sehingga lapisan cairan = 13/(18x18) = tebal 0,040 mm.
Jika diselidiki di bawah pembesaran 10x40 dengan nomor lapang pandang
okuler 22 (Ø lapang pandang = 22 mm/40 = 0,55 mm), volume high-power
field (HPF) = 0.040 x x (0.55/2)2 = 0.00950 mm3 atau µL. Karena
konsentrasi 20 kali lipat dan pengenceran 10% karena pewarna, 1 HPF sesuai
dengan 0,173 μL volume urin asli. Dalam hal ini, nRBC/HPF sesuai dengan
nRBC/0,173 μL = 5,8 x n RBC x 106/L. Misalnya. 4 RBC/HPF = 23 RBCx
106/L.8
3. Pengamatan Spesimen1
a. Pemeriksaan mikroskopis tanpa pewarnaan
Pada prinsipnya, sedimen urin harus diperiksa tanpa pewarnaan.
b. Pemeriksaan mikroskopis setelah pewarnaan
Metode pewarnaan digunakan untuk konfirmasi dan identifikasi
komponen sedimen urin jika perlu. Namun, larutan pewarnaan harus
dipilih cermat karena beberapa memiliki aktivitas hemolitik yang kuat.
c. Perhatian
1. Ketika endapan urat, fosfat, karbonat, dan unsur-unsur lain terbentuk
dalam jumlah besar di sedimen, akan sangat menghambat
pemeriksaan komponen komponen secara mikroskopis. Dalam kasus
seperti itu, larutkan endapan dengan memanaskan urin (sekitar 50°C
sambil diaduk) jika mengandung urat atau dengan menambahkan
asam asetat jika mengandung fosfat dan karbonat kemudian sentrifus
sampel untuk mempersiapkan spesimen sedimen urin.
2. Perhatian harus dilakukan selama pengamatan hal-hal besar, seperti
sel dan silinder, karena mereka cenderung berkumpul di sepanjang sisi
kaca penutup.
3. Terjadinya sedimen urin belum tentu sesuai dengan temuan dari
metode kualitatif atau semiquantitatif seperti tes protein urin, urin
14
occult blood reaction, dan tes esterase leukosit. Bahkan ketika sampel
negatif menggunakan strip tes multi-item, pemeriksaan sedimen urin
dapat berguna untuk diagnosis diferensial penyakit ginjal dan saluran
kemih serta penyakit sistemik.
15
dihitung tergantung pada konsentrasi partikel: jumlah yang lebih rendah
membutuhkan lebih banyak bidang untuk mencapai keandalan statistik).8
16
Sel Darah Merah (RBC) (RBC non-glomerulus, RBC
tipe glomerulus*1)
Sel darah putih*2 (WBC) (neutrofil, eosinofil, limfosit,
monosit)
2. Makrofag
3. Lainnya (mis. sel stroma endometrium*3, sel mesothelial*4)
B. Sel epitel 1. Sel Epitel Dasar
Sel epitel tubulus ginjal
Sel urothelial
Sel epitel kolumnar (mis. sel epitel kolumnar uretra, sel
epitel prostat, sel epitel vesikula seminalis, sel epitel
serviks, sel epitel endometrium, sel epitel intestinal)
Sel epitel skuamosa
2. Sel yang Terdegenerasi/ terinfeksi virus
Oval fat body*5
Sel yang mengandung inklusi intrasitoplasma
Sel yang mengandung inklusi intranuklear
Sel lain yang terinfeksi virus (mis. Sel yang diduga
terinfeksi oleh HpoV atau oleh HPV)
Sel yang tidak dapat diklasifikasikan
C. Sel atipikal*6 1. Sel Ganas epitel
2. Sel Ganas non-epitel
D. Silinder*7 1. Silinder Hyaline 7. Silinder WBC
2. Silinder epitel 8. Silinder vakuol terdenaturasi
3. Silinder granular 9. Garam / Kristal
4. Silinder lilin 10. Silinder makrofag
5. Silinder lemak 11. Lain (fibrin, hemoglobin,
6. Silinder RBC mioglobin)
E. Mikroorganis- 1. Mikroorganisme (bakteri, jamur)
me/ Parasit 2. Parasit (protozoa, cacing)
F. Garam / Kristal 1. Garam (mis. Fosfat amorf, fosfat, urat amorf, urat)
2. Kristal normal (mis. Kristal kalsium oksalat, kristal kalsium
fosfat, kristal urat)
3. Kristal abnormal (mis. Bilirubin, sistein, kolesterol, 2,8-
dihidroksiadenin)
4. Kristal obat (mis. Sulfamethoxazole,
sulfamethoxazoletrimethoprim)
G. Lainnya 1. Granula hemosiderin
2. Kontaminan (Obat / agen kontras, bubuk, tinja, serat,
serbuk sari, dll.)
Diambil dari JCCLS. 2010.1
*1 RBC dalam urin dibagi menjadi dua tipe utama, tipe nonglomerular dan glomerular,
sesuai dengan kriteria untuk pengetikan morfologis RBC urin (2010).
*2 WBC urin sebagian besar adalah neutrofil; Namun, jenis sel lain, seperti eosinofil,
limfosit, dan monosit meningkat sesuai kondisi patologis tertentu dan layak dilaporkan.
*3 Sering ditemukan dengan sel epitel endometrium sebagai kontaminan dalam sampel
yang dikumpulkan selama periode menstruasi.
*4 Dapat ditemukan pada pasien tertentu seperti fistula dinding perut/ kandung kemih.
*5 Sel yang mengandung butiran lemak berkaitan dengan penyakit ginjal seperti sindrom
nefrotik. Sel ini dibagi menjadi yang berasal dari sel epitel tubulus ginjal dan yang
17
berasal dari makrofag, tetapi secara kolektif disebut sebagai oval fat bodies (OFB). Tipe
sel makrofag ditemukan dalam sistitis, prostatitis, dan penyakit urologis lainnya harus
diklasifikasikan sebagai makrofag daripada OFB. Sel yang mengandung granula lemak
harus diklasifikasikan sebagai sel asalnya jika dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan
sebagai sel yang tidak dapat diklasifikasikan.
*6 Istilah "sel atipikal" mencakup sel-sel ganas dan jinak dalam sitologi klinis modern.
Hanya sel ganas dan sel yang diduga ganas harus dilaporkan sebagai sel disertai dengan
komentar informasi sel tersebut. Ketika menginterpretasikan hasil tes, ahli laboratorium
dalam pemeriksaan sedimen urin, seperti ahli teknologi klinis umum bersertifikat, dokter
yang bertanggung jawab atas pemeriksaan sitologi / patologi, dan dokter yang merawat,
harus berkonsultasi pada prinsipnya. Sel yang sulit diklasifikasi harus dilaporkan sebagai
sel yang tidak dapat diklasifikasikan dengan catatan tentang informasi morfologis.
*7 Silinder fibrin, silinder hemoglobin, silinder hemosiderin, silinder mioglobin, silinder
protein Bence Jones, silinder amiloid, silinder trombosit, dan silinder lainnya harus
didokumentasikan jika dapat diidentifikasi berdasarkan pewarnaan khusus bersama
dengan temuan laboratorium lainnya, informasi klinis, informasi klinis , dan data lainnya.
Tipe harus diidentifikasi menggunakan standar berikut:
1. Silinder hialin yang mengandung ≥3 RBC, WBC, sel epitel, dan granula lemak
dalam substrat harus diklasifikasikan sebagai silinder RBC, silinder WBC, silinder
epitel, dan silinder lemak. Jika tidak, silinder harus disebut sebagai silinder hialin.
Sebagai contoh, silinder hialin yang mengandung 2 RBC harus i silinder hialin.
2. Silinder disebut sebagai silinder granular jika granula terdiri setidaknya sepertiga sel
dalam substrat; jika tidak, silinder harus didokumentasikan sebagai silinder hialin.
3. Silinder yang berisi masing-masing tiga atau lebih elemen berganda dalam media
yang sama harus dilaporkan sebagai berikut:
• Silinder granular mengandung masing-masing ≥3 elemen seluler multipel/
elemen lain seperti granula lemak harus dilaporkan - silinder dari masing-masing
tipe serta silinder granular.
• Silinder lilin yang mengandung ≥3 elemen seluler harus dilaporkan sebagai
silinder seluler dan lilin.
• Silinder dalam bentuk transisi dari silinder granular ke silinder lilin/ dalam
bentuk campurannya harus dilaporkan sebagai silinder granular dan lilin.
4. Hal-hal seperti silinder meruncing/ cylindroid, dimasukkan dalam silinder hialin.
5. Jika silinder memiliki lebar sekitar ≥ 60 μm, harus dilaporkan sebagai broad cast
selain jenis silinder yang ada. Disarankan membandingkan silinder dengan elemen
lain (mis. RBC, WBC) pada sedimen yang sama untuk membantu perkiraan ukuran.
18
1. Diskosit Tipikal 2. Swollen Diskosit 3. Diskosit Atropik
Istilah atrofi dalam konteks ini tidak menggambarkan pengurangan ukuran, tapi menunjukkan
bentuk dengan margin laciniate yang dibentuk oleh RBC yang mengalami ekspansi yang
didorong osmolalitas rendah ke bentuk seperti disk diikuti oleh penyusutan yang didorong
osmolalitas tinggi. Jenis atrofi termasuk RBC dengan margin laciniate, sebelumnya disebut
sebagai sel confetti-like.
B. Sferosit
1. Sferosit 2. Sferosit Atropik 3. Humped Sferosit
Ketika sferosit humped terdeteksi, isolated hump segments RBC umumnya ditemukan di dasar.
Segmen RBC ini tidak boleh dihitung sebagai RBC.
C. RBC Transional Diskosit/Sferosit D. RBC yang terdehemoglobinisasi
dengan komponen granular
Dalam spesimen urin setelah biopsi prostat atau dari individu dengan penyakit ginjal polikistik,
granula agregat ditemukan di bagian membran RBC yang dihemoglobinisasi, tidak seperti
morfologi khas RBC yang dihemoglobinisasi, sebagai pengaruh dari cairan prostat/ cairan kista.
RBC tipe glomerulus (RBC dismorfik)
A. RBC Dismorfik doughnut-like
RBC dismorfik doughnut-like RBC dismorfik Condocyte/doughnut-like
Ketika RBC dismorfik humped/doughnut-like terdeteksi, isolated hump segments RBC dapat
ditemukan bersamaan di dasar, seperti halnya dengan humped/ spherocytes. Segmen RBC ini
tidak boleh dihitung sebagai RBC.
B. RBC Dismorfik Akantosit C. RBC Dismorfik tipe campuran
19
sebagai RBC tipe glomerular membutuhkan ≥5-9 RBC yang dapat diidentifikasi
sebagai RBC tipe glomerular untuk diamati dalam bidang × 400 (lensa objektif 40
×). Penilaian melibatkan klasifikasi ke dalam salah satu dari tiga tahap berikut:
“RBC tipe glomerular/ dominan”, “RBC tipe glomerular/ campuran sedang”, dan
“RBC tipe glomerular/ campuran minor”. Klasifikasi kriteria berdasarkan
peringkat jumlah RBC tipe glomerulus relatif terhadap jumlah total RBC. Kriteria
klasifikasi morfologi RBC terdapat di Tabel 5.1
20
isomorfik (normal) RBC menunjukkan perdarahan postrenal, apabila ditengah itu
maka kasus campuran. Disarankan bahwa fraksi acanthocytes dilaporkan juga,
karena mudah diidentifikasi oleh blebs pada permukaan sel dan ≥5% acanthocytes
merupakan indikasi untuk perdarahan ginjal. Penampilan morfologis sel
dysmorphic, terutama acanthocytes, dapat dipelajari dari publikasi yang tersedia.
Evaluasi yang benar dari morfologi sel darah merah yang abnormal dapat
bergantung pada osmolalitas urin, itulah sebabnya spesimen pagi
direkomendasikan; Pembentukan acanthocyte tidak terjadi secara in vitro dengan
frekuensi yang sama dengan bentuk dysmorphic lainnya.
Leukosit. Granulosit polimorfonuklear adalah leukosit yang paling sering
ditemukan dalam urin. Inti multilobular dan sitoplasma bergranula membuat
mudah diidentifikasi. Dalam metode pewarnaan, granulosit tidak selalu
memungkinkan warna masuk ke dalam sel. Pada pewarnaan Sternheimer, inti dan
inklusi biasanya berwarna biru cerah, sedangkan sitoplasma tetap kemerahan atau
kecoklatan. Granulosit dapat berkumpul membentuk clump. Mereka juga mudah
lisis ketika osmolalitas rendah atau ketika pH tinggi. Eosinofil membutuhkan
pewarnaan khusus untuk pendeteksiannya (pewarnaan Hansel).
Makrofag (histiosit) sering terlihat berhubungan dengan peradangan.
Sitoplasma granular tipis merah muda, sering diisi sisa-sisa sel darah merah dan
vakuola lainnya, dan inti kebiruan dengan kromatin yang terdistribusi tidak
merata pada pewarnaan Sternheimer.
Limfosit memiliki inti halus yang hampir memenuhi sel. Pada pewarnaan
Sternheimer, berwarna biru gelap. Sitoplasma jarang dan tanpa granula.
Sel epitel tubular. Jenis sel tubular berbeda melapisi segmen tubulus
ginjal yang berbeda sehinngga beberapa jenis sel tubular dapat ditemukan di urin,
yang berbeda ukuran dan bentuknya. Sel tubular inti tunggal, sitoplasma granular
dan lebih besar dari leukosit. Sebagian besar inti bulat hingga oval. Ø rata-rata
±13 mm, dan mungkin berasal dari segmen proksimal tubulus. Lebih jarang, sel-
sel persegi panjang, poligonal, atau kolumnar dapat terlihat, berasal dari tubulus
distal atau saluran pengumpul. Pada pewarnaan Sternheimer, sel-sel tubular
biasanya memiliki sitoplasma merah granular padat yang mungkin mengandung
21
tetesan lipid pada pasien dengan proteinuria berat, dan inti biru/ ungu. Cara
praktis untuk mempelajari morfologi sel tubular adalah dengan mencari sel-sel ini
di dalam silinder: sel-sel epitel dalam silinder secara definisi adalah sel-sel epitel
tubular.
Sel epitel transisional (urothelial). Pembelahan sel urothelial menjadi sel
superfisial dan lebih dalam telah dijelaskan baru-baru ini.
Sel urothelial superfisial berinti tunggal bulat hingga oval dengan
diameter rata-rata ±30 mm, dan halo pucat sekitar inti. Kadang-kadang mereka
bisa bi-atau berinti banyak. Sel-sel ini sering ditemukan pada pasien dengan
infeksi saluran kemih dan gangguan urologis
Sel urothelial yang dalam lebih kecil dari sel superfisial (diameter rata-
rata ±17 mm). Terdapat berbagai bentuk, sebagian besar berbentuk seperti club
atau ovoid, inti sentral atau perifer dan sitoplasma granular tipis. Biasanya
ditemukan berkaitan dengan karsinoma urothelial, batu ureter atau hidronefrosis.
Sel ini lebih gelap - sel urothelial superfisial. Bentuk atipikal sel urothelial juga
dapat ditemukan berkaitan dengan teknik cepat persiapan seluler yang digunakan
dalam urinalisis rutin. Interpretasi harus dilakukan di laboratorium sitologi
khusus.
Sel epitel skuamosa. Sel epitel skuamosa adalah sel urin yang paling
banyak. Berbentuk poligon, inti sentral dan diameter rata-rata ±55 mm. Sel
skuamosa berasal dari uretra dan vagina, dan biasanya merupakan penanda
kontaminasi urin selama pengumpulan spesimen.
Silinder. Silinder adalah elemen memanjang berbentuk silinder bervariasi
karena tekukan, kerutan, dan tepi yang tidak beraturan. Jenis silinder utama
dijelaskan di bawah ini.
Silinder hialin. Memiliki matriks dengan indeks bias rendah dan
diidentifikasi terbaik dengan mikroskop fase kontras. Ditemukan penyakit
parenkim ginjal dan normal.
Silinder granular. Mengandung butiran halus atau kasar, biasanya tidak
ditemukan pada subjek normal dan menunjukkan adanya penyakit ginjal.
22
Silinder lilin. Biasanya besar, tepi jernih/ batas indentasi, dan refraktil.
Silinder lilin homogen appereance, seperti lilin. Ditemukan pada pasien
insufisiensi/gagal ginjal.
Silinder berlemak. Mengandung partikel lipid. Silinder berlemak adalah
khas dari pasien dengan proteinuria berat yang terkait dengan lipoproteinuria.
Silinder seluler. Menurut sel yang dimiliki, silinder seluler
diklasifikasikan sebagai:
•
Silinder eritrosit (mengindikasikan perdarahan dari parenkim ginjal)
•
Silinder leukosit (biasanya granulosit) (mungkin mengindikasikan
pielonefritis akut, nefritis interstitial akut, atau glomerulonefritida proliferatif)
•
Silinder sel epitel tubular (yang ditemukan misalnya pada pasien dengan
NTA, nefritis interstitial akut, penolakan seluler akut pada ginjal cangkok,
dan gangguan glomerulus).
Karena fenomena degeneratif, seringkali sulit untuk mengatakan apakah
sel-sel di dalam silinder lebih berbentuk tubular daripada leukosit. Dalam kasus
seperti itu, definisi yang benar harus hanya “silinder seluler” saja.
Silinder hemoglobin dan mioglobin. Berwarna kecoklatan dengan
permukaan granular. Lebih sering, silinder hemoglobin berasal dari silinder
eritrosit, menunjukkan perdarahan parenkim ginjal. Namun, silinder hemoglobin
mungkin dikarenakan hemoglobinuria yang disebabkan oleh hemolisis
intravaskular. Silinder mioglobin dapat dilihat dalam urin pasien dengan gagal
ginjal karena sindrom crush.
Silinder Bilirubin berwarna kuning-cokelat karena bilirubin yang larut
dalam air (terkonjugasi) diekskresikan ke dalam urin. Bilirubin urin digunakan
dalam diferensiasi pasien ikterik jika pengukuran serum kurang memadai.
Silinder Bakteri dan jamur. jarang. Namun, dapat terlihat pada infeksi
bakteri atau infeksi jamur yang mempengaruhi ginjal.
Lipid terlihat sebagai tetesan terisolasi atau clump (bebas atau di dalam sel
dan silinder), atau sebagai oval fat bodies (partikel bulat mengandung tetesan
lipid), silinder lemak atau kristal kolesterol (lihat di bawah). Lipid diidentifikasi
karena refraktilitasnya dan kemampuannya untuk mempolarisasi cahaya.
23
Kristal.
•
Asam urat. Lozenges, barrel/ rosette kuning dan birefringence khas di bawah
cahaya terpolarisasi.
•
Kalsium oksalat dihidrat. Biasanya bipyramidal. dapat didalam agregat.
Hanya kristal besar yang menunjukkan birefringence.
•
Kalsium oksalat monohidrat. Cakram ovoid, dumbbell, bikonkaf berwarna
cerah.
•
Kalsium fosfat. Prisma, jarum atau mawar yang polarize ringan. Ketika
terjadi di preparat, kalsium fosfat bukan birefringence.
•
Triple fosfat. Prisma birefringence transparan, berbentuk “peti mati”.
•
Asam urat dan fosfat amorf. Partikel butiran, sering clump. Urat ditemukan
dalam urin asam, fosfat dalam urin alkali. Urat mempolarisasi cahaya
sedangkan fosfat tidak.
•
Sistin. Pelat tipis, heksagonal, birefringent dengan sisi yang tidak beraturan.
Mereka dapat diisolasi, ditumpuk satu sama lain, atau clump dan rosettes.
Dapat dilihat pada pH rendah (<6) dan biasanya setelah inkubasi semalaman
pada + 4ºC.
•
Leusin. Bola tampak berminyak dengan lurik konsentris.
•
Tirosin. Jarum tipis, sering beragregasi atau rosettes.
•
Kolesterol. Pelat tipis transparan ujung dan sudut tajam, terkait dengan
proteinuria berat.
•
Kristal obat. Sulphadiazine (kristal bepenampilan “berkas gandum”,
triamterene, asiklovir (kristal birefringent dan needle shaped), indinavir
(kristal berbentuk seperti bintang [294] dan vitamin C [56, 163]).
Mikroba. Bakteri dapat dilihat pada mikroskop rutin; batang sangat
terlihat dengan mikroskop fase kontras. Cocci mungkin terganggu dengan
presipitasi garam.
•
Jamur. Sel Candida spp. elemen oval atau bulat tidak menyerap warna, juga
muncul sebagai hyphi. Budding adalah ciri morfologis yang paling khas. Pada
sebagian besar disebabkan kontaminasi dari vagina, walaupun mungkin
24
mewakili infeksi yang sebenarnya pada pasien yang mengalami defisiensi
kronis atau yang imun defisiensi.
•
Protozoa. Trichomonas vaginalis, ketika hidup mudah diidentifikasi karena
motilitas flagela dan gerakan tubuh yang cepat dan tidak teratur. Ketika mati
mirip dengan leukosit. Kebanyakan kasus ada dalam urin karena kontaminasi.
•
Parasit. Diagnosis infestasi parasit oleh Schistosoma haematobium
tergantung pengamatan telur dalam urin. Ukuran ±140x50μm, spindle shaped
dengan anterior bulat dan ujung posterior kerucut meruncing ke tulang
belakang terminal yang halus, dapat terlihat menetas jika urin cukup cair.8
Ringkasan karateristik komponen sedimen urin ada di Tabel 6 dan 7.
Tabel 6. Diferensiasi sel-sel urin dengan optik fase kontras/ pewarnaan supravital.
Tipe Sel Inti Sitoplasma Lain - lain
Granulosit Multilobular/ berbentuk granular, mudah sering clump, bentuk
batang, tidak selalu berdegenerasi bulat
terwarnai, berwarna
biru cerah jika terwarnai
Granulosit Granular Pewarnaan Hansel
eosinofilik untuk identifikasi
Makrofag Kebiru-biruan, kromatin “Tipis”, granular, Granula fagositosis;
tidak rata ukuran sel-sel bentuk bulat/ tuberous/
merah di dalamnya dendritik
bervariasi
Limfosit Hampir mengisi seluruh Halus, selaput tipis
sel, (gelap) biru jernih rusak dan tipis
Sel epitel Degenerasi, kecil, bulat, Pucat, besar, Seringkali berbentuk
skuamosa (poligonal) sedikit granular clump/poligonal/folded
Sel epitel Oval/ bulat, kecil, Besar, dengan halo Bentuk bundar/oval,
transisional, kromatin granula halus, perinuklear bening clump (kateter?)
superfisial inti sering terlihat ≥1 merah muda halus
Sel epitel Baik, besar, inti jelas, Mungkin banyak Berbagai bentuk,
transisional, sentral atau eksentris granula atipikal terkadang atipikal
deep merah gelap
Sel epitel Homogen, jelas, biru / Granula gelap Lihat sel-sel di dalam
tubulus ungu, int8 mungkin ada merah, “tebal”, silinder; bulat, atau
ginjal granula oval, clump
degeneratif/ lemak
Diambil dari ECLM. 2000.8
Sel epitel prostatik tidak dapat dibedakan dari sel epitel transisional dengan metode ini; partikel
prostat dapat terlihat sesekali.
Intensitas pewarnaan bervariasi dan tergantung lama pajanan terhadap cat serta faktor-faktor yang
tidak diketahui terkait dengan spesimen. Rasio biru ke merah juga dipengaruhi oleh tempat cat
yang digunakan dalam persiapan pewarnaan.
Tabel 7. Diferensiasi Partikel Urin Lain (fase kontras atau pewarnaan supravital).
25
Tipe Partikel Features
Mikroba
Bakteri
Batang Gelap, sering rantai
Kokkus Gelap, isolated, berpasangan, rantai atau cluster
Ragi Nukleus sering terlihat, budding; tidak terwarnai dengan baik; juga
sebagai hyphi bercabang (pseudomyceliae)
Silinder
Silinder seluler Sel (eritrosit, leukosit, sel tubular) dalam matriks silinder
Silinder mikroba Penampilan granular; batang mungkin tampak jelas dapat dilihat
Silinder hialin Indeks bias rendah, dapat terjadi sebagai biru gelap, kompak atau
fibrilar, kadang berbelit-belit
Silinder granular Butiran berbagai ukuran dan warna, biasanya merah
Silinder lilin Refraktil, dengan tepi yang keras dan menjorok; warna merah
daripada biru
Silinder lemak Tetesan lipid dapat diisolasi, clump, atau packed; spikula
kolesterol menonjol
Silinder Hemoglobin dan mioglobin (merah-coklat), bilirubin (kuning-
berpigmen oranye-coklat)
Diambil dari ECLM. 2000. 8
26
Ditemukan pada nefritis kronik, penyakit glomerulus dan tubulus ginjal
Silinder lemak
Berhubungan denan proses yang kronik misalnya sindroma nefrotik,
Glomerulonefritis kronik (GNK).
Silinder lilin /waxy cast
Menunjukkan adanya kondisi patologis yang serius pada ginjal dan saluran
kemih seperti Gagal Ginjal Kronis (GGK), hipertensi maligna, renal
amiloidosis, nefropati diabetikum.
Bakteri dan Protozoa
Diidentifikasi dengan pewarnaan gram pada sedimen atau dengan biakan
urin, mungkin dijumpai gram negative basilus seperti Escherichia coli,
Pesudomonas, Proteus atau gram positif kokus seperti Streptokokus pyogen.
Kristal
Kristal leusin dan tirosin biasanya terjadi bersamaan dan ditemukan pada
penderita dengan gangguan hati yang berat.
27
Penilaian
Positif satu (1+): Bila jumlah sedikit
Positif dua (2+): Bila jumlah banyak
Positif tiga (3+): Bila jumlah banyak sekali
Positif empat (4+): Bila jumlah tidak terhitung
Nilai Rujukan
Eritrosit: 0-1/LPB
Leukosit: 1-3/LPB
Epitel Squamous: 10-15/LPK
Epitel RTC: 0/LPK
Epitel Transisional: 1-5/LPK
OFB: 0/LPK
Bakteri/Parasit: Tidak ditemukan
28
Buat tabel dan masukkan unsur – unsur sedimen urin yang dihitung, lalu
masukkan jumlahnya tiap lapang pandang sebanyak 10 lapang pandang,
jumlahkan dan rata – rata, kemudian laporkan dengn range (misal 0-1/LPK).
Apabila jumlah unsur sedimen menutupi lapang pandang maka dilaporkan
sebagai Penuh/LPK atau /LPB
Contoh perhitungan LPK dan LPB (10 LP)
29
S-Y & KOVA slide
Cara S-Y dan KOVA menggunakan kamar hitung khusus untuk
menghitung sedimen urin. Modifikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan kamar hitung sel darah.
30
Urin dikocok homogen, dituangkan 12 ml
Disentrifuge 5 menit 2000 rpm
Dibuang urin hingga tersisa 0,6 ml sedimennya.
Tambahkan 1 tetes zat warna Shih Yung atau Sternheimer Malbin
Kocok pelan-pelan dan ambil 1 tetes untuk diisikan ke kamar hitung.
Periksa dengan lensa 10x dan 40x dan lakukan penghitungan.
31
Ketidaksamaan karena multistick mendeteksi kehadiran leukosit
berdasarkan enzim leukosit esterase.
3.4. Hubungan Derajat Positif Multistick dengan Jumlah Sel
Eritrosit Multisticka Leukosit Esterase Multistickb
1+ = 5-15 sel/µl (Small) 1+ = 10-25 sel/µl (Small)
2+ = 30-100 sel/µl (Moderate) 2+ = 75 sel/µl (Moderate)
3+ = 150-300 sel/µl (Large) 3+ = 500 sel/µl (Large)
Bila diatas 300 sel/µl Pakai Bila diatas 500 sel/µl --> pakai
Shih Yung Shih Yung
Gambaran kasar range sel, Gambaran kasar range sel,
tidak jumlah sebenarnya. tidak jumlah sebenarnya.
a.
b.
32
Gambar 2. Contoh Formulir Laboraorium untuk Analisis Urin.
Diambil dari Ahmad Ripani. 2016.9
Aturan Pelaporan 9
Eritrosit, Leukosit, sel glitter dan OFB di laporkan sebagai jumlah rata-rata
sel/LPB
Silinder-silinder dan sel-sel epitel dilaporkan sebagai jumlah rata-rata
sel/LPK
Kristal-kristal dilaporkan dengan derajat/tingkat positif : (-), (1+), (2+),
(3+)
Bakteri, Jamur dan Hifa dilaporkan dengan derajat/tingkat positif: : (-),
(1+), (2+), (3+)
Mikroorganisme lainnya dilaporkan dalam (-) atau (+)
Telur cacing dilaporkan dalam (-) atau (+)
33
Mucus Thread dilaporkan dalam (-) atau (+)
2. Pelaporan Silinder
Hasil pemeriksaan mikroskopis LPK (10 ×) harus dijelaskan berdasarkan
perkiraan jumlah di seluruh bidang (WF) atau bidang individu (LPK), atau
secara kualitatif sesuai dengan kriteria yang dijelaskan dalam Tabel 8.
34
Tabel 8. Pelaporan Silinder menurut JCCLS.
Pelaporan Temuan/ WF Temuan /100 LPK Hasil Pelaporan
- 0 0 0/100 LPK
1-4 1-4
1+ 1/WF s/d < 1/10 LPK
5-9 5-9
10-19 10-19
2+ 1-2/10 LPK
20-29 20-29
30-49 30-49
3+ 3-9/10 LPK
50-99 50-99
4+ 100-999 100-999 1-9/LPK
5+ ≥1000 ≥1000 ≥ 10/LPK
Diambil dari JCCLS. 2010.1
3. Pelaporan Mikroorganisme
Hasil pemeriksaan mikroskopis HPF (40 ×) harus dijelaskan secara
kualitatif sesuai dengan kriteria yang diuraikan dalam Tabel 9.
4. Pelaporan Parasit
Hasil pemeriksaan mikroskopis HPF (40 ×) harus dijelaskan secara
kualitatif sesuai dengan kriteria yang diuraikan dalam Tabel 10.
35
Tabel 11. Pelaporan Kristal dan Garam menurut JCCLS.
Pelaporan Kristal Garam
- 0 0
1+ 1-4/LPB Jumlah sedikit
2+ 5-9/LPB Jumlah sedang
3+ ≥10/LPB Jumlah banyak
Diambil dari JCCLS. 2010.1
36
II.2. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL SEDIMEN URIN
Pemantapan Mutu Internal laboratorium melakukan pemeriksaan sedimen
urin menggunakan bahan kontrol yang disediakan pabrikan produsen reagen yang
disebut The QuanTscopics Urin Microscopics Control dimaksudkan untuk
digunakan sebagai bahan kontrol berkualitas untuk evaluasi mikroskopis dari
berbagai metode sedimen urin. Kontrol QC mikroskopis harus dijalankan setiap
hari untuk akurasi dan presisi. Sedimen urin mikroskopis umumnya meliputi
deteksi dan identifikasi eritrosit, leukosit, sel epitel, bakteri, silinder dan kristal.
The QuanTscopics Urin Microscopic Control tersedia dalam dua level, level 1
untuk kontrol urin normal dan level 2 untuk kontrol urin positif. Bentuk cair, siap
digunakan, tidak memerlukan pelarut atau pengenceran. Kontrol terbuat dari urin
manusia yang stabil untuk sel eritrosit manusia, leukosit manusia, dan asam urat,
kristal kalsium fosfat dan kalsium oksalat telah ditambahkan. Pengawet telah
ditambahkan untuk menjaga keutuhan produk.5,10
2. Pelaksanaan
Penyelenggara akan mengirimkan lembar soal berisi 10 macam gambar
sedimen urin yang disebut Foto Survey PNPME – Urinalisis (Gambar 3).
Laboratorium peserta diharapkan mencocokkan masing-masing gambar
tersebut dengan pilihan jawaban yang telah disediakan dengan benar dan
37
lengkap. Laboratorium Peserta menuliskan jawaban dan melengkapi data
pada kolom formulir yang tersedia yang terdiri dari:
1. Nomor kode peserta
2. Tanggal penerimaan
3. Tanggal pemeriksaan
4. Nama, alamat jelas, stempel/cap laboratorium, nomor telpon, serta
nama dan tanda tangan pemeriksa serta penanggung jawab laboratorium
5. Kolom komentar/ saran.
3. Penilaian
Tiap jawaban laboratorium peserta akan diberi skor/ nilai sebagai berikut:
Bila jawaban benar, tepat dan lengkap dengan nilai 100
Bila jawaban kurang tepat/ tidak lengkap dengan nilai 50
Bila jawaban tidak tepat dengan nilai 25
Bila tidak menjawab dengan nilai 0
38
Gambar 4. Foto Survey Progam Nasional PME Bidang Urinalisis Tahun 2012.
Diambil dari PNPME. 2013.11
39
BAB. III
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
41