Anda di halaman 1dari 47

PEMANTAPAN MUTU SEDIMEN URIN

Oleh :
dr. Emelia Wijayanti

Pembimbing :
Dr. dr. Purwanto Adipireno, Sp.PK(K).

PROGAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS STASE 2 SEKRESI EKRESI

“PEMANTAPAN MUTU SEDIMEN URIN”

Penyusun :
dr. Emelia Wijayanti
(NIM. 22180116320006)

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing :


Tanggal : 20 Maret 2019

Pembimbing

Dr. dr. Purwanto Adipireno, Sp.PK(K).

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
Daftar Gambar ................................................................................................. iv
Daftar Tabel ..................................................................................................... v
BAB. I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB. II. PEMANTAPAN MUTU SEDIMEN URIN.................................... 3
II.1. Standar Prosedur Pemeriksaan Sedimen Urin.................................. 4
II.2. Pemantapan Mutu Internal Sedimen Urin ....................................... 37
II.3. Pemantapan Mutu Eksternal Sedimen Urin..................................... 37
BAB. III. KESIMPULAN ............................................................................... 40
Daftar Pustaka .................................................................................................. 41

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penilaian Perkiraan Sedimen Urin ................................................. 27


Gambar 2. Conton Formulir Laboratorium Analisis Urin ............................... 33
Gambar 3. Pelaporan Sedimen Urin ................................................................ 34
Gambar 4. Foto Survey PNPME Bidang Urinalisis Tahun 2012 .................... 39

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai Rentang Normal Pemeriksaan Mikroskopis Sedimen Urin 3


Tabel 2. Ringkasan Standar Pemeriksaan Sedimen Urin ......................... 11
Tabel 3. Klasifikasi Komponen Sedimen Urin ......................................... 17
Tabel 4. Morfologi RBC ........................................................................... 19
Tabel 5. Kriteria Klasifikasi Morfologi RBC tipe Glomerular ................ 20
Tabel 6. Diferensiasi sel-sel urin dengan optik fase kontras/
pewarnaan supravital................................................................... 25
Tabel 7. Diferensiasi Partikel Urin Lain ................................................... 26
Tabel 8. Pelaporan Silinder ...................................................................... 35
Tabel 9. Pelaporan Mikroorganisme ........................................................ 35
Tabel 10. Pelaporan Parasit ........................................................................ 35
Tabel 11. Pelaporan Kristal dan Garam ...................................................... 36

v
6
BAB. I
PENDAHULUAN

Pemeriksaan urin berfungsi sebagai tes skrining penting untuk ginjal,


saluran kemih, dan penyakit sistemik. Pemeriksaan urin dapat secara akurat
mendeteksi lima kelainan urin, yaitu, (1) piuria, (2) bakteriuria, (3) hematuria, (4)
proteinuria, dan (5) urin abnormal secara metabolik (mis. Kristaluria, glikosuria).1
Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik sedimen
urin dan pemeriksaan kimia urin. Pemeriksaan makroskopik adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk menilai tes warna, kejernihan, bau, berat jenis dan pH.
Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton. Pemeriksaan mikroskopik
untuk melihat adanya sedimen urin seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, torak,
bakteri, kristal, jamur dan parasit.2,3
Sedimen urin adalah unsur yang larut didalam urin yang berasal dari
darah, ginjal dan salurankemih. Sedimen urin dapat memberikan informasi
penting bagi klinis dalam membantu menegakkan diagnosis dan melihat
perjalanan penyakit penderita dengan kelainan ginjal dan saluran kemih.2
Pemeriksaan sedimen urin adalah pemeriksaan morfologis yang secara
akurat mengidentifikasi dan secara kasar menghitung elemen yang terbentuk dari
urin, yaitu sel epitel, sel darah, silinder, garam / kristal, dan bakteri, untuk
memberikan informasi tentang kondisi patologis yang menyertai kelainan urin
dengan kombinasi temuan pemeriksaan urin kualitatif.1 Keberadaan suatu benda
normal atau tidak normal yang terdapat dalam urin dapat menunjukkan keadaan
organ tubuh. Jumlah eritrosit melebihi nilai rujukan dalam urin dapat
menunjukkan terjadinya perdarahan disaluran kemih bagian bawah. Diagnosis
hematuria mikroskopik ditegakkan apabila didapatkan lebih dari 5 eritrosit per
lapang pandang besar.3
Pemeriksaan sedimen urin sangat berguna untuk membantu menegakkan
diagnosa maupun untuk melakukan skrining. Selain pemeriksaan yang cepat, hasil
yang akurat juga menjadi tuntutan laboratorium, sehingga diperlukan suatu
prosedur pemeriksaan dan pemantapan mutu, baik yang dilakukan oleh

1
laboratorium itu sendiri (Pemantapan Mutu Internal / Internal Quality Control)
maupun oleh lembaga - lembaga luar yang sudah ditunjuk oleh pemerintah seperti
BBLK (DEPKES) dan PDS PatKLIn, yang dikenal dengan Pemantapan Mutu
Eksternal (External Quality Control/Assurance).
Perlunya melakukan Pemantapan Mutu Internal adalah untuk evaluasi
harian kinerja laboratorium, yang mana hasilnya dapat diperoleh segera dan hasil
dapat langsung melakukan evaluasi. Pemantapan mutu eksternal adalah evaluasi
yang dilakukan secara periodik (tahunan) oleh lembaga atau institusi yang
kredibel untuk melakukan kontrol kualitas laboratorium peserta, sehingga
memiliki objektivitas yang tinggi dan dapat menjadi acuan dan meningkatkan rasa
percaya pada pasien maupun klinisi dalam mempergunakan jasa laboratorium.4
Terdapat beberapa guidelines atau pedoman tentang prosedur pemeriksaan
sedimen urin dari berbagai negara yang akan di bahas di makalah ini, antara lain
dari European Confederation of Laboratory Medicine (ECLM) pada tahun 2000,
dan Japanese Committee for Clinical Laboratory Standards (JCCLS) GP1-P4
pada tahun 2010.

2
BAB. II
PEMANTAPAN MUTU SEDIMEN URIN

Evaluasi mikroskopis standar untuk sedimen urin penting untuk analisis


rutin urin. Seiring dengan analisis fisika dan kimia, pemeriksaan mikroskopik urin
dapat memberikan nilai informasi mengenai tidak hanya penyakit saluran ginjal
dan saluran kencing, tetapi juga penyakit metabolik yang terkait ginjal.5
Banyak jenis sedimen urin yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
mikroskopik urin. Komponen sedimen urin ini berasal dari sepanjang saluran
sistem kemih, mulai dari glomerulus sampai ke uretra, atau merupakan hasil
kontaminasi (contoh : darah menstruasi, spermatozoa, serat atau amilum).
Beberapa komponen berupa sel, seperti sel darah dan sel epitel disebut sebagai
unsur organik; selebihnya adalah komponen kimia, seperti Kristal atau substansi
tanpa bentuk jelas yang dapat ditemukan di sedimen urin disebut sebagai unsur
anorganik.2,6 Silinder - badan silindris dengan matriks glikoprotein terbentuk di
lumen tubulus renalis dan terdorong keluar ke dalam urin. Mikroorganisme
oportunistik seperti bakteri, ragi dan trichomonas dapat juga ditemukan pada
sedimen urin. Tidak semua sedimen urin menandakan proses patologis, tapi
terdapatnya komponen “abnormal” dalam jumlah besar merupakan diagnosis yang
signifikan. Identifikasi dan jumlah komponen yang ditemukan pada sedimen urin
dapat memberikan informasi progresifitas atau resolusi dari suatu penyakit.
Normalnya sedikit eritrosit, leukosit, sel epitel dan sedimen hialin ditemukan pada
sedimen urin individu yang sehat. Rentang nilai normal untuk masing-masing
komponen yang terdapat dalam sedimen urin dapat dilihat pada tabel 1.6

Tabel 1. Nilai Rentang Normal Pemeriksaan Mikroskopik Sedimen Urin


KOMPONEN JUMLAH PERBESARAN
Sel darah merah 0-3 LPB
Sel Darah putih 0-8 LPB
Silinder 0-2 hialin LPK
Sel Epitel : Skuamosa Sedikit LPK
Transisional Sedikit LPB
Renal Sedikit LPB
Bakteri dan ragi Negative LPB
Diambil dari Stefanus Lembar. 2013.6

3
Tujuan Pemeriksaan sedimen urin adalah untuk mengidentifikasi jenis

sedimen yang dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih, selain

itu pemeriksaan sedimen urin dapat dipakai untuk memantau perjalanan penyakit

ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan dan dapat dipakai untuk konfirmasi

pemeriksaan kimia urin seperti adanya silinder memastikan adanya albuminuria,

adanya eritrosit dalam urin menandakan uji darah samar positif, ditemukan bakteri

biasanya disertai uji nitrit yang positif dan leukosit yang banyak di dalam sedimen

urin menunjukkan uji esterase yang positif .2

II.1. STANDAR PROSEDUR PEMERIKSAAN SEDIMEN URIN

Pemeriksaan sedimen urin tidak memerlukan persiapan khusus pada

pasien.2 Untuk menjamin akurasi dan presisi pemeriksaan mikroskopis urin

diperlukan suatu standarisasi. Standarisasi mencakup penggunaan bahan, langkah

pemeriksaan, waktu dan peralatan yang sama.7

II.1.1. Metode Mikroskopis Visual


A. Sampel Urin
1. Jenis Spesimen Urin 1
Klasifikasi berdasarkan waktu pengumpulan
1. Urin Pagi : urin pertama di pagi hari.
2. Urin Sewaktu : spesimen urin kapan saja kecuali urin pagi.
3. Urin – Post Loading : setelah berolahraga & setelah pijat prostat, dll.
4. Urin 24 Jam: pada prinsipnya, spesimen yang disimpan 24 jam tidak boleh
digunakan untuk pemeriksaan sedimen urin.

Klasifikasi berdasarkan jenis pengumpulan urin

4
1. Urin alami: urin secara alami.
a. Urin total: urin sepenuhnya dikumpulkan dalam satu berkemih alami.
b. Urin parsial: bagian dari urin tunggal yang terdiri dari
 Urin pertama: bagian pertama dari urin.
 Urin Midstream: 2/3 bagian tengah urin.
2. Ureter kateter: urin dikumpulkan dengan kateter uretra.
3. Urin kandung kemih: urin dikumpulkan dengan aspirasi urin dari kandung
kemih melalui dinding perut anterior.
4. Urin berkemih ganda: urin dari sekali berkemih tetapi membagi spesimen
sesuai dengan tujuan pemeriksaan.
5. Lainnya: sampel urin setelah operasi pengalihan urin, mis: operasi saluran
ileum.

2. Perhatian selama pengumpulan urin


Hal yang harus dicatat agar hasil pemeriksaan sedimen urin akurat. 1
1. Spesimen urin pagi hari dan midstream sesuai untuk pemeriksaan sedimen
urin; dengan demikian, pasien harus diberikan instruksi yang diperlukan.
2. Dokumentasikan dengan jelas jenis spesimen dan metode pengumpulan
(mis., Urin alami, urin kateter).
3. Bersihkan meatus uretra sebelum mengumpulkan urin. Khususnya wanita,
pedoman pengumpulan urin, termasuk penggunaan prosedur pembersihan,
harus diberikan untuk mencegah kontaminasi oleh komponen vulva (mis.,
RBC, sel darah putih, skuamosa epitelial). sel, bakteri).
4. Tambahkan formalin dalam perbandingan 1,0 mL per 100 mL urin sebagai
pengawet jika sangat diperlukan. Glutaraldehyde adalah pilihan untuk
fiksasi sedimen.
5. Pada prinsipnya, waktu pengumpulan urin harus diperhatikan.
6. Periksa spesimen urin dalam waktu tidak lebih dari 4 jam setelah
pengumpulan. Durasi penyimpanan memengaruhi sifat urin secara berbeda
di antara spesimen. Setelah penyimpanan lama, RBC, sel darah putih, sel

5
epitel, dan silinder cenderung menurun jumlahnya, sedangkan jumlah
bakteri dan jamur cenderung meningkat.
7. Spesimen dari wanita selama menstruasi tidak sesuai untuk pengujian.
Dalam hal kebutuhan mutlak, spesimen harus diberi label.

3. Wadah spesimen urin 1


1. Wadah harus terbuat dari kertas bersih yang dilapisi resin, resin polistiren,
plastik, atau kaca. Bagian dalam wadah tidak boleh dilapisi.
2. Jika hanya aliquot spesimen yang akan diserahkan untuk pengujian,
seluruh spesimen harus dicampur jauh sebelum aliquoting. Tutupnya harus
diletakkan di wadah.
3. Saat menggunakan kantong pengumpul urin (terutama untuk bayi baru
lahir dan bayi), perawatan harus dilakukan untuk menempelkan kantong
dengan benar sehingga air seni tidak bocor.

B. Persiapan Spesimen
Penting untuk mengamati dan mencatat penampilan urin saat menyiapkan
spesimen untuk pemeriksaan sedimen urin. Poin spesifik termasuk warna,
kekeruhan, hematuria, dan benda asing (mis., Kotoran, kertas) dilaporkan
sebanyak mungkin. Spesimen urin sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar
karena elemen bentukan seperti eritrosit, leukosit, silinder hialin mudah hancur
dan larut dalam urin yang alkali. Pendinginan urin dapat menyebabkan presipitasi
Kristal urat, Kristal fosfat dan Kristal-kristal non patologis lainnya sehingga dapat
menghalangi pemeriksaan elemen sedimen lainnya. Urin yang diambil sebagai
spesimen adalah urin pancar tengah untuk menghindari kontaminasi pada
sedimen. Sebelum dipindahkan ke tabung pemusingan, urin harus diaduk rata.7
1. Pencampuran
Campur air seni dengan baik untuk mencapai keseragaman.

6
2. Sentrifugasi
1. Tabung Sentrifugasi
Gunakan tabung sentrifugasi yang tajam, runcing (tipe spitz) dengan
akurat menghasilkan 10 dan 0,2 mL, berbahan styrene poliakrilik
transparan.1
2. Volume Urin
Volume urin yang direkomendasikan untuk pemeriksaan urin adalah 12
ml, namun volume dapat berkisar 10 -15 ml. Jumlah ini tidak selalu bisa di
dapatkan, terutama pada pasien anak. Dalam keadaan khusus volume urin
dapat diurangi menjadi 6 ml, dengan demkian semua jumlah penghitungan
numerik dari pemeriksaan sedimen harus dikali dua dan apabila sampel
urin yang di dapatkan kurang dari 3 ml maka urin diperiksa secara
mikroskopis tanpa mengkonsentrasikan sedimen. Catatan khusus harus
disertakan pada spesimen apabila volume urin yang tersedia untuk
pemeriksaan sedimen kurang dari jumlah yang seharusnya.7
3. Sentrifugasi
Harus dari tipe swing dan bukan tipe angle.1
4. Kondisi Sentrifugasi
Tabung sentrifugasi harus ditempatkan secara seimbang. Sentrifus harus
dibiarkan berhenti alami sebelum mengambil tabung sentrifugasi.1
5. Kecepatan sentrifugasi (relative centrifugal force (RCF))
RCF pada jumlah rotasi tertentu bervariasi dengan ukuran (jari-jari)
sentrifus, jumlah rotasi untuk setiap sentrifus harus dihitung menggunakan
rumus dari JCCLS ataupun ECLM.1,8
a. JCCLS merekomendasikan RCF 500×g selama 5 menit.
RCF (g) = 11,18 × (rpm/1.000)2 × R
b. ECLM merkomendasikan RCF 400 x g selama 5 menit. Sentrifugasi
berpendingin lebih menguntungkan saat bekerja dengan spesimen
tanpa pengawet dalam jumlah, akan tetapi presipitasi kristal
meningkat pada suhu rendah.
RCF = 1,118 x 10-5 x r x RPM2

7
RPM = 6000 x √1/r, jika RCF = 400 x g
(r = jari-jari sentrifuse dari pusat poros ke bagian bawah tabung (cm);
rpm: rotasi per menit)
RCF lebih dipilih dibandingkan RPM ( Revolution per minute) karena
Kecepatan sentrifugasi 450 g menghasilkan konsentrasi sedimen yang
optimal tanpa merusak elemen yang rapuh seperti silinder selular.6 jika
menggunakan RPM maka dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan
1500 – 2000 RPM selama 5 menit.7 Untuk menghindari kontaminasi
dan aerosol biohazard, semua spesimen harus disentrifugasi di tabung
tertutup.
6. Volume Sedimen
Urin supernatan harus dibuang dengan aspirator/ pipet atau dengan
dekantasi (tidak boleh dituang) untuk meninggalkan volume sedimen 0,2
mL. Unsur-unsur penting yang terbentuk di urin akan terdilusi jika volume
sedimen melebihi 0,2 mL.1,8 Faktor konsentrasi yang tepat sangatlah
penting untuk menghubungkan hasil yang ditemukan pada pemeriksaan
dengan volume asli urin. Pemilihan faktor konsentrasi yang optimal
tergantung pada ukuran tabung spesimen yang digunakan dan pipet untuk
membuang supernatan; kisaran konsentrasi biasanya 10-25 kali lipat. 8
Konsentrasi adalah perbandingan volume awal dan akhir sediaan urin.
Contohnya volume awal 12 ml, kemudian superrnatan dibuang hingga
menyisakan volume 0,5 ml, maka konsentrasi urin tersebut adalah 0,5 : 12
= 1:24. Untuk metode konvensional menggunakan konsentrasi 12 : 1
dengan cara membuang urin supernatant menggunakan pipet dari 12 ml
hingga tersisa 1 ml urin untuk kembali di resuspensi. Setelah
dikonsentrasikan, urin kembali di resuspensi dengan cara mengetuk pelan
tabung reaksi beberapa kali agar sedimen bercampur kembali atau dengan
menggunakan pipet khusus. Pemeriksa tidak boleh mencampur tabung
pemusingan dan pipet dari jenis merk yang berbeda karena menggunakan
produk dari merk yang berbeda dapat mempengaruhi volume urin yang
tersisa dengan demikian mempengaruhi konsentrasi sedimen yang

8
sesungguhnya. Volume sedimen yang diletakkan pada kaca objek harus
konsisten untuk setiap spesimen. Ketika menggunakan metode
konvensional volume yang direkomendasikan adalah 20 µl (0,02 ml) yang
ditutupi kaca penutup ukuran 22 x 22 mm. lubernya spesimen keluar dari
kaca penutup harus dihindari karena dapat menyebabkan hilangnya elemen
berat seperti silinder.6

3. Pewarnaan dan optik


Mikroskop fase kontras dianjurkan dibandingkan dengan mikroskop
medan terang, teknik fase kontras memungkinkan deteksi yang lebih baik,
terutama untuk bakteri, RBC dan silinder hialin. Dengan mikroskop medan
terang, pewarnaan supravital wajib dilakukan untuk diferensiasi yang tepat.
Dalam penggunaan rutin, kontras warna biru dan merah (mis. pewarnaan
Sternheimer Alcian blue - pyronin B lebih baik daripada violet (gentian
violet) - saffranin O (Sternheimer-Malbin). Publikasi tentang keberhasilan
penggunaan toluidine blue juga sudah ada. Persiapan pewarnaan juga dapat
ditinjau secara rutin oleh optik fase kontras untuk mendapatkan manfaat dari
kedua teknik. Filter untuk cahaya polarisasi sangat membantu untuk
identifikasi kristal yang benar dan, dalam beberapa kasus, juga lipid.1
Untuk tujuan khusus, prosedur pewarnaan lainnya harus digunakan. Untuk
mendeteksi granulosit eosinofilik, pewarnaan Hansel direkomendasikan.
Dalam pemeriksaan sitologis urin yang tepat untuk mendeteksi sel kanker,
pewarnaan Papanicolaou dengan prosedur fiksasi sudah mendunia. Ini di luar
ruang lingkup laboratorium umum.8
Pengecatan yang paling sering digunakan untuk sedimen urin adalah Supravital
Sternheimer-Malbin. Pengecatan ini mengandung kristal ungu dan cat safranin, dapat
digunakan sebagai pengecatan struktur sel pada umumnya. Larutan Sternheimer-
Malbin terdiri dari larutan A dan B yang disimpan terpisah. 6,7
 Larutan A: methylviolet 3 gram dilarutkan dalam alkohol 95% 20 ml,
ditambah amoniumoksalat 0,8 gram, dan aquadest sampai 80 ml.

9
 Larutan B: safranin 0,25 gram dilarutkan dalam alkohol 95% 10 ml,
ditambah aquades sampai 100 ml.
Larutan kerja dibuat dengan mencampur 3 ml larutan A dan 97 ml larutan B
kemudian disaring. Larutan kerja ini harus disaring setiap dua minggu sekali,
dan diganti dengan yang baru setiap tiga bulan.7
Untuk pemeriksaan mikroskopis sedimen urin dengan menggunakan
pengecatan yaitu dengan menambah 2-3 tetes larutan kerja Sternheimer-
Malbin pada sedimen yang sudah diresuspensi. Pembacaan sedimen urin
dengan pewarnaan rutin Sternheimer Malbin (SM) dipakai agar unsur
sedimen dapat terlihat lebih jelas. Eritrosit memperlihatkan warna merah
muda atau ungu, kadang-kadang tidak berwarna. Terdapat dua macam bentuk
leukosit yaitu leukosit yang berasal dari ginjal dengan ukuran besar berwarna
biru dengan granula dan bentuk inti tampak jelas disebut glitter cells,
sedangkan leukosit dengan inti yang padat yang lebih kecil dari glitter cells,
berwarna ungu tua disebut sel pus (nanah). Epitel tubuli berwarna merah
dengan peawarnaan SM sedang epitel kandung kemih yang berbentuk pipih
atau kolumnar dengan pewarnaan SM akan berwarna biru. Epitel gepeng
mempunyai bentuk tidak teratur dan memberi warna merah muda dengan
pewarnaan SM. Silinder hialin akan berwarna homogen keunguan dan bila
terdapat bintik-binti ungu di atas permukaan silinder disbut silinder granula.
Silinder yang tepinya tidak rata dengan permukaan yang mengkilap disebut
silinder lilin dan yang mengandung lemak disebut silinder lemak.2,6
Prosedur pemeriksaan Sternheimer Malbin: 2,7
1. Bahan Urin 12 ml dimasukkan ke dalam tabung sentrifus.
2. Pusingkan secara sentrifugasi pada kecepatan 500g selama 5 menit.
3. Setelah sentrifugasi dilakukan lapisan supernatant/ lapisan atas urin
dibuang sehingga di dapatkan volume sedimen ± 0,5 ml.
4. Teteskan 1 tetes zat warna SM.
5. Sedimen dicampur sampai homogen dan diteteskan diatas kaca objek dan
ditutup dengan kaca penutup urin.

10
6. Pembacaan sedimen menggunakan mikroskop elektrik dan mengatur
cahaya yang masuk dengan menurunkan kondensor dan mengecilkan
diafragma.

4. Persiapan preparat mikroskop


a. Meneteskan urin pada preparat: gunakan slide kaca berukuran 75 × 26
mm. Sedimen harus dicampur dengan baik menggunakan pipet atau alat
lain sampai homogen dan menghindari kerusakan pada elemen urin.
Letakkan 15 μL sedimen pada slide kaca.
b. Menerapkan kaca penutup: Tempatkan kaca penutup 18 × 18 mm di atas
sedimen, pastikan bahwa sedimen terdistribusi merata tetapi tidak keluar
dari tepi penutup.1

Rincian untuk standar pemeriksaan sedimen urin diringkas dalam Tabel 2.


Tabel 2. Ringkasan Standar Pemeriksaan Sedimen Urin menurut ECLM.
Jenis Standar Metode Pengecekan
Penundaan Periksa dalam waktu 4 jam sejak Waktu sampling
berkemih (jika disimpan pada + terdokumentasi
4ºC), atau dalam 30 menit pada +
20ºC untuk evaluasi semua sel; jika
tidak gunakan pengawet setelah
evaluasi
Volume urin asli 5 ± 12 mL Petanda garis pada
tabung
Sentrifugasi 400 x g selama 5 menit, pada + 4ºC Periksa dengan suplier
jika terjadi keterlambatan
Pembuangan Suction ke faktor konsentrasi akhir Kalibrasi volume akhir
supernatan yang ditentukan dengan menimbang
urin yang terkumpul
(larutan buffer
memiliki tegangan
permukaan yang
berbeda)
Metode pewarnaan Mikroskop fase kontras, atau Hubungi suplier lokal
dan mikroskop mikroskop medan terang; polarized
optics
; perbesaran daya rendah dan tinggi
(x400)
Volume diselidiki di Tentukan dan hitung Slide mikroskopis
bawah bidang dengan skala metrik
mikroskopis

11
Lanjutan Tabel 2. Ringkasan Standar Pemeriksaan Sedimen Urin menurut ECLM.
Jenis Standar Metode Pengecekan
Daftar komponen Tentukan format laporan Pedoman ini
yang dilaporkan
Unit pelaporan Partikel / L (partikel / perbesaran Hitung persamaannya
40x)
Proses yang dapat Prosedur operasi tertulis Pelatihan personel,
direproduksi tinjauan rekan sebaya
PMI Kursus pelatihan diselenggarakan Dua investigasi
secara lokal independen untuk
Periksa spesimen setiap minggu spesimen yang sama
PME Partisipasi dalam program EQA Dokumen hasil tersedia
Kalibrasi Ketertelusuran dari jumlah yang Evaluasi terhadap
diukur spesimen tanpa
sentrifugasi
Diambil dari ECLM. 2000.8

C. Pemeriksaan Mikroskopis
Dianjurkan menggunakan mikroskop dengan lensa mata dengan jumlah
bidang = 20 [× 400 (lensa objektif 40 ×) adalah 0,196 mm 2]. Saat menggunakan
lensa dengan kondisi berbeda, koreksi harus dilakukan sesuai dengan informasi
yang berlaku yang diperoleh dari produsen mikroskop.1
Pemeriksaan sedimen atau mikroskopis urin harus konsisten dan dilakukan
setidaknya 10 lapang pandang. Baik perbesaran kecil (10x) maupun besar 40x,
sediaan terlebih dahulu diperiksa pada perbesaran kecil untuk mendeteksi silinder
dan untuk mengetahui komposisi sedimen secara umum, ketika elemen seperti
silinder yang memerlukan identifikasi lebih lanjut ditemukan maka perbesaran
ditingkatkan. Pada metode konvensional silinder biasanya berada di pinggir kaca
penutup, oleh karena itu pemeriksaan dengan perbesaran kecil wajib dilakukan.6
Pada umumnya silinder dilaporkan sebagai jumlah rata-rata per lapangan
pandang kecil/ LPK ( low power field/LPF) pada pemeriksaan 10 lapang pandang.
Eritrosit dan leukosit dilaporkan sebagai jumlah rata-rata per 10 lapang pandang
besar/ LPB (high power field/HPF). Epitel, Kristal dan elemen lainnya dilaporkan
dalam istilah semikuantitatif +1, +2, +3, +4. 6 Cara pelaporan Sedimen Urin
adalah menurut Japanesse Comitee for Clinical Laboratory Standard (JCCLS).2,7
Unsur - unsur sedimen urin mempunyai indeks refraksi yang tidak jauh berbeda.
Untuk memperjelas, kondensor mikroskop diturunkan atau mengecilkan
diafragma. Kondensor fase kontras akan lebih membantu pemeriksaan.7

12
1. Urutan Pemeriksaan Mikroskopis
Whole Field (WF) dari persiapan, diperiksa di bawah low power field
(LPF) atau lapangan pandang kecil (LPK), dan bidang yang dipilih diperiksa
di bawah high power field (HPF) atau lapangan pandang besar (LPB).
a. Pembesaran objektif 10x (lapangan pandang kecil/LPK)
Pastikan bahwa sedimen urin terdistribusi secara merata. Jika distribusinya
tidak merata, disarankan untuk membuat persiapan baru. Namun, jika tidak
memungkinkan, lakukan pemeriksaan mikroskopis sehingga nilai rata-rata
untuk WF dapat diperoleh. Perhatikan bahwa elemen yang terbentuk urin
cenderung berkumpul di sepanjang sisi kaca penutup. Dianjurkan untuk
membuka diafragma di bawah perbesaran daya rendah agar silinder hialin,
agregat sel, atau variabel lainnya dapat terlihat. 1 Dengan pembesaran
objektif 10x, unsur yang dapat dinilai yaitu sel epitel dan silinder. Bakteri
dan kristal juga tampak dengan pembesaran tersebut. Banyaknya epitel dan
silinder dilaporkan dalam angka dengan rentang tertentu dengan
pembesaran objektif 10x dalam 10-15 lapangan pandang.7
b. Pembesaran objektif 40x (lapang pandang besar /LPB)
Pembesaran objektif 40x untuk melihat adanya eritrosit dan leukosit, jenis-
jenis silinder ( misalnya silinder granula halus atau kasar), yeast, jenis-
jenis kristal dan trikomonas vaginalis. Untuk mengetahui jenis silinder
dengan menggunakan pembesaran objektif 40x.25 Periksa 20-30 bidang.
Jumlah bidang yang diperiksa harus minimal 10.1

2. Kuantisasi
Mikroskop binokular berkualitas tinggi harus dilengkapi dengan
perbesaran rendah (10x-16x) dan tinggi (40x). Volume yang diterapkan di
bawah kaca penutup mendefinisikan tinggi rata-rata lapisan cairan di bawah
kaca penutup dari ukuran yang ditentukan. Diameter lapang pandang sama
dengan nomor bidang okuler (biasanya dari pabrik 18-22 mm) dibagi dengan
pembesaran objektif, ini dapat diukur dengan alat khusus (skala metrik).

13
Contoh: 10 μL urin dipekatkan menjadi 0,5 μL = konsentrasi 20 kali lipat;
0,05 μL cat warna ditambahkan. Kemudian 13μL diterapkan di bawah kaca
penutup 18x18 mm, sehingga lapisan cairan = 13/(18x18) = tebal 0,040 mm.
Jika diselidiki di bawah pembesaran 10x40 dengan nomor lapang pandang
okuler 22 (Ø lapang pandang = 22 mm/40 = 0,55 mm), volume high-power
field (HPF) = 0.040 x  x (0.55/2)2 = 0.00950 mm3 atau µL. Karena
konsentrasi 20 kali lipat dan pengenceran 10% karena pewarna, 1 HPF sesuai
dengan 0,173 μL volume urin asli. Dalam hal ini, nRBC/HPF sesuai dengan
nRBC/0,173 μL = 5,8 x n RBC x 106/L. Misalnya. 4 RBC/HPF = 23 RBCx
106/L.8

3. Pengamatan Spesimen1
a. Pemeriksaan mikroskopis tanpa pewarnaan
Pada prinsipnya, sedimen urin harus diperiksa tanpa pewarnaan.
b. Pemeriksaan mikroskopis setelah pewarnaan
Metode pewarnaan digunakan untuk konfirmasi dan identifikasi
komponen sedimen urin jika perlu. Namun, larutan pewarnaan harus
dipilih cermat karena beberapa memiliki aktivitas hemolitik yang kuat.
c. Perhatian
1. Ketika endapan urat, fosfat, karbonat, dan unsur-unsur lain terbentuk
dalam jumlah besar di sedimen, akan sangat menghambat
pemeriksaan komponen komponen secara mikroskopis. Dalam kasus
seperti itu, larutkan endapan dengan memanaskan urin (sekitar 50°C
sambil diaduk) jika mengandung urat atau dengan menambahkan
asam asetat jika mengandung fosfat dan karbonat kemudian sentrifus
sampel untuk mempersiapkan spesimen sedimen urin.
2. Perhatian harus dilakukan selama pengamatan hal-hal besar, seperti
sel dan silinder, karena mereka cenderung berkumpul di sepanjang sisi
kaca penutup.
3. Terjadinya sedimen urin belum tentu sesuai dengan temuan dari
metode kualitatif atau semiquantitatif seperti tes protein urin, urin

14
occult blood reaction, dan tes esterase leukosit. Bahkan ketika sampel
negatif menggunakan strip tes multi-item, pemeriksaan sedimen urin
dapat berguna untuk diagnosis diferensial penyakit ginjal dan saluran
kemih serta penyakit sistemik.

D. Prosedur Rutin Pemeriksaan Mikroskopis Sedimen Urin menurut


ECLM
Dinginkan spesimen (+4ºC) untuk penundaan hingga 4 jam jika tidak
diawetkan atau diperiksa secara khusus untuk kristal (presipitasi urat akan
menurun). Pada +20ºC penundaan mikroskop tidak boleh melebihi 1 jam
setelah berkemih.
Selalu gunakan volume urin yang ditentukan (5-15 mL). Sentrifus
spesimen pada 400 x g pada +4ºC (jika tidak diawetkan) selama 5 menit.
Buang supernatan dengan alat vakum yang disesuaikan; jangan tuang (metode
yang tidak akurat). Bertujuan pada faktor konsentrasi yang ditentukan, mis.
20 (12 mL  0,6 mL atau 10 mL  0,5 mL).
Setelah suction, tambahkan 10% volume (60μL atau 50μL) pewarnaan
supravital jika laboratorium anda menggunakan pewarnaan. Campur dengan
lembut. Gunakan pelat pendingin jika spesimen tidak langsung diperiksa.
Setelah resuspensi, pipet volume sedimen yang diketahui ke slide mikroskop.
Tambahkan penutup kaca secara horizontal untuk distribusi maksimum
merata. Contoh: 13 μL adalah volume yang sesuai untuk kaca penutup 18 x
18 mm, sedangkan 35-50μL dapat digunakan untuk kaca penutup 24 x 32
mm. Volume dan kaca penutup lebih kecil memiliki keunggulan ekonomi di
laboratorium yang lebih besar.
Periksa sampel di pembesaran daya rendah (10x atau 16x) terlebih dahulu
untuk melihat distribusi partikel yang biasanya tidak rata pada slide, serta
perhatikan elemen langka, seperti silinder dan sel epitel. Kemudian hitung
jumlah partikel berbeda per bidang objektif berkekuatan tinggi (40x),
laporkan jumlah rata-rata yang diamati dalam setidaknya 10 bidang yang
dipilih dari semua bidang kaca penutup (jumlah total bidang yang akan

15
dihitung tergantung pada konsentrasi partikel: jumlah yang lebih rendah
membutuhkan lebih banyak bidang untuk mencapai keandalan statistik).8

E. Penghitungan Bilik Hitung Urin Tanpa Sentrifugasi sebagai Evaluasi


Penghitungan bilik hitung urin tanpa sentrifugasi direkomendasikan untuk
perbandingan penghitungan alat otomatis dengan metode visual, karena
penghitungan yang diperoleh dari bilik hitung lebih akurat daripada yang
dilakukan di bawah penutup kaca pada slide mikroskop. Jika dihitung tanpa
sentrifugasi, partikel yang hilang selama sentrifugasi tidak mengganggu hasil.
Pada metode rutin, sel dan partikel lain dalam volume 1 μL dihitung. Untuk
evaluasi partikel selain WBC atau RBC, ini tidak cukup secara statistik. Untuk
evaluasi yang tepat, setidaknya 100 sel harus dihitung untuk mencapai CV = 10%,
dan 400 sel harus dihitung untuk mencapai CV = 5%, berdasarkan distribusi
Poisson. Interval referensi kesehatan yang terkait dengan banyak partikel urin,
bagaimanapun, di bawah 2 partikel / μL (<2 x 10 x/ L). Variasi volume
penghitungan harus kurang dari 5% dalam bilik hitung yang digunakan untuk
referensi (dibandingkan dengan kurang dari 10% di ruang hitung rutin).
Pewarnaan spesimen dan/ atau mikroskop fase kontras diperlukan untuk
identifikasi akurat dari berbagai partikel urin. Evaluasi pembacaan tes-strip, hanya
diperlukan jumlah leukosit (granulosit) dan eritrosit. Contoh metode perbandingan
yang dapat diandalkan untuk memvalidasi penganalisa partikel otomatis baru-baru
ini diterbitkan yang menggunakan optik fase kontras dan pewarnaan supravital
tetapi hanya 1 μL volume untuk alasan praktis. Akibatnya, jumlah di bawah 10 (-
30) partikel x 10x//L secara statistik tidak dapat diandalkan.8

F. Identifikasi Unsur-Unsur yang Terbentuk oleh Urin


Unsur-unsur yang terbentuk urin dibagi menjadi beberapa komponen
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 sesuai dengan pedoman yang diusulkan
JCCLS tentang prosedur pemeriksaan sedimen urin GP1-P4 (2010).1
Tabel 3. Klasifikasi Komponen Sedimen Urin menurut JCCLS.
Jenis Pembagian
A. Sel Non Epitel 1. Sel darah

16
 Sel Darah Merah (RBC) (RBC non-glomerulus, RBC
tipe glomerulus*1)
 Sel darah putih*2 (WBC) (neutrofil, eosinofil, limfosit,
monosit)
2. Makrofag
3. Lainnya (mis. sel stroma endometrium*3, sel mesothelial*4)
B. Sel epitel 1. Sel Epitel Dasar
 Sel epitel tubulus ginjal
 Sel urothelial
 Sel epitel kolumnar (mis. sel epitel kolumnar uretra, sel
epitel prostat, sel epitel vesikula seminalis, sel epitel
serviks, sel epitel endometrium, sel epitel intestinal)
 Sel epitel skuamosa
2. Sel yang Terdegenerasi/ terinfeksi virus

Oval fat body*5

Sel yang mengandung inklusi intrasitoplasma

Sel yang mengandung inklusi intranuklear

Sel lain yang terinfeksi virus (mis. Sel yang diduga
terinfeksi oleh HpoV atau oleh HPV)

Sel yang tidak dapat diklasifikasikan
C. Sel atipikal*6 1. Sel Ganas epitel
2. Sel Ganas non-epitel
D. Silinder*7 1. Silinder Hyaline 7. Silinder WBC
2. Silinder epitel 8. Silinder vakuol terdenaturasi
3. Silinder granular 9. Garam / Kristal
4. Silinder lilin 10. Silinder makrofag
5. Silinder lemak 11. Lain (fibrin, hemoglobin,
6. Silinder RBC mioglobin)
E. Mikroorganis- 1. Mikroorganisme (bakteri, jamur)
me/ Parasit 2. Parasit (protozoa, cacing)
F. Garam / Kristal 1. Garam (mis. Fosfat amorf, fosfat, urat amorf, urat)
2. Kristal normal (mis. Kristal kalsium oksalat, kristal kalsium
fosfat, kristal urat)
3. Kristal abnormal (mis. Bilirubin, sistein, kolesterol, 2,8-
dihidroksiadenin)
4. Kristal obat (mis. Sulfamethoxazole,
sulfamethoxazoletrimethoprim)
G. Lainnya 1. Granula hemosiderin
2. Kontaminan (Obat / agen kontras, bubuk, tinja, serat,
serbuk sari, dll.)
Diambil dari JCCLS. 2010.1
*1 RBC dalam urin dibagi menjadi dua tipe utama, tipe nonglomerular dan glomerular,
sesuai dengan kriteria untuk pengetikan morfologis RBC urin (2010).
*2 WBC urin sebagian besar adalah neutrofil; Namun, jenis sel lain, seperti eosinofil,
limfosit, dan monosit meningkat sesuai kondisi patologis tertentu dan layak dilaporkan.
*3 Sering ditemukan dengan sel epitel endometrium sebagai kontaminan dalam sampel
yang dikumpulkan selama periode menstruasi.
*4 Dapat ditemukan pada pasien tertentu seperti fistula dinding perut/ kandung kemih.
*5 Sel yang mengandung butiran lemak berkaitan dengan penyakit ginjal seperti sindrom
nefrotik. Sel ini dibagi menjadi yang berasal dari sel epitel tubulus ginjal dan yang

17
berasal dari makrofag, tetapi secara kolektif disebut sebagai oval fat bodies (OFB). Tipe
sel makrofag ditemukan dalam sistitis, prostatitis, dan penyakit urologis lainnya harus
diklasifikasikan sebagai makrofag daripada OFB. Sel yang mengandung granula lemak
harus diklasifikasikan sebagai sel asalnya jika dapat diidentifikasi dan diklasifikasikan
sebagai sel yang tidak dapat diklasifikasikan.
*6 Istilah "sel atipikal" mencakup sel-sel ganas dan jinak dalam sitologi klinis modern.
Hanya sel ganas dan sel yang diduga ganas harus dilaporkan sebagai sel disertai dengan
komentar informasi sel tersebut. Ketika menginterpretasikan hasil tes, ahli laboratorium
dalam pemeriksaan sedimen urin, seperti ahli teknologi klinis umum bersertifikat, dokter
yang bertanggung jawab atas pemeriksaan sitologi / patologi, dan dokter yang merawat,
harus berkonsultasi pada prinsipnya. Sel yang sulit diklasifikasi harus dilaporkan sebagai
sel yang tidak dapat diklasifikasikan dengan catatan tentang informasi morfologis.
*7 Silinder fibrin, silinder hemoglobin, silinder hemosiderin, silinder mioglobin, silinder
protein Bence Jones, silinder amiloid, silinder trombosit, dan silinder lainnya harus
didokumentasikan jika dapat diidentifikasi berdasarkan pewarnaan khusus bersama
dengan temuan laboratorium lainnya, informasi klinis, informasi klinis , dan data lainnya.
Tipe harus diidentifikasi menggunakan standar berikut:
1. Silinder hialin yang mengandung ≥3 RBC, WBC, sel epitel, dan granula lemak
dalam substrat harus diklasifikasikan sebagai silinder RBC, silinder WBC, silinder
epitel, dan silinder lemak. Jika tidak, silinder harus disebut sebagai silinder hialin.
Sebagai contoh, silinder hialin yang mengandung 2 RBC harus i silinder hialin.
2. Silinder disebut sebagai silinder granular jika granula terdiri setidaknya sepertiga sel
dalam substrat; jika tidak, silinder harus didokumentasikan sebagai silinder hialin.
3. Silinder yang berisi masing-masing tiga atau lebih elemen berganda dalam media
yang sama harus dilaporkan sebagai berikut:
• Silinder granular mengandung masing-masing ≥3 elemen seluler multipel/
elemen lain seperti granula lemak harus dilaporkan - silinder dari masing-masing
tipe serta silinder granular.
• Silinder lilin yang mengandung ≥3 elemen seluler harus dilaporkan sebagai
silinder seluler dan lilin.
• Silinder dalam bentuk transisi dari silinder granular ke silinder lilin/ dalam
bentuk campurannya harus dilaporkan sebagai silinder granular dan lilin.
4. Hal-hal seperti silinder meruncing/ cylindroid, dimasukkan dalam silinder hialin.
5. Jika silinder memiliki lebar sekitar ≥ 60 μm, harus dilaporkan sebagai broad cast
selain jenis silinder yang ada. Disarankan membandingkan silinder dengan elemen
lain (mis. RBC, WBC) pada sedimen yang sama untuk membantu perkiraan ukuran.

Morfologi pada RBC dapat digunakan untuk mengidentifikasi asal


hematuria. Pedoman JCCLS memberikan syarat & kriteria klasifikasi berbagai
bentuk RBCang dirangkum pada Tabel 4. Untuk pelaporan, penting mengetahui
bentuk dan pola keseluruhan sedimen urin, dan klasifikasi semua kasus hematuria
tidak mungkin dilakukan. Informasi morfologi RBC harus didokumentasikan
dengan berkonsultasi dengan staf klinis.
Tabel 4. Morfologi RBC menurut JCCLS.
RBC tipe non-glomerulus (RBC isomorfik)
A. Diskosit

18
1. Diskosit Tipikal 2. Swollen Diskosit 3. Diskosit Atropik

Istilah atrofi dalam konteks ini tidak menggambarkan pengurangan ukuran, tapi menunjukkan
bentuk dengan margin laciniate yang dibentuk oleh RBC yang mengalami ekspansi yang
didorong osmolalitas rendah ke bentuk seperti disk diikuti oleh penyusutan yang didorong
osmolalitas tinggi. Jenis atrofi termasuk RBC dengan margin laciniate, sebelumnya disebut
sebagai sel confetti-like.
B. Sferosit
1. Sferosit 2. Sferosit Atropik 3. Humped Sferosit

Ketika sferosit humped terdeteksi, isolated hump segments RBC umumnya ditemukan di dasar.
Segmen RBC ini tidak boleh dihitung sebagai RBC.
C. RBC Transional Diskosit/Sferosit D. RBC yang terdehemoglobinisasi
dengan komponen granular

Dalam spesimen urin setelah biopsi prostat atau dari individu dengan penyakit ginjal polikistik,
granula agregat ditemukan di bagian membran RBC yang dihemoglobinisasi, tidak seperti
morfologi khas RBC yang dihemoglobinisasi, sebagai pengaruh dari cairan prostat/ cairan kista.
RBC tipe glomerulus (RBC dismorfik)
A. RBC Dismorfik doughnut-like
RBC dismorfik doughnut-like RBC dismorfik Condocyte/doughnut-like

RBC dismorfik - Humped/doughnut-like

Ketika RBC dismorfik humped/doughnut-like terdeteksi, isolated hump segments RBC dapat
ditemukan bersamaan di dasar, seperti halnya dengan humped/ spherocytes. Segmen RBC ini
tidak boleh dihitung sebagai RBC.
B. RBC Dismorfik Akantosit C. RBC Dismorfik tipe campuran

Diambil dari JCCLS dengan modifikasi. 2010.1


 Istilah "swollen" dan "atrofi" yang digunakan untuk klasifikasi tidak mengacu pada ukuran.
menunjukkan keadaan akhir RBCyang mengembang dan menyusut.
 Penyebab kemungkinan bentuk small spherical di antara RBC tipe glomerular adalah
fragmentasi RBC yang terjadi saat melewati glomeruli / tubulus.
Kriteria untuk jenis morfologis RBC urin ditentukan berdasarkan bentuk
RBC yang diamati di bawah mikroskop optik tanpa pewarnaan. Klasifikasi

19
sebagai RBC tipe glomerular membutuhkan ≥5-9 RBC yang dapat diidentifikasi
sebagai RBC tipe glomerular untuk diamati dalam bidang × 400 (lensa objektif 40
×). Penilaian melibatkan klasifikasi ke dalam salah satu dari tiga tahap berikut:
“RBC tipe glomerular/ dominan”, “RBC tipe glomerular/ campuran sedang”, dan
“RBC tipe glomerular/ campuran minor”. Klasifikasi kriteria berdasarkan
peringkat jumlah RBC tipe glomerulus relatif terhadap jumlah total RBC. Kriteria
klasifikasi morfologi RBC terdapat di Tabel 5.1

Tabel 5. Kriteria Klasifikasi Morfologi RBC tipe Glomerular


Perhitungan Total Perhitungan RBC /LPB
RBC -
5-9 10-19 20-29 30-49 50-99 ≥100
Glomerular
5-9/LPB Dominan Moderat Moderat Minor Minor Minor
10-19/LPB Dominan Moderat Moderat Minor Minor
20-29/LPB Dominan Moderat Moderat Minor
30-49/LPB Dominan Moderat Moderat
50-99/LPB Dominan Moderat
≥100/LPB Dominan
Diambil dari JCCLS dengan modifikasi. 2010. 1
1. Pola terjadinya RBC tipe-glomerulus dapat kurang bervariasi, dengan sebagian besar sel
berdiameter 2-4 μm dan menunjukkan bentuk small spherical. Dalam kasus seperti itu, sel-
sel ini harus dihitung sebagai RBC terlepas dari ukurannya yang kecil.
2. Ketika diamati cermat, sel ini menunjukkan beberapa karakteristik RBC tipe glomerular.
Humped/ doughnut-like dysmorphic RBC juga dapat dikonfirmasi, meskipun jumlah kecil.
3. Kriteria untuk pelaporan morfologis RBC harus diimplementasikan pada setiap institusi
setelah berkonsultasi dengan dokter.

Karakteristik Komponen Sedimen Urin


Eritrosit. Ukuran dan kadar hemoglobin dari eritrosit dapat bervariasi
sesuai dengan osmolalitas urin (semakin rendah osmolalitas semakin besar sel dan
semakin rendah kadar hemoglobin). “Ghost eritrosit” telah kehilangan konten
hemoglobinnya dapat terlewatkan jika mikroskop medan terang digunakan
sendirian. Pada osmolalitas rendah, eritrosit dapat lisis. Eritrosit memiliki
diameter 4-7 mm. Penampilan bervariasi sesuai sumber hematuria: eritrosit
isomorfik menunjukkan perdarahan post-ginjal, eritrosit dismorfik menunjukkan
penyakit glomerulus.
RBC dismorfik. Mikroskop fase-kontras wajib. Laporkan jumlah total
eritrosit/HPF dan persentase sel dysmorphic. Fassett et al. (1982) mengusulkan
bahwa ≥ 80% RBC dysmorphic menunjukkan perdarahan ginjal. Fraksi 80%

20
isomorfik (normal) RBC menunjukkan perdarahan postrenal, apabila ditengah itu
maka kasus campuran. Disarankan bahwa fraksi acanthocytes dilaporkan juga,
karena mudah diidentifikasi oleh blebs pada permukaan sel dan ≥5% acanthocytes
merupakan indikasi untuk perdarahan ginjal. Penampilan morfologis sel
dysmorphic, terutama acanthocytes, dapat dipelajari dari publikasi yang tersedia.
Evaluasi yang benar dari morfologi sel darah merah yang abnormal dapat
bergantung pada osmolalitas urin, itulah sebabnya spesimen pagi
direkomendasikan; Pembentukan acanthocyte tidak terjadi secara in vitro dengan
frekuensi yang sama dengan bentuk dysmorphic lainnya.
Leukosit. Granulosit polimorfonuklear adalah leukosit yang paling sering
ditemukan dalam urin. Inti multilobular dan sitoplasma bergranula membuat
mudah diidentifikasi. Dalam metode pewarnaan, granulosit tidak selalu
memungkinkan warna masuk ke dalam sel. Pada pewarnaan Sternheimer, inti dan
inklusi biasanya berwarna biru cerah, sedangkan sitoplasma tetap kemerahan atau
kecoklatan. Granulosit dapat berkumpul membentuk clump. Mereka juga mudah
lisis ketika osmolalitas rendah atau ketika pH tinggi. Eosinofil membutuhkan
pewarnaan khusus untuk pendeteksiannya (pewarnaan Hansel).
Makrofag (histiosit) sering terlihat berhubungan dengan peradangan.
Sitoplasma granular tipis merah muda, sering diisi sisa-sisa sel darah merah dan
vakuola lainnya, dan inti kebiruan dengan kromatin yang terdistribusi tidak
merata pada pewarnaan Sternheimer.
Limfosit memiliki inti halus yang hampir memenuhi sel. Pada pewarnaan
Sternheimer, berwarna biru gelap. Sitoplasma jarang dan tanpa granula.
Sel epitel tubular. Jenis sel tubular berbeda melapisi segmen tubulus
ginjal yang berbeda sehinngga beberapa jenis sel tubular dapat ditemukan di urin,
yang berbeda ukuran dan bentuknya. Sel tubular inti tunggal, sitoplasma granular
dan lebih besar dari leukosit. Sebagian besar inti bulat hingga oval. Ø rata-rata
±13 mm, dan mungkin berasal dari segmen proksimal tubulus. Lebih jarang, sel-
sel persegi panjang, poligonal, atau kolumnar dapat terlihat, berasal dari tubulus
distal atau saluran pengumpul. Pada pewarnaan Sternheimer, sel-sel tubular
biasanya memiliki sitoplasma merah granular padat yang mungkin mengandung

21
tetesan lipid pada pasien dengan proteinuria berat, dan inti biru/ ungu. Cara
praktis untuk mempelajari morfologi sel tubular adalah dengan mencari sel-sel ini
di dalam silinder: sel-sel epitel dalam silinder secara definisi adalah sel-sel epitel
tubular.
Sel epitel transisional (urothelial). Pembelahan sel urothelial menjadi sel
superfisial dan lebih dalam telah dijelaskan baru-baru ini.
Sel urothelial superfisial berinti tunggal bulat hingga oval dengan
diameter rata-rata ±30 mm, dan halo pucat sekitar inti. Kadang-kadang mereka
bisa bi-atau berinti banyak. Sel-sel ini sering ditemukan pada pasien dengan
infeksi saluran kemih dan gangguan urologis
Sel urothelial yang dalam lebih kecil dari sel superfisial (diameter rata-
rata ±17 mm). Terdapat berbagai bentuk, sebagian besar berbentuk seperti club
atau ovoid, inti sentral atau perifer dan sitoplasma granular tipis. Biasanya
ditemukan berkaitan dengan karsinoma urothelial, batu ureter atau hidronefrosis.
Sel ini lebih gelap - sel urothelial superfisial. Bentuk atipikal sel urothelial juga
dapat ditemukan berkaitan dengan teknik cepat persiapan seluler yang digunakan
dalam urinalisis rutin. Interpretasi harus dilakukan di laboratorium sitologi
khusus.
Sel epitel skuamosa. Sel epitel skuamosa adalah sel urin yang paling
banyak. Berbentuk poligon, inti sentral dan diameter rata-rata ±55 mm. Sel
skuamosa berasal dari uretra dan vagina, dan biasanya merupakan penanda
kontaminasi urin selama pengumpulan spesimen.
Silinder. Silinder adalah elemen memanjang berbentuk silinder bervariasi
karena tekukan, kerutan, dan tepi yang tidak beraturan. Jenis silinder utama
dijelaskan di bawah ini.
Silinder hialin. Memiliki matriks dengan indeks bias rendah dan
diidentifikasi terbaik dengan mikroskop fase kontras. Ditemukan penyakit
parenkim ginjal dan normal.
Silinder granular. Mengandung butiran halus atau kasar, biasanya tidak
ditemukan pada subjek normal dan menunjukkan adanya penyakit ginjal.

22
Silinder lilin. Biasanya besar, tepi jernih/ batas indentasi, dan refraktil.
Silinder lilin homogen appereance, seperti lilin. Ditemukan pada pasien
insufisiensi/gagal ginjal.
Silinder berlemak. Mengandung partikel lipid. Silinder berlemak adalah
khas dari pasien dengan proteinuria berat yang terkait dengan lipoproteinuria.
Silinder seluler. Menurut sel yang dimiliki, silinder seluler
diklasifikasikan sebagai:

Silinder eritrosit (mengindikasikan perdarahan dari parenkim ginjal)

Silinder leukosit (biasanya granulosit) (mungkin mengindikasikan
pielonefritis akut, nefritis interstitial akut, atau glomerulonefritida proliferatif)

Silinder sel epitel tubular (yang ditemukan misalnya pada pasien dengan
NTA, nefritis interstitial akut, penolakan seluler akut pada ginjal cangkok,
dan gangguan glomerulus).
Karena fenomena degeneratif, seringkali sulit untuk mengatakan apakah
sel-sel di dalam silinder lebih berbentuk tubular daripada leukosit. Dalam kasus
seperti itu, definisi yang benar harus hanya “silinder seluler” saja.
Silinder hemoglobin dan mioglobin. Berwarna kecoklatan dengan
permukaan granular. Lebih sering, silinder hemoglobin berasal dari silinder
eritrosit, menunjukkan perdarahan parenkim ginjal. Namun, silinder hemoglobin
mungkin dikarenakan hemoglobinuria yang disebabkan oleh hemolisis
intravaskular. Silinder mioglobin dapat dilihat dalam urin pasien dengan gagal
ginjal karena sindrom crush.
Silinder Bilirubin berwarna kuning-cokelat karena bilirubin yang larut
dalam air (terkonjugasi) diekskresikan ke dalam urin. Bilirubin urin digunakan
dalam diferensiasi pasien ikterik jika pengukuran serum kurang memadai.
Silinder Bakteri dan jamur. jarang. Namun, dapat terlihat pada infeksi
bakteri atau infeksi jamur yang mempengaruhi ginjal.
Lipid terlihat sebagai tetesan terisolasi atau clump (bebas atau di dalam sel
dan silinder), atau sebagai oval fat bodies (partikel bulat mengandung tetesan
lipid), silinder lemak atau kristal kolesterol (lihat di bawah). Lipid diidentifikasi
karena refraktilitasnya dan kemampuannya untuk mempolarisasi cahaya.

23
Kristal.

Asam urat. Lozenges, barrel/ rosette kuning dan birefringence khas di bawah
cahaya terpolarisasi.

Kalsium oksalat dihidrat. Biasanya bipyramidal. dapat didalam agregat.
Hanya kristal besar yang menunjukkan birefringence.

Kalsium oksalat monohidrat. Cakram ovoid, dumbbell, bikonkaf berwarna
cerah.

Kalsium fosfat. Prisma, jarum atau mawar yang polarize ringan. Ketika
terjadi di preparat, kalsium fosfat bukan birefringence.

Triple fosfat. Prisma birefringence transparan, berbentuk “peti mati”.

Asam urat dan fosfat amorf. Partikel butiran, sering clump. Urat ditemukan
dalam urin asam, fosfat dalam urin alkali. Urat mempolarisasi cahaya
sedangkan fosfat tidak.

Sistin. Pelat tipis, heksagonal, birefringent dengan sisi yang tidak beraturan.
Mereka dapat diisolasi, ditumpuk satu sama lain, atau clump dan rosettes.
Dapat dilihat pada pH rendah (<6) dan biasanya setelah inkubasi semalaman
pada + 4ºC.

Leusin. Bola tampak berminyak dengan lurik konsentris.

Tirosin. Jarum tipis, sering beragregasi atau rosettes.

Kolesterol. Pelat tipis transparan ujung dan sudut tajam, terkait dengan
proteinuria berat.

Kristal obat. Sulphadiazine (kristal bepenampilan “berkas gandum”,
triamterene, asiklovir (kristal birefringent dan needle shaped), indinavir
(kristal berbentuk seperti bintang [294] dan vitamin C [56, 163]).
Mikroba. Bakteri dapat dilihat pada mikroskop rutin; batang sangat
terlihat dengan mikroskop fase kontras. Cocci mungkin terganggu dengan
presipitasi garam.

Jamur. Sel Candida spp. elemen oval atau bulat tidak menyerap warna, juga
muncul sebagai hyphi. Budding adalah ciri morfologis yang paling khas. Pada
sebagian besar disebabkan kontaminasi dari vagina, walaupun mungkin

24
mewakili infeksi yang sebenarnya pada pasien yang mengalami defisiensi
kronis atau yang imun defisiensi.

Protozoa. Trichomonas vaginalis, ketika hidup mudah diidentifikasi karena
motilitas flagela dan gerakan tubuh yang cepat dan tidak teratur. Ketika mati
mirip dengan leukosit. Kebanyakan kasus ada dalam urin karena kontaminasi.

Parasit. Diagnosis infestasi parasit oleh Schistosoma haematobium
tergantung pengamatan telur dalam urin. Ukuran ±140x50μm, spindle shaped
dengan anterior bulat dan ujung posterior kerucut meruncing ke tulang
belakang terminal yang halus, dapat terlihat menetas jika urin cukup cair.8
Ringkasan karateristik komponen sedimen urin ada di Tabel 6 dan 7.
Tabel 6. Diferensiasi sel-sel urin dengan optik fase kontras/ pewarnaan supravital.
Tipe Sel Inti Sitoplasma Lain - lain
Granulosit Multilobular/ berbentuk granular, mudah sering clump, bentuk
batang, tidak selalu berdegenerasi bulat
terwarnai, berwarna
biru cerah jika terwarnai
Granulosit Granular Pewarnaan Hansel
eosinofilik untuk identifikasi
Makrofag Kebiru-biruan, kromatin “Tipis”, granular, Granula fagositosis;
tidak rata ukuran sel-sel bentuk bulat/ tuberous/
merah di dalamnya dendritik
bervariasi
Limfosit Hampir mengisi seluruh Halus, selaput tipis
sel, (gelap) biru jernih rusak dan tipis
Sel epitel Degenerasi, kecil, bulat, Pucat, besar, Seringkali berbentuk
skuamosa (poligonal) sedikit granular clump/poligonal/folded
Sel epitel Oval/ bulat, kecil, Besar, dengan halo Bentuk bundar/oval,
transisional, kromatin granula halus, perinuklear bening clump (kateter?)
superfisial inti sering terlihat ≥1 merah muda halus
Sel epitel Baik, besar, inti jelas, Mungkin banyak Berbagai bentuk,
transisional, sentral atau eksentris granula atipikal terkadang atipikal
deep merah gelap
Sel epitel Homogen, jelas, biru / Granula gelap Lihat sel-sel di dalam
tubulus ungu, int8 mungkin ada merah, “tebal”, silinder; bulat, atau
ginjal granula oval, clump
degeneratif/ lemak
Diambil dari ECLM. 2000.8
Sel epitel prostatik tidak dapat dibedakan dari sel epitel transisional dengan metode ini; partikel
prostat dapat terlihat sesekali.
Intensitas pewarnaan bervariasi dan tergantung lama pajanan terhadap cat serta faktor-faktor yang
tidak diketahui terkait dengan spesimen. Rasio biru ke merah juga dipengaruhi oleh tempat cat
yang digunakan dalam persiapan pewarnaan.

Tabel 7. Diferensiasi Partikel Urin Lain (fase kontras atau pewarnaan supravital).

25
Tipe Partikel Features
Mikroba
Bakteri
 Batang Gelap, sering rantai
 Kokkus Gelap, isolated, berpasangan, rantai atau cluster
Ragi Nukleus sering terlihat, budding; tidak terwarnai dengan baik; juga
sebagai hyphi bercabang (pseudomyceliae)
Silinder
Silinder seluler Sel (eritrosit, leukosit, sel tubular) dalam matriks silinder
Silinder mikroba Penampilan granular; batang mungkin tampak jelas dapat dilihat
Silinder hialin Indeks bias rendah, dapat terjadi sebagai biru gelap, kompak atau
fibrilar, kadang berbelit-belit
Silinder granular Butiran berbagai ukuran dan warna, biasanya merah
Silinder lilin Refraktil, dengan tepi yang keras dan menjorok; warna merah
daripada biru
Silinder lemak Tetesan lipid dapat diisolasi, clump, atau packed; spikula
kolesterol menonjol
Silinder Hemoglobin dan mioglobin (merah-coklat), bilirubin (kuning-
berpigmen oranye-coklat)
Diambil dari ECLM. 2000. 8

Interpretasi hasil pemeriksaan mikroskopis urin:2


 Eritrosit
Menggambarkan adanya hematuri yang dapat diartikan sebagai adanya
perdarahan saluran kemih yang disebabka oleh infeksi saluran kemih,
penyakit ginjal, tumor atau adanya batu saluran kemih.
 Lekosit
Pyuria menjadi petunjuk adanya infeksi saluran kemih (pielonefritis)
 Silinder hialin
Ditemukan meningkat pada penyakit ginjal, latihan fisik berat dan keadaan
dehidrasi.
 Silinder eritrosit
Ditemukan pada Glomerulonefritis Akut (GNA), Sub akut endokarditis.
Trauma ginjal, infark ginjal, pielonefritis, thrombosis renalis, gagal jantung
kongestif
 Silinder Lekosit
Menunjukkan adanya infeksi saluran kemih, pielonefritis akut, nefritis
interstisial, lupus nefritis, penyakit glomerulus.
 Silinder granular

26
Ditemukan pada nefritis kronik, penyakit glomerulus dan tubulus ginjal
 Silinder lemak
Berhubungan denan proses yang kronik misalnya sindroma nefrotik,
Glomerulonefritis kronik (GNK).
 Silinder lilin /waxy cast
Menunjukkan adanya kondisi patologis yang serius pada ginjal dan saluran
kemih seperti Gagal Ginjal Kronis (GGK), hipertensi maligna, renal
amiloidosis, nefropati diabetikum.
 Bakteri dan Protozoa
Diidentifikasi dengan pewarnaan gram pada sedimen atau dengan biakan
urin, mungkin dijumpai gram negative basilus seperti Escherichia coli,
Pesudomonas, Proteus atau gram positif kokus seperti Streptokokus pyogen.
 Kristal
Kristal leusin dan tirosin biasanya terjadi bersamaan dan ditemukan pada
penderita dengan gangguan hati yang berat.

G. Penilaian dan Perhitungan Sedimen Urin 9


1. Penilaian Perkiraan Sedimen Urin

Gambar 1. Penilaian Perkiraan Sedimen Urin


Diambil dari Ahmad Ripani. 2016.9

2. Penilaian Sedimen Urin

27
Penilaian
 Positif satu (1+): Bila jumlah sedikit
 Positif dua (2+): Bila jumlah banyak
 Positif tiga (3+): Bila jumlah banyak sekali
 Positif empat (4+): Bila jumlah tidak terhitung
Nilai Rujukan
 Eritrosit: 0-1/LPB
 Leukosit: 1-3/LPB
 Epitel Squamous: 10-15/LPK
 Epitel RTC: 0/LPK
 Epitel Transisional: 1-5/LPK
 OFB: 0/LPK
 Bakteri/Parasit: Tidak ditemukan

3. Perhitungan Sedimen Urin


Sedimen Urin dihitung untuk menilai kepadatan jumlah sedimen dalam
urin, dapat dihitung dengan metode penghitungan konvensional berdasarkan
LPK dan LPB dan penghitungan dengan kamar hitung sedimen urin yang
dihitung harus dihomogenkan endapannya, alat counter diperlukan bila unsur
sedimen jumlah cukup banyak.
3.1. Penghitungan Konvensional
Penghitungan LPK
Penghitungan berdasarkan LPK menggunakan lensa objektif 10x, dihitung
jumlah rata – rata per lapang pandang. Perhitungan ini bersifat semikuantitatif
yang berlaku untuk beberapa unsur dari sedimen urin.
Penghitungan LPB
Penghitungan berdasarkan LPB menggunakan lensa objektif 40x, dihitung
jumlah rata – rata per lapang pandang. Perhitungan ini bersifat semikuantitatif
yang berlaku untuk eritrosit, leukosit, sel glitter, dan sel epitel tubulus.
Cara Perhitungan

28
Buat tabel dan masukkan unsur – unsur sedimen urin yang dihitung, lalu
masukkan jumlahnya tiap lapang pandang sebanyak 10 lapang pandang,
jumlahkan dan rata – rata, kemudian laporkan dengn range (misal 0-1/LPK).
Apabila jumlah unsur sedimen menutupi lapang pandang maka dilaporkan
sebagai Penuh/LPK atau /LPB
Contoh perhitungan LPK dan LPB (10 LP)

Contoh perhitungan LPK dan LPB (5 LP)

Ketelitian dan ketepatan akan berkurang dengan LP lebih sedikit

Contoh perhitungan LPK dan LPB (2 LP)

Ketelitian dan ketepatan semakin berkurang

3.2. Penghitungan dengan Kamar Hitung

29
S-Y & KOVA slide
Cara S-Y dan KOVA menggunakan kamar hitung khusus untuk
menghitung sedimen urin. Modifikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan kamar hitung sel darah.

Penghitungan dengan Kamar Hitung Metode Shih Yung


Metode ini memberikan ketelitian dan ketepatan lebih baik daripada
metode konvensional. Mengurangi penularan penyakit karena penggunaan
tabung dan pipet yang dipakai berulang-ulang. Pelaporan secara kuantitatif
mempermudah klinisi mengevaluasi hasil pengobatan. Memudahkan
melaksanakan pemantapan mutu internal dan eksternal bagi laboratorium bagi
pemeriksaan sedimen urin. Kamar hitung Shih Yung yang terbuat dari
akrilik. Kamar hitung yang digunakan dengan 4 bidang sedang yang
mempunyai luas 4 x 1 mm2 yang terdiri dari 24 kotak kecil dengan tinggi 0,05
mm. Alat yang digunakan adalah tabung plastik bertutup dan berskala dengan
ukuran 12 ml, pipet tetes berukuran 1 ml, mikroskop, sentrifuge swing bucket
rotor, dan zat warna Sternheimer Malbin.

Prosedur Metode Shih Yung

30
 Urin dikocok homogen, dituangkan 12 ml
 Disentrifuge 5 menit 2000 rpm
 Dibuang urin hingga tersisa 0,6 ml sedimennya.
 Tambahkan 1 tetes zat warna Shih Yung atau Sternheimer Malbin
 Kocok pelan-pelan dan ambil 1 tetes untuk diisikan ke kamar hitung.
 Periksa dengan lensa 10x dan 40x dan lakukan penghitungan.

Perhitungan Shih Yung


Tanpa Pewarnaan Dengan Pewarnaan
• Volume = 4 x 0,05 mm3 = 0,2 • Volume = 4 x 0,05 mm3 = 0,2
mm3 mm3
• Pemekatan sedimen 12/0,6 = • Volume zat warna 1 tetes =
20x 20ul
• Faktor = N x 1/0,20 x 1/20 • Pengenceran Sedimen 20/21 x
= N x 0,25 20 = 19,05x
= ... sel/µL • Pemekatan Sedimen 12/0,6 =
N = jumlah sedimen yang dihitung 20x
• Faktor = N x 1/19,05 x 1/20
= N x 0,26
= ... sel/µL
Nilai Rujukan Shih Yung
Eritrosit: normal <3 sel/µl, suspek 4-8 sel/µl, abnormal >8sel /µl
Leukosit: normal <10sel/µl, suspek 10-20sel/µl, abnormal >20sel/µl

3.3. Hubungan LPK/LPB dan Multistick 10


LPK/LPB Terhadap Multistick 10
 Multistick merupakan perkiraan jumlah leukosit (semikuantitatif warna)
 Asumsi perkiraan 1 Leukosit/LPB= 10 sel/µl atau 1 eritrosit/LPB= 5 sel/µl
 LPK/LPB sebagai satuan konvensional yang masih banyak dipakai.
 Perlu dimasukkan interpretasi keduanya di nilai rujukan.

SHIH YUNG Terhadap Multistick 10


 Multistick merupakan perkiraan jumlah leukosit (semikuantitatif warna)
 Shih Yung konfirmasi hasil hitung Leukosit dari Multistick
 Hasil positif Multistick 10 dengan hitung Shih yung harus sama

31
 Ketidaksamaan karena multistick mendeteksi kehadiran leukosit
berdasarkan enzim leukosit esterase.
3.4. Hubungan Derajat Positif Multistick dengan Jumlah Sel
Eritrosit Multisticka Leukosit Esterase Multistickb
 1+ = 5-15 sel/µl (Small)  1+ = 10-25 sel/µl (Small)
 2+ = 30-100 sel/µl (Moderate)  2+ = 75 sel/µl (Moderate)
 3+ = 150-300 sel/µl (Large)  3+ = 500 sel/µl (Large)
 Bila diatas 300 sel/µl  Pakai  Bila diatas 500 sel/µl --> pakai
Shih Yung Shih Yung
 Gambaran kasar range sel,  Gambaran kasar range sel,
tidak jumlah sebenarnya. tidak jumlah sebenarnya.

a.

b.

H. Pelaporan Sedimen Urin


Jumlah partikel rata-rata daripada kisaran harus dilaporkan sebgai
partikel/HPF. Namun demikian, direkomendasikan bahwa jumlah konsentrasi
partikel dihitung juga dengan satuan volume (L) yang sebanding secara
internasional, seperti yang ditunjukkan di atas. Penghitungan yang tepat mungkin
memiliki batas atas untuk alasan praktis, setara dengan sekitar 200 - 300 partikel x
106/L. Untuk mikroba, laporan skala ordinal, seperti “tidak ada”, “beberapa”,
“moderat” dan “berlimpah” dapat diterima. Format pelaporan yang dijelaskan
adalah untuk referensi. Kelompok pasien yang berbeda memiliki persyaratan
berbeda untuk pelaporan sedimen urin.8 Pencatatan hasil pemeriksaan di lembar
buku hasil, di lembar blanko hasil pemeriksaan harus dilakukan. Kesesuaian
angka, tulisan, tanda positif/negatif. Tiap laboratorium memiliki blanko dengan
acuan nilai rujukan.9

32
Gambar 2. Contoh Formulir Laboraorium untuk Analisis Urin.
Diambil dari Ahmad Ripani. 2016.9

Aturan Pelaporan 9
 Eritrosit, Leukosit, sel glitter dan OFB di laporkan sebagai jumlah rata-rata
sel/LPB
 Silinder-silinder dan sel-sel epitel dilaporkan sebagai jumlah rata-rata
sel/LPK
 Kristal-kristal dilaporkan dengan derajat/tingkat positif : (-), (1+), (2+),
(3+)
 Bakteri, Jamur dan Hifa dilaporkan dengan derajat/tingkat positif: : (-),
(1+), (2+), (3+)
 Mikroorganisme lainnya dilaporkan dalam (-) atau (+)
 Telur cacing dilaporkan dalam (-) atau (+)

33
 Mucus Thread dilaporkan dalam (-) atau (+)

Gambar 3. Pelaporan Sedimen Urin.


Diambil dari Ahmad Ripani. 2016.9

PELAPORAN SEDIMEN URIN MENURUT JCCLS1


1. Pelaporan Sel-Sel Non-Epitel / Sel-Sel Epitel
Hasil dari pemeriksaan mikroskopis HPF (40x) harus dijelaskan.
 Kurang dari 1 sel / HPF  20–29 sel/HPF
 1-4 sel/HPF  30–49 sel/HPF
 5–9 sel/HPF  50–99 sel/HPF
 10–19 sel/HPF  100 sel atau lebih/HPF
Catatan: 50-99 dan ≥100 sel/HPF dapat diintegrasikan ke dalam ≥50
sel/kelompok HPF.

2. Pelaporan Silinder
Hasil pemeriksaan mikroskopis LPK (10 ×) harus dijelaskan berdasarkan
perkiraan jumlah di seluruh bidang (WF) atau bidang individu (LPK), atau
secara kualitatif sesuai dengan kriteria yang dijelaskan dalam Tabel 8.

34
Tabel 8. Pelaporan Silinder menurut JCCLS.
Pelaporan Temuan/ WF Temuan /100 LPK Hasil Pelaporan
- 0 0 0/100 LPK
1-4 1-4
1+ 1/WF s/d < 1/10 LPK
5-9 5-9
10-19 10-19
2+ 1-2/10 LPK
20-29 20-29
30-49 30-49
3+ 3-9/10 LPK
50-99 50-99
4+ 100-999 100-999 1-9/LPK
5+ ≥1000 ≥1000 ≥ 10/LPK
Diambil dari JCCLS. 2010.1

3. Pelaporan Mikroorganisme
Hasil pemeriksaan mikroskopis HPF (40 ×) harus dijelaskan secara
kualitatif sesuai dengan kriteria yang diuraikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Pelaporan Mikroorganisme menurut JCCLS.


Pelaporan Keterangan
- Tidak ada/ jarang di beberapa lapang pandang
1+ Ada di tiap lapang pandang
2+ Banyak/ beberapa dalam kelompok
3+ Numerous
Diambil dari JCCLS. 2010.1

4. Pelaporan Parasit
Hasil pemeriksaan mikroskopis HPF (40 ×) harus dijelaskan secara
kualitatif sesuai dengan kriteria yang diuraikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Pelaporan Parasit menurut JCCLS.


Pelaporan Keterangan
- 0
1+ 1/WF s/d 4/LPB
2+ 5-9/LPB
3+ ≥10/LPB
Diambil dari JCCLS. 2010.1

5. Pelaporan Garam / Kristal


Hasil pemeriksaan mikroskopis HPF (40×) harus dijelaskan secara
kualitatif sesuai kriteria yang dijelaskan dalam Tabel 11. Kristal abnormal
harus dicatat jika ditemukan di WF.

35
Tabel 11. Pelaporan Kristal dan Garam menurut JCCLS.
Pelaporan Kristal Garam
- 0 0
1+ 1-4/LPB Jumlah sedikit
2+ 5-9/LPB Jumlah sedang
3+ ≥10/LPB Jumlah banyak
Diambil dari JCCLS. 2010.1

II.1.2. Pemeriksaan Sedimen dengan Alat Otomatis


Ketika menggunakan alat otomatis seperti flow cytometer, disarankan
untuk sepenuhnya memahami karakteristik instrumen untuk mendapatkan
informasi terbaik tentang elemen yang terbentuk urin. Penggunaan spesimen urin
tanpa sentrifugasi membuat tes lebih cepat dan kompatibel dengan pelaporan
kuantitatif (jumlah/μL), yang menjadi tren global. Sedang dilakukan untuk
menetapkan posisinya sebagai tes skrining di masa depan.1
Produsen alat otomatis harus menjelaskan secara rinci kemampuan
diferensiasi instrumen, termasuk data sensitivitas dan spesifisitas terhadap metode
perbandingan manual, seperti penghitungan bilik, morfologi sedimen, atau kultur
bakteri. Populasi pasien umum maupun spesifik harus ditargetkan dalam evaluasi
untuk menetapkan penggunaan diagnostik yang dimaksudkan optimal untuk
instrumen yang diberikan. Berdasarkan prinsip teknis, saran tentang pengumpulan
dan penyimpanan spesimen sangat penting untuk mendapatkan hasil yang andal
dan menghindari artefak. Daftar gangguan yang diketahui harus disediakan secara
umum segera setelah ditemukan selama evaluasi dan dalam praktik klinis.
Pelanggan harus menyusun standar operasi prosedur dengan bantuan produsen.
Mencakup deskripsi kerja rutin, kombinasi analisis berbeda dari urin yang sama,
protokol penilaian kualitas dan langkah-langkah yang harus diambil jika alarm
instrumen atau pesan kesalahan. Spesimen yang tidak bisa dianalisis otomatis
harus diacatat, metode manual alternatif terstandar.8

36
II.2. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL SEDIMEN URIN
Pemantapan Mutu Internal laboratorium melakukan pemeriksaan sedimen
urin menggunakan bahan kontrol yang disediakan pabrikan produsen reagen yang
disebut The QuanTscopics Urin Microscopics Control dimaksudkan untuk
digunakan sebagai bahan kontrol berkualitas untuk evaluasi mikroskopis dari
berbagai metode sedimen urin. Kontrol QC mikroskopis harus dijalankan setiap
hari untuk akurasi dan presisi. Sedimen urin mikroskopis umumnya meliputi
deteksi dan identifikasi eritrosit, leukosit, sel epitel, bakteri, silinder dan kristal.
The QuanTscopics Urin Microscopic Control tersedia dalam dua level, level 1
untuk kontrol urin normal dan level 2 untuk kontrol urin positif. Bentuk cair, siap
digunakan, tidak memerlukan pelarut atau pengenceran. Kontrol terbuat dari urin
manusia yang stabil untuk sel eritrosit manusia, leukosit manusia, dan asam urat,
kristal kalsium fosfat dan kalsium oksalat telah ditambahkan. Pengawet telah
ditambahkan untuk menjaga keutuhan produk.5,10

II.3. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL SEDIMEN URIN 11


1. Pendaftaran
Pendaftaran peserta PNPME-U dengan melengkapi persyaratan dan
mengisi formulir pendaftaran dan dikirimkan kepada Sekretariat Pelaksana :
Pengurus Pusat ILKI, JL. Pegambiran no. 31A Rawamangun – Jakarta
13220 , email: pme@ilki-online.org / ilkipusat@yahoo.com. Setiap peserta
diberi nomer kode oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan. Penggunaan nomer kode ini adalah untuk menjamin
kerahasiaan hasil evaluasi masing-masing peserta.

2. Pelaksanaan
Penyelenggara akan mengirimkan lembar soal berisi 10 macam gambar
sedimen urin yang disebut Foto Survey PNPME – Urinalisis (Gambar 3).
Laboratorium peserta diharapkan mencocokkan masing-masing gambar
tersebut dengan pilihan jawaban yang telah disediakan dengan benar dan

37
lengkap. Laboratorium Peserta menuliskan jawaban dan melengkapi data
pada kolom formulir yang tersedia yang terdiri dari:
1. Nomor kode peserta
2. Tanggal penerimaan
3. Tanggal pemeriksaan
4. Nama, alamat jelas, stempel/cap laboratorium, nomor telpon, serta
nama dan tanda tangan pemeriksa serta penanggung jawab laboratorium
5. Kolom komentar/ saran.

3. Penilaian
Tiap jawaban laboratorium peserta akan diberi skor/ nilai sebagai berikut:
 Bila jawaban benar, tepat dan lengkap dengan nilai 100
 Bila jawaban kurang tepat/ tidak lengkap dengan nilai 50
 Bila jawaban tidak tepat dengan nilai 25
 Bila tidak menjawab dengan nilai 0

Rerata hasil nilai Laboratorium peserta akan dikelompokkan dalam:


 91-100 = sangat baik
 81-90 = baik
 71-80 = cukup
 61-70 = perlu perbaikan
 ˂ 60= perlu perbaikan segera

38
Gambar 4. Foto Survey Progam Nasional PME Bidang Urinalisis Tahun 2012.
Diambil dari PNPME. 2013.11

39
BAB. III
KESIMPULAN

Pemantapan mutu laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan


untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan Mutu Laboratorium untuk urinalisis meliputi pemantapan mutu
internal dan eksternal urinalisis. Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Urinalisis terdiri dari pelaksanaan quality control internal urinalisis meliputi
tahap pra analitik, tahap analitik dan paska analitik dari pemeriksaan kimia
urin metode carik celup dan sedimen urinalisis. Sedangkan pemantapan mutu
eksternal laboratorium urinalisis adalah bahwa setiap laboratorium dapat ikut serta
dalam pemantapan mutu yang diselenggarakan di tingkat nasional maupun
internasional. Pemantapan mutu eksternal tingkat nasional diselenggarakan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, Dirjen Bina
Upaya Kesehatan Kemenkes RI bekerja sama dengan Ikatan Laboratorium
Kesehatan Indonesia pusat yang dikenal dengan PNPME - Urinalisis. Disamping
itu laboratorium dapat juga ikut serta dalam Program Pemantapan mutu eksternal
tingkat internasional misalnya yang diselenggarakan oleh Randox suatu
perusahaan produsen alat-alat kesehatan dan laboratorium yang dikenal dengan
Randox International Quality Assurance Scheme (RIQAS).
Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal Laboratorium Urinalisis
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hasil analisis (pemeriksaan) laboratorium,
meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan tenaga-tenaga ahli laboratorium serta
menciptakan cost efficiency dan cost effectiveness.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Prosedur Pemeriksaan Sedimen Urin oleh Japanese Committee for


Clinical Laboratory Standards (JCCLS). 2010.
2. Herdjoeno, H; Fitriani, Substansi Dan Cairan Tubuh, edisi 5, Tahun 2007 hal 1-29
3. Noer, M.S. 2005
4. Dharmanta, I.G. Pemantapan mutu eksternal bidang urinalisis dalam
Manajemen Laboratorium seri VIII, tahun 2019, hal 1-39.
5. Leonita, Quality Control Urinalisis, Surabaya available at
http://www.slideshare.net/pdspatklinsby/fajar-quality-control-urinalisis
6. Lembar, S; Then, Z; Wiryanto, GA, Urinalisis Dan Pemeriksaan Cairan Tubuh
Sederhana, Edisi 1, tahun 2013, hal 17-166
7. Subrata, G. Penuntun Laboratorium Klinik, penerbit: Dian Rakyat, tahun 1984 hal.
87-121
8. European Urinalysis Guidelines. European Confederation of Laboratory
Medicine (ECLM). Scand J Clin Lab Invest 2000; x0: x2-8P.
9. Ripani A. Penilaian dan penghitungan serta pelaporan sedimen urine di
laboratorium medik. Banjarmasin. 2016.
10. The Quantscopics Urin Microscopic Control available at
http://quantimetrix.com/controls/urinalysis-controls/quantscopics-urin-microscopics-
control/
11. Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Urinalisis dalam Buku Petunjuk
Pelaksanaan PNPME Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta, 2013

41

Anda mungkin juga menyukai