Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang” Kebutuhan dasar hidup manusia".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Makassar ,15 september,2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………………………………………………………………1

B. Rumusan masalah .............................................................................................................2


C. Tujuan ...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan specimen urine.............................................................................................3


1. Urine rutin...................................................................................................................4
2. Urine sewaktu.............................................................................................................5
3. Urine tamping bersih...................................................................................................6
4. Teknik pemeriksaan urine ...........................................................................................7
B. Pemeriksaan specimen feces.............................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................9
B. SARAN................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB l

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang

Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang dibentuk dalam
ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus.
Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus dan disertai sejumlah air yang dikeluarkan oleh
tubuh (Hardjono dan Mangarengi, 2011). Urine dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah
penyakit yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut dengan istilah
urinalisis (Mengko, 2013).

Urinalisis dilakukan dengan tiga macam cara yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan kimia
urine dan pemeriksaan mikroskopis urine (Mengko, 2013). Urinalisis merupakan pemeriksaan uji
saring yang sering diminta untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan
metabolisme tubuh. Urinalisis merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium
klinik dan biasanya berupa pengamatan mikroskopik sedimen urine.

Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal
dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur
organik (berasal dari suatu organ atau jaringan seperti sel epitel, eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit) dan unsur anorganik (tidak berasal dari suatu
jaringan seperti urat amorf dan kristal) (Hardjono dan Mangarengi, 2011).

Silinder (cast) adalah satu-satunya elemen yang ditemukan dalam sedimen urine yang
unik, merupakan masa protein berbentuk silindris yang terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas
masuk ke dalam urine. Silinder menggambarkan keadaan tubulus ginjal. Silinder hialin atau
silinder granuler yang halus dapat dijumpai dengan sedimen urine normal orang yang sehat.
Peningkatan jumlah silinder pada penyakit ginjal dapat dijumpai dalam sedimen urine.

Aktivitas fisik yang berat dapat meningkatkan jumlah silinder dalam urine normal,
kehadirannya tidak menunjukkan keadaan patologis. Silinder ini berhubungan dengan
peningkatan albuminuria akibat perubahan permeabilitas glomerulus. Sedimen urine bisa
dijumpai beberapa silinder hialin atau silinder granuler per lapang pandang kecil (LPK).
Jumlahnya akan kembali normal (tanpa proteinuria atau silinder) dalam 24-48 jam. Peningkatan
jumlah silinder juga berhubungan dengan beberapa terapi diuretik (Riswanto dan Rizki, 2015).

Pemeriksaan sedimen urine merupakan bagian paling standar dan penting dalam
pemeriksaan penyaring, memberikan data mengenai saluran kencing mulai dari ginjal sampai
ujung uretra (Gandasoebrata, 2013). Tujuan dari pemeriksaan sedimen urine adalah untuk
mendeteksi dan mengidentifikasi bahan yang tidak larut dalam urine. Pemeriksaan sedimen
urine meliputi identifikasi dan kuantisasi dari elemen dalam urine (Strasinger dan Lorenzo,
2008).

Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada setiap alat dengan prinsip
kerja yang berbeda-beda. Pemeriksaan sedimen urine dapat diperiksa dengan metode manual
(konvensional) dan otomatis. Prinsip pemeriksaan sedimen urine konvensional yaitu
menggunakan mikroskop dengan cara mengendapkan unsur sedimen menggunakan sentrifus,
endapan kemudian diletakkan di atas kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup.

Unsur sedimen dilaporkan secara semikuantitatif dalam rerata 10 lapangan pandang


besar (LPB) atau lapangan pandang kecil (LPK) (Mengko, 2013). Kelebihan pemeriksaan
mikroskopis secara manual adalah jumlah sedimen yang dilaporkan sesuai dengan jumlah dan
tidak tergantung pada ukuran sedimen yang diperiksa sehingga menghindari adanya nilai tinggi
atau rendah palsu. Kelemahan pada pemeriksaan sedimen urine secara manual adalah
membutuhkan waktu lama dan perlu ketelitian dari pemeriksa.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud pemeriksaan spesimen urine ?
2. Jelaskan apa itu urine rutin?
3. Apa itu urine sewaktu?
4. Apa itu urin tamping bersih?
5. Bagaimana cara Teknik pemeriksaan urine
6. Bagaimana pemeriksaan specimen faces?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan spesime urine
2. Untuk mengetahui apa itu urine rutin
3. Untuk mengetahui apa itu urine sewaktu
4. Untuk mengetahui apa itu urine tamping bersih
5. Untuk mengetahui Teknik pemeriksaan urine
6. Untuk mengetahui pemeriksaan specimen urine
BAB ll

PEMBAHASAN

A.Pemeriksaan spesimen urine

1.Urin rutin

Pemeriksaan urin rutin atau urinalisis adalah pemeriksaan laboratorium Tertua dan sederhana
yang dapat dilakukan untuk skrining kesehatan secara Umum. Hasil pemeriksaan urin rutin juga
dapat dipakai untuk menunjang Diagnosis, menentukan prognosis serta memantau perkembangan
dan Pengobatan suatu penyakit. Pemeriksaan urin rutin bertujuan untuk Mengidentifikasi bahan
yang ada di dalam urin baik secara makroskopis, Mikroskopis (sedimen) maupun kimiawi. Derajat
suatu penyakit antara lain Seperti DM dan penyakit hati dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
kimiawi Sedangkan hasil pengamatan mikroskopis sedimen dapat menunjukan adanya Infeksi,
radang, kelainan fungsi ginjal, trauma dan keganasan. (McPherson & Pincus, 2011).

Pemeriksaan urin terdiri dari pemriksaan makroskopik, Mikroskopik sedimen urin dan
pemeriksaan kimia urin. Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
tes warna, Kejernihan, bau, berat jenis dan pH. Analasis kimiawi meliputi tes protein, Glukosa dan
keton. (Hardjoeno, H dan Fitriani, 2011). Utin dapat dilakukan Pemeriksaan urin rutin dapat
dilakukan secara sederhana dan automatik, Tenaga laboratorium semakin banyak menggunakan
metode pemeriksaan secara Automatik yaitu dengan prinsip kerja alat warna area tes yang akan
diberikan Sampel disinari dengan panjang gelombang tertentu kemudian sinar Dipantulkan kembali
dengan intensitas yang sebanding dengan warna tes dan Ditangkap oleh detektor sengai remisi
kemudian dikonversi dengan standar Konsentrasi dengan menggunakan dipstick alat urin analyzer
karena lebih Mudah dan lebih terstandarisasi. (Hardjoeno H, 2007).

Alat Urine Analyzer menggunakan metode Reflectance (pemantulan) Didefinisikan sebagai rasio
antara jumlah total radiasi (seperti cahaya) yang Dipantulkan oleh sebuah permukaan dengan jumlah
total radiasi yang diberikan pada permukaan tersebut. Prinsip ini digunakan pada sebuah instrumen
urine Analyzer dengan membaca warna yang terbentuk dari sebuah reaksi antara sampel Yang
mengandung bahan kimia tertentu dengan reagen yang ada pada sebuah Testing strip. Reagen yang
ada pada tes strip akan menghasilkan warna dengan Intensitas tertentu yang berbanding lurus
dengan kadar bahan kimia yang ada Didalam sampel. Selanjutnya warna yang terbentuk dibaca oleh
alat dari arah Bawah strip (Widagdho, 2013).

Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan Spesifikasi carik celup
berupa secarik plastik kaku yang pada sebelah sisinya Dilekati dengan satu sampai sembilan kertas
isap atau bahan peyerap lain yang Masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap
salah satu zat yang Mungkin ada di dalam urin. Adanya dan banyaknya zat yang dicari ditandai oleh
Perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik.(Gandasoebrata, 2013).
Pemeriksaan urin rutin (protein, glukosa, ph) menggunakan carik celup Mempunyai keunggulan
cepat dan mudah, terdapat juga kekurangan seperti Apabila pembacaan lebih dari 30 detik maka
akan terjadi perubahan warna yang Dapat menimbulkan kesalahan dalam mengintepretasi hasil.
Berdasarkan uraian diatas mendorong penulis untuk mengetahui perbedaan Hasil pemeriksaan urin
rutin (protein, glukosa, ph) dengan urine analyzer Urit-50 Dan metode carik celup.

2.urine sewaktu( Random)

Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan Secara khusus.
Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin Mengandung sel darah putih, bakteri,
dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa
pendapat khusus. Urine sewaktu dapat digunakan untuk bermacam macam pemeriksaan, yaitu urine
yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu biasanya
cukup baik untuk pemeriksaan rutin .

3. Urine tamping bersih


Urin tamping bersih yaitu urin yang dikeluarkan dan dikumpulkan selama 24 jam. Untuk
pengumpulan urin ini diperlukan botol yang besar dan dapat ditutup rapat, botol ini harus bersih
dan biasanya memerlukan pengawet.

4. Teknik pemeriksaan urine


Pengambilan spesimen urin dilakukan oleh penderita sendiri, kecuali dalam keadaan yang
tidak memungkinkan. Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan
tentang cara pengambilan yang benar.
Beberapa teknik pengumpulan spesimen urin adalah :
1. Berkemih rutin/spontan
Pengumpulan spesimen urin ini merupakan teknik terbaik, termudah dan tidak memerlukan
persiapan apapun. Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain, misalnya
keluarga atau perawat. Orang-orang tersebut harus diberi tahu dulu mengenai cara
pengumpulan urin; mereka harus mencuci tangan sebelum dan sesudah pengumpulan urin;
menampung urin midstream. Spesimen ini dapat digunakan untuk urinalisis rutin

2. Pancar tengah/midstream

Spesimen urin yang ideal adalah urin pancaran tengah (midstream), dimana aliran
pertama urin dibuang dan aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang disediakan.
Aliran pertama urin berfungsi untuk menyiram sel dan mikroba dari luar urethra agar tidak
mencemari spesimen urin. Pemeriksaan kultur bakteri, sebaiknya didapatkan dari urin
pancar tengah/midstream. Volume urin pancar tengah yang dibutuhkan adalah 20- 100 ml.
Untuk mencegah kontaminasi pada wadah dan spesimen urin, tangan maupun daerah
perineal pasien tidak boleh menyentuh bagian dalam wadah,1,5,6

3. Kateterisasi
Dalam kondisi khusus kateter digunakan, misalnya pasien dalam keadaan koma atau
pasien gelisah, tidak dapat mengeluarkan urin atau tidak dapat mengontrol miksi diperlukan
teknik kateterisasi. Teknik ini menyebabkan 1- 2% risiko infeksi dan menimbulkan trauma
urethra dan kandung kemih. Untuk menampung urin dari kateter, lakukan desinfeksi pada
bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Kateter steril dimasukkan melaui
uretra sampai ke dalam vesika urinaria.
4. Aspirasi suprapubic
Teknik lain yang digunakan untuk pasien yang tidak kooperatif adalah aspirasi
suprapubik, yaitu pengumpulan spesimen urin langsung dari vesika urinaria dengan cara
menusuk dinding abdomen dan vesika urinaria yang terdistensi dengan spuit sebanyak 10-12
ml.
5. Pengumpulan spesimen urin khusus anak-anak
Saatini terdapat kantong plastik urin dengan perekat kulit yang hipoalergenik. Daerah
perineal dibersihkan dan dikeringkan sebelum kantong plastik urin direkatkan ke kulit pasien.
Kantong plastik urin tersebut diletakkan pada penis (pria) dan sekelilling vagina (wanita)
dengan mengeksklusi bagian rektum, bagian perekat ditempelkan pada perineum. Pasien
diperiksa secara rutin setiap 15 menit untuk melihat apakah sudah terkumpul spesimen urin
yang dibutuhkan.

 Wadah Spesimen Urin


Wadah pengumpulan spesimen urin harus bersih, kering dan terbuat dari material
disposal bening atau transparan sperti palstik atau gelas Wadah memilliki tutup terbuka
minimal 4-5 cm dan dapat menampung 50-100 ml urin dan diberikan penutup. Wadah
spesimen harus dilabel sebelum atau segera setelah urin terkumpul.Label identitas pasien
diletakkan pada bagian tubuh wadah, agar spesimen tidak bercampur atau salah identitas.
Label harus dapat melekat pada wadah yang dapat tahan terhadap lingkungan lembab dan
tetap melekat selama di dalam tempat pendingin. Identitas pasien seperti nama, nomor
identitas pasien, tanggal dan waktu pengumpulan spesimen urin harus ada.

 Pengawet Urin
Pengawet urin digunakan untuk menghambat perubahan susunan dalam urin. Macam-
macam pengawet urin terdiri dari:
a. Toluen:dipakai sebanyak 2-5 ml untuk pengawet urin 24 jam. Pengawet ini baik
untuk mengawetkan glukosa, aseton dan aseto asetat;
b) Formaldehid: dipakai sebanyak 1-2 ml larutan formaldehid 40% untuk urin 24 jam,
pemakaian bahan pengawet ini yang berlebihan akan mempengaruhi terhadap tes
reduksi
c) Thymol: dipakai sebanyak 0,1 gram thymol untuk 100 ml urin. Pengawet ini
menyebabkan false positif untuk pemeriksaan protein
d) Asam Sulfat Pekat: dipakai untuk penetapan kuantitatif kalsium nitrogen dan zat
organik lain. Jumlah pemakaian pengawet ini diberikan agar pH urin tetap rendah
dari 4,5
e) Asam klorida pekat: dipakai untuk pemeriksaan amonia, urea nitrogen. Pengawet
ini dapat mengendapkan asam urat.
f) Natrium karbonat: dipakai untuk pemeriksaan urobilinogen dengan menjaga urin
dalam keadaan alkalis
g) Kloroform: menghambat pertumbuhan bakteri dalam urin dan membuat urin jenuh
h) Natrium fluorida: dipakai untuk pemeriksaan glukosa dengan menghambat
glikolisis.4

Urin yang akan diperiksa sebaiknya baru atau segar, sebaiknya 3-6 jam segera setelah
ditampungdengan alasan sebagai berikut:
1. Warna belum berubah;
2. pH belum berubah;
3. Zat-zat tertentu belum berubah atau menguap;
4. Bakteri belum berkembang biak.

B. Pemeriksaan specimen feces

Pemeriksan feses adalah prosedur untuk menguji sampel tinja. Prosedur ini bertujuan untuk
mendeteksi penyebab penyakit atau gangguan pada sistem pencernaan, misalnya diare kronis atau
buang air besar berdarah. Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien.
Selanjutnya, sampel tinja akan dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Pertama-tama, sampel tersebut
akan dinilai dari sisi konsistensi, warna, dan baunya, serta dilihat apakah mengandung lendir atau
darah. Setelah itu, dokter juga akan melakukan jenis-jenis pemeriksaan feses berikut untuk mencari
tahu penyebab keluhan yang tidak bisa terdeteksi secara kasat mata:

 Mikroskopik, untuk mencari keberadaan telur cacing, cacing, dan sel darah putih
 Fecal occult blood test (FOBT) atau tes darah samar, untuk mendeteksi darah di tinja
menggunakan zat kimia
 Pemeriksaan sisa pencernaan, seperti lemak, gula, dan enzim pencernaan
 Kultur feses, untuk mendeteksi keberadaan bakteri yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan

Tidak semua jenis pemeriksaan di atas akan dilakukan, tergantung pada kondisi dan
keluhan yang dialami pasien.

Tujuan dan Indikasi Pemeriksaan Feses

Dokter dapat melakukan pemeriksaan feses pada pasien yang diduga mengalami kondisi berikut:

 Alergi atau peradangan di saluran pencernaan, seperti alergi susu pada bayi atau radang usus
 Infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, jamur, cacing, maupun virus, yang menyerang
saluran pencernaan
 Gangguan pencernaan gizi atau sindrom malabsorbsi
 Gangguan produksi empedu pada liver atau produksi enzim pencernaan pada pankreas
 Kanker atau polip usus besar

Umumnya, pemeriksaan feses akan disarankan jika pasien mengalami keluhan di bawah ini:

 BAB berdarah
 BAB berlendir
 Diare kronis
 Perut kembung yang sering kambuh
 Nyeri atau kram perut, terutama perut bagian bawah
 Anemia yang tidak kunjung membaik
 Perubahan pola buang air besar yang drastis dan bertahan lebih dari 2 minggu
 Penurunan berat badan signifikan yang tidak direncanakan

Peringatan dan Larangan Pemeriksaan Feses

Sebelum menjalani pemeriksaan feses, ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:

 Pemeriksaan feses tidak boleh dilakukan pada saat menstruasi atau bila sedang mengalami
perdarahan akibat wasir.
 Tanyakan kepada dokter apakah ada pantangan untuk minuman atau makanan tertentu
sebelum menjalani pemeriksaan feses.
 Sampel tinja yang digunakan untuk pemeriksaan tidak boleh sampel yang telah jatuh ke
dasar kloset, serta terkena urine atau tisu toilet.
 Dianjurkan untuk memberi tahu dokter jika baru saja menjalani foto Rontgen yang
menggunakan kontras barium.
 Disarankan untuk memberi tahu dokter mengenai obat, suplemen, atau vitamin yang sedang
digunakan. Dokter mungkin akan meminta pasien menghentikan konsumsi obat antasida,
laksatif, antidiare, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), antibiotik, dan antiparasit sebelum
pemeriksaan dilakukan.

Sebelum Pemeriksaan Feses

Pasien yang hendak menjalani kultur feses bisa makan dan minum, serta mengonsumsi obat
seperti biasa. Namun, ada beberapa pemeriksaan feses yang memerlukan persiapan khusus. Sebagai
contoh, pada FOBT, dokter akan meminta pasien untuk tidak mengonsumsi daging merah, buah,
sayur, suplemen vitamin C, dan OAINS selama 3–7 hari sebelum pemeriksaan

Prosedur Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses dimulai dengan pengambilan sampel tinja yang dapat dilakukan di rumah
atau di rumah sakit. Dokter atau perawat akan menjelaskan kepada pasien tata cara pengambilan
sampel tinja yang benar dan memberikan wadah plastik kedap udara untuk menampung sampel
tinja. Berikut ini adalah tahapan yang bisa Anda lakukan dalam mengambil sampel tinja:

 Usahakan untuk buang air kecil dahulu sebelum BAB sehingga sampel feses yang
akan diambil tidak tercampur dengan urine.
 Letakkan plastik besar di kloset saat hendak BAB agar tinja tidak berceceran atau
jatuh ke dasar kloset dan terkontaminasi.
 Gunakan sendok khusus atau spatula untuk mengambil sampel feses dari plastik kira-
kira seukuran buah anggur, lalu pindahkan ke dalam wadah dan tutup wadah.
 Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih, kemudian tulis nama, tanggal lahir,
serta tanggal dan waktu pengambilan sampel feses pada wadah, untuk mencegah
wadah tertukar.

Segera bawa wadah berisi sampel feses ke laboratorium, tidak lebih dari 24 jam setelah
pengambilan sampel. Hal ini untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat memengaruhi hasil
pemeriksaan. Pada beberapa kasus, dokter akan memberi tahu jika wadah berisi sampel tersebut
bisa disimpan di lemari pendingin. Namun, sebelum menyimpannya, masukkan wadah tadi ke
kantong kedap udara terlebih dahulu. Pemeriksaan feses dapat dilakukan lebih dari satu kali. Sebagai
contoh, pada tes feses untuk mengetahui ada atau tidaknya lemak, pengambilan sampel tinja
dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Sementara itu, pada pasien yang mengalami gejala gangguan
saluran pencernaan setelah bepergian, pengambilan sampel tinja mungkin perlu dilakukan 7–10 hari
berturut-turut.

Setelah Pemeriksaan Feses

Pasien umumnya akan mendapatkan hasil pemeriksaan feses dalam waktu 1–3 hari. Hasil
dari pemeriksaan feses dapat menunjukkan:

Hasil normal

Bila dokter tidak menemukan ada kelainan pada tinja, ciri-ciri feses yang normal adalah
sebagai berikut:

 Berwarna cokelat, bertekstur lembut, dan keseluruhan bentuknya konsisten


 Tidak mengandung bakteri berbahaya, virus, jamur, parasit, lendir, nanah, darah, dan
serat daging
 Mengandung 2ꟷ7 gram lemak dalam 24 jam
 Mengandung gula kurang dari 0,25 mg/dL
 Memiliki tingkat keasaman 7,0–7,5

Hasil abnormal

Hasil pemeriksaan feses yang abnormal dapat menunjukkan kemungkinan pasien menderita
penyakit. Berikut adalah beberapa hasil pemeriksaan feses yang tidak normal dan penyakit yang
mungkin menyebabkannya:

 Kadar lemak tinja tinggi, yang bisa menandakan pankreatitis, penyakit celiac, atau cystic
fibrosis
 Serat daging tidak tercerna dengan baik, yang bisa menjadi tanda pankreatitis
 Tingkat keasaman rendah, yang mungkin disebabkan oleh gangguan penyerapan karbohidrat
atau lemak
 Tingkat keasaman tinggi, yang dapat menandakan kolitis, kanker, atau penggunaan antibiotik
 Darah di tinja, yang bisa menjadi tanda radang usus atau kanker usus besar
 Sel darah putih di tinja, yang mungkin terjadi akibat kolitis ulseratif atau infeksi bakteri
 Tinja mengandung banyak gula, yang bisa menandakan intoleransi laktosa atau diare parah
maupun kronis
 Darah pada feses melalui FOBT, yang mungkin menandakan kanker usus besar, polip, wasir,
atau peradangan
 Pertumbuhan bakteri tidak sehat pada sampel tinja melalui pemeriksaan kultur feses, yang
dapat menandakan infeksi saluran pencernaan

Hasil pemeriksaan feses di atas umumnya belum cukup untuk mendiagnosis penyakit. Misalnya,
ditemukannya darah pada feses tidak selalu menandakan ada kanker usus besar. Untuk memastikan
diagnosis, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan, seperti kolonoskopi, USG, CT
scan, atau MRI.

Efek Samping dan Komplikasi Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses aman untuk dijalankan. Namun, proses pengambilan sampel tinja harus dilakukan
secara hati-hati, karena sampel tinja mungkin mengandung kuman berbahaya. Oleh sebab itu,
pastikan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun antibakteri sampai benar-benar bersih. Hal ini
bertujuan untuk mencegah penularan jika terdapat mikroorganisme berbahaya pada sampel tinja

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang dibentuk
dalam ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus, reabsorbsi dan sekresi oleh
tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus dan disertai sejumlah air yang
dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan Mangarengi, 2011). Urine dapat digunakan untuk
menganalisis sejumlah penyakit yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan atau analisis urine
sering disebut dengan istilah urinalisis.
Pemeriksan feses adalah prosedur untuk menguji sampel tinja. Prosedur ini
bertujuan untuk mendeteksi penyebab penyakit atau gangguan pada sistem pencernaan,
misalnya diare kronis atau buang air besar berdarah.

B. SARAN
Hal-hal yang penting dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan specimen urine:
1. Cuci tangan dengan baik menggunakan air hangat,kemudian bersihkan dengan sabun
sebelum dan sesudah mengambil urine.
2. Lakukan tata cara pengambilan urine dengan baik dan benar
3. Gunakan sarung tangan jika menyentuh urine orang lain
4. Gunakan plastic bening dan bersih untuk membawa sampel ke laboratorium
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/pemeriksaan-feses

http://eprints.poltekkesjogja.ac

https://www.scribd.com/document

https://www.academia.edu/9451620/makalah_urinalisis

Anda mungkin juga menyukai