Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TENTANG

ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN

ELIMINASI URINE

Disusun Oleh:

1.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia,serta taufik hidayah-Nya.Kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Eliminasi
Urine dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Neti Mustikawati, Ns. Sp Kep. An. Selaku Dosen mata kuliah
Keperawatan Dasar (KD) yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai pengertian, bagaimana cara menangani pasien eliminasi
urine. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,

i
saran, dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Pekalongan, 14 Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL.............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah....................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan penulisan................................................................................................. 2
D. Metode Penulisan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

ii
A. Pengertian eliminasi urine..................................................................................... 3
B. Anatomi Sistem Perkemihan................................................................................. 4
C. Fisiologi Dalam Eliminasi..................................................................................... 7
D. Proses Berkemih.................................................................................................... 7
E. Mekanisme Eliminasi............................................................................................ 8
F. Pengambilan Sampel Urine................................................................................... 9
G. Asuhan Keperawatan terhadap Pemenuhan kebutuhan Eliminasi........................ 12
a. Pengkajian keperawatan............................................................................ 12
b. Diagnosa keperawatan kebutuhan eliminasi urine.................................... 18
c. Intervensi................................................................................................... 19
d. Implementasi............................................................................................. 21
e. Evaluasi..................................................................................................... 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................. 23
B. Saran....................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eliminasi urine merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbon dioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme
pada jaringan. Hampir semua karbon dioksida dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan
diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium atau keringat. Ginjal
merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengeksresikan kelebihan cairan tubuh,
elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan didindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan
langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi ( refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik
medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri
atau batang otak.

Eliminasi urine secara normal tergantung pada satu pemasukkan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urine akan menurun. Pengeluaran
urine juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempenaruhi kuantitas,
urine dan kandngan produk sampah didalam urine.

B.Rumusan masalah

1) Apa yang dimaksud eliminasi urine?


2) Sebutkan dan jelaskan susunan anatomi sistem perkemihan?
3) Sebutkan dan jelaskan fisiolosi sistem eliminasi urine?
4) Bagaimana proses berkemih?
5) Sebutkan dan jelaskan mekanisme eliminasi urine?
6) Bagaimana proses katerisasi berkemih?

1
7) Bagaimana asuhan keperawatan terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi urine?
8) Bagaimana diagnosa keperawatan kebutuhan eliminasi urine?

C. Tujuan

 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui masalah dan
faktor apa saja yang mempengaruhi proses eliminasi seseorang terutama pada pasien.

 Tujuan Khusus
1.) Untuk mengetahui pengertian eliminasi urine.
2.) Untuk mengetahui susunan anatomi sistem perkemihan.
3.) Untuk mengetahui fisiolosi sistem eliminasi urine.
4.) Untuk mengetahui proses berkemih.
5.) Untuk mengetahui mekanisme eliminasi urine.
6.) Untuk mengetahui proses katerisasi berkemih.
7.) Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap pemenuhan eliminasi urine.
8.) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan kebutuhan eliminasi urine.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode pustaka. Metode
pustaka adalah meetode yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data
dari pustaka yang berhubungan dengan buku ataupun media lainnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Eliminasi Urine

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,


penyingkiran, penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel (feses). Eliminasi urine normalnya adalah
pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah
yang masuk ke ginjal untuk di filtrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urine. Sebagian
besar hasil filtrasi akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatakan oleh tubuh.
Eliminasi dalam manusia digolongkan menjadi dua macam yaitu:

 Defekasi

Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang
berasal dari sistem pencernaan.

 Miksi

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Miksi ini sering disebut dengan buang air kecil (BAK)

Urine, yang dibentuk di ginjal, terdiri dari air yang berlebihan dari tubuh, sedikit
karbondioksida, sejumlah kecil sampah padat, dan zat abnormal yang disaring dari darah.
Urine kemudian disekresikan via kandung kemih dan uretra. Haluaran urine total pada orang
dewasa bervariasi, sesuai dengan asupan cairan dan efisiensi ginjal. Selain itu, haluaran urine
juga dipengaruhi oleh proses normal, seperti respirasi, perspirasi (berkeringat), asupan garam,
dan cairan yang terkandung dalam feses, meskipun cairan-cairan tersebuttidak dapat diukur
secara spesifik. (Cairan juga dapat hilang melalui proses abnormal, seperti muntah dan
pendarahan).

Orang dewasa dengan ukuran tubuh rata-rata membentuk dan mengekskresikan


sekitar 500 sampai 2400 ml. Urine setiap 24 jam (sekitar 1 ml, urine per kilogram berat

3
badan,per jam). Ketika tubuh berkeringat banyak akibat cuaca panas, olahraga, atau demam
,tubuh membentuk dan mengeksresikan lebih sedikit urine. Ketika tubuh menahan air karena
gangguan sirkulasi atau fungsi ginjal, tubuh membentuk dan mengeksresikan lebih sedikit
urine. Dalam beberapa gangguan,seperti Diabetes Melitus dan Diabetes Insipidus, lebih
banyak urine yang dieksresikan.

Desakan untuk berkemih (urinasi) dipicu ketika 250 mL urine terkumpul dikandung
kemih. Namun, kandung kemih orang dewasa dapat menampung sekitar 400-500 mL urine
ketika kandng kemih agak penuh.

Haluaran cairan biasanya sekitar setara dengan keluarnya cairan. Dorong klien untuk
minum cairan dalam jumlah yang kuat. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan normal,
setiap orang dewasa memerlukan enam sampai delapan (ukuran 250 ml) cairan setiap hari.
Jika diprogramkan Perawat mencatat asupan dan haluaran cairan klien setiap shift untuk
memeriksa keseimbangan tubuh.

Perubahan dalam karakteristik urine atau dalam urinasi normal mungkin menandakan
adanya masalah dalam sistem perkemihan dan terkadang mengindikasikan gangguan dalam
sistem tubuh lain. Perawat berada dalam posisi untuk mengobservasi pola eliminasi klien.
Laporkan serta tanda atau gejala yang tidak biasa atau gejala abnormal.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

 Susunan Sistem Perkemihan :


1. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen.Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2
buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa
berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada
ginjal wanita.

4
Bagian – Bagian Ginjal:
a) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan
darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung
kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan
simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan
simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai
bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

b) Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila
renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris –
garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara
pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian
ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman.
Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan
darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar.
Sebelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung
urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor,
ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

5
Fungsi Ginjal:
a. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
b. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin)
dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
c. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
d. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : Dinding luar jaringan ikat (jaringan
fibrosa), lapisan tengah otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )


Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

6
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra berjalan berkelok –
kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki
terdiri dari : uretra Prostaria, uretra membranosa, dan uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri
dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari
vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya
sebagai saluran ekskresi.

C. Fisiologi Dalam Eliminasi

1. Fisiologi Defekasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defeksi. Seorang yang


mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira-kira
pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang
biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan
setelah pencernaan dimulai maka peristaltik didalam usus terangsang, merambat ke
kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum
mulai bergerak. Isi kolom pelvis masuk kedalam rektum, serentak peristaltik keras

7
terjadi didalam kolon dan terjadi perasaan didaerah perineum.Tekanan intra-
abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot
abdominal,sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir.

2. Fisiologi Miksi

Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra proses ini terjadi dari dua langkah utama
yaitu: kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu
timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

D. Proses Berkemih

Urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-2
ml/menit. Aliran urine masuk ke kandung kemih dikontrol oleh gelombang peristaltik yang
terjadi setiap 10-150 detik. Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan frekuensi peristaltik
dan stimulasi simpatis menurunkan frekuensi.

Banyaknya aliran urine pada uretra dipengaruhi oleh adanya refleks uretrorenal.
Refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karena konstriksi ureter dan juga kontriksi
arterior aferen yang berakibat pada penurunan produksiunrine, demikian juga pada adanya
obstruksi ureter karena batu ureter.

Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pervis, baik sensotik maupun motorik.
Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot deccrusor. Normalnya,
sfingter interna pada leher kandung kemih berkontraksi dan akan relaksasi. Ketika otot
kandung kemih berkontraksi. Sedangkan sfingter eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran
(volunter) dan dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik.

Refleks berkemih dimulai ketika terjadi pengisian kandung kemih. Jika ada 30-50 ml
urine, maka terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih. Makin banyak urine
yang terkumpul, makin besar pula tekanannya. Peningkatan tekanan akan menimbulkan
refleks peregangan oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih kemudian di
hantarkan ke medulla spinalis segmen sakralis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara

8
refleks kembali lagi ke kandung kemih untuk menstimulasi otot detrusor untuk berkonstraksi,
siklus ini terus berulang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat, kemudian
refleks akan melemah dan menghilang sehingga refleks berkemih berhenti. Hal ini
menyebabkan kandung kemih berelaksasi. Sementara itu jika terjadi kontraksi yang kuat,
maka akan menstimulasi nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika
penghambatan sinyal kontriktor volunter ke sfingter eksterna di otak kuat, maka terjadilah
proses berkemih.

Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat. Ketika terjadi rangsangan
peregangan pada dinding otot detrusor akibat adanya pengisian urine dikandung kemih,
melalui serat saraf sensorik di nervus pelvis dihantarkan stimulus tersebut ke hipotalamus.
Dari hipotalamus kemudian dihantarkan ke korteks serebri, selanjutnya korteks serebri
merespons dengan mengirimkan sinyal ke sfingter interna dan eksterna untuk relaksasi
sehingga pengeluaran urine terjadi.

Proses berkemih juga difasilitasi oleh kontraksi dinding abdomen dengan


meningkatkan tekanan dalam kandung kemih sehingga mengakibatkan urine masuk ke leher
kandung kemih dan menimbulkan refleks berkemih.

Tidak semua urine dapat dikeluarkan dalam berkemih. Masih dapat tersisa urine
residu sekitar 10 m.

E. Mekanisme Eliminasi
1) Proses Filtrasi
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.
2) Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif
(obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan
terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

9
3) Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

F. Pengambilan sampel urine


urinalisis atau tes urine adalah suatu metode pemeriksaan menggunakan urine (air
seni) guna mendeteksi adanya gangguan dalam tubuh. Normalnya, urine yang sehat identik
dengan warna kuning muda. Warna urine akan berubah jika ternyata ada yang tidak beres
dengan fungsi organ-organ tubuh Anda.

Urinalisis juga merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Di sini,
hasil dari tes urine akan menunjukkan gejala awal penyakit tertentu. Baik itu penyakit ginjal,
penyakit hati, diabetes, dan lain sebagainya. Proses produksi urine tidak terjadi begitu saja,
melainkan melibatkan kerja ginjal, ureter, kandung kemih, serta uretra. Kesemua bagian
tersebut disebut sebagai saluran kemih dengan peran sebagai penyaring limbah tubuh serta
pengatur keseimbangan air, elektrolit, protein, asam, dan zat lainnya di dalam tubuh.

Jika ada kerusakan pada komponen tubuh tersebut, otomatis akan memengaruhi
kandungan, volume, warna, dan tekstur urine. Nah, urinalisis menjalankan tugasnya untuk
menilai perubahan pada urine.

Beberapa tujuan urinalisis yaitu:

 Memeriksa kesehatan tubuh secara keseluruhan, karena sering menjadi bagian dari
pemeriksaan kesehatan rutin.
 Membantu mendiagnosis kondisi medis tertentu seperti infeksi saluran kemih
(ISK), penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, peradangan ginjal, dan lainnya.
Keluhan gejala yang Anda alami, meliputi sakit perut abnormal, sakit punggung terus-
menerus, sakit saat buang air kecil, ada darah dalam urine, ataupun masalah lainnya
juga bisa dideteksi.
 Memantau perkembangan penyakit sekaligus keberjalanan proses pengobatan,
misalnya pada penyakit gagal ginjal, nefropati diabetik, infeksi saluran kemih, dan
lainnya.
 Menilai fungi ginjal sebelum operasi.

10
 Memantau perkembangan kehamilan yang tidak normal, termasuk
dehidrasi, preeklampsia, diabetes gestasional, dan lain sebagainya.

Selama urinalisis berlangsung, sampel urine Anda yang telah diletakkan di dalam
wadah akan diperiksa melalui cara berikut ini:

a. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual dilakukan dengan mengamati tampilan urine secara
langsung. Mulai dari tingkat kejernihannya, ada tidaknya bau, hingga warna urine.
Urine yang keruh dan berbau bisa mengindikasikan adanya masalah dalam tubuh
Anda.
b. Pemeriksaan mikroskopis
Berbeda dengan pemeriksaan visual yang mendeteksi secara langsung,
pemeriksaan mikroskopis melibatkan mikroskop guna mengamati urine dengan lebih
jelas. Hal-hal penting yang diamati lebih lanjut yakni:
 Kelainan pada sel darah putih (leukosit), yang menunjukkan adanya infeksi.
 Kelainan pada sel darah merah (eritrosit), merupakan tanda penyakit ginjal, kelainan
darah, kanker kandung kemih, ganggguan darah, dan kondisi medis lainnya.
 Hadirnya bakteri atau ragi (jamur) sebagai tanda infeksi.
 Kristal yang menandakan batu ginjal.
 Sel epitel dalam jumlah banyak bisa menjadi tanda tumor, infeksi, penyakit ginjal,
dan lainnya.

Jika jumlah komponen-komponen tersebut di dalam urine terlalu banyak,


dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk lebih memastikannya.

c. Tes dipstick

Tes dipstick adalah pemeriksaan urine dengan menggunakan stik plastik tipis yang
dimasukkan ke dalam sampel urine Anda. Stik plastik akan berubah warna bila ternyata ada
zat tertentu dengan kadar berlebihan yang terkandung dalam urine.

11
Metode ini akan membantu mendeteksi beberapa hal, seperti:

 Keasaman (pH), tingkat keasaman yang tidak normal menunjukkan adanya masalah
pada ginjal dan saluran kencing.
 Konsenstrasi atau kekentalan urine, semakin kental urine berarti semakin sedikit
cairan didapatkan tubuh dari minuman
 Protein, dalam jumlah besar protein mengindikasikan gangguan pada ginjal.
 Gula, umumnya menandakan penyakit diabetes, tapi dibutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut (gula darah puasa atau sewaktu) untuk memastikannya.
 Bilirubin, seharusnya dibawa oleh darah untuk disalurkan ke hati. Hadirnya bilirubin
dalam urine menandakan kerusakan pada hati.
 Darah, biasanya merupakan tanda gangguan pada ginjal dan kandung kemih

Urinalisis bisa dilakukan sendiri maupun dikombinasikan bersama dengan


pemeriksaan lain. Dokter akan menentukan pemeriksaan mana yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi kesehatan Anda.

G. Asuhan Keperawatan terhadap Pemenuhan kebutuhan Eliminasi.


a. Pengkajian Keperawatan:
1.) Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi
berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada
waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.

2.) Pola Eliminasi Urine

Meskipun observasi tampilan urine, klien dapat mengindikasikan masalah ginjal


(renal) atau masalah urine (perkemihan), perubahan pola normal eliminasi urine adalah
temuan yang signifikan. Kenali tanda dan gejala umum yang mungkin terjadi ini.

 frekuensi berkemih: frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih


dalam waktu 24 jam
 Sering berkemih: Berkemih lebih sering dari biasanya tanpa peningkatan volume
urine secara total, tetapi sering kali disertai dengan penurunan volume urine pada
setiap kali berkemih.

12
 Urgensi: Keinginan atau sensasi perlu berkemih dengan segera. Sering kali, individu
tidak mampu menunda berkemih tanpa mengeluarkan sedikit urine secara
involunter/tidak sengaja.
 Disuria: Sensasi nyeri atau terbakar ketika berkemih (sebagian besar dihubungkan
dengan infeksi). Individu dapat juga mengalami nyeri kram atau nyeri seperti di tusuk
di panggul.
 Nokturia: Sering berkemih atau berkemih berulang kali selama malam hari.
Terkadang ini terjadi ketika individu meminum sejumlah besar cairan sebelum tidur
dan mungkin tidak mengindikasikan masalah struktural atau organik.

3.) Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine

 Pertumbuhan dan perkembangan


Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine. Pada
usia lanjut, volume kandung kemih berkurang demikian juga wanita hamil sehingga
frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
 Sosio kultural
Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada
tempat tertutup, dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada lokasi terbuka.
 Psikologis
Pada keadaan cemas dan stress akan meningkatkan stimulasi berkemih.
 Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat
berkemih dengan menggunakan pot urine

 Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot abdomen, dan
pelvis untk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkrmih juga
akan berkurang.
 Intake cairan dan makanan
Alkohol menghambat antidiuretic hormone (ADH) untuk meningkatan
pembuangan urine. Kopi, teh, cokelat, dan kola yang mengandug kafein dapta
meningkatkan pembuangan dan ekskresi urine.

13
 Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih
menimbulkan retensi urine.
 Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerolus sehingga produksi urine
akan menurun.
 Pengobatan
Pengobatan diuretik meningkatkan output urine; antikolinergik dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
 Pemeriksaan diagnostik
Pielogram intravena dimana pasien dibatasi imtek sebelum prosedur untuk
mengurangi output urine. Sitoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra dan
spasme pada sfingter kandung kemih sehingga menimbulkan urine.

Karakteristik dan komposisi Urine.

1.) Karakteristik Urine:

 Warna
Urine normal warnannya kekuning-kuningan jernih, warna ini terjadi akibat
adanya urobilin. Warna lain seperti kuning gelap atau kuning cokelat dapat terjadi
pada dehidrasi. Obat-obatan juga dapat mengubah warna urine seperti warna merah
atau orange gelap.
 Kejernihan
Urine yang baru dikeluarkan jernih atau transparan (tembus pandang). Urine
tampak keruh jika mengandung zat abnormal, seperti bakterial, darah serpihan
mukosa, atau nanah, atau jika disimpan dalam periode waktu tertentu dalam wadah
penampung.
 Bau
Urine yang baru dikeluarkan memiliki bau yang terkadang disebut Aromatik.
Urine encer memiliki lebih sedikit bau daripada urine pekat. Ketika menghirup udara
dalam beberapa waktu, urine membusuk dan megeluarkan bau yang kuat seperti
amoniak. Terkadang makanan atau medikasi mengubah bau urine atau biasanya bau

14
yang sangat kuat dari urine yang baru dikeluarkan menunjukan adanya abnormalitas,
sreperti eliminasi saluran kemih.
 Volume
Pada orang dewasa rata-rata urine yang dikeuarkan setiap berkemih berkisar
250-400 ml, tergantung dari intake dan kehilangan cairan. Jika pengeluaran urine
kurang dari 30 ml per jam, kemungkinan terjadi tidak ada kuatnya fungsi ginjal.
 pH
pH Sedikit asam antara 4,5-8 atau rata-rata 6,0. Namun demikian, pH
dipengaruhi oleh intake makanan. Misalnya urine Vegetarian menjadi sedikit basah.
 Berat Jenis 1.003-1.030.
 Komposisi air 93-97%
 Osmolaritas (Konsentrasi Osmotik) 855-1.335 mOsm/liter.
 Bakteri tidak ada.

2.) Komposisi Urine

Lebih dari 99% dari 180 liter filtrat difiltrasi oleh glomerolus dan kemudian
direabsorbsi kembali dalam darah. Komposisi dan konsenrasi urine sesungguhnya
menggambarkan kemampuan dari aktivitas filtrasi,absorbsi dan sekresi nefron. Urine
mempunyai komposisi diantarannya adalah sebagai berikut:

a. Zat buangan nitrogen seperti urea yang erupakan hasil deaminasi asam amino oleh
hati dan ginjal; kreatinin yang merupakan pemecahan keratin fosfat dalam otot
rangka; amonia yang merupakan pemecahan deaminasi oleh hati dan ginjal; asam urat
merupakan pemecahan dari purin; serta urubilin dan bilirubin yang merupakan
pemecahan dari hemoglobin.

b. Hasil nutrien dan metabolisme seperti karbohidrat, keton, lemak, dan asam amino.

c. Ion-ion seperti natrium, klorida, kalium, kalsium, dan magnesium.

Zat-zat yang dikeluarkan bersama urine merupakan bahan-bahan yang tidak


dibutuhkan oleh tubuh bahkan dapat bersifat racun. Sedangkan bahan-bahan yang
difiltrasi oleh glomerolus tetapi masih digunakan kembali oleh tubuh akan
direabsorbsi sehingga tidak diekskresi.

15
Katerisasi Perkemihan

Tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan masuk kedalam
kandung kemih disebut sebagai katerisasi perkemihan. Terdapat dua jenis katerisasi
perkemihan yaitu, menetap serta intermiten.

 Tujuan
- Mengeliminir ketidaknyamanan pada pasien karena distensi kandung kemih.
- Mendapatkan urine steril untuk spesimen agar dapat dicak dilaboratorium.
- Pengkajian dan penelitian residu urine.
- Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan
neuromuskular atau inkompeten kandung kemih, serta paska operasi besar.
- Mengobati obstruksi aliran urine dan retensi perkemihan pada pasien.

 Alat dan Bahan


1. Sarung tangan steril
2. Kateter steril
3. Duk steril
4. Minyak pelumas atau jeli
5. Larutan pembersih antiseptik ( kapas sublimat)
6. Spuit yang berisi cairan atau udara
7. Perlak
8. Pinset Anatomi
9. Bengkok
10. Kantong penampng urine
11. Sampiran

 Prosedur kerja pemasangan kateter perkemihan pria


1) Jelaskan seluruh prosedur pada pasien
2) Cuci tangan sebelum seluruh prosedur dilakukan
3) Pasang sampiran agar privasi pasien terjaga
4) Pasang perlak
5) Gunakan sarung tangan steril selama proses berlangsung
6) Pasang duk steril

16
7) Tangan kiri perawat memegang penis, lalu prepusium ditarik sedikit ke
pangkalnya, kemudian bersihkan dengan kapas sublimat
8) Perawat memberi minyak pelumas atau jeli pada bagian ujung kateter, kurang
lebih 12,5 sampai 17,5 cm, lalu masukkan kateter itu perlahan sekitar 17,5
sampai 20 cm. Kemudian anjurkas pasien untuk menarik nafas dalam.
9) Jika ada yang tertahan katakan kepada pasien untuk tidak memaksakannya.
10) Setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades atau sejennisnya. Ini
dilakukan agar kateter menetap, serta bila terjadi inteminten, perawat perlu
menarik kembali, sambil meminta pasien untuk menarik nafas dalam dalam.
11) Menyambung kateter dengan kantung penampang, serta lakukan viksasi
kearah atas paha atau abdomen.
12) Rapikan peralatan.
13) Cuci tangan setelah proses selesai.
14) Catat seluruh prosedur serta respon pasien

 Pemasangan kateter perkemihan wanita


1) Jelaskan seluruh prosedur pada pasien
2) Cuci tangan sebelum proses dilaksanakan
3) Pasang sampiran agar privasi pasien terjaga
4) Pasang perlak
5) Gunakan sarung tangan steril selama proses berlangsung
6) Pasang duk steril disekitar alat genital pasien
7) Perawat membersihkan vulfa dengan kapas sublimat dengan arah dari atas
kebawah. Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali hingga bersih.
8) Perawat membuka labia mayora dengan ibu jari, serta telunjuk tangan kiri,
kemudian bersihkan bagian dalam hingga tuntas.
9) Memberi minyak ppelumas atau jeli pada ujung kateter, kurang lebih 2,5
sampai 5 cm, lalu masukkan perlahan serta meminta pasien untuk menarik
nafas dalam. Kemudian masukkan kateter sekitar 2,5 sampai 5 cm atau hingga
urine keluar
10) Setelah selesai isi balon dengan cairan aquades, atau sejenisnnya
menggunakan spuit untuk kateter menetap. Bila intermiten, perwat perlu
menarik kembali lalu mintalah pada pasien menarik nafas dalam.

17
11) Smbungkan kateter dengan kantong penampung urine, kemudian fiksasi
kearah samping.
12) Setelah sekuruh proses selesai dilaksanakan, rapikan alat-alat yang
digunakan.
13) Jika seluruh proses sudah selesai segera cuci tangan.
14) Catat prosedur serta respond pasien.

b. Diagnosa Keperawatan Kebutuhan Eliminasi Urine.

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine


adalah sebagai berikut :

1. Perubahan pola eliminasi urine


 Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria
 Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit
 Kerusakan pada saluran kemih
 Efek pembedahan pada saluran kemih

2. Inkontinensia fungsional
 penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk
mengenali syarat akibat cedera atau kerusakan kandung kemih.
 kerusakan mobilitas
 kehilangan kemampuan motoris dan sensoris

3. Inkontinensia refleks
 Gagalnya fungsi rangsang diatas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada
Spinalis

4. Inkontinensia stress
 Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan
 Penurunan tonus otot

5. Inkontinensia total
 Defisit komnikasi atau persepsi

18
6. Inkontinensia dorongan
 Penurunan kapasitas air kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan
pembedahan, faktor penuaan

7. Retesi urine
 adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP

8. Perubahan body image


 inkontinensia dan enuresis

9. Resiko terjadinya infeksi saluran kemih


 pemasangan kateter
 kebersihan perineum yang kurang

10. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit


 gangguan drainase ureterostomi.

C. Intervensi

 Perencanaan Keperawatan

Tujuan :
1. memahami arti eliminasi urine.
2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh.
3. mencegah infeksi.
4. mempertahankan integritas kulit.
5. memberikan rasa nyaman.
6. mengembalikan fungsi kandung kemih.
7. memberikan asupan secara tepat.
8. mencegah kerusakan kulit.
9.mencegah tekanan emosional.

19
 Rencanakan Tindakan
1. monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala masalah perubahan urine.
2. kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah.
3. monitor terus perubahan retensi urine.
4. lakukan kateterisasi urine.

 Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)


1. Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga
dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain :
pegambilan urine biasa, pegambilan urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.

2. pengambilan urine biasa merupakan pengambilan urine dengan cara mengeluarkan


urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau
kehamilan.

3. pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan


menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan
keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui
adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.

4. pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang


dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam
dan mengukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi
ginjal.

 Observasi karakteristik urine


1. Hasil yang diharapkan.

2. Kandung kemih tidak akan mengalami distensi setelah klien berkemih.

3. Klien akan menyangkal rasa penuh pada kandung kemihnya setelah berkemih.

20
4. Klien akan mampu berkemih sampai kandug kemihnya benar-benar kosong dalam
waktu 24 jam setelah kateter dilepas.

5. Klien akan mengungkapkan pemahamannya tentang eliminasi urine dan mengikuti


praktik perawatan kesehatan untuk meningkatkan eliminasi.
6. Tidak ada pertumbuhan bakteri.

7. Klien akan tetap bebas dari gejala.

8. Urine akan berwarna jernih, kekuning kuningan, dan tidak mengandung sedimen.

d. Implementasi
Implementasi merupakan fase tindakan dalam proses keperawatan.Perawat akan
melakukan tindakan kolaboratif dan tindakan mandiri untuk membantu klien mencapai hasil
akhir serta tujuan yang diharapakan.
Aktivitas mandiri adalah aktivitas ketika perawat menetapkan keputusannya sendiri.
Contohnya ialah penyuluhan tentang aktivitas keperawatan diri kepda klien. Aktivitas
Kolaboratif adalah aktivitas yang diprogramkan oleh dokter dan dilaksanakan oleh perawat,
seperti pemberian obat.
1) Peningkatan Kesehatan
Peningkatan kesehatan adalah untuk membantu klien memahami dan
berpartisipasi dalam praktik perwatan diri sendiri yang akan mememlihara serta
melindungi fungsi sistem kemih yang sehat.
Cara-cara peningkatan kesehatan:
 Penyuluhan klien
 Meningkatkan perkemihan normal
 Meningkatkan pengosongan kandung kemih secara lengkap
 Penjegahan infeksi

2) Perawatan Restorasi
Klien dapat memiliki kembali fungsi perkemihan normalnya melalui aktivitas
khusus.
Cara-cara Perawatan Infeksi:
 Menguatkan otot dasar panggul
 Melatih kembali kandung kemih

21
 Melatih kebiasaan
 Kateterisasi mandiri
 Mempertahankan integritas kulit
 Peningkatan rasa nyaman.
e. Evaluasi Keperawatan
 Klien mampu berkemih secara normal tanpa mengalami gejala-gejala gangguan
perkemihan.
 Karakteristik urin : kekuningan, jernih, tidak mengandung unsur yg abnormal.
 Mampu mengidentifikasi faktor-faktor yg mempengaruhi eliminasi.
 Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola eliminasi.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung
kemih).
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet, asupan, respon
keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress psikologi.
Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,inkontinensia urine dan enuresis.
Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pengumpulan urine untuk bahan
pemeriksaan, buang air kecil dengan urineal dan melakukan katerisasi. Salah satu fungsi
ginjal yaitu mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.

B. Saran

Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi urin dalam kehidupan kita
sehari-hari.Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine. Kita juga harus menjaga pola
makan, dan lebih sering meminum air putih. Karena air putih lebih baik dari air yang
berwarna yang memiliki banyak kandungan. Sehingga membuat sistem eliminasi bekerja
lebih baik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rosdahl, B.C. ( 2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.

Perry, P. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Aris, T. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: Trans Info Media.

Gibson, J. (2003). Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Tambayong, J. (2001). Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Watson, R. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta: EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai