Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR II

“ASKEP TENTANG GANGGUNGAN ELIMINASI URIN DAN INFEKSI SALURAN


KEMIH”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. Ayu Dika Pertiwi (G2A019138)


2. Dirgahayu Vega Amalia (G2A019139)
3. Ima Tukirah (G2A019140)
4. Wahyu Dwi Yuliyanti (G2A019141)
5. Septi Candraningtias (G2A019142)
6. Mella Rosalia (G2A019143)
7. Agustina Oktavia (G2A019144)
8. Dela Widiyaningsih (G2A019145)
9. Muhammad Yunus (G2A019146)
10. Siti Tina Saftinah (G2A019147)

PRODI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapa tmenyelesaikan makalah kami dengan judul “ASKEP DENGAN
GANGGUAN ELIMINASI URIN DAN INFEKSI SALURAN KEMIH” dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan
serta dukungan dari teman-teman semua.Sehingga kami dapat menyelesaikan makalahini dengan
baik.
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak, atas bantuan serta dukungan dan doanya.
Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin, namun kami
menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Semarang ,29 Juni 2020

2
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………1.
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang………………………………………………………………….4
 Rumusan Masalah……………………………………………………………....4
 Tujuan Umum…………………………………………………………………..5
 Tujuan Khusus………………………………………….………………………5
BAB II PEMBAHASAN
 Pengertian………………………………………………………………………6
 Eliminasi urinaria……………………………………………………………….7
 Anatomi fisiologi sistem perkemihan…………………………………………..8
 Mekanisme eliminasi urine……………………………………………………..12
 Gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi urine……………………………….12
 Melakukan kateterisasi…………………………………………………………17
 Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine……………………………………22
 Perubahan pola eliminasi urine…………………………………………………24
BAB III TINJAUAN KASUS
 Pengkajian……………………………………………………………………....25
 Diagnosa……………………………………………………………...................28
 Intervasi…………………………………………………………………………28
 Implementasi…………………………………………………………………….31
 Evaluasi………………………………………………………………………….31
BAB IV PENUTUP
 Kesimpulan………………………………………………………………………33
 Penutup…………………………………………………………………………..33

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...34

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena
manusia memiliki cirri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembangbiak, tumbuh, beradaptasi,
memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang
dilakukan tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ. Membuang urine dan alvi (eliminasi)
merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila
eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti
retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan
kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada
system organ lainnya seperti: system pencernaan, ekskresi, dll. Berdasar latar belakang di atas,
maka penulis membuat makalah dengan judul “Prinsip Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi dan
Pengkajian Eliminasi”.
Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi fecal (berhubungan dengan
defekasi) dan kebutuhan eliminasi urin (berhubungan dengan berkemih). Dalam memenuhi
kebutuhan eliminasi, sangat di perlukan pengawasan terhadap masalah yang berhubungan dengan
gangguan kebutuhan eliminasi, seperti: obstipasi, inkontinensia, retensi urine, dan lain-lain.
Gangguan tersebut dapat mengganggu pola aktivitas sehari-hari.
Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur keperawatan yang dapat
dilakukan, di antaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi fecal dengan pispot pada pasien yang tidak
mampu melakukannya secara mandiri, melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian
gliserin per-rektal, evakuasi feces manual, memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan urinal, pada
pasien yang tidak mampu melakukan secara mandiri dan pemasangan kateter kondom.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian
2. Jelaskan Eliminasi urinaria
3. Jelaskan anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi
4. Jelaskan mekanisme eliminasi urin
5. Menyebutkan factor-Faktor yang Mempengaruhi eliminasi urine
6. Jelaskan infeksi saluran kemih
7. Menjelaskan tanda gejala Infeksi Salran Kemih
8. Menjelaskan penatalaksanaan medik
9. Menjeaskan asuhan keperawatan tentang infeksi saluran kemih
10. Menjelaskan Tentang tinjauan kasus dan pembahasan kasus

Tujuan
-Tujuan Umum
Untuk mempelajari eliminasi urin
-Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan Pengertian
4
2. Untuk menjelaskan Eliminasi urinaria
3. Untuk menjelaskan anatomi fisiologi terkait kebutuhan eliminasi
4. Untuk menjelaskan mekanisme eliminasi urin
5. Untuk menjelaskan gangguan-gangguan kebutuhan eliminasi
6. Untuk menjelaskan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi eliminasi urine
7. Jelaskan infeksi saluran kemih
8. Menjelaskan tanda gejala Infeksi Salran Kemih
9. Menjelaskan penatalaksanaan medik
10. Menjeaskan asuhan keperawatan tentang infeksi saluran kemih
11. Untuk menjelaskan Tentang tinjauan kasus dan pembahasan kasus

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan. Eliminasi urine merupakan cairan yang dikeluarkan dari ginjal
sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomelurus.
Menurut para ahli definisi eliminasi urine adalah :
a. Arthonah (2004)
Eliminasi urine adalah kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan menentukan
kelangsungan hidup manusia.
b. Tarwoto dan Wartonah (2015)
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
ataupun bowel feses.
c. Ambarwati (2009)
Eliminasi urine adalah proses pembungan dan terdiri dari eliminasi arine dan eliminasi
alvi.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh
berupa urin dan feces .Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Miksi/Eliminasi urine/Kebutuhan BAK
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.
2. Defekasi/Eliminasi Alvi/Kebutuhan BAB
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan.
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah ; Suatu keadaan dimana
terganggunya proses mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan eliminasi BAK atau
pengosongan kandung kencing secara normal.

Proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Proses ini terjadi di 2 langkah ,
yaitu :
 Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua
 Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat
korteks serebri atau batang otak.
6
B. ELIMINASI URINARIA
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan
faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.

Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan
2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat
melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin),
keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan
di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls
menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter
interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi,
sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal :
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-

7
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari:
1. Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
2. Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
3. Satu vesika urinaria (kandung kemih), tempat urin dikumpulkan, dan
4. Satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

1) Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas
(superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.Sebagian dari
bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh
dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam
goncangan.
Ginjal merupakan organ retroperitoneal (di belakang selaput perut), terdiri atas ginjal
sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagai pengatur komposisi dan
volume cairan dalam tubuh serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urine sebagai
zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur dengan zat-
zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada bagian ginjal terdapat nefron (berjumlah kurang lebih
satu juta) yang merupakan unit dari struktur ginjal. Melalui nefron, urine disalurkan ke
dalam bagian pelvis ginjal, kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih.
a. Fungsi ginjal
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

b. Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.Struktur
halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan
ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal,
angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.

2) Ureter

8
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih.
3) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Kandung kemih (buli-buli—bladder) merupakan sebuah kantong yang terdiri atas
otot halus, berfungsi menampung urine. Dalam kandung kemih terdapat beberapa lapisan
jaringan otot yang paling panjang, memanjang ditengah dan melingkar yang disebut sebagai
detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan urine bila terjadi kontraksi. Pada dasar kandung
kemih terdapat lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian dalam atau disebut
sebagai otot lingkar yang berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra,
sehingga uretra dapat menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Penyaluran rangsangan ke kandung kemih dan rangsangan motoris ke otot lingkar
bagian dalam diatur oleh sistem simpatis. Akibat dari rangsangan ini, otot lingkar menjadi
kendor dan terjadi kontraksi sfingter bagian dalam sehingga urine tetap tinggal dalam
kandung kemih. Sistem parasimpatis menyalurkan rangsangan motoris kandung kemih dan
rangsangan penghalang ke bagian dalam otot lingkar. Rangsangan ini dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi otot detrusor dan kendurnya sfingter.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Uretra merupakan organ yang berfungsi menyalurkan urine ke bagian luar. Fungsi
uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan
sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm,
dan terdiri atas tiga bagian, yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga
(ruang). Pada wanita, uretra memiliki panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai
tempat menyalurkan urine kebagian luar tubuh.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
1. Uretra pars Prostatica
2. Uretra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Uretra pars spongiosa.

9
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar
uretra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.

Proses Berkemih
Berkemih (mictio, mycturition, voiding atau urination) adalah proses pengosongan vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika
urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria (bagian
reseptor). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-
450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan
rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat pengontrol berkemih yang
terdapat di korteks serebral, kemudian otak memberikan impuls/rangsangan melalui medulla
spinalis ke neuromotoris di daerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi
otot sfingter internal.
Komposisi urine :
1. Air (96%)
2. Larutan (4%)
a. Larutan Organik
Urea, amonia, kreatin, dan uric acid.
b. Larutan Anorganik
Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sulfat, magnesium,
dan fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang
paling banyak.

D. MEKANISME ELIMINASI URINE

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus


Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang
disaring disebut filtrate glomerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali

10
penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE


1. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat
meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah
urine yangdiproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemihmenurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Haltersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang
airkecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
11
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksipengontirolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
ataupenurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran
kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

E. PERUBAHAN POLA ELIMINASI URINE


Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang mengalami gangguan
pola eliminasi urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis), kerusakan motorik
sensorik, infeksi saluran kemih. Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi
berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi
tanpa tekanan asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis. Frekuensi yang tinggi
dijumpai pada keadaan stres atau hamil.
2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umunya, anak kecil memiliki kemampuan
yang buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan perasaan segera ingin berkemih
biasanya terjadi pada mereka.
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih (ISK), trauma, dan striktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besra oleh ginjal
tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Hal ini biasanya ditemukan pada penderita
diabetes melitus, defisiensi anti diuretik hormon (ADH), dan penyakit ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi
12
Urinaria supresi adalah berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara
normal, urine diproduksi oleh ginjal secara terus-menerus pada kecepatan 60-120
ml/jam.

F.GANGGUAN-GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE


Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :
a. Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih danketidaksanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan isinya sehingga menyebabkan distensi dari vesika urinaria.
Atau, retensi urine dapat pula merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika
urinaria adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah tersebut urine merangsang
refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung
sebanyak 3000-4000 ml urine.
b. Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan
tidak mampu mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi pada anak atau orang
jompo, umumnya pada malam hari.
Faktor penyebab enuresis yaitu :
a.Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
b. Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari
indikasi keinginan berkemih tidak diketahui yang mengakibatkan
terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar mandi.
c.Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung
urine dalam jumlah besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah
(misalnya persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan
orang tua).
e.Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologis sistem
perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau
makanan pemedas.

c. Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut untuk
drainase urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit atau disfungsi pada kandung
kemih.

1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih

13
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi
dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka
populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat
dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus
urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria
dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan
adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

2. Patofisiologi dan Penyebab Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat,
hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara
asending yaitu:

1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan

14
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut,
dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang
berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar
ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain:
adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah:
jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki
diatas usia 60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab  ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

3. Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Kemih


15
a. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:

1) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih


2) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal. Gejala –
gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam,
kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk
dalam infeksi saluran kemih.

Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:

1) Desakan yang kuat untuk berkemih


2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)

b. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi
pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung
atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2) Cystitis.

16
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa tertekan pada
pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau
yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada
pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :

a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya jika
dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya. Oleh
karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3) Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit, walaupun
tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran
kemih).
4) rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang
berusia setlah delapan hari.

b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:


1) Diarrhea
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu (misalnya:
pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran kemih.
7) Lemah
8) Adanya rasa sakit pada saat berkemih.

17
c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:

1) rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2) seringnya berkemih
3) ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata lain, urin
berjumlah sedikit (oliguria)
4) tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya: cystitis, uretritis)
meliputi :
a) rasa sakit pada punggung
b) adanya darah pada urin (hematuria)
c) adanya protein pada urin (proteinuria)
d) urin yang keruh
e) ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
f) demam
g) dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h) tidak nafsu makan
i) lemah dan lesu (malaise)
j) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
k) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:


pyelonephritis) meliputi:

a) Kedinginan
b) demam tinggi dan gemetar
c) mual
d) muntah (emesis)
e) rasa sakit di bawah rusuk
f) rasa sakit pada daerah sekitar abdome

18
4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria
positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama
adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius,
adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV
atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

5. Penatalaksanaan Medik

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara
efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan
vagina.
19
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika
kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses),
jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi
preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin
digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug
adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan hendaknya
selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh membahnayakan ?
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan ?

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
20
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3) Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK
pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah?
8) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas?
9)  Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah
dilakukan?
2) Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yangberhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia ) yang
berhubungan dengan ISK.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit,
metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.

3. Intervensi (Perencanaan / Implementasi)

Perencanaan

a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih

21
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan
tidak adanya tanda-tanda infeksi.
2) Kriteria Hasil :
a) Tanda-tanda vital dalam batas normal
b) Nilai kultur urine negative
c) Urine berwarna bening dan tidak bau
3) Intervensi :
a) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu di atas 38,50°C
Rasional :
Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
b) Catat karakteristik urine
Rasional :
Untuk mengetahui / mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.
c) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional :
Untuk mencegah stasis urine
d) Monitor pemeriksaan ulang urine kultuur dan sensivitas untuk menentukan respon
terapi.
Rasional :
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
e) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komlit setiap kali
kemih.
Rasional :
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih.
f) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional :
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra
b. Perubahan pola eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi dan atau nokturia ) yang
berhubungan dengan ISK.
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
2) Kriteria Hasil :
22
a) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
b) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
c) Klien dapat BAK dan berkemih
3) Intervensi :
a) Ukur dan catat urine setiap kali berkemih
Rasional :
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input / output
b) Anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam
Rasional :
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam kandung kemih.
c) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional :
Untuk memudahkan klian dalam berkemih.
d) Bantu klien ke kamar kecil , memakai pispot / urinal.
Rasional :
Untuk memudahkan klien untuk berkemih.
e) Bantu klien mendapatkan poosisi berkemih yang nyaman.
Rasional :
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
c. Nyeri yang berhubungan dengan ISK
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien merasa nyaman
dan nyerinya berkurang.
2) Kriteria Hasil :
a) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan pada saat berkemih
b) Kandung kemih tidak tegang
c) Passien tampak tenang
d) Ekspresi wajah tenang
3) Intervensi :
a) Kaji inensitas, lokasi dan faktor yang memberatkan atau meringankan nyeri.
Rasional :
Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
b) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional :
Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
23
c) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jikatidak ada kontra indikasi.
Rasional :
Untuk membantu klien dalam berkemih.
d) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri.
d. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentangproses penyakit,
metode pencegahan, dan intruksi perawatan di rumah.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-
tanda gelisah.
2) Kriteria Hasil :
a) Klien tidak gelisah
b) Klien tenang
3) Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan
Rasional :
Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan.
c) Beri suport pada klien
Rasional :
Agar klien mempunyai semangat dan percaya diri tinggi terhadap perawatan atas
kesembuhannya.
d) Beri dorongan spiritual
Rasional :
Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME. Beri suport
pada klien.
e) Beri penjelasan terhadap penyakitnya
Rasional :
Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

Implementasi / Pelaksanaan

24
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
( Doenges E Marilyn, dkk. 2000 ).Tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan
ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)
4. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang
hendak dicapai yakni apakah terdapat :
a. Nyeri yang menetap atau bertambah
b. Perubahan warna urine
c. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing
menetes setelah berkemih.

25
BAB III
ANALISA KASUS
A. KASUS TERKAIT
Seorang perempuan, usia 33 tahun, dirawat di RS karena menderita infeksi saluran kemih
( ISK).Klien mengeluh nyeri seperti terbakar saat BAK, tidak tuntas/tidak lampias, dan hanya
sedikit urin yang keluar ketika BAK. Data pemeriksaan tanda vital : TD=140/70; frekuensi nadi= 98
kali/menit; suhu tubuh = 38,8⁰C

B. DOKUMENTASI ASKEP

26
ANALISA DATA

DATA (DS dan DO) MASALAH ETIOLOGI (E)


KEPERAWATAN (P)

27
DS: Masalah keperawatan 1 :

1. Ny.A mengatakan Nyeri akut Agen cidera biologis


nyeri seperti terbakar
saat BAK.Menjadi
Tidak tuntas dan
tidak lampias saat
BAK.

DO:

1. Klien tampak
terlihat pucat dan
lemas.

DS: Masalah keperawatan 2 :

1. Ny.A mengatakan
sulit dan Sakit buang
Infeksi saluran kemih Gangguan Eliminasi
air kecil, sehingga
urinarius
Ny.A jadi takut jika
mau BAK padahal
buang air kecilnya
lebih sedikit.

28
DO:

1. Klien terlihat takut


dan kesakitan saat
buang air kecil.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


2. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih

RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN

NO TUJUAN & RENCANA TINDAKAN RASIONAL NAMA


DX. KRITERIA HASIL DAN
29
TTD
Dx. 1 Tujuan: O:

Setelah di lakukan Pantau perubahan warna Mengidentifikasi


tindakan keperawatan urine, pantau pola berkemih, indikasi kemajuan atau
3x24 jam pasien masukan dan keluaran setiap penyimpangan dari
merasa nyaman dan 8 jam dan pantau hasil hasil yang di harapkan
nyerinya berkurang urinisasi ulang

Kriteria Hasil:

Setelah di lakukan N:
Membantu
tindakan keperawatan
Catat lokasi, lamanya mengevaluasi lokasi
selama 1x24 jam di
intensitas skala (1-10) nyeri infeksi dan penyebab
harapkan skala nyeri
nyeri
berkurang di tandai
dengan pasien
mengatakan atau tidak
ada keluhan nyeri
pada saat berkemih, E:
wajah tampak tenang
Beri tindakan nyaman, seperti
pijatan Meningkatkan
relaksasi, menurunkan
ke otot.

Alihkan perhatian pada hal


yang menyenangkan
Relaksasi menghindari
terlalu merasakan nyeri.
C:

Kolaborasi dalam pemberian


obat analgetik sesuai dengan
program terapi Analgetik memblok
lintasan nyeri.

30
Dx. 2 Tujuan: O:

Setelah dilakukan Awasi pemasukan dan Memberikan informasi


tindakan keperawatan pengeluaran karakteristik urin tentang fungsi ginjal
1x24 jam klien dapat dan adanya kompikasi
mempertahankan pola
eliminasi secara
adekuat N:

Kriteria hasil : Peningkatan hidrasi


Dorong meningkatkan
membilas bakteri
Setelah dilakukan pemasukan cairan
tindkan keperawatan E:
1X 24 jam klien dapat Retensi urin dapat
Kaji keluhan pada kandung
mempertahankan pola terjadi menyebabkan
kemih
eliminasi di tandai distensi jaringan
dengan klien tidak (kandung kemih)
kesulitan berkemih

C:

Kolaborasi hasil pemeriksaan Pengawasan terhadap


laboratorium elektrolit, disfungsi ginjal
BUN,kreatin

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami dapat menarik kesimpulan bahwa kebutuhan eliminasi urinne
merupakan bagian dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa.
31
Dimana sisitem tubuh yag berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
kandug kemih, dan uretra. Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine
yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan ke pusat
pengontrol berkemih yang terdapat di korteks serebral.Eliminasi urine merupakan salah satu
dari proses metabolik tubuh. Urine dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan
pencernaan. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghassilkan urine, dua
ureter yang membawa urine dari ginjal ke viska urinaria (kandung kemih), satu vesika
urinaria (vu) , tempat urine dikumpulkan, dan atu uretra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.Faktor yang memepengaruhi eliminassi urine yaitu diet dan asupan (intake), respon
keinginan awal gaya hidup, stres psikologis, tingkat perkembangan kondisi penyakit,
sosiokultural, kebiasaan seseorang tonus otot, pengobatan, dan pemeriksaan diagnostik.

Saran
1. Mahasiswa
a.Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia kesehatan.
b.Mahasiswa dapat mengetahui tentang gangguan eliminasi urine.
2. Pasien
Agar pasien dapat ditangani pada saat terjadi gangguan eliminasi urine.
3. Instansi
Instansi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat
mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
http://winggahandika83.blogspot.com/2016/06/makalah-kebutuhan-eliminasi.html
http://ekaanggraini26.blogspot.com/2016/12/bab-i-pendahuluan-a.html
http://siswa1a.blogspot.com/2015/04/makalah-eliminasi.html

32
http://asuhankeperawatans.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan-infeksi-saluran.html

http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/

http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-kemih.html

33

Anda mungkin juga menyukai