Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia”

Dosen Pengampu:
Roni Setiawan, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

1. Wildan Ababil (2023032335)


2. Stevani Virda Aulia (2023032051)
3. Diva Natuna Qumala Veronica (2023032022)
4. Yosepha Irma ohoiwutun (2023032064)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
JOMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 1


Kata pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah swt, atas segala rahmat dan
hidayah-nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine
”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas PKDM .”

Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari internet
dalam bentuk PDF dan sumber-sumber yang telah kami ambil dari buku yang ada
kaitannya dengan makalah yang dibuat. Dalam penyusunan makalah ini tentunya
tidak lepas dari adanya bantuan dari pihak tertentu, oleh karena itu kami tidak lupa
mengucapkan banyak trimakasih kepada teman sekantor dan para senior yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


kelemahannya serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan kami agar
tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan adanya kritikan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 13 Desember 2023

Kelompok 2

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………....2

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang……………………………………………………………………....3

1.2Rumusanmasalah…………………………………………………………………..4

1.3 Tujuan Umum ………………………………………………………………………5


1.4 Manfaat.........................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia…………………………………………………………………...5

2.2 Etiologi………………………………………………………………..………………5

2.3 Patofisiologi ………………………………………………………………………….6

2.4 Tanda dan Gejala ……………………………………..…………………..………..9

2.5 Komplikasi……………………………………………………………….…………
11

2.6 Manifestasi Klinis……………………………………..………………..…………..11

2.7 Pemeriksaan Penunjang………………..……………….……………………….13

2.8Penatalaksanaan…………………………….…………………………..…………13

2.9 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pneumonia……………..……….14

BAB III PENUTUP

3.1Kesimpulan………..………………………………………………………………18

3.2 Saran …………………………………………………………….……………….18

BAB I

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 3


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi
melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan
saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang
steril .Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin
berwarna kuning pekat atau cokelat.

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin
juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan
kandungan produk sampah didalam urin.

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 4


1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan konsep kebutuhan eliminasi urine
2. Menjelaskan hal yang dikaji pada pasien dengan gangguan kebutuhan eliminasi urine
3. Menjelaskan masalah-masalah yang dialami pada pasien dengan gangguan
pemenuhan eliminasi urine .
4. Menuliskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gangguan
pemenuhana eliminasi urime
5. Menjelaskan intervensi dan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
eliminasi urine.

1.3 Tujuan Umum


Untuk mempelajari eliminasi urin
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan anatomi fisiologi sistem perkemihan
2. Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
3. Menjelaskan proses perkemihan
4. Menjelaskan masalah eliminasi urin
5. Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine
6. Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan urin

1.4 Manfaat
Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi urin beserta anatomi
fisiologi sistem perkemihan dan proses perkemihan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 5


2.1 Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan
dapat melalui urine ataupun bowel.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine
ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra.

2.2 Anatomi-Fisiologi Saluran Perkemihan


Saluran perkemihan terdiri atas ginjal,ureter, kandung kemih,dan uretra.
1. Ginjal
Bentuknya seperti biji kacang,ju,lahnya ada dua di kiri dan kanan.Ginjal terletak di
kedua sisi medula spinalis,di balik rongga peritoneum.Ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan,dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal
perempuan ( Syaifuddin,1994).Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional nefron
yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah metabolik.Selain itu,ginjal
juga bertugas mempertahankan homeostatis cairan tubuh melalui beberapa
cara,yakni :
a. Pengaturan volume cairan.jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh
berfluktuasi.Proses ekskresi ini diatur oleh ginjal.Jika seseorang minum
banyak,urinenya akan encer dan volumenya akan bertambah.sebaliknya,jika
orang tersebut minum sedikit,urinenya akan pekat dan volumenya berkurang.
b. Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.Kandungan elektrolit dalam tubuh
cenderung konstan.Kondisi ini dipertahankan melalui dua proses,yaitu laju
filtrasi glomerulus ( GFR ) dan proses reabsorbsi yang selektif di tubulus ginjal
akibat pengaruh hormon.Saat jumlah ion Na+ meningkatkan laju filtrasi
glomerulus ( GFR) dan menghambat sekresi hormon aldosteron sehingga
reabsorsi Na+ berkurang ,demikian pula sebaliknya.
c. Pengaturan keseimbangan asam – basa tubuh.Ginjal merupakan mekanisme
ppengaturan keseimbangan asam – basa yang paling kuat.Dalam menjalankan
fungsinya,ginjsl tidak hanya mengubah – ubah peengeluaran H+,tetapi juga
menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam – basa tubuh.

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 6


d. Ekskresi sisa – sisa metabolisme.Ginjal mengekskresikan zat – zat racun ( misal
ureum,asam urat,kreatinin,sulfat,fosfat ) dan obat – obatan dari tubuh.
e. Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.Normalnya,bahan – bahan
darah,dan biasanya tidak diekskresikan ke dalam urine.upaya ini mencegah
hilangnya nutrien – nutrien penting dari tubuh.
f. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin untuk
mempertahankan keseimbangan cairan – elektrolit dan tekanan darah ( sistem
renin – angiotensin – aldosteron ).Selain itu,ginjal juga berperan dalam proses
metabolisme zat – zat tertentu ( misalnya obat )
Fungsi utama ginjal ialah mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion, dan obat-obatan,.
Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh. Mempertahankan keseimbangan
antara air dan garam-garam serta asam dan basa. Menghasilkan renin, enzim untuk
membantu pengaturan tekanan darah. Menghasilkan hormon eritropoitin yang
menstimulasi pembentukan sel-sel darahmerah di sumsum tulang. Membantu dalam
pembenrtukan vitamin D.
2. Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih.
Panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Bagian atas ureter berdilatasi
dan melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih
pada sudut posterior dasar kandung kemih.Urine didorong melewati ureter dengan
gelombang peristalsis yang terjadi sekitar 1 – 4 kali per menit.Pada pertemuan
antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak
sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter sehingga mencegah
penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
3. Kandung kemih
Kandung kemih ( vesika urinaria ) adalah kantung muskular tempat urine bermuara
dari ureter.Ketika kosong atau seetengah terisi,kandung kemih terletak di belakang
simfisis pubis.Pada pria,kandung kemih terletak di antara kelenjar prostat dan rektum
; pada wanita,kanddung kemih terletak di antara uterus dan vagina.Dinding kandung
kemih sangat elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar.Saat
penuh,kandung kemih bisa melebihi simfisis pubis,bahkan bisa setinggi umbilikus.

4. Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra.Panjang uretra pada
pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.Uretra

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 7


pria terdiri atas tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa,dan
uretra pars spongiosa.Pada wanita,pamjamg uretra ssekitar 3 cm dan membentang
dari kandung kemih sampai lubang di antara labia minora 2,5 cm di belakang
klitoris.Karen uretranya yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran
kemih.

2.3 Refleks Miksi


Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan sakral 3 (S-3). Saraf sensorik
dari kendung kemih dikirimkan kemedula spinalis bagian sakral 2 sampai dengan sakral
4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi
mengirimkan sinyal kepada otot kandung kemih (destrusor) untuk berkontraksi. Pada
saat destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang dibawah
kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda. Pada saat
miksiotot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya
tidak lebih dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut dengan urine
residu.

2.4 Urine
1. Ciri-ciri urine normal
a. Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc,bergantung pada banyaknya asupan cairan
b. Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan
c. Berbau tajam
d. Sedikit asam ( pH rata – rata 6 )
2. Proses pembentukan urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine : filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus.
a. Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari
permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah melalui
glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas – protein menembus membran kapiler
glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Filtrasi yang lolos tersebut terdiri atas air,
glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang kemudian diteruskan ke
tubulus ginjal.
b. Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi penyerapan kembali
sebagian besar zat – zat penting, seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan ion
bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif yang dikenal dengan istilah

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 8


reabsorpsi obligator. Apabila diperlukan, tubulus bawah akan menyerap kembali
natrium dan ion bikarbonat melalui proses aktif yang dikenal dengan istilah
reabsorpsi fakultatif. Zat – zat yang direabsorpsi tersebut diangkut oleh kapiler
peritubulus ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.
c. Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua bagi darah untuk masuk
ke dalam tubulus di samping melalui filtrasi glomerulus. Melalui sekresi tubulus,
zat – zata tertentu pada plasma yang tidak berhasil disaring di kapiler tubus dapat
lebih cepat dieliminasi.

2.5 Fisiologi Berkemih


Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003)
Faktor yang memengaruhi eleminasi urine
Faktor – faktor yang memengaruhi eliminasi urine meliputi :
1. Pertumbuhan dan perkembangan. Jumlah urine yang diekskresikan dapat
dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang. Normalnya, bayi dan anak – anak
mengekskresikan 400 – 500 ml urine setiap harinya. Sedangkan orang dewasa
mengekskresikan 1500 – 1600 ml urine per hari. Dengan kata lain, bayi yang
beratnya 10% orang dewasa mampu mengekskresikan urine 33% lebih banyak dari
orang dewasa. Seiring penuaan, lansia juga mengalami perubahan pda fungsi ginjal
dan kandung kemihnya sehinggga mengakibatkan perubahan pada pola eliminasi
urine ( misal : nokturia, sering berkemih, residu urine). Sedangkan ibu hamil dapat
mengalami peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekanan pada kandung
kemih.
2. Asupan cairan dan makanan. Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan atau
minuman tertentu (misal : teh, kopi, coklat, alkohol) dapat menyebabkan
peningkatan ekskresi urine karena dapat menghambat hormon antidiuretik (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup. Gaya hidup ada kaitanya dengan kebiasaan seseorang
ketika berkemih. Sebagai contoh, seseorang yang terbiasa buang air kecil di sungai
atau di alam bebas akan mengalami kesulitan ketika harus berkemih di toilet atau
menggunakan pispot pada saat sakit.
4. Faktor psikolgis. Kondisi stres dan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan
stimulus berkemih, di samping stimulus buang air besar (diare) sebagai upaya
kompensasi.
5. Aktiitas dan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan kerja ( kontaksi ) otot – otot
kandung kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 9


tonus otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat
meningkatkan kemampuan metabolisme dan produksi urine secara optimal.
6. Kondisi patologis. Kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan penurunan
produksi urine akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit.
Kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan retensi urine.
7. Medikasi. Penggunaan obat – obat tertentu ( misal : diuretik) dapat meningkatkan
haluaran urine, sedangkan penggunaan antikolinerrgik dapat menyebabkan retensi
urine.
8. Proses pembedahan. Tindakan pembedahan menyebabkan stres yang akan memicu
sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisi anterior akan melepaskan hormon ADH
sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan haluaran urine. Selain itu,
respons stres juga meningkatkan kadar aldosteron yang mengakibatkan penurunan
haluaran urine.
9. Pemeriksaan diagnostik. Prosedur pemeriksaan saluran perkemihan, seperti
pielogram intravena dan urogram,tidak membolehkan pasian mengkonsumsi cairan
per oral sehingga akan memengaruhi haluaran urine. Selain itu, pemeriksaan
diagnostik yang bertujuan melihat langsung struktur perkemihan (misal : sitoskopi)
dapat menyebabkan edema pada outlet uretra dan spasme pada sfingter kandung
kemih. Ini menyebabkan kien sering mengalami retensi urine dan mengeluarkan
urine berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.

2.6 Masalah Pada Pola Berkemih


1. Perubahan eliminasi urine
Meskipun produksi urine normal,ada sejumlah faktor atau kondisi yang dapat
memengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang terjadi pada pola eliminasi
urine akibat kondisi tersebut antara lain inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi,
urgensi, dan disuria.

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 10


a. Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan
berkemih tidak mampu dikontrol oleh sfingter eksternal. Sifatmya bisa
menyeluruh (inkontinensia parsial).
Ada dua jenis inkontinensia, yakni inkontinensia stres dan inkontinensia urgensi.
a) Inkontinensia stres. Inkontinensia stres terjadi saat tekanan intraabdomen
meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Kondisi ini biasanya
terjadi ketika seseorang batuk atau tertawa. Penyebabnya antara lain
peningkatan tekanan intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia, dan
lain – lain.
b) Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjadi saat klien mengalami
pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat dan tiba – tiba untuk
berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi saluran kemih bagian bawah,
spasme kandung kemih, overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih,
peningkatan konsumsi kafein atau alkohol, serta peningkatkan konsentrasi
urine (Taylor,1989).
b. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih
akibat terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung
kemih menjadi regang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh obstuksi (Misal :
hipertrofi prostat), pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan
uretra akibat otot detrusor yang lemah.
c. Enuresis (mengompol). Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari
pada anak yang usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih
seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak terjadi pada anak – anak di malam
hari (enuresis nokturnal ). Faktor penyebabnya antara lain kapasitas kandung
kemih yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan yang
banyak mengandung garam dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola
miksi.
d. Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih (frekuensi) adalaah
meningkatnya frekuensi berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil (tekanan rahim pada kandung
kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran kemih.
e. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini biasa
terjadi pada anak – anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.
Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres psikologis dan iritasi uretra.

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 11


f. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya
terjadi pada kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma kandung kemih.
2. Perubahan produksi urine
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai pada pola
berkemih adalah perubahan produksi urine. Perubahan tersebut meliputi poliuria,
oliguria, dan anuria.
a. Poliuria. Poliuria adalah produksi urine yang melebihi batas normal tanpa
disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita
diabetes, ketidakseimbangan hormonal (misal : ADH), dan nefritis kronik.
Poliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah
pada dehidrasi.
b. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100 –
500 ml/24 jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau
pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan gangguan
pada aliran darah menuju ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang
dari 100 ml/24 jam.

2.7 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
a) Pola berkemih
b) Gejala dari perubahan berkemih
c) Faktor yang mempengaruhi berkemih.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran
ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b) Genetalia Wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan
vagina.
c) Genetalia laki-laki
d) Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
c. Intake dan output cairan
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b) Kebiasaan minum di rumah.

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 12


c) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e) Output urine dari urinal, cateter bag,drainage ureterostomy, sistostomi.
f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan urine (urinalisis) :
 Warna (N: jernih kekuningan)
 Penampilan (N: jernih)
 Bau (N: beraroma)
 pH (H: 4,5-8,0)
 Berat jenis (N; 1,005-1,030)
 Glukosa (n: negatif)
 Keton (N: negatif)
b) Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran
urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Gangguan neuromuskuler.
b) Spasme bladder.
c) Trauma pelvice.
d) Infeksi saluran kemih.
e) Trauma medulla spinalis.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a) Inkontinensia.
b) Keinginan berkemih yang segar.
c) Sering ke toilet.
d) Menghindari minum.
e) Spasme bladder.
f) Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan:
a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
b) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
c) Klien berkemih dalam keadaan rileks.

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 13


b. Retensi urine
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas.
Kemungkinan data yang ditentukan:
a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine.
b) Distensi bladder.
c) Hipertropi prostat.
d) Kanker.
e) Infeksi saluran kemih.
f) Pembedahan besar abdomen.
Tujuan yang diharapkan:
a) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
b) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
Proses Keperawatan

1. Pengkajian
Dalam pengkajian harus melakukan harus menggerakkan semua indera dan tenaga
untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara , observasi,
pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat .
a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala
berkemih,gejala dari perubahan berkemih, faktor yang mempengaruhi berkemih .
b. Pemeriksaan fisik klien meliputi :
 Abdomen ,pembesaran , pelebaran pembuluh darah vena distensi bledder ,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandamess , bising usus.
 Genetalia : wanita , inflamasi, nodul, lessi, adanya secret dari meatus,
kesadaran, antropi jaringan vagina dan genitalia laki-laki kebersihan ,
adanya lesi ,tenderness, adanya pembesaran scrotum .
c. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan minum
dan infus, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ,
ureternomy, kateter urine, warna kejernihan , bau kepekatan .
d. Pemeriksaan diagnostik :
 Pemeriksaan urine (urinalisis)
 Warna (jernih kekuningan )
 Penampilan (N : jernih )
 Bau (N : beraroma)

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 14


 pH (N : 4,5-8,0)
 Berat Jenis (N : 1,005- 1,030)
 Glukosa (N: Negatif )
 Keton (N; negatif )
 Kultur urine (N : kuman petogen negatif)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Gangguan pola eliminasi urine : inkontinesia

Definisi : Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengedalikan pengeluaran urine,


kemungkinan penyebab (berhubungan dengan) gangguan neuromuskuler, spasme baldder,
trauma pelvic, infeksi saluran kemih, trauma medulla spinalis , kemungkinan klien
mengalami ( data yang ditemukan ) : inkontinesia, keinginan berkemih yang segera, sering
ke toilet , menghindari minum , spasme bladder , setiap berkemih kurang dari 100 ml atau
lebih dari 550ml.

Tujuan yang diharapkan :

a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine tiap 4 jam.


b. Tidak ada tanda- tanda retensi dan inkontinensia urine .
c. Klien berkemih dalam keadaan berkemih .

3. Intervensi

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 1. Tingkatkan kekuatan otot
2 jam dan kolaborasi dalam bladder
bladder training
2. Hindari faktor pencentus
inkontenensia urine seperti 2. Mengurangi atau menghindari
cemas inkontinensia
3. Kolabarasi dengan dokter dalam 3. Menghindari faktor penyebab
pengobatan dan kateterisasi
4. Berikan penjelasan tentang 4. Meningkatkan pengetahuan dan
pengobatan , kateter , penyebab pasien lebih kooperatif
dan tindakan lainnya
5. Kriteria Evaluasi

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 15


Setelah membantu klien untuk melakukan evaluasi . klien mampu mengontrol
pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada

6. Retensi Urine
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas , kemungkinan penyebab (berhubungan dengan ): Obstruksi mekanik
pembesaran prostat , trauma, pembedahan kehamilan, kemungkinan klien mengalami
(data yang ditemukan) : tidak tuntasnya penyeluaran urine distensi bledder, hypertropi
prostat , kanker, infeksi saluran kemih , pembesaran besar abdomen.

INTERVENSI RASIONAL
1. Memonitor keadaan bledder 1. Menentukan masalah
setiap 2 jam
2. Ukur intake dan output cairan 2. Memontior keseimbangan cairan
steiap 4 jam
3. Berikan cairan 2000ml / hari 3. Menjaga defisit cairan
dengan kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 4. Mencegah nocturia
malam 5. Membantu monitor
5. Kaji dan monitor analisis urine keseimbangan cairan
elektrolit dan berat badan 6. Meningkatkan fungsi ginjal dan
6. Lakukan latihan prgerakan dan bledder
lakukan relaksasi ketika duduk 7. Relaksasi pikiran dapat
berkemih meningkatkan kemampuan
7. Ajarkan teknik latihan dengan berkemih
kolaborasi dokter/ fisioterapi 8. Mengoatkan otot pelvis
8. Kolaborasi dalam pemasangan 9. Mengeluarkan urien
kateter

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 16


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

INKONTINENSIA URIN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak, sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang

2. Klasifikasi
Inkontinensia urin dibagi atas 3, yaitu :

a. Inkontinensia urgensi
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan
ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan
atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol

b. Inkontinensia tekanan
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan
tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersih, tertawa dan mengangkat
beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urin

c. Inkontinensia aliran yang berlebihan (over flow inkontinensia)


Terjadi jika retensi menyebab kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas
secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik
bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.

3. Etiologi
Faktor faktor penyebab inkontenensia yaitu :

 Cidera pada sfingter urinarius eksterna


 Kelainan neurogenik

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 17


 Urgensi hebat akibat infeksi
 Kelemahan mekanisme sfingter
 Cerebral clouding
 stress
4. Patofisiologi
Pengendalian kandung kencing dan sfinkter diperlukan agar terjadi pengeluaran
urin secara kontinen. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar
kesadaran dan yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi oleh refleks urethrovsien
urinaris. Bila terjadi pengisian kandung kencing tekanan didalam kandung kemih
meningkat. Otot detrusor (lapisan yang tiga dari dinding kencing) memberikan
respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung. Bila sampai 200
ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat
rangsangan. Stimulus ditransmisikan lewat serabut reflek eferen ke lengkungan pusat
refleks untuk meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari
lengkungan refleks ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detrusor. Sfinkter
interna yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama membuka dan
urin masuk ke uretra posterior. Relaksasi sfinkter eksterna dan otot pariental
mengkuti dan isi kandung kemih keluar. Pelaksanaaan kegiatan refleks bisa
mengalami interupsi dan berkemih ditangguhkan melalui dikeluarkannya impuls
inhibitor dari pusat kortek yang berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter
eksterna. Bila disalah satu bagian mengalami kerusakan maka akan dapat
mengakibatkan inkontenensia

5. Manifestasi Klinis
 Kulit ruam
 Dekubitus
 Iritasi kandung kemih
 Ketidakmampuan mengontrol BAK

6. Pemeriksaan Diagnostik
 Pengkajian fungsi otot destrusor
 Radiologi dan pemeriksaan fisik ( mengetahui tingkat keparahan/ kelainan dasar
panggul)
 Cystometrogram dan elektroyogram

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 18


7. Penatalaksanan Medik
 Urgensi
Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile). Diberikan pada
malam hari dan klien diajurkan untuk sering berkemih

 Over flow inkotinensia


Farmakologis prazocine (miniprise) dan cloridabetanecol (urechloine) diberikan
untuk menurunkan resistensi bagian luar dan meningkatkan kontraksi kandung
kemih

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. pengumpulan data
aktivitas / Istrahat
Tanda : Klien nampak lemah

Makanan dan Cairan


Gejala : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang

Tanda : Porsi makan tidak dihabiskan

Eliminasi
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil, klien
mengatakan kencingnya keluar sendiri

Tanda : Haluaran urin tidak terkontrol, haluaran urin terus-menerus.

Integritas Ego
Gejala : Klien mengatakan stress pada penyakitnya

Tanda : Klien nampak ketakutan

Keamanan
Tanda : Dekubitus.

Nyeri/Kenyamanan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 19


Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah

Tanda : Nyeri tekan pada abdomen

Penyuluhan dan Pembelajaran


Gejala : Klien mengatakan kurang pengetahuan dan informasi tentang
penyakitnya

Tanda : Pasien tampak bertanya kepada perawat dan dokter akan


penyakitnya

b. Pengelompokan Data
Data Subjektif

 Klien mengatakan nafsu makannya berkurang


 Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil
 Klien mengatakan kencingnya keluar sendiri
 Klien mengatakan stress pada penyakitnya
 Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
 Klien mengatakan kurang pengetahuan dan informasi tentang penyakitnya

Data Objektif

 Klien nampak lemah


 Porsi makan tidak dihabiskan
 Haluaran urin tidak terkontrol
 Haluaran urin terus-menerus.
 Klien nampak ketakutan
 Nyeri tekan pada abdomen
 Pasien tampak bertanya kepada perawat dan dokter akan penyakitnya

c. Analisa data
Data Penyebab Masalah

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 20


Ds : Adanya infeksi pada dinding Nyeri
kandung kemih
 Klien mengeluh nyeri
pada daerah abdomen ↓
bagian bawah
iritasi lapisan mukosa kandung
Do :
kemih
 Nyeri tekan pada

abdomen
sakit pada saat BAK

Gangguan rasa nyaman nyeri

Ds : Inkontinensia urin Resiko tinggi


kekurangan nutrisi
 Klien mengeluh nafsu ↓
makan kurang
Bau pesing
Do :

 Porsi makan tidak
dihabiskan Anoreksi

Intake nutrisi yang kurang


adekuat

Resiko tinggi perubahan nutrisi

Do : Inkontenensia urin Resiko tinggi deficit


volume cairan
 Haluaran urin tidak ↓
dapat terkontrol
Haluaran urin yang terus menerus
 Haluaran urin terus
menerus ↓

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 21


Pembatasan intake cairan

Ketidakseimbangan intake output


cairan dan elektrolit

Resiko tinggi defisit volume


cairan

Ds : Adanya faktor penyebab Perubahan pola


inkontinensia urin eliminasi
 Klien mengeluh tidak
dapat mengontrol buang ↓
air kecil
Kelemahan pada sfingter externa
 Klien mengatakan
kencingnya keluar ↓
sendiri
Inkontenensia

Gangguan pola eliminasi


Do :

 Haluaran urin tidak


terkontrol
 Haluaran urin terus-
menerus.
Ds : Kurang pengetahuan tentang Kecemasan
penyakitnya
 Klien mengatakan stress
pada penyakitnya ↓
 Klien mengatakan
Ketidakmampuan pasien
kurang pengetahuan dan
menggunakan mekanisme koping
informasi tentang
penyakitnya ↓
Do :
Berdampak pada kesehatan
 Pasien tampak bertanya

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 22


kepada perawat dan fisiknya
dokter akan penyakitnya

 Klien nampak ketakutan
Pasien merasa terancam

cemas

d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Perubahan pola eliminasi
3) Kecemasan
4) Resiko tinggi deficit volume cairan
5) Resiko tinggi kekurangan nutrisi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih yang
ditandai dengan :
Ds :  Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah

D :  Nyeri tekan pada abdomen


o

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kelemahan pada sfingter externa


yang ditadai dengan :
Ds :  Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil
 Klien mengatakan kencingnya keluar sendiri
D :  Haluaran urin tidak terkontrol
o  Haluaran urin terus-menerus.

c. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyakitnya yang ditandai dengan :
Ds :  Klien mengatakan stress pada penyakitnya
 Klien mengatakan kurang pengetahuan dan informasi tentang
penyakitnya
Do :  Pasien tampak bertanya kepada perawat dan dokter akan

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 23


penyakitnya
 Klien nampak ketakutan
d. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang kurang adekuat yang ditadai dengan :
Do :  Haluaran urin tidak dapat terkontrol
 Haluaran urin terus menerus
e. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan
intake output cairan yang ditandai dengan :
Ds :  Klien mengeluh nafsu makan kurang

D :  Porsi makan tidak dihabiskan


o

3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih
Tupan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri teratasi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari nyeri beransur-


ansur hilang dengan kriteria :

 Tidak nyeri saat berkemih


 Ekspresi wajah tenang
 Tidak nyeri tekan pada daerah abdomen
Intervensi

1) Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya nyeri


® Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
pilihan/tindakan selanjutnya yang akan diberikan

2) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan


® Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase inkontinensia.
Namun, ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyeri kolik

3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 24


® Tehnik relaksasi dan tehnik distraksi membantu mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti analgetik sesuai indikasi


® Membantu menghilangkan rasa nyeri dengan menekan pusat nyeri

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kelemahan pada sfingter externa


Tupan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan masalah kebiasaan berkemih teratasi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari kebiasaan berkemih


beransur-ansur normal kembali dengan kriteria :

 Klien dapat mengontrok kencingnya


 Klien dapat berkemih dengan normal
Intervensi

1) Pantau kebiasaan klien berkemih


® Untuk membantu dalam penentuan tindakan selanjutnya

2) Latih pengosongan bladdcer pada jam jam tertentu


® Pengosongan kandung kemih dapat menghindari residu urin

3) Buat jadwal berkemih


® Melatih kembali bereaksi yang tepat untuk berkemih

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan drainase urin


® Sebagai drainase pengobatan serta untuk meraih kontinen

c. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


penyakitnya
Tupan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan hilang

Tupen :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari rasa cemas klien
beransur-ansur hilang dengan kriteria :

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 25


 Klien tidak takut akan penyakitnya
 Klien mau menerima kondisinya saat ini
Intervensi

1) Pantau rasa cemas klien dan depresi dan penyempitan perhatian


® Membentu untuk memperkirakan kebutuhan intervensi yang tepat

2) Jelaskan kepada klien tentang proses penyakitnya serta cara penganganannya


® Rasa cemas dan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau
pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan inkontenensia urin.

3) Motivasi dan berikan kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan


dan menyatakan masalah
® Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama dan memberikan informasi
yang akan membantu dalam identifikasi atau mengatasi masalah

4) Tunjukan indikator positif pengobatan


® Meningkatkan perasaan berhasil atau maju

d. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan


intake output cairan
Tupan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa hari tanda-tanda


kekurangan cairan tidak ada dengan kriteria :

 Tugor kulit baik


 Intake dan out put cairan seimbang
Intervensi

1) Ukur pemasukan dan haluaran cairan yang akurat


® Membantu unntuk memperkitakan kebutuhan penggunaan cairan

2) Anjurkan klien untuk minum yang banyak


® Mengganti cairan yang keluar terus menerus

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 26


3) Perhatikan perubahan kulit seperti kulit kering, tugor kulit
® Tanda kulit kering serta tugor kulit merupakan tanda dari dehidrasi

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui intravena


® Menggantikan kehilangan cairan dan natrium untuk mencegah/
memperbaiki hipovolemia

e. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi yang kurang adekuat
Tupan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan kekurangan nutrisi tidak terjadi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanda-tanda kekurangan nutrisi tidak


terjadi dengan kriteria :

 Nafsu makan meningkat


 Porsi makan dihabiskan
 Berat badan dalam batas normal
Intervensi

1) Pantau pemasukan diet


® membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet, kondisi
fisik umum, gejala uremik anoreksia membantu pemasukan nutrisi

2) Berikan mananan sedikit dan sering


® Meminimalkan anoreksia dan mual

3) Timbang berat badan tiap hari


® Pasien yang tidak nafsu makan dapat mengalami penurunan berat badan

4) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan yang diizinkan
dan libat kan pasien dalam pemilihan menu
® Memberikan pasien tindakan kotrol dalam pembatasan diet. Makanan diari
rumah dapat meningkatkan nafsu makan

5) Kolaborasi dengan ahli gizi dan tim pendukung nutrisi


® Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan dan
mengidentifikasi rute paling efektif

Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 27


Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine Page 28

Anda mungkin juga menyukai