Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA

“METABOLISME PROTEIN”

ASISTEN DOSEN

Evorius Oriwarda (1710911310011)

Muhammad Ananda Azmi (1810911210027)

DISUSUN OLEH

Fachriani

2011111320012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ata segala rahmat-

Nya sehingga laporan akhir praktikum biokimia berjudul “Metabolisme Protein”

ini dapat tersusun hingga selesai. Penyusun mengucapkan banyak-banyak terima

kasih kepada kakak-kakak asisten dosen yang membimbing dalam praktikum

biokimia, sehingga dapat membuat penyusun menyelesaikan laporan akhir

praktikum ini dengan tepat waktu. Tidak lupa penyusun berterima kasih kepada

orang tua serta teman- teman yang ikut serta membantu, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.

Laporan akhir praktikum ini ditulis dan disusun dengan sebaik-

baiknya jika ada kekurangan, penyusun mohon maaf jika ada kesalahan kata atau

bahasa, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan laporan akhir praktikum ini.

Banjarmasin, 6 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................1

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses metabolisme dalam tubuh manusia seperti respirasi, pencernaan,

dan sebagainya tentunya akan menghasilkan limbah yang jika tidak

dikeluarkan akan menyebabkan penyakit. Terdapat dua komponen hasil

metabolisme pada tubuh manusia. Komponen pertama merupakan komponen

yang dapat dipergunakan kembali yang nantinya akan diserap oleh tubuh

melalui tubulus ginjal. Komponen kedua adalah komponen yang tidak

diperlukan oleh tubuh yang nantinya akan dibuang dalam bentuk urine. Proses

pembebasan limbah metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh

tersebut disebut eksresi.Urin merupakan salah satu zat eksresan yang

dieksresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui proses

urinasi. Urin sangat penting dalam proses mempertahakan homeostasis tubuh,

karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui urine. Untuk

mengetahui normal atau tidak urine seseorang tergantung pada kandungan

didalam urine itu sendiri. Urine dapat dijadikan suatu indikator kondisi tubuh

seseorang. Urin yang normal jumlah rata-rata 1-2 liter sehari tetapi perbedaan

jumlah urin sesuai cairan yang dimasukkan, jika banyak mengkonsumsi

protein maka akan diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya,

sehingga urin yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat.1,2

1
BAB II

PEMBAHASAN

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan

oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses

urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam

darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan

tubuh.Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana

komunikasi olfaktori.Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju

kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Fungsi utama urin

adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam

tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini

berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran

kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun

jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin

sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari

urea.Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.Urin

dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan

mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan

mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Urine adalah hasil

pembuangan manusia. Sebagai hasil dari metabolisme tubuh, tentu saja kondisi

urine dapat menjadi indikator awal mengenai kondisi tubuh. Selain dari Warna

Urine Sehat, ciri urine normal atau tidak bisa juga dilihat dari kandungan di

dalamnya. Salah satu kondisi yang tidak normal adalah jika urine mengandung

2
protein. Berdasarkan asalnya, protein dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

protein hewani (berasal dari hewan) dan protein nabati (berasal dari tumbuhan).

Protein hewani antara lain terdapat dalam ikan, susu dan daging. Protein nabati

antara lain terdapat dalam kedelai, kacang buncis, dan kacang-kacangan yang lain;

dalam makanan sehari-hari dapat ditemukan antara lain pada tahu dan tempe.

Fungsi protein antara lain sebagai sumber energi, sebagai bahan pembentuk

substansi penting (hormon, enzim, antibodi, dan kromosom); untuk pertahanan

tubuh; untuk pemeliharaan dan perbaikan sel, jaringan, dan organ; menjaga

keseimbangan cairan tubuh dan keseimbangan asam-basa. Kondisi ini disebut

sebagai proteinuria. Proteinuria adalah peningkatan kadar protein di dalam urine

atau air seni. Protein merupakan salah satu zat yang dideteksi dalam pemeriksaan

urine lengkap (urinalisis). Pada jumlah kecil, kandungan protein yang terdapat

dalam urine adalah normal. Demikian juga dengan peningkatan sementara protein

pada urine yang kerap terjadi pada usia muda setelah melakukan olahraga berat

atau saat sakit. Namun bila peningkatan kadar protein berlangsung lama atau

menetap maka hal tersebut merupakan tanda adanya masalah pada ginjal. 3 Fungsi

utama ginjal adalah penyaring darah. Proses penyaringan yang dilakukan ginjal

adalah dengan membuang zat zat ‘sampah’ yang tidak dibutuhkan tubuh melalui

urine. Namun, pada kondisi tertentu, protein bisa lolos penyaringan ginjal

sehingga terdeteksi di dalam urine.1 Proteiunuria juga disebut

sebagai Albuminuria. Kondisi ini ditandai dengan adanya protein di dalam urine

dengan jumlah yang abnormal. Penyebabnya adalah protein di dalam darah yang

lolos dalam proses filtrasi di ginjal. Atau yang dikenal juga dengan istilah ginjal

3
bocor. Kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada ginjal, yaitu pada bagian

filtrasinya yang dinamakan glomeruli. Sehingga, jika seseorang memiliki gejala

urine mengandung protein, bisa jadi itu merupakan sebuah gejala awal dari

gangguan pada ginjalnya.3,4 Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot

molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino

yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.

Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang

kala sulfur serta fosfor.5 Evaluasi optimal proteinuria meliputi pemeriksaan

kuantitatif dan kualitatif. Rasio protein-kreatinin urin (UP / C) memberikan

informasi hanya tentang besarnya proteinuria, bukan tentang asalnya. Sifat

proteinuria dapat menunjukkan asal (glomerular, tubular, atau keduanya) dan

tingkat keparahan cedera nefron, dan identifikasi segmen nefron yang terluka

sangat penting untuk memastikan pengobatan yang memadai . Proses

mengidentifikasi dan menentukan tingkat keparahan penyakit ginjal kronis (CKD)

biasanya berfokus pada glomerulus. Tingkat keparahan CKD ditandai dengan

menentukan kadar kreatinin serum, yang memungkinkan laju filtrasi glomerulus

diperkirakan, dan derajat albuminuria, yang secara umum diterima sebagai ukuran

permeabilitas glomerulus. Biomarker ini mencerminkan fungsi filtrasi dan

penghalang glomeruli ginjal, meskipun albuminuria kecil juga dapat terjadi akibat

disfungsi tubulus. Menginat itu proksimal tubulus membentuk sekitar 90% dari

massa kortikal ginjal dan bahwa cedera tubulus proksimal dapat menyebabkan

fibrosis, glomerulosklerosis, dan CKD (Grgic et al. 2002), kami mengevaluasi

apakah sensitif, penanda spesifik cedera tubulus proksimal - protein pengikat

4
vitamin D (VDBP) dan protein pengikat retinol (RBP) - dapat mengidentifikasi

CKD. Studi asosiasi genom baru-baru ini telah mengidentifikasi ekspresi Tamm-

Horsfall protein (THP) yang diturunkan regulasi sebagai faktor risiko untuk CKD

dan telah menyarankan bahwa ekspresi THP dalam urin dapat berguna sebagai

biomarker perkembangan CKD.4 Albumin adalah protein dengan berat molekul

tinggi (66,5 kDa) yang biasanya tidak terdeteksi dalam urin karena tidak adanya

filtrasi yang signifikan dan adanya reabsorpsi oleh tubulus proksimal. 20 Namun,

albumin dapat ditemukan dalam urin pasien dengan cedera ginjal glomerulus dan /

atau tubular.4 Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah salah

satu senyawa organik yang berada dalam golongan asam karboksilat.[10] Asam

cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini sering kali ditulis dalam

bentuk CH3–COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat pekat

(disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan

memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat adalah komponen utama cuka (3–9%)

selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau menyengat. Selain diproduksi

untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai

prekursor untuk senyawa lain seperti polivinil asetat dan selulosa asetat.

Meskipun digolongkan sebagai asam lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan

dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Putih telur adalah cairan putih (disebut

juga albumen atau glair atau glaire) yang terkandung di dalam sebuah telur.

Cairan ini terdapat di dalam telur yang sudah dibuahi dan yang belum dibuahi.

Putih telur terdiri dari 10% protein terlarut di air. Kegunaan putih telur adalah

untuk melindungi kuning telur dan menyediakan nutrisi tambahan bagi

5
pertumbuhan embrio, karena putih telur kaya akan protein dan rendah lemak, yang

merupakan kebalikan dari kuning telur, yang mengandung nilai lemak yang

tinggi. Putih telur memiliki banyak kegunaan kuliner dan non-kuliner5. Pada

praktikum ini akan mencampurkan kandungan antara urine manusia dengan cuka

serta protein di dalam putih telur yang mana tujuannya untuk mengetahui dan

melihat perbedaan urine yang mengandung protein. Urin kita tahu merupakan

cairan sisa yang tubuh keluarkan melalui proses yang disebut dengan urinasi.

Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul sisa yang disaring ginjal.

Kandungan air dalam urin sebanyak 95%, urin mengandung amonia, asam ureat,

garam mineral berupa NaCl, zat warna empedu, serta zat-zat yang sifatnya

beracun seperti sisa obat dan hormon. Tes protein urin dan tes kadar gula sangat

penting dilakukan untuk mendeteksi gejala awal masalah kesehatan.

Protein sendiri merupakan salah satu unsur penyusun utama makhluk hidup.

Protein memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh. Protein berfungsi dalam

pembentukan sel-sel baru dan pemeliharaan sel serta jaringan dalam tubuh,

sebagai sintetis hormon, enzim, antibodi. Pengatur keseimbangan kadar asam basa

dalam sel dan sebagai cadangan makanan. Sumber protein dapat diperoleh dari

daging, telur, susu, ikan yang merupakan protein hewani dan kacang-kacangan,

tahu, susu kedelai sebagai protein nabati.3 Albuminuria (proteinuria) adalah

kondisi urine atau air kencing mengandung jumlah albumin yang tidak normal.

Albumin merupakan salah satu jenis protein dalam darah. Kondisi ini bukanlah

penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa menandakan penyakit tertentu. Ginjal

yang sehat tidak membiarkan jumlah protein keluar terlalu banyak melalui filter

6
ginjal. Namun, filter yang rusak akibat penyakit ginjal dapat membuat protein

seperti albumin bocor dari darah ke dalam urine. Kondisi yang disebut juga

sebagai proteinuria ini sering kali merupakan gejala sakit ginjal, terutama jika

Anda mengalami proteinuria berat di mana urine mengandung protein sebanyak 2-

3 gram per hari.1,2 Protein bisa masuk ke dalam urine bila ginjal tidak bekerja

dengan baik. Pembuluh darah dalam ginjal yang bernama glomerulus bekerja

dengan menyaring produk sisa dari darah dan menjaga komponen yang diperlukan

tubuh, termasuk protein.  Glomerulus akan memastikan protein dan sel darah yang

lebih besar tidak masuk ke dalam urine. Jika ada yang masuk pun bagian tubulus

ginjal akan menangkap kembali protein tersebut dan menyimpannya di dalam

tubuh. Namun ketika keduanya mengalami gangguan atau jika ada beban protein

berlebihan, protein ini akan ikut mengalir dalam urine. Selain itu, adanya batu

saluran kemih juga bisa menyebabkan proteinuria. Tak hanya penyakit yang

berhubungan dengan ginjal, penyakit ini bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan

yang berlangsung sementara seperti dehidrasi, peradangan, dan tekanan darah

rendah. Olahraga yang terlalu intens, stres, pemakaian obat aspirin, dan paparan

terhadap dingin adalah penyebab lain yang mungkin bisa menimbulkan terjadinya

proteinuria.4 Ada beberapa faktor yang bisa membuat Anda lebih berisiko terkena

albuminuria. Dua penyakit yang paling sering menjadi pemicunya adalah diabetes

dan darah tinggi. Jenis lain dari penyakit ginjal yang tidak terkait dengan diabetes

atau tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan protein bocor ke urine. Faktor

risiko lainnya meliputi: obesitas, usia di atas 65, dan riwayat keluarga

terhadap penyakit ginjal. Beberapa orang memiliki lebih banyak protein dalam

7
urine saat berdiri daripada saat berbaring. Kondisi ini disebut orthostatic

proteinuria. Ada juga berbagai kondisi yang turut memicu peningkatan kadar

protein dalam urine, meliputi: penyakit autoimun, kanker sel plasma (multiple

myeloma), penyakit jantung, peradangan ginjal akut, preeklampsia, komplikasi

berupa tekanan darah tinggi pada ibu hamil, hemolisis intravaskular atau

penghancuran sel darah merah dan pelepasan hemoglobin dalam aliran darah,

kanker ginjal, dan gagal ginjal kongestif.5Pemeriksaan protein urine adalah

prosedur pemeriksaan yang—sesuai dengan namanya—dilaksanakan untuk

memeriksa kandungan protein di dalam urine. Hal ini diperlukan, utamanya bagi

sebagian kalangan karena adanya kandungan protein pada urine bisa menjadi

pertanda dari suatu gangguan medis, khususnya organ ginjal. Tujuan dari

pemeriksaan protein urine ini adalah untuk memeriksa apakah ada kandungan

protein yang banyak pada urine. Seperti yang sudah dijelaskan, idealnya di dalam

urine hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali kandungan protein. Jika

ditemukan kandungan protein yang banyak, hal ini tentu mengindikasikan ada

yang tidak beres dengan organ ginjal. Ginjal yang sehat berfungsi untuk

memfiltrasi dan menyerap protein yang masuk ke dalam tubuh. Pemeriksaan

kandungan protein di dalam air seni ini utamanya dilakukan pada orang-orang

yang memiliki gangguan medis tertentu. Gangguan medis yang dimaksud antara

lainsebagaiberikut: Tekanan darah tinggi (hipertensi) Penyakit ginjal Diabetes

Selain ketiga kondisi di atas, wanita hamil juga disarankan untuk menjalani

pemeriksaan ini. Pasalnya, kehamilan juga bisa menyebabkan proses absorpsi

protein terganggu yang mana hal ini menjadi pertanda dari preeklampsia yang

8
tentu saja berbahaya. Alat serta bahan yang diperlukan untuk praktikum kali ini

diantaranya ada samprl urine, cuka dapur atau asam asetat, putih telur sebagai

sumber dari protein, lampu spritus, spuit, tabung reaksi atau gelas bening. Setelah

dilakukan percobaan praktikum terlihat urine murni serta yang bercampur cuka

tidak terdapat perubahan yang mana artinya tidak ada kandungan protein di dalam

urine tersebut, dan untuk urine dengan sampel yang ditambah protein dari putih

telur terlihat banyak sekali perubahan nya dikarenakan adanya kandungan protein

didalamnya. Prinsipnya suatu larutan yang mengandung protein bila dipanaskan

sampai terjadi koagulasi proteinnya akan mengakibatkan kekerehuan pada larutan.

Kepekatan kekeruhan yang terjadi sangat dipengaruhi atau tergantung kandungan

protein di dalamnya, semakin banyak kandungan protein didalamnya maka

semakin keruh pula serta sampai terbentuknya endapan di dalam larutan tersebut.

Karena pH urine normal berkisar 6-7 sedangkan p.i albumin berkisar antara 5-6

maka penambahan asam asetat encer perlu untuk memcapai p.i albumin.

Tujuannya adalah agar mudah terjadi koagulasi, sebab semua protein paling

mudah terkoagulasi pada p.i nya. Koagulasi adalah proses perubahan cairan atau

larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya

sebagian. Atau dengan kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu

cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun keras seperti

gel.3,Koagulasi adalah keadaan dimana protein tidak lagi terdispersi sebagai suatu

koloid karena unit ikatan yang terbentuk cukup banyak. Koagulasi juga dapat

diartikan sebagai kerusakan protein yang terjadi akibat pemanasan dan terjadi ada

penggumpalan serta pengerasan protein karena menyerap air proses tersebut.3,4,5

9
Gambar a. (urine yang panaskan)

Gambar b. (urine + cuka yang dipanaskan)

10
Gambar c. (urine + cuka + putih telur yang tidak dipanaskan)

Gambar d. (urine + cuka + putih telur yang dipanaskan)

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Urine adalah hasil pembuangan manusia. Sebagai hasil dari metabolisme

tubuh, tentu saja kondisi urine dapat menjadi indikator awal mengenai kondisi

tubuh. Selain dari Warna Urine Sehat, ciri urine normal atau tidak bisa juga dilihat

dari kandungan di dalamnya. Salah satu kondisi yang tidak normal adalah jika

urine mengandung protein. Pada percobaan terlihat perubahan yang sangat jelas

apabila terdapat kandungan protein didalam urine, digambar a tidakada perubahan

terhadap urine murni yang dipanaskan, pada gambar b terlihat juga tidak ada

perubahan walaupun urine nya ditambahkan cuka, pada gambar c terlihat adanya

gumpalan pada urine yang dicampurkan dengan cuka dan putih telur walaupun

tidak dipanaskan, dan pada gambar d terlihat adanya endapan dari protein dari

urine yang sudah dicampurkan dengan putih telur dan juga cuka yang dipanaskan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. George B, Joy MS, Aleksunes LM. Urinary protein biomarkers of kidney

injury in patients receiving cisplatin chemotherapy. Exp Biol Med.

2018;243(3):272–82.

2. Liu DJX, Stock E, Broeckx BJG, Daminet S, Meyer E, Delanghe JR, et al.

Weight-gain induced changes in renal perfusion assessed by contrast-

enhanced ultrasound precede increases in urinary protein excretion

suggestive of glomerular and tubular injury and normalize after weight-

loss. PLoS One [Internet]. 2020;15(4):1–20.

3. Meindl AG, Lourenço BN, Coleman AE, Creevy KE. Relationships among

urinary protein-to-creatinine ratio, urine specific gravity, and bacteriuria in

canine urine samples. J Vet Intern Med. 2019;33(1):192–9.

4. Chacar F, Kogika M, Sanches TR, Caragelasco D, Martorelli C, Rodrigues

C, et al. Urinary Tamm-Horsfall protein, albumin, vitamin D-binding

protein, and retinol-binding protein as early biomarkers of chronic kidney

disease. Physiol Rep. 2017;5(11):1–9.

5. Guo Z, Wang Z, Lu C, Yang S, Sun H, Reziw, et al. Analysis of the

differential urinary protein profile in IgA nephropathy patients of Uygur

ethnicity. BMC Nephrol. 2018;19(1):1–13.

13
14

Anda mungkin juga menyukai