Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan Definisi Periodontitis Kronis


Periodontitis kronis merupakan penyakit jaringan periodontal yang disebabkan
oleh sekelompok mikroorganisme spesifik, sehingga mengakibatkan kerusakan
ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan membentuk poket resesi gingiva, atau
keduanya. Periodontitis kronis ditandai dengan pergeseran epitel jungsional ke arah
apikal, kehilangan perlekatan, dan resorpsi tulang alveolar. Penyakit ini
mengakibatkan gangguan fungsi pengunyahan dan hilangnya gigi geligi.(Kurniawan,
A.A., et al, 2018)

Periodontitis kronis (Chronic Periodontitis) adalah penyakit inflamasi kronis


yang mempengaruhi jaringan pendukung gigi dan mengakibatkan kerusakan jaringan
ikat periodontal dan tulang alveolar. (Belibasakis, G.N., 2018)

Periodontitis kronis sebelumnya dikenal dengan nama “adult periodontitis”


atau “slowly progressive periodontitis”. Periodontitis kronis terjadi sebagai akibat
perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan periodontal yang lebih dalam (Astuti,
L.A., et al. 2021)
Penyakit periodontal yang disebabkan oleh akumulasi plak gigi.
Periodontitis awalnya dimulai sebagai gingivitis yang berkembang menjadi
periodontitis.Periodontitis kronis adalah penyakit yang berkembang tanpa rasa sakit,
terdiri dari ringan sampai berat. (Desyaningrum H. 2017)

2.2 Menjelaskan Etiologi Periodontitis Kronis


Periodontitis kronis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob dan
bakteri mikroaerofilik yang terdapat pada daerah subgingiva dan menyebabkan
adanya prostat prostaglandin pro-inflamasi dan sitokinin yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal. Bakteri patogen penyebab terjadinya
penyakit periodontal seperti Aggregatibacter actinomycetemcomitan
Treponemadenticola, dan Tannerella forythia dapat mengakibatkan terjadinya
inflamasi pada jaringan periodontal. (Andriani I., et al. 2019)
Periodontitis kronis dapat disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Faktor
lokal berupa akumulasi plak pada permukaan gigi yang mengandung kumpulan
bakteri.Produk bakteri ini menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan gingiva dan
menghilangkan perlekatan gingiva.Faktor sistemik dapat memperparah kondisi
periodontitis kronis, meliputi perubahan hormon, stres, dan penyakit sistemik. Salah
satu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi terjadinya periodontitis kronis
adalah diabetes melitus. (Kurniawa, et al. 2018)

Periodontitis kronis adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan


pada gingiva dan jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kehilangan
gigi. Agen etiologi yang paling sering dilaporkan dari kondisi ini adalah anaerob.
(Kazi, M.M.A.G. et al, 2017)

2.3 Menjelaskan Definisi Hipertensi


Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg.
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda maupun tua.
Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk penyakit yang
mematikan (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Menurut data WHO (2015) penyakit
hipertensi adalah penyebab nomor satu kematian di dunia dalam setiap tahunnya.
(Yonata, A. et al. 2016)

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah baik sitolik maupun diastolik yang
terbagi menjadi dua tipe yaitu hipertensi esensial yang paling sering terjadi dan
hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit renal atau penyebab lain,
sedangkan hipertensi malignan merupakan hipertensi yang berat, fulminan dan sering
dijumpai pada dua tipe hipertensi tersebut. (Susiani, et al. 2019)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. 1
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. (Lisiswanti R., et al. 2017)
Menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure 7 report 2003, tekanan darah yang dianggap normal adalah
kurang dari 120 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan
darah diastolic, diagnosis hipertensi ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah
sistolik (TSD) ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 mmHg. (Bin
Mohd Arifin MH., et al. 2016)

Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan


darah secara menetap. Umumnya, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika
tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor
risiko, seperti faktor genetik, obesitas, kelebihan asupan natrium, dislipidemia,
kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi vitamin D. Hipertensi dapat mengakibatkan
pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak
pecah, maka timbulah perdarahan di otak dan apabila pembuluh darah otak
menyempit, maka aliran darah keotak akan terganggu dan sel otak akan mengalami
kematian (Sudarsono, 2017; Suntara, 2021).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),


hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada
setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan. (American Heart
Association (AHA). 2018.)

Anda mungkin juga menyukai