Anda di halaman 1dari 18

Laporan Ke- 3 Tanggal Praktikum : 8 Desember 2023

MK.Metabolisme Zat Gizi Tanggal Selesai : 14 Desember 2023

PRAKTIKUM MK. METABOLISME ZAT GIZI


UJI SEMI KUALITATIF PROTEIN, GLUKOSA, DAN pH
(ANALISIS URINE)

Oleh:
Kelompok 1

Hanifah Putri Kamilah 2201624

Kanaya Aliya Fazila 2202171

Kania Rahmanisa 2205285

Rania Allima K 2203836

Rifa Hanifa 2200736

Rini Indriyani 2200970

Salsa Kanepa Jilhara 2201258

Windiani Hadianti 2205009

Yunita Faridah 2205873

Dosen Praktikum:
Dr. Syifa F. Syihab, S.Tp., M.Si.
Ahdiyatul Fauza, S.Gz., M.Gz.

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Cairan adalah suatu zat cair yang mana akan mengalir dan mengikuti
bentuk dari tempatnya. Cairan pada tubuh manusia sekitar 95% yang mana terdiri
dari air, dan dua pertiganya adalah cairan intraseluler. Cairan yang terdapat dalam
tubuh manusia biasanya terkait dengan proses transpor, ekskresi maupun lubrikasi.
Adanya cairan memungkinkan adanya distribusi suatu oksigen maupun nutrisi ke
dalam jaringan atau organ dan memiliki peran besar pada transpor zat sisa dari
jaringan dan mengeliminasi keluar dari tubuh. Cairan juga terdapat pada setiap
komponen sistem dari tubuh tanpa terkecuali salah satunya seperti pada sistem
ginjal hingga saluran kemih (Nugraha dkk, 2020).
Ginjal merupakan bagian dari sistem perkemihan yang terdiri dari ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Penyakit ginjal dapat meningkatkan risiko
kematian pada penderitanya dan juga berpotensi menjadi pemicu munculnya
penyakit jantung. Deteksi dini penyakit ginjal memiliki potensi untuk mencegah
penyakit lain yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini karena ketidaknormalan
fungsi ginjal seringkali mencerminkan tahapan awal dari gejala penyakit jantung.
Ginjal berperan sebagai organ utama dalam mengeliminasi produk sisa
metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh. Produk-produk tersebut meliputi
urea, kreatinin, asam urat, bilirubin hasil pemecahan hemoglobin, serta metabolit
dari berbagai hormon. Selain itu, ginjal juga bertugas mengeluarkan toksin dan zat
asing yang dihasilkan oleh tubuh dan pencernaan, seperti pestisida, obat-obatan,
dan suplemen makanan. Fungsi utama ginjal mencakup pembuangan produk
metabolisme normal, ekskresi xenobiotik dan metabolitnya, serta fungsi
non-ekskresi (Alamsyah, 2019).
Proses utama ginjal terjadi melalui pembentukan urine, yang merupakan
jalur utama untuk mengeluarkan toksin. Ginjal memiliki volume aliran darah yang
tinggi, mampu mengkonsentrasikan toksin pada filtrat, dan mengarahkannya
melalui sel-sel tubulus. Secara morfologis, ginjal merupakan organ ekskresi yang
menyerupai kacang dalam vertebrata. Sebagai bagian dari sistem urine, fungsi
ginjal melibatkan penyaringan kotoran, terutama urea, dari darah, dan
mengeluarkannya bersama dengan air dalam bentuk urine (Alamsyah, 2019).
Urine merupakan larutan kompleks yang mengandung bahan organik
maupun bahan anorganik. Urine kebanyakan berasal dari sisa-sisa bahan dari
metabolisme yang tidak terpakai atau dari produk yang berasal dari makanan. Di
dalam urine terdapat larutan garam (NaCL dan KCL), urea, bahan organik seperti
kreatin dan asam urat sedangkan bahan anorganiknya seperti kalsium, magnesium,
ammonia, fosfat dan sulfat. Bahan-bahan tersebut di dalam urine dalam keadaan
patologis (Nugraha dkk, 2020).
Adapun pemeriksaan urine (urinalisis) merupakan salah satu pemeriksaan
yang sering dilakukan karena berguna untuk diagnosis suatu penyakit maupun
gangguan metabolisme dan gangguan dari organ-organ metabolisme tersebut.
Urine merupakan spesimen klinis yang ideal untuk didiagnosis. Pengumpulan
urine sendiri tidak memerlukan metode invasif dan dapat diekskresikan dalam
jumlah yang besar. Urine berasal dari darah yang mana mengalami filtrasi dalam
glomerulus kemudian direabsorpsikan dan diekskresikan melalui saluran kemih
(Nugraha dkk, 2020).

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pada kali ini diharapkan praktikan mampu:
1. Praktikan dapat mengetahui proses dari urinalisis.
2. Praktikan dapat mengetahui dan menganalisis protein, glukosa dan pH
pada urine menggunakan uji semi kualitatif.
3. Praktikan dapat mengetahui proses metabolisme dan gangguan yang
berhubungan dengan metabolisme.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Urine
Urine, juga dikenal sebagai air seni atau air kencing, adalah cairan sisa
yang dikeluarkan oleh ginjal melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan
untuk mengeluarkan molekul-molekul sisa yang telah disaring oleh ginjal
dari dalam tubuh dan menjaga keseimbangan cairan tubuh (Mariati, 2015).
Urine, sebagai hasil dari proses metabolisme tubuh, mengandung berbagai zat
yang sudah tidak lagi diperlukan oleh tubuh, seperti nitrogen, urea, dan
amonia. Komposisi urine memberikan indikasi tentang berbagai fungsi tubuh
yang terkait dengan metabolisme dan ekskresi, termasuk kondisi ginjal, hati,
dan pankreas. Kehadiran zat-zat yang masih berguna bagi tubuh dalam urine
menunjukkan adanya gangguan fungsi ginjal sebagai penyaring. Salah satu
contoh zat yang masih bermanfaat yang sering ditemukan dalam urine adalah
protein. Kehadiran protein dalam urine menunjukkan adanya kebocoran pada
glomerulus, bagian nefron yang bertanggung jawab untuk menyaring
berbagai zat sisa metabolisme. Pada kondisi normal, protein seharusnya tidak
melewati glomerulus, tetapi langsung kembali ke jantung melalui arteri
eferen. Kebocoran dan kerusakan glomerulus dapat menyebabkan zat-zat
yang masih berguna bagi tubuh ikut terbuang, termasuk protein. Deteksi
keberadaan protein dalam urine dapat dilakukan secara sederhana
menggunakan uji asam asetat (Setyo Astuti, 2017).
B. Protein
Protein memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Bersama dengan asupan energi, kecukupan protein dapat digunakan
sebagai indikator untuk mengevaluasi kondisi gizi masyarakat dan
keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan,
dan aspek sosial ekonomi secara terintegrasi (Suryanty & Reswita, 2016).
Kualifikasi protein berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi protein
hewani dan protein nabati. Protein hewani dapat dikelompokkan menjadi
protein dari peternakan dan perikanan. Konsumsi pangan hewani, seperti
daging, memiliki dampak positif terhadap kesehatan (Mathijs, 2015). Hal ini
disebabkan oleh daya cerna protein hewani yang lebih baik dibandingkan
dengan protein nabati (Muchtadi & Sugiyono, 2010).
C. Glukosa
Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dipecah atau diubah menjadi gula
sederhana lainnya. Glukosa berfungsi sebagai sumber energi di dalam sel dan
tersebar di dalam tubuh. Sumber glukosa meliputi buah-buahan, madu lebah,
dan juga terdapat dalam darah manusia. Dalam bidang kedokteran, istilah
"gula darah" merujuk pada kadar glukosa dalam darah. Konsentrasi gula
darah, atau kadar glukosa dalam serum, diatur dengan ketat dalam tubuh.
Glukosa yang mengalir dalam darah merupakan sumber utama energi bagi
sel-sel tubuh. Umumnya, tingkat gula darah tetap berada dalam rentang yang
sempit sepanjang hari, yaitu 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Kadar ini meningkat
setelah makan dan biasanya mencapai level terendah pada pagi hari, sebelum
seseorang makan (Kemenkes, 2014).
Glukosa berperan sebagai sumber energi untuk pembentukan ATP baik
secara aerobik maupun anaerobik. Dalam proses anaerobik, glukosa dipecah
tanpa menggunakan oksigen melalui glikolisis anaerobik atau sistem asam
laktat. Sementara itu, dalam proses aerobik, glukosa melalui serangkaian
reaksi kimia untuk menghasilkan ATP melalui glikolisis aerobik (Ganong,
2008). Glikolisis aerobik memanfaatkan glukosa dan oksigen sebagai bahan
untuk menghasilkan energi, yang menghasilkan jumlah energi yang jauh lebih
besar daripada glikolisis anaerobik. Glukosa dihasilkan dari konversi berbagai
jenis karbohidrat yang dikonsumsi, dan glukosa yang terbentuk disimpan
dalam aliran darah sebagai glukosa darah serta sebagai cadangan energi dalam
bentuk glikogen di hati dan otot (Kemenkes, 2014).
D. Ph
Nilai pH urine normal berkisar antara 4,5-8,0. Namun, nilai
rata-ratanya adalah 6,0 dan nilai pH urine yang netral adalah 7,0. Urine
yang memiliki pH di bawah 5,0 adalah asam, sedangkan pH di atas 8,0
adalah basa. Faktor utama yang dapat mempengaruhi nilai pH urine
adalah dari pola makan seseorang sehari-hari (Young, 2021).
Analisis pH sampel urine pagi dengan menggunakan urine aliran tengah,
gunakan langsung strip pH urine dengan cara mencelupkannya secara cepat
(kurang dari 1 detik) ke dalam urine pasien. Strip dikosongkan dengan
menyentuh salah satu sisi strip dengan kain. PH urine kemudian dibaca dalam
satu menit dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi pada reagen
kering pada strip dengan bagan warna pada label dipstick. Langkah
selanjutnya adalah mencatat pengamatan Anda dan mengambil sampel urine
dengan pH basa (pH > 7,5). Strip dikosongkan dengan menyentuh salah satu
sisi strip dengan kain. PH urine kemudian dibaca dalam satu menit dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi pada reagen kering pada strip
dengan bagan warna pada label dipstick. Langkah selanjutnya adalah
mencatat pengamatan dan mengambil sampel urine dengan pH basa (pH >
7,5) (Tena dkk, 2021).
METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Jumat 8 Desember 2023 pukul 09.00 -
11.00 WIB di Laboratorium Ilmu Keolahragaan, Gedung FPOK A, Universitas
Pendidikan Indonesia.

Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan

Alat Bahan

Wadah penampung urine 7 SDM urine diuji Protein

Wadah sampel urine 7 SDM urine diuji Karbohidrat

Urine strip/ dipstick 7 SDM urine diuji pH

Parameter strip/ dipstick urine

Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum meliputi pengukuran kadar protein, karbohidrat, pH dalam
urine. Langkah-langkah yang dilakukan antara lain adalah sebagai berikut:
● Pengukuran kadar protein
Responden menampung urine sewaktu menggunakan wadah penampung
urine

Celupkan urine strip/ dipstick ke wadah sampel urine

Amati perubahan warna pada dipstick, kemudian bandingkan dengan
warna protein pada parameter

● Pengukuran kadar karbohidrat


Responden menampung urine sewaktu menggunakan wadah penampung
urine

Celupkan urine strip/ dipstick ke wadah sampel urine

Amati perubahan warna pada dipstick, kemudian bandingkan dengan
warna karbohidrat pada parameter

● Pengukuran kadar pH
Responden menampung urine sewaktu menggunakan wadah penampung
urine

Celupkan urine strip/ dipstick ke wadah sampel urine

Amati perubahan warna pada dipstick, kemudian bandingkan dengan
warna pH pada parameter
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 2. Hasil uji semi kualitatif protein, glukosa dan pH pada analisis urine
Kelompok Responden Parameter

Protein Glukosa pH

1 Rifa - - 5,0

Rini ± 15 (0,15) - 6,0

Windi ± 15 (0,15) - 6,0

Hanifah ± 15 (0,15) - 6,0

Rania ± 15 (0,15) - 5,0

Yunita ± 15 (0,15) - 6,0

Kania - - 6,0

2 Adisty ± 15 (0,15) - 6,5

Audina ± 15 (0,15) - 6,0

Victoria ± 15 (0,15) - 6,0

Athayya - - 6,0

Adya ± 15 (0,15) - 5,0

Fayruz ± 15 (0,15) - 6,0

Thoriq ± 15 (0,15) - 6,0

Yusuf ± 15 (0,15) - 6,0

3 Anisa ± 30 (0,3) - 6,0

Mirzani ± 15 (0,15) - 5,0

Hafshoh ± 15 (0,15) - 6,0

Fayza - - 5,0

Laili - - 6,0

Asti ± 15 (0,15) - 5,0


Pritta - - 6,0

Putri - - 5,0

4 Hania - - 6,0

Yenny - - 6,0

Sima - - 5,0

Kholifah - - 6,0

Davina - - 5,0

5 Bunga - - 6,0

Hanin - - 6,0

Nanda N. - - 6,0

Natasha - - 6,5

Nisrina ± 15 (0,15) - 6.0

Syifa - - 6,0

Pembahasan

Protein dalam urine atau proteinuria adalah suatu kondisi dimana terdapat
lebih banyak protein dalam urine dibandingkan batas normal. Urine normal
memiliki kandungan protein yang sangat rendah, kurang dari 150 mg protein per
hari, dengan dua pertiga dari jumlah tersebut dikeluarkan melalui tubulus ginjal.
Munculnya protein dalam urine (proteinuria) mungkin merupakan indikator
terbaik kelainan ginjal. Kadar protein urine yang lebih besar dari 150 mg
mungkin disebabkan oleh kerusakan membran kapiler glomerulus, terganggunya
mekanisme reabsorpsi tubulus, atau rusaknya kedua mekanisme tersebut. Protein
ini terjadi akibat peningkatan GFR (Glomerular Filtration Rate) atau laju filtrasi
glomerulus akibat kelainan pada membran basal glomerulus atau tubulus ginjal,
atau akibat perubahan protein sehingga mudah disaring oleh beberapa meloma
(Maulana dan Anggraeni, 2022).
Pemeriksaan atau pengujian protein urine pada praktikum kali ini
dilakukan dengan menggunakan metode carik celup. Pengujian protein urine
dengan metode carik celup ini mempunyai keunggulan antara lain lebih cepat
pengaplikasiannya, lebih praktis, dan lebih mudah menginterpretasikan hasil
berdasarkan perubahan warna yang terjadi. Namun, ada juga kelemahannya, yaitu
apabila melakukan pembacaan hasil kurang atau lebih dari 30 detik, maka dapat
mengakibatkan perubahan warna yang dapat menyebabkan kesalahan interpretasi
hasil. Metode carik celup ini sensitif hanya terhadap albumin, sedangkan untuk
globulin dan protein Bence-Jones tidak dapat diinterpretasikan hasilnya melalui
pemeriksaan dengan metode carik celup (Maulana dan Anggraeni, 2022).
Berdasarkan analisis urine yang telah dilakukan, hasil pemeriksaan
proteinuria atau protein dalam urine ini menunjukkan bahwa pada kelompok 1
terdapat lima probandus dengan urine positif terhadap protein dari total tujuh
probandus, pada kelompok 2 terdapat tujuh probandus dengan urine positif
terhadap protein dari total delapan probandus, pada kelompok 3 terdapat empat
probandus dengan urine positif terhadap protein dari total delapan probandus,
sedangkan pada kelompok 4 seluruh probandus memiliki hasil urine negatif
terhadap protein, dan kelompok 5 hanya terdapat satu probandus dengan urine
positif terhadap protein dari total enam probandus. Menurut Untari dan Junaiddin
(2022), keberadaan protein dalam urine menandakan terdapat kebocoran pada
glomerulus yang berfungsi menyaring bagian zat-zat sisa metabolisme. Dalam
keadaan normal, akan langsung menuju arteri eferen dan kembali ke jantung tanpa
melewati glomerulus. Adanya kebocoran dan kerusakan pada glomerulus
menyebabkan beberapa terbuangnya beberapa zat yang masih diperlukan oleh
tubuh salah satunya adalah protein.
Glukosa dalam urine (glukosuria) adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan peningkatan ekskresi glukosa atau gula darah melalui urine. Dalam
kondisi normal, tidak ada gula yang ditemukan dalam urine. Darah yang disaring
oleh ginjal melepaskan sejumlah kecil gula. Namun tubulus ginjal memiliki
kemampuan menyerap kembali gula sehingga tidak ada jalan keluar melalui urine
(Pongoh, 2020). Glikosuria terjadi jika kadar glukosa serum melebihi ambang
reabsorpsi ginjal, yang biasanya sekitar 180 mg/dl. Urine tidak boleh mengandung
glukosa karena ginjal menyerap glukosa yang disaring ke dalam darah (Lindo dkk,
2015).
Pemeriksaan glukosa urine ini menggunakan metode optical density yaitu
pemeriksaan dengan memanfaatkan dipstick (carik celup). Uji kimia
menggunakan metode dipstick ini memiliki keunggulan yaitu sederhana, cepat dan
ekonomis (dalam hal reagen dan personal), dengan sensitivitas dan spesifisitas
tinggi dan tidak memerlukan urine dalam jumlah besar untuk pengujian. Reaksi
yang terlibat dalam pengujian strip sebagian besar berdasarkan prinsip yang sama
seperti pengujian kimia basah (Brunzel, 2021).
Pada analisis urine yang telah dilakukan, hasil pemeriksaan glukosa dalam
urine ini dapat dilihat bahwa semua probandus memiliki nilai glukosa urinenya
adalah negatif, yang menandakan bahwa semua probandus normal.
pH dalam suatu urine akan menunjukkan tingkat keasaman dari urine
individu tersebut. Selain mengukur kadar keasaman dari urine, uji pH pada urine
ini juga dapat berguna untuk mendiagnosis kondisi medis tertentu seperti infeksi
saluran kemih, batu ginjal, gangguan metabolisme, juga membantu memantau
efektivitas obat dan perawatan tertentu. Hasil uji pH akan dikatakan normal
apabila nilainya berada diantara 4,5 dan 8,0, dengan nilai rata-rata 7,0 (Shelvia
dkk, 2021). Besar kecilnya nilai dari pH urine, dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti pola makan, dehidrasi, penyakit, dan kondisi kesehatan individu
tersebut (Fira, 2021).
Sama seperti beberapa pengujian sebelumnya, pengujian pH dilakukan
dengan metode carik celup atau menggunakan dipstick. Metode ini akan
menggunakan dipstick yang berisi reagen yang berubah warna berdasarkan pH
dari sampel urine. Perubahan warna kemudian dibandingkan dengan bagan warna
untuk menentukan tingkat pH sampel urine (Permana, 2022). Dari uji yang sudah
dilakukan, rata-rata responden yang telah melakukan uji pH urine memiliki nilai
pH di kisaran nilai 5,0-6,5; yang berarti seluruh responden masih memiliki pH
urine yang aman atau normal karena masih diantara angka 4,5-8,0 (Shelvia dkk,
2021).
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum analisis urine, proteinuria atau keberadaan
protein dalam urine terdeteksi pada beberapa probandus dalam kelompok 1,
kelompok 2, dan kelompok 3. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya
kebocoran pada glomerulus yang berfungsi menyaring zat-zat sisa metabolisme.
Sebaliknya, kelompok 4 dan kelompok 5 menunjukkan hasil urine negatif
terhadap protein, menandakan ketidakberadaan protein dalam jumlah yang
signifikan. Glikosuria tidak terjadi pada semua kelompok. Hasil uji pH
menunjukkan variasi normal, dengan rata-rata masih dalam rentang normal
(4,5-8,0).
Secara keseluruhan, metode carik celup memberikan keunggulan dalam
aplikasinya yang cepat, praktis, dan mudah diinterpretasikan. Meskipun demikian,
penting untuk mencatat bahwa pembacaan hasil yang tidak tepat waktu dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi. Dalam uji pH urine, responden secara umum
memiliki nilai pH yang berada dalam kisaran normal, menunjukkan bahwa
kebanyakan dari mereka memiliki tingkat keasaman urine yang aman. Analisis
urine memberikan gambaran tentang fungsi ginjal dan kadar glukosa dalam tubuh
probandus.
Saran
Praktikan diharapkan untuk meningkatkan kecepatan pembacaan hasil uji
carik celup agar interpretasi hasil tidak terpengaruh oleh perubahan warna yang
mungkin terjadi jika pembacaan dilakukan terlalu cepat atau terlambat serta
praktikan memahami cara menggunakan alat dengan benar untuk meminimalkan
kemungkinan kesalahan dalam hasil analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, A. P. D. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ginjal. International


Journal of Artificial Intelligence, 6(1), 53-74.
Amalia, S. T., Nur Afifah, D., Syahadah, M. A. M., Anjani, G., & Fitranti, D. Y.
(2023). Estimasi Indeks Glikemik, Beban Glikemik, dan Analisis
Sensoris Biskuit Biji Bunga Matahari (Helianthus annuus L.).
Universitas Diponegoro, Institutional Repository.
Astuti, D. S. (2017). Kadar Protein Urin Menggunakan Uji Asam Asetat pada
Mahasiswa Pendidikan Biologi Semester VI FKIP UMS 2017. In
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning (Vol. 14, No. 1, pp. 36-38).
Brunzel, N. A. (2021). Fundamentals of Urine and Body Fluid Analysis-E-Book.
Elsevier Health Sciences.
Fira, F. (2021). Gambaran Kadar Protein Urine Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe II Di RSUD Kota Kendari (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kendari).
Ganong WF. 2008. Review of medical physiology 22th ed. USA: Appleton &
lange.
Kementerian Kesehatan.2014. Pedoaman Gizi bagi Olahraga Prestasi. Jakarta:
Kemenkes.
Lindo, C. J., Rompis, J., & Pateda, V. (2015). Perbandingan Glukosuri Pada
Remaja Obes Dengan Yang Tidak Obes. e-CliniC, 3(1).
Maulana, F., & Anggraeni, N. (2022). Analisis Pemeriksaan Protein Urin Secara
Otomatis dan Sederhana pada Sampel Urin Positif 1 (+) dan Positif 2
(++). Jurnal Analisis Biologi, 6(01).
Mariati, N. W. (2015). Pencegahan dan perawatan karies rampan. Jurnal
Biomedik: JBM, 7(1).
Mathijs, E., 2015, Exploring future patterns of meat consumption. J Meat Science.
109:112-116.
Muchtadi TR, Sugiyono FA. 2010. Ilmu pengetahuan bahan pangan. Bogor (ID):
Alfabeta.
Nugraha, J., Marpaung, F. R., PK, S., Edijanto, S. P., Satjadibrata, R. S. S., &
Anniwati, L. (2020). Analisis cairan tubuh dan urine. Airlangga
University Press.
Permana, E. V. (2022). Studi Pembuatan Carik Celup Alami Bagi Analisis pH
Urin dengan Pemanfaatan Antosianin Kol Ungu (Brassica oleracea).
Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan, 8(2), 144-159.
Pongoh, N. J. (2020). Comparison of Urine Glucose Levels in Diabetes Melitus
Type 2 Using Reduction and Optical Density Methods in Hospital.
PROF. DR. ALOEI SABOE. Journal of Health, Technology and
Science (JHTS), 1(1), 43-52.
Shelvia, A., Suryanti, R., & Purwanti, M. (2021). Pengaruh Pemanfaatan Biourine
terhadap Tanaman Sayuran Sawi di Desa Parungseah Kecamatan
Sukabumi Kabupaten Sukabumi. Jurnal Agroekoteknologi dan
Agribisnis, 5(2), 69-78.
Suryanty M, Reswita. 2016. Analisis konsumsi berbasis pangan hewani di
Kabupaten Lebong : Pendekatan model AIDS (Almost Ideal Demand
System). J Agrisep 15(1):101-110.
Tena, H. A. B., Sunariani, J., Yudianto, A., Santosa, B., & Ariyadi, T. (2021).
Alteration in Organic Elements of Sediment in Delayed Examinations
of Alkaline pH Urine Sample using Conventional Method. Malaysian
Journal of Medicine & Health Sciences, 17.
Untari, U., & Junaiddin, J. (2022). Analisis Pemeriksaan Protein Bence Jones
pada Urin Lansia dengan Metode Osgood. Jurnal Penelitian Kesehatan"
Suara Forikes"(Journal of Health Research" Forikes Voice"), 13(2),
362-364.
Young, C. (2021, Agustus 31). Urine pH Level Test. Healthline.
LAMPIRAN

Tabel 3. Lampiran

Analisis urine kelompok Analisis urine kelompok Analisis urine kelompok


1 2 3

Analisis urine kelompok Analisis urine kelompok


4 5
TABEL PENUGASAN

Tabel 4. Pembagian Tugas

NAMA NIM TUGAS

Hanifah Putri Kamilah 2201624 Menyusun Bab


Pendahuluan

Kanaya Aliya Fazila 2202171 Menyusun Bab Hasil


dan Pembahasan

Kani Rahmanisa 2205285 Menyusun Bab Metode

Rania Allima K 2203836 Menyusun Bab Hasil


dan Pembahasan

Rifa Hanifa 2200736 Menyusun Bab Hasil


dan Pembahasan

Rini Indriyani 2200970 Menyusun Bab Hasil


dan Pembahasan

Salsa Kanepa Jilhara 2201258 Menyusun Bab Hasil


dan Pembahasan

Windiani Hadianti 2205009 Menyusun Bab Penutup


& Editing

Yunita Faridah P.S 2205873 Menyusun Bab Tinjauan


Pustaka

Anda mungkin juga menyukai