Anda di halaman 1dari 27

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PRAKTIKUM BIOKIMIA
LAPORAN PEMERIKSAAN FISIKA URIN

OLEH :

NAMA : DWI ULFA MAHARANI


STAMBUK : 15020220177
KELAS : C8
KELOMPOK : 2 (DUA)
ASISTEN : AMITA HASYIM, S.Farm

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu komponen penting yang terdapat dalam tubuh yaitu
cairan tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok, yaitu cairan
intraseluler dancairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berada di dalam sel-seltubuh, sedangkan cairan ekstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel danterdiri dari tiga kelompok,
yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitialdan cairan
traseluler. Komposisi cairan intra dan ekstrasel memiliki
perbandingansebesar 40 L adalah 25 L untuk volume intra dan : 15 L
untuk volume ekstra.Cairan intrasel banyak mengandung ion K +,
Mg2+, dan HPO42-, sedangkan cairanintrasel bersifat tidak homogen
dalam tubuh dan mewakili kesatuan cairan dariseluruh sel berbeda.
Cairan intraseluler mengandung enzim yang berperan
dalammendegradasi senyawa ROS, seperti enzim superoksida
dismutase, enzim katalasedan glutation peroksidase. Cairan ekstraseri
banyak mengandung ion Na+, Cl- dan HCO3-. Salah satu contoh
cairan ektraseluler adalah urin.
Sistem urinaria memiliki fungsi utama didalam tubuh yaitu
mengeksresi dan membuang sisa metaabolisme di tubuh. Sistem
urinaria merupakan sistem eksresi utama, dimana anatomi urinaria
terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria/bledder dan uretra. Selain itu
sistem urinaria memiliki fungsi tambahan yaitu sebagai regulasi
volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan cairan ke
dalam urine sebagai regulator konsetrasi plasma dari beberapa ion,
sebagai stabilisator pH darah, dan sebagai detoksifkator racun
Bersama organ hepar. Sistem urinaria yakni terjadinya suatu proses
filtrasi dalam darah, sehingga darah bebas dari zat yang tidak
digunakan oleh tubuh dan akan mengabsorbsi zat yang masih
diperlukan tubuh. Sedangkan zat yang tidak diperlukan tubuh akan

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

dibuang melalui urin atau air kemih. Selain itu sistem urinaria
mempunyai fungsi menjaga keseimbangan dalam tubuh dan
membuang produksi sisa-sisa didalam tubuh.
Proses metabolisme tubuh manusia seperti respirasi,
pencernaan dan sebagainya tentunya akan menghasilkan limbah, jika
tidak dikeluarkan maka akan dapat menyebabkan penyakit. Ada dua
komponen metabolism dalam tubuh manusia. Pertama adalah
komponen yang dapat digunakan kembali yang kemudian diserap
oleh tubuh melalui tubulus ginjal. Komponen kedua adalah komponen
yang tidak dibutuhkan tubuh dan akan dikeluarkan dalam bentuk urin.
Proses pengeluaran sisa metabolism yang tidak lagi dibutuhkan tubuh
diseut ekskresi.
Urin merupakan salah satu zat yang dikeluarkan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui buang air kecil. Urin sangat
penting dalam proses menjaga homeostatis dalam tubuh, karena
sebagian besar pengeluaran cairan tubuh adalah melalui urin. Normal
atau tidaknya urin seseorang tergantung dari kandungan urin itu
sendiri. Urin sebenarnya bisa dijadikan sebagai indicator kondisi
tubuh seseorang.
Cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Urin dapat
menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika
molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa


mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin.
Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Seseorang yang sehat secara fisik belum tentu sehat secara
klinis, banyak kemungkinan berbagai penyakit ada didalam dirinya.
Maka seseorang harus melakukan pemeriksaan secara berkala agar
organ didalam tubuh dapat diketahui normal atau sudah tidak
abnormal. Dalam hal menjaga Kesehatan merupakan prioritas utama
dari makhluk hidup apalagi manusia.
Urin sering dianggap hasil buangan yang sudah tidak berguna
lagi. Padahal urin atau air seni sangat berguna dalam pemeriksaan
medis. Urin atau air seni merupakan salah satu cairan fisiologis yang
sering digunakan untuk pemeriksaan (pemeriksaan visual,
mikroskopis dan menggunakan kertas kimia) dan menjadi salah satu
parameter Kesehatan pasien yang diperiksa. Berbagai uji urinalisis
rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta
pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen.
Berat jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik
urine sedimen urine.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa
mampu melakukan pemeriksaan fisika urin meliputi pengujian warna,
bau, pH, bobot jenis, dan sedimen urin (mikroskopik) dan mahasiswa
mampu menganalisis dan menginterpretasikan data klinis
pemeriksaan fisika specimen urin.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisika urin meliputi


pengujian warna, bau, pH, bobot jenis, dan sedimen urin
(mikroskopik).
2. Mahasiswa mampu menganalisis dan menginterpretasikan data
klinis pemeriksaan fisika specimen urin.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Urinalisis berasal dari Bahasa inggris urinalysis inggris
urinalysis yang merupakan gabungan dari kata urine dan analisis.
Kamus Bahasa Indonesia mengartikan urinalisis sebagai
“pemeriksaan secara kimiawi dan dengan mikrokopis terhadap air
kencing. Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik,
kimia dan mikroskopik. Tujuan urinalisis secara umum adalah untuk
mendeteksi kelainan ginjal, saluran kemih, serta untuk mendeteksi
kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh lain seperti hati, saluran
empedu, pancreas dan lain-lain (Anggraini, dkk., 2022).
Pemeriksaan ini juga berguna untuk membantu penegakan
diagnosis untuk penyakit asimptomatik, kongenital, atau yang
diturunkan, untuk membantu perkembangan penyakit, dan untuk
memantau efektifitas pengobatan atau komplikasi. Pemeriksaan urine
secara kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi zat-zat yangs ecara
normal ada didalam urine dan zat-zat yang seharusnya tidak ada
dalam urin. Secara kuantitatif atau semi kuantitatif pemeriksaan urine
bertujuan untuk mengetahui jumlah zat-zat tersebut didalam urine
(Anggraini, dkk., 2022).
Urine adalah salah satu zat ekskretant yang diekskresikan oleh
ginjal. Urine juga sering disebut dengan air kencing atau air seni.
Nama urine itu sendiri dikatakan seperti itu karena kandungan utama
dari urine adalah urea. Selain urea, urine juga mengandung air, zat
warna empedu dan garam-garaman. Normal tidaknya urine
seseorang tergantung dari kandungan didalam urine itu sendiri.
Karena itu urine dapat dijadikan sebagai indicator kondisi tubuh
seseorang (Sabir, dkk., 2021).
Ada beberapa cara pengumpulan urine antara lain adalah urin
porsi Tengah (midstream), dengan kateter dan aspirasi supra pubik.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

Urin porsi tengah biasanya dilakukan pada pengumpulan sampel urin


untuk pemeriksaan urin rutin maupun kultur bakteri. Pengumpulan
sampel urin dengan kateter yaitu dengan melewatkan kateter melalui
uretra ke kandung kemih, teknik ini biasanya untuk pemeriksaan
kultur bakteri. Pengumpulan urin secara aspirasi supra pubik yaitu
pengumpulan urin secara langsung dari kandung kemih dengan
melakukan penusukan dinding abdomen dan kandung kemih yang
terisi menggunakan jarum dan spuit. Urin yang didapat dari aspirasi
supra pubik ini sifatnya steril dan biasanya digunakan untuk
pemeriksaan kultur bakteri khususnya kuman anaerob (Marbun, dkk.,
2023).
Umumnya seseorang memproduksi urine dari 1 hingga 2 liter
per harinya. Namun ada keadaan poliura dimana seseorang
memproduksi urine hingga lebih dari 2,5 liter per hari. Ada juga
keadaan penyakit oliguria yakni penderitanya hanya mampu
memproduksi urine sampai 400 mL saja. Selain itu penderita anoria
ginjalnya hanya bisa memproduksi urine kurang dari 100 mL (Sabir,
dkk., 2021).
Sifat fisik dari urin yaitu, warna; warna urin tergantung
tergantung pada makanan/minuman atau obat-obatan yang
dikonsumsi. Urin berwarna kuning pucat atau kuning pekat jika kental.
Apabila seseorang sering mengkonsumsi air dalam jumlah banyak,
makan warna urin akan terlihat bening muda dan jernih dan akan
keruh jika didiamkan. Bau; urin memiliki bauk has dan cenderung
ammonia jika dibiarkan terlalu lama. Bau urin juga dipengaruhi oleh
makanan atau minuman yang dikonsumsi. Berat urin; berat jenis urin
berkisar antara 1.015-1.035. pada konsumsi normal pH urin berkisar
antara 4,4 hingga 8,0 dengan rata-rata 6,0. pH urin netral adalah 7,0.
Urin dikatakan dalam kondisi asam jika berada pada pH < 5,0 dan bas
ajika pH > 8,0 (Apriyanti, dkk.,2021).

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

Urin normal baunya khas dan tidak keras, disebabkan adanya


bahan bahan asam volatif (mudah menguap), dan mempunyai aroma
yang khas. bau ini penting dilaporkan bila ada bau yang abnormal dan
ada penyebab yang mungkin dicurigai. Fetor hepaticus/bau
apek/pengap dari urine dan napas karena adanya mercaptane, terjadi
pada hepatic encephalopathy. Bau yang keras atau abnormal paling
sering disebabkan karena penyimpanan atau penangan urine yang
kurang baik. Urine yang dibiarkan berbau amoniak disebabkan
pemecahan urea oleh bakteri menghasilkan amoniak (Nugraha, dkk.,
2019).
Apabila urine segar berbau busuk , ini menandakan infeksi
saluran kencing. Apabila terdapat badan keton (aceton dan keton
bodies yang lain) maka urine berbau buah segar manis. Hal ini dapat
terjadi bila dicurigai asidosis metabolic karena kelaparan maupun dala
keadaan koma diabetikum. Apabila urine bayi seperti tikus (mousy)
menunjukkan adanya kelainan bawaan metabolisme asam amino
yang jarang. Jika berbau manis seperti sirup maggi dapat dicurigai
maple sirup disease. Bau urin dapat diakibatkan oleh makanan
tertentu seperti bawang, bir, durian, petai, alcohol, dan lain-lain. Bau
urine juga dapat disebabkan oleh pengaruh obat misalnya penisilin
(Nugraha, dkk., 2019).
Adapun jenis-jenis urin yang biasa digunakan adalah
(Ferdhyanti, 2019) :
a) Urin sewaktu yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang
tidak ditemukan dengan khusus. Urin sewaktu ini biasanya cukup
baik untuk pemeriksaan rutin.
b) Urin pagi adalah urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi
hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang
dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sedimen, berat
jenis, protein dan lain-lain.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

c) Urin postprandial. Sampel ini berguna untuk pemeriksaan terhadap


glukosariak. Urin ini merupakan urin pertama kali dilepaskan 1 ½ -
3 jam sehabis makan. Urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan
penyaring terhadao adanya glukosariak.
d) Urin 24 jam. Apabila diperlukan penetapan kuantitatif sesuatu zat
dalam urin. Urin sewaktu tidak bermakna dalam menafsirkan
proses - proses metabolic dalam badan. Hanya jika urin itu
dikumpulkan selama waktu yang diketahui, dapat diberikan suatu
kesimpulan agar angka analisa dapat diandali khususnya dipakai
urin 24 jam.
2.2 Uraian Bahan
1) Alkohol (Ditjen POM, 2020:537)
Nama Resmi : Alcohol
Nama Lain : ETANOL
RM / BM : C₂HO4 / 46,07 g/mol

Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih,
tidak
berwarna, bau khas dan menyebabkan
rasa terbakar pada lidah, mudah me-
nguap walaupun pada suhu rendah
dan mendidih pada suhu 78°, mudah
terbakar
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis ber
campur dengan semua pelarut organic

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari


api
DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm
15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

2) Aquadest (Ditjen POM, 2020 : 69)


Nama Resmi : AIR MURNI
Nama Lain : Purified Water
RM / BM : H2O/ 18,02 g/mol

Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Jika dikemas, gunakan kemasan
wadah non reaktif yang dirancang
untuk mencegah masuknya mikroba

2.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah :
1. Pemeriksaan Warna Urin
1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi dan
diamati warna urin dalam posisi serong pada cahaya tembus.
3) Hasil pengamatan warna nyatakan dengan : tidak berwarna,
kuning, kuning muda, kuning tua, kemerahan, merah coklat,
kuning merah, biru kehijauan, hitam, gelap, kuning kecoklatan,
dan berbusa.
2. Pemeriksaan Bau Urin
1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

3) Selanjutnya bau urin dicium dengan mengkibas-kibaskan


telapak tangan diatas tabung reaksi yang berisi sampel urin
sampai tercium bau dari urin tersebut.
4) Hasil pengamatan bau dinyatakan dengan bau makanan, bau
obat-obatan, bau amoniak, bau ketonuria, atau bau busuk.
3. Pemeriksaan PH Urin
1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Dipipet urin kedalam plat tetes lalu dicelupkan kertas
lakmus/pH pada urin.
3) Lalu diamati nilai pH dan dicatat.
4. Pemeriksaan Bobot Jenis (BJ) Urin
1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Ditimbang pinkometer kosong.
3) Selanjutnya di pipet urin kedalam piknometer hingga mencapai
mulut piknometer.
4) Setelah itu ditimbang berat piknometer + urin dan dicatat
masing-masing bobotnya.
5. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)
1) Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2) Dimasukkan 10 mL urin kedalam tabung dan diputar selama 5
menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.
3) Setelah disentrifuge, supernatannya dibuang dan diambil
endapannya (sedimen urin), lalu diambil 1-2 tetes dengan pipet
tetes ke objek glass dan ditutup dengan dek glass.
4) Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran
awal 10x dilajutkan pemebsaran 40x.
5) Menggunakan lensa objektif 10x untuk melihat silinder, kristal,
epitel dan elemen lain.
6) Menngunakan lensa 40x untuk melihat eritrosit dan leukosit.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat Praktikum


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah rak tabung,
tabung reaksi, pipet tetes, piknometer dan timbangan analitik.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah urin
sewaktu dan urin pagi
3.3 Cara kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah :
1. Pemeriksaan Warna Urin
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Dipipet kurang
lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi dan diamati warna urin
dalam posisi serong pada cahaya tembus. Hasil pengamatan
warna dinyatakan dengan : tidak berwarna, kuning, kuning muda,
kuning tua, kemerahan, merah coklat, kuning merah, biru
kehijauan, hitam, gelap, kuning kecoklatan, dan berbusa.
2. Pemeriksaan Bau Urin
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Dipipet kurang
lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi. Selanjutnya bau urin
dicium dengan mengkibas-kibaskan telapak tangan diatas tabung
reaksi yang berisi sampel urin sampai tercium bau dari urin
tersebut. Hasil pengamatan bau dinyatakan dengan bau makanan,
bau obat-obatan, bau amoniak, bau ketonuria, atau bau busuk.
3. Pemeriksaan pH Urin
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Dipipet urin
kedalam plat tetes lalu dicelupkan kertas lakmus/pH pada urin.
Lalu diamati nilai pH dan dicatat.
4. Pemeriksaan Bobot Jenis (BJ) Urin
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Ditimbang
pinkometer kosong. Selanjutnya di pipet urin kedalam piknometer

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

hingga mencapai mulut piknometer. Setelah itu ditimbang berat


piknometer + urin dan dicatat masing-masing bobotnya.
5. Pemeriksaan Sedimen Urin (Mikroskopik)
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan. Dimasukkan 10
mL urin kedalam tabung dan diputar selama 5 menit dengan
kecepatan 1500-2000 rpm. Setelah disentrifuge, supernatannya
dibuang dan diambil endapannya (sedimen urin), lalu diambil 1-2
tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan ditutup dengan dek
glass. Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran awal 10x dilajutkan pemebsaran 40x. Menggunakan
lensa objektif 10x untuk melihat silinder, kristal, epitel dan elemen
lain. Menggunakan lensa 40x untuk melihat eritrosit dan leukosit.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Pengumpulan data dan informasi
1. Pemeriksaan Warna, Bau dan pH Urin
No Penilaian Hasil
1. Warna normal urin Kuning muda – kuning tua
Hasil warna urin Urin pagi : kuning
Urin sewaktu : kuning muda
2. Bau urin normal Urin normal yang segar
memiliki bau yang khas
Hasil bau urin Urin pagi : bau khas
Urin sewaktu : bau khas
3. pH urin normal 4,8 - 7,4
Hasil pH urin Urin pagi : pH 6
Urin sewaktu : pH 6
4. *kesimpulan
a. Warna urin Memenuhi/tidak memenuhi
b. Bau urin Memenuhi/tidak memenuhi
c. pH urin Memenuhi/tidak memenuhi
2. Pemeriksaan Sedimen Urin
No. Penilaian Hasil A Hasil B
1. Eritrosit Ada Ada
2. Leukosit Tidak ada Tidak ada
3. Kristal asam urat Ada Ada

Gambar eritrosit = jika


4.
ada

Gambar leukosit = jika Tidak ada Tidak ada


5.
ada

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

Gambar kristal asam


6.
urat = jika ada

3. Pemeriksaan Bobo Jenis Urin

No. Penilaian Hasil

1. Volume piknometer 50 mL

Berat piknometer Urin pagi = 31,86 gram


2.
kosong Urin sewaktu = 32,13 gram
Berat piknometer Urin pagi = 81,49 gram
3.
kosong + urin Urin sewaktu = 81,98 gram
Urin pagi = 49,63 gram
4. Berat urin
Urin sewaktu = 49,85 gram
Rumus perhitungan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑟𝑖𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ =
5. 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛
BJ urine
Urin pagi = 0,9926
6. Hasil BJ urin
Urin sewaktu = 0,997
7. Nilai normal BJ urin 1,015 – 1,025

8. Kesimpulan Memenuhi/tidak memenuhi


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑟𝑖𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
 BJ urin pagi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛
81,49 𝑔𝑟𝑎𝑚−31,86 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿
49,63 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿

= 0,9926 g/mL
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑟𝑖𝑛−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
 BJ urin sewaktu = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑟𝑖𝑛
81,98 𝑔𝑟𝑎𝑚−32,13 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿
49,85 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 50 𝑚𝐿

= 0,997 g/mL

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

4.2 Pembahasan
Urin merupakan salah satu zat yang dikeluarkan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui buang air kecil. Urin sangat
penting dalam proses menjaga homeostatis dalam tubuh, karena
sebagian besar pengeluaran cairan tubuh adalah melalui urin. Normal
tidaknya urine seseorang tergantung dari kandungan didalam urine itu
sendiri. Karena itu urine dapat dijadikan sebagai indikator kondisi
tubuh seseorang, seperti dalam mendeteksi apakah seseorang
menderita dehidrasi ataupun untuk mendeteksi Kesehatan penyakit
diabetes melitus.
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa pemeriksaan
terhadap sampel urin pagi dan sampel urin sewaktu, yaitu
pemeriksaan secara fisik yang meliputi (warna, bau, dan pH urin),
pemeriksaan bobot jenis urin, dan pemeriksaan sedimen urin.
Pada pemeriksaan warna pada sampel urin dilakukan dengan
memperhatikan warna urin melalui cahaya tembus dimana bertujuan
untuk melihat apakah warna urin yang dianalisis tersebut normal atau
abnormal. Setelah dilakukan pengamatan warna pada urin pagi hasil
diperoleh yaitu berwarna kuning. Sedangkan pada urin sewaktu hasil
yang diperoleh yaitu berwarna kuning muda dimana pada warna urin
tersebut memenuhi persyaratan warna urin normal yang berkisar
antara kuning muda sampai kuning tua. Sehingga dari pemeriksaan
warna urin dapat disimpulkan bahwa warna urin yang diperoleh
sesuai dengan teori yang ada mengenai warna urin normal.
Pada pemeriksaan bau pada sampel urin, dimana prinsipnya
itu mengamati bau urin secara langsung menggunakan indera
penciuman dengan cara mengkibas-kibaskan telapak tangan diatas
tabung reaksi yang berisi sampel. Adapun hasil yang diperoleh dari
bau urin pagi dan urin sewaktu yang tercium yaitu bau khas atau bau
pesing dimana memenuhi persyataran bau urin normal.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

Selanjutnya pemeriksaan pH pada urin pagi dan sewaktu


dimana bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman urin sehingga
dapat diketahui keadaan urin dam keadaan asam atau basa. pH urin
normal yaitu 4,8 - 7,4. pH dibawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di
atas 7,0 disebut basa (alkali). Setelah dilakukan pengamatan nilai pH
pada urin pagi dan sewaktu memiliki hasil yang sama yaitu 6 yang
dimana nilai pH urin tersebut termasuk pH golongan asam yang
berarti memenuhi persyaratan.
Pada pemeriksaan bobot jenis pada sampel urin. Tujuan
dilakukan pemeriksaan ini yaitu untuk menentukan kepekatan urin
dengan mengukur bobot jenisnya. Pada penentuan bobot jenis
sampel urin diperoleh hasil yaitu berat piknometer kosong 1 adalah
31,86 gram, berat piknometer kosong 2 adalah 32,13 gram. Berat
piknometer + urin pagi yaitu 81,49 gram dengan volume urin yaitu 50
mL dan menghasilkan bobot jenis sebesar 0,9926 g/mL. kemudian
berat piknometer + urin sewaktu yaitu 81,98 gram dengan volume urin
dan menghasilkan bobot jenis sebesar 0,997 g/mL. Hasil yang
didapatkan yaitu dibawah bobot jenis normal yang dimana bobot jenis
normal berkisar antara 1,015-1,025 yang menandakan bahwa hasil
yang didapat tidak memenuhi persyaratan.
Pada pemeriksaan sedimen urin secara mikroskopik. Tujuan
dari pemeriksaan ini yaitu untuk mengamati komponen-komponen
yang terdapat dalam urin seperti eritrosit, leukosit, dan kristal asam
urat. Sebelum diamati dibawah mikroskop, sampel disentrifuge untuk
menghasilkan endapan yang akan dilihat dibawah mikroskop. Namun,
setelah disentrifuge dengan getaran 2000 rpm selama 5 menit dan
4000 rpm selama 10 menit sampel dan membentuk 2 fase. Kemudian
dilihat dibawah mikroskop dimana pada lensa objektif pembesaran
10x untuk melihat apakah ada kristal asam urat, dan hasilnya ada
kristal asam urat yang terbentuk/terdapat pada sampel urine.
Kemudian pada

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

lensa objektif pembesaran 40x untuk melihat apakah ada leukosit


dan eritrosit. Menurut teori, eritrosit tidak terdapat pada urine normal
dan leukosit juga demikian, hanya sedikit. Namun, pada hasil
pengamatan di mikroskop, ditemukan eritrosit tetapi leukosit tidak
dapat ditemukan sehingga dapat dikatakan bahwa urine tersebut tidak
normal.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

BAB 5 KESIMPULAN DAN PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu pada penguian
warna urin yaitu didapatkan hasil positif berwarna kuning muda-
kuning. Pada pengujian bau pada urin diperoleh hasil yaitu bau khas
atau bau pesing dimana memenuhi persyataran bau urin normal.
Pada pengujian pH pada urin pagi dan sewaktu diperoleh hasil yaitu
pH 6 yang dimana nilai pH urin tersebut termasuk pH golongan asam
yang berarti memenuhi persyaratan. Pada pengujian bobot jenis
didapatkan hasil urin pagi dan urin sewaktu yaitu dibawah bobot jenis
normal yaitu 0,9926 g/mL dan 0,997 g/mL, yang dimana bobot jenis
normal berkisar antara 1,015 g/mL - 1,025 g/mL sehingga disimpulkan
bahwa bobot jenis urin tersebut tidak memenuhi syarat. Pada
pemeriksaan sedimen hasil yang didapatkan setelah disentrifuge
adalah terbentuk endapan/sedimen yang akan dilihat dibawah
mikroskop dan pada perbesaran 10× terdapat kristal asam urat
kemudian pada perbesaran 40× terdapat eritrosit tetapi tidak terdapat
leukosit sehingga urin tersebut dapat dikatakan tidak normal.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu, diharapkan kepada
praktikkan agar melakukan praktikum secara hati-hati agar sampel
yang digunakan tidak tumpah dan mengotori tempat disekeliling meja
agar kita dapat melakukan praktikum secara lancar dan nyaman.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dina Dewi, dkk. 2022. Asuhan Kebidanan Pada Pranikah.


Padang : PT. Global Eksekutif Teknologi.

Apriyanti, Eka, dkk. 2021. Teori Anatomi Tubuh Manusia. Aceh : Yayasan
Penerbit Muhammad Zaini.

Ferdhyanti, A. Ulfa. 2019. Teknik Hitung Leukosit dan Eritrosit Urine.


Sidoarjo : Uwais Inspirasi Indonesia.

Marbun, Meyana., dkk. 2023. Asuhan Kebidanan Pada Pranikah dan


Prakonsepsi. Padang : PT Global Eksekutif Teknologi.

Nugraha, Jusak, dkk. 2019. Analisis Cairan Tubuh dan Urine. Surabaya :
Airlangga University Press.

Sabir, Muhammad., dkk. 2021. Problematika Isu-Isu Hukum Islam


Kontempoter di Indonesia. Jakarta : Kaafah Learning Center.

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

LAMPIRAN
SKEMA KERJA
1) Pemeriksaan Warna Urin

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi


dan diamati warna urin dalam posisi serong pada
cahaya tembus

Hasil pengamatan warna nyatakan dengan : tidak


berwarna, kuning, kuning muda, kuning tua, kemerahan,
merah coklat, kuning merah, biru kehijauan, hitam, gelap,
kuning kecoklatan, dan berbusa.

2) Pemeriksaan Bau Urin

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Dipipet kurang lebih 5 mL urin kedalam tabung reaksi

Selanjutnya bau urin dicium dengan mengkibas-kibaskan


telapak tangan diatas tabung reaksi yang berisi sampel urin
sampai tercium bau dari urin tersebut

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

Hasil pengamatan bau dinyatakan dengan bau


makanan, bau obat-obatan, bau amoniak, bau
ketonuria, atau bau busuk

3) Pemeriksaan pH Urin

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Dipipet urin kedalam plat tetes lalu dicelupkan kertas


lakmus/pH pada urin

Lalu diamati nilai pH dan dicatat


4) Pemeriksaan Bobot Jenis Urin

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Ditimbang pinkometer kosong.

Selanjutnya di pipet urin kedalam piknometer hingga


mencapai mulut piknometer

Setelah itu ditimbang berat piknometer + urin dan


dicatat masing-masing bobotnya

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

5) Pemeriksaan Sedimen Urin

Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

Dimasukkan 10 mL urin kedalam tabung dan diputar


selama 5 menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm.

Setelah disentrifuge, supernatannya dibuang dan


diambil endapannya (sedimen urin), lalu diambil 1-2
tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan ditutup
dengan dek glass.

Selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan


pembesaran awal 10x dilajutkan pemebsaran 40x.

Menggunakan lensa objektif 10x untuk melihat silinder,


kristal, epitel dan elemen lain

Menngunakan lensa 40x untuk melihat eritrosit dan


leukosit

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

LEMBAR KERJA

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177
PEMERIKSAAN FISIKA URIN

DWI ULFA MAHARANI AMITA HASYIM, S.Farm


15020220177

Anda mungkin juga menyukai