OLEH :
WIDYA FERANIKA
1701089
S1-7B
HARI PRAKTIKUM : RABU JAM 14.00
DOSEN PENGAMPU :
apt. Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm
ASISTEN :
1. YENI SURYANINGSIH UTAMI
2. YULINDA ANGGRAINI, S.Farm
1.1 TUJUAN
1. Untuk mengetahui volume, warna, kekeruhan/reaksi, berat jenis dan bau dari
urin.
2. Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urine.
1.2 PRINSIP
Fungsi urine :
• Fungsi bagi tubuh :
untuk membuang zat sisa metabolisme seperti racun atau obat-obatan dari dalam
tubuh. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat. Juga sebagai pengatur
kesetimbangan tubuh seperti tekanan darah.
• Fungsi bagi tanaman :
Sebanyak 70% bahan makanan (nutrisi) yang dikonsumsi manusia dikeluarkan dalam
bentuk air seni. Dalama setahun, seseorang dapat mengeluarkan air kencing kira-kira
sebesar 500 liter. Jumlah ini setara dengan 4 kg nitrogen, 0.5 kg fosfor, dan 1 kg
potasium. Ketiganya termasuk unsur penting dalam pertumbuhan tanaman.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan
berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph urin berkisar
antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta
urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin
yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008). Komposisi urin terdiri dari 95% air dan
mengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara
lain (1) zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat
warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama
NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat –
obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya
hormon Pemeriksaan Makroskopik urin (Ethel, 2003).
1. Volume
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urine seperti umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang
yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urine dalam 24 jam antara 800 –
1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari
2000 ml maka keadaan itu disebut poliuria. Poliuria ini mungkin terjadi pada keadaan
fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang
mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan
patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan
dari edema. Bila volume urine selama 24 jam 300-750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diare, muntah - muntah, deman
edema, nefritis menahun. Anuria adalah suatu keadaan dimana jumlah urine selama
24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak
dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti
didapat pada diabetes mellitus.
2. Warna
Pemeriksaan terhadap warna urine mempunyai makna karena kadang-kadang
dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urine di nyatakan dengan tidak berwarna,
kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau,
putih susu dan sebagainya. Warna urine dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang
di minum maupun makanan. Pada umumnya warna di tentukan oleh kepekatan urin,
makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti
urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin
disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin
menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna
abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang
menyebabkan warna coklat. Warna urine yang dapat disebabkan oleh jenis makanan
atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang
memberikan warna coklat kehitaman pada urine.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh. Biasanya urine segar pada orang normal jernih.
Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan
leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat
amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urine yang telah keruh
pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel,
leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak
3. BJ
Pemeriksaan berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu
pada orang normal antara 1,003 - 1,030 . Berat jenis urin herhubungan erat dengan
diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin
pekat urine makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat
ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan
bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan
demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan
oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang
menahun.
4. Bau
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau
yang abnormal. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai,
obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak
disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urine yang
dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal
dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran
kemih.
5. pH
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena
dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urine normal berkisar antara
4,5 - 8,0 . Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi
petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urine bereaksi
asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum
menjadi amoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu
karbonat atau kalsium fosfat urine dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah
terbentuknya batu urat atau oksalat pH urine sebaiknya dipertahankan basa.
1.4 ALAT DAN BAHAN
1. Pemeriksaan urine secara makroskopis.
Alat :
- Tabung reaksi
- Beker glass
- Gelas ukur
- Kertas pH
Bahan :
- Urine pagi
- Urine sewaktu
- Aquadest
2. Pemeriksaan sedimen urine
Alat :
- Cover glass
- Objek glass
- Mikroskop
- Tabung pemusing
Bahan :
- Urine
- Pewarna Stenheimer-Malbin
1.6 HASIL
= ¿ x 0,001) + 1,015
= 1,02 g/ml
Sedimentasi Urine :
Dari hasil pada gambar yang didapat, adanya kandungan zat-zat pada urine
sampel yaitu :
.
CalCium oxalate Sodium urate
1.7 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan pemeriksaan urine secara
makroskopis dan pemeriksaan sedimen urine. Dari hasil teori sebelumnya telah dijelaskan bahwa
apa itu urine. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi(hipertensi),
dan skrining terhadap status kesehatan umum. Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu
diketahui tentang proses pembentukan urine. Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang
dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk
filtrat 120 ml per menit.
Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang
akhirnya terbentuk 1 ml urine per menit. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin
selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui
kelainan- kelainan di pelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks
adrenal,uterus dan lain-lain.
Pada praktikum kali ini, urin yang digunakan adalah urine 24 jam, urine pagi dan urine
sewaktu. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan urine secara makroskopis dan juga
mikroskopis. Untuk pemeriksaan makroskopis, yang diamati yakni: volume, warna, kekeruhan,
keasaman/reaksi, berat jenis dan bau dari urine. Karena tujuan dari penggunaan urine 24 jam
untuk melihat berapa volume urine yang dihasilkan selama 24 jam. Dari literatur yang didapat
sebelumnya, bahwa untuk volume urine normal selama 24 jam adalah 800-1600 ml/24 jam
tergantung dari pemasukan cairan, penguapan. Dari hasil yang didapat, volume urine 24 jam
praktikan yaitu sebanyak 900 ml/24 jam.
Sedangkan pada uji warna, sampel urine yang digunakan berwarna kuning muda, dari
literatur yang didapat warna urine tersebut masih dibatas normal. Warna kuning muda pada urine
disebabkan oleh karena adaya pigmen dalam urine yaitu urokrom dan urobilin. Urokrom dan
urobilin merupakan hasil pemecahan dari hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang
terdapat didalam sel darah merah yang membawa oksigen untuk didistribusikan keseluruh tubuh.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan bau pada sampel urine. Dari hasil yang didapat
sampek urine praktikan berbau Aromatik, dimana hal ini disebabkan karena adanya pemecahan
ureum dalam urine oleh bakteri. Dari literatur yang didapat untuk bau pada urine masih normal.
Karena uruem yang terdapat dalam urine merupakan zat sisa dari metabolisme protein yang
seharusnya dibuang melauli ginjal.
Setalah di lakukannya pemeriksaan pada bau urine, praktikan melakukan pemerikaan
kekeruhan pada urine, untuk kekeruhan pada urine sampel adalah jernih yang menandakan urine
sampel normal dari literatur yang didapat sebelumnya, karena apabila adanya warna pada urine
menandakan bahwa ada kelainan pada sistem organ tubuh.
Kemudian untuk pemeriksaan selanjutnya dilakukan pemeriksaan pH urine sampel,
dimana pengukuran pH urine menggunakan kertas lakmus. Urine sampel yang digunakan
praktikan mendapatkan rentang pH yaitu 6. Dimana hal tersebut menandakan bahwa urine
sampel yang digunakan masih dibatas normal yaitu 4,7-7,5 menurut literatur yang didapat
sebelumnya.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan penentuan Bj dari urine sampel dengan suhu ruangan
300 C , dimana dari literatur yang didapat bahwa pengukuran Bj atau Berat jenis digunakan untuk
mengukur kemampuan ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine sebagai upaya
mempertahankan homoeostasis dalam tubuh. Kemampuan pemekatan ginjal merupakan salah
satu fungsi pertama yang akan hilang apabila terjadi kerusakan tubular. Range untuk Bj pada
urine normal yang menggunakan urine 24 jam adalah 1,015-1,025 g/ml. dari hasil yang didapat
Bj urine sampel yaitu 1,02 g/ml, maka dapat dinyatakan bahwa urine yang digunakan praktikan
sebagai sampel yaitu masih dibatas normal.
Dari hasil pemeriksaan makroskopis urine dari percobaan kali ini yaitu untuk pH, warna,
bau, Bj, kekeruhan urine sampel masih dalam batas normal menurut literatur yang telah didapat
sebelumnya. Untuk volume urine masih dalam batas normal dari literatur. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya penyakit yang serius pada sampel urine praktikan. Kelebihan
volume urin juga dapat disebabkan karna beberapa faktor seperti banyaknya minum.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sedimen pada urine sampel. Urine yang digunakan
pada pemeriksaan sampel ini adalah urine pagi, yang mana maksud dari urine pagi ini adalah
urin yang di kumpukan pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang
lama, sehingga unsur - unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG
(human chorionic gonadothropin) dalam urine.
Kemudian urine yang ditelah disiapkan diambil 5 ml untuk disentrifus dengan kecepatan
1500 rpm, hal ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat yang terkandung dalam urine sampel
sehingga terbentuk 2 lapisan, dimana lapisan yang dibawah merupakan hasil pengendapan zat-
zat yang terkandung didalam urine sampel. Dimana hal ini dapat mempermudah praktikan untuk
melihat apa saja kandungan pada urine sampel yang digunakan. Setelah dilakukannya sentrifus
dan terbentuk 2 lapisan, kemudian kedua lapisan dipisah yang akan diambil adalah lapisan
bawah. Lapisan diambil menggunakan pipet tetes, dan diteteskan diatas kaca objek kemudian
diteteskan dengan tambahan reagen malbin. Dimana reagen malbin ini berfungsi untuk memberi
warna-warna yang kontras, dan penggambaran yang lebih jelas dari struktur pada hasil endapan
urine sampel yang digunakan. Kemudian tutup dengan cover glass dan diamati dibawah
mikroskop. Hasil gambar yang didapat :
Dari hasil pada gambar yang didapat, adanya kandungan zat-zat pada urine sampel yaitu :
1. Benang mukosa / mucus thread
Adalah suatu temuan pada pemeriksaan urin berupa lendir / mukus yang
berbentuk memanjang seperti benang. Jika hanya terdapat temuan ini saja pada hasil
pemeriksaan urin dan tidak ada kelainan lainnya, maka dianggap normal dan bukan suatu
kelainan.
1.8 KESIMPULAN
Urine merupakan cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Pemeriksaan makroskopis pada urine merupakan untuk menilai warna, kejernihan, dan
bau.
Tes sedimen urin atau tes mikroskopis dipergunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur
sedimen sehingga dipakai untuk mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih, selain itu
tes sedimen urine juga dapat digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ginjal, dan
saluran kemih setelah pengobatan.
Pada pemeriksaan makroskpis disimpulkan bahwa untuk volume, pH (6), bau (aro,atik),
Bj (1,02 ), kekeruhan urine sampel masih dalam batas normal menurut literature.
DAFTAR PUSTAKA
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up): Bagaimana
Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Medika.2012.PemeriksaanUrin.Tersediadi:http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/31/
pemeriksaanurin.html