“ BENDA KETON ”
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
2018
1
DAFTAR ISI ...................................................................... 2
C. Tujuan ...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4
C. Metabolisme ...................................................................... 6
Keton
D. Faktor Pendukung
dan Penghambat ...................................................................... 15
Metabolisme
Keton
E. Akibat Defisiensi ...................................................................... 17
Benda Keton
F. Kebutuhan Benda
Keton pada Anak,
...................................................................... 19
Remaja, Dewasa,
dan Lansia
G. Manfaat
Metabolisme ...................................................................... 19
Keton bagi Tubuh
BAB III PENUTUP ...................................................................... 21
Kesimpulan ...................................................................... 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok
gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi
karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus
fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
Keton adalah keluarga besar dari gugus fungsi senyawa organik yang
merasuk dalam kehidupan sehari- hari kita. Senyawa-senyawa ini
menimbulkan bau wangi pada banyak buah-buahan dan parfum mahal.
Senyawa keton yaitu atom karbon yang dihubungkan dengan atom
oksigen oleh ikatan ganda dua (gugus karbonil).
Keton yaitu suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil.
Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya
dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom
hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses metabolisme senyawa keton ?
2. Apa faktor yang mendukung dan mengahambat ketogenesis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari senyawa keton.
2. Untuk mengetahui sumber dan metabolisme senyawa keton.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat ketogenesis.
4. Untuk mengetahui akibat defisiensi senyawa keton.
5. Untuk mengetahui kebutuhan benda keton dan manfaatnya bagi
tubuh.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keton
Keton diproduksi oleh hati sebagai bagian dari metabolisme asam
lemak. Pada keadaan normal keton akan benar-benar dimetabolisme. Jika
tubuh tidak mendapatkan glukosa untuk energi maka tubuh akan
menggunakan asam lemak tubuh, yang membuat peningkatan produksi
keton. Meningkatnya oksidasi asam lemak merupakan karakteristik
kelaparan yang menyebabkan pembetukan badan keton oleh hati (ketosis).
Badan keton bersifat asam dan jika diproduksi secara berlebihan dapat
menyebabkan kematian.1
Produksi dari komponen ini disebut ketogenesis dan diperlukan dalam
jumlah yang kecil. Biasanya ada 3 jenis badan keton yaitu aseton,
asetoasetat, dan 3 hidroksibutirat. Badan keton diproduksi dari asetil-KoA,
paling banyak terdapat di matriks mitokondria di sel hati.1
Ketogenesis diatur tiga tahap penting yaitu :
1. Peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah yang berasal dari
liposis triasilgliserol di jaringan adiposa. Asam lemak bebas adalah
perkusor badan keton di hati. Hati mengekstraksi sekitar 30% asam
lemak bebas yang melewatinya sehingga pada konsentrasi tinggi
aliran asam lemak yang melewati hati cukup banyak. Maka, faktor
yang mengatur mobilitas asam lemak dalam jaringan adiposa penting
untuk mengontrol ketogenesis.2
2. Setelah diserap oleh hati asam lemak bebas mengalami beta oksidasi
menjadi CO2 atau badan keton triasilgliserol dan fosfolipid.
Masuknya asam lemak ke jalur oksidatif diatur oleh karnitin
palmitoiltransferase I (CPT-I) dan asam lemak lainnya yang terserap
diesterifikasi. Dalam keadaan kenyang aktivitas CPT-I rendah
sehingga oksidasi asam lemak berkurang. Pada keadaan puasa,
aktivitas enzin itu meningkat sehingga oksidasi asam lemak juga
meningkat. Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas pada keadaan
4
lapar, asetil-KoA karboksilase dihambat secara langsung oleh asil-
KoA, dan malonil-KoA menurun, yang membebakan inhibisi terhadap
CPT-I dan memungkinkan lebih banyak asil-KoA yang mengalami
beta oksidasi. Proses ini diperkuat dengan menurunnya rasio insulin.
Jadi oksidasi beta dari asam lemak bebas dikontrol oleh gerbang
masuk CPT-I kedalam mitokondria dan keseimbangan ambilan asam
lemak bebas yang tidak dioksidasi mengalami esterifikasi.2
3. Asetil KoA yang dibentuk dalam oksidasi beta dioksidasi dalam siklus
asam sitrat atau memasuki jalur ketogenesis untuk membentuk badan
keton. Semakin banyaknya asam lemak bebas yang diubah menjadi
badan keton dan semakin sedikit yang dioksidasi melalui siklus asam
sitrat menjadi CO2. Secara teoritis, penurunan konsentrasi
oksaloasetat, terutama di dalam mitokondria, dapat mengganggu
siklus asam sitrat metabolisme asetil-KoA dan mengalihkan oksidasi
asam lemak menuju ketongenesis.2
B. Sumber Keton
Proses lanjutan pada asetil koenzim A yang dihasilkan oleh reaksi
oksidasi asam lemak terdapat dua kemungkinan. Pertama asetil koenzim A
dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat atau alternatif lain yakni
diubah menjadi senyawa keton untuk dikirim ke jaringan periferi. Dalam
siklus asam sitrat, asetil koenzim A bereaksi dengan asam oksaloasetat
menghasilkan asam sitrat. Jadi, ikut sertanya asetil koenzim A dalam siklus
asam sitrat tergantung pada tersedianya asam oksaloasetat dan hal ini
tergantung pula pada konsentrasi karbohidrat. Dalam keadaan berpuasa
atau kekurangan makan, konsentrasi karbohidrat (glukosa) berkurang
sehingga sebagian dari asam oksaloasetat diubah menjadi glukosa.
Karenanya asetil koenzim A dari lemak tidak masuk dalam siklus asam
sitrat, tetapi diubah menjadi asam oksaloasetat, asam hidroksibutirat dan
aseton. Ketiga senyawa tersebut dinamakan senyawa keton. Senyawa dari
asetil koenzim A apabila penguraian lemak terdapat dalam keadaan
berlebihan.1
5
C. Metabolisme Keton
Tempat sintesis : di hati
Bahan yang dibutuhkan : Asetil-KoA
Senyawa yang dihasilkan : badan keton (aseto asetat, β-hidroksi butirat,
dan aseton)
METABOLISME LIPID
6
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut
dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar yaitu emulsi)
dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam
lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan
berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya
kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada
vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini
kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.3
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera
dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam lemak dan
gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses
pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu – waktu jika
membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak
dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi
menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis.
Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang
memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).4
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan
adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah
mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk
ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka
panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat
barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika
harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan
trigliserida ini dinamakan lipolisis.1-2
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan
menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil
metabolism karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur tersebut akan
masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain,
jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil-KoA dapat mengalami
lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai
trigliserida.2
7
Beberapa lipid non – gliserida disintesis dari asetil-KoA. Asetil-
KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya
kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil-KoA
sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-
badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini
dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini
dapat menyebabkan kematian.1-2
8
dehidrogenase yang dikendalikan oleh rasio [NAD+]/[NADH]
mitokondria. Konsentrasi badan keton total dalam darah pada mamalia
cukup gizi secara normal tidak melebihi 0.2 mmol/L, kecuali pada hewan
pemamah biak yang terjadi fermentasi pada rumen. Jaringan pada luar hati
menggunakan badan keton sebagai substrat respirasi. Aliran netto badan
keton dari hati ke jaringan ekstraepatik terjadi karena sintesis aktif oleh
hati dan tingkat pemakaian yang rendah. Situasi sebaliknya terjadi di
jaringan ekstrahepatik.1
9
Badan Keton Berfungsi sebagai Bahan Bakar bagi Jaringan
Ekstrahepatik
Mekanisme enzimatik aktif menghasilkan asetoasetat dari
asetoasetil-KoA di hati, asetoasetat yang telah terbentuk tidak dapat
direaktivasi secara langsung kecuali di sitosol, tempat zat ini digunakan di
jalur yang jauh kurang aktif sebagi perkusor dalam sintesis kolesterol.
Pada jaringan ekstrahepatik, asetoasetat diaktifkan menjadi asetoasetil-
KoA oleh suksinil-KoA-asetoasetat KoA transferase. KoA dipindahkan
dari suksinil-KoA untuk membentuk asetoasetil-KoA. Dengan
penambahan KoA, asetoasetil-KoA dipecah menjadi dua asetil-KoA oleh
tiolase dan dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Jika kadarnya dalam darah
meingkat, oksidasi badan keton meningkat hingga 12 mmol/L perangkat
oksidatif megalami kejenuhan, sehingga konsumsi oksigen diperlukan
besar untuk megoksidasi badan keton.1
Pada kebanyakan kasus, ketonimia disebbakan oleh meningkatnya
produksi badan keton oleh hati dan bukan karena defisiensi pemakainya
oleh jaringan di luar hati. Sementara asetoasetat dan D-(-)-hidroksibutirat
mudah dioksidasi oleh jaringan ekstrahepatik, aseton sulit dioksidasi in
vivo dan umumnya dikeluarkan dari paru.1
10
Tahap Kedua
Setelah diserap oleh hati, asam lemak bebas mengalami oksidasi-β
menjadi CO2 atau badan keton atau teresterifikasi menjadi triasil gliserol
dan fosfolipid. Masuknya asam lemak ke dalam jalur oksidatif diatur oleh
karnitin palmitoiltrasnferase-I (CPT-I), dan asam lemak lainnya yang
terserap diesterifikasi. Dalam keadaan kenyang, aktivitas CPT-I rendah
sehingga oksidasi asam lemak berkunrang. Pada keadaan puasa, enzim ini
meningkat sehingga oksidasi asam lemak juga meningkat. Malonil-KoA,
zat antara awal pada biosintesis asam lemak yang dibentuk oleh asetil-
KoA karboksilase dalma keadaan kenyang adalah inhibitor poten bai CPT-
I. Pada keadaan – keadaan ini, asam lemak bebas masuk masuk ke sel hati
dalam konsentrasi rendah dan hampir semua teresterifikasi menjadi asil-
gliserol dan diangkut keluar hati dalam bentuk lipoprotein berdensitas
rendah (VLDL). Seiring dengan meningktanya konsentrasi asam lemak
bebas bersamaan dengan keadaan lapar, aetil-KoA karboksilase dihambat
oleh asil-KoA, dan malonil-KoA menurun, yang membebaskan inhibisi
terhadap CPT-I dan memungkinkan lebih banyak asil-KoA yang
mengalami oksidasi-β. Proses – proses ini diperkuat dalam keadaan
kelaparan oleh menurunnya insulin/glukagon. Jadi, oksidasi-β dari asam
lemak bebas dikontrol oleh gerbang masuk CPT-I ke dalam mitoondria,
dan keseimbangan asam lemak bebas yang tidak dioksidasi megalami
esterifikasi.1-2
Tahap Ketiga
Asetil-KoA yang dibentuk dalam oksidasi-β dioksidasi dalam
siklus asam sitrat, memasuki jalur ketogenesis untuk membentuk badan
keton. Seiring dnegan meningkatnya kadar asam lemak bebas serum,
semakin banyak asam lemak bebas yang diubah menjadi badan keton dan
semakin sedikit yang dioksidasi melalui siklus asam sitrat menjadi CO2.
Pemisahan asetil-KoA antara jalur ketogenik dan jalur oksidasi menjadi
CO2 diatur sedemikian rupa sehingga energi bebas total yang terserap
dalam ATP yang terbentuk dari oksidasi asam lemak bebas akan konstan
11
sewaktu konsentrasinya dalam serum berubah. Sementara hanya 26 mol
ATP dihasilkan jika asetoasetat adalah produk akhirnya dan hanya 21 mol
jika 3-hidroksibutirat adalah produk akhirnya. Jadi, ketogenesis dianggap
sebagai mekanisme yang memungkinkan hati mengoksidasi asam lemak
dalam jumlah besar meskipun terdapat pembatasan – pembatasan yang
ditimbulkan oleh sistem fosforilasi oksidatif yang terkait erat.2
Secara teoritis, penurunan konsentrasi oksaloasetat, terutama di
dalam mitokondria, dpaat mengganggu kemampuan siklus asam sitrat
memetabolisme asetil-KoA dan mengalihkan oksidasi asam lemak menuju
ketogenesis. Penurunan semacam ini dapat terjadi karena peningkatan
rasio [NADH]/[NAD+] akibat meningkatnya oksidasi-β asam lemak yang
mempengaruhi keseimbangan antara oksaloasetat dan malat. Hal ini
menyebabkan kurangnya osaloasetat dan saat glukoneogenesis meningkat,
yang terjadi ketika kadar glukosa darah rendah. Aktivasi piruvat
karboksilase (mengkatalis perubahan piruvat menjadi oksaloasetat) oleh
asetil-KoA mengurangi sebagian masalah ini, tetapi pada kondisi
kelaparan dan diabetes melitus yang tidak terkontrol, overproduksi badan
keton menyebabkan ketosis.1
12
PEMBENTUKAN DAN METABOLISME SENYAWA KETON
13
dikeluarkan oleh pankreas. Apabila seseorang kekurangan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat, tetapi tidak dapat digunakan oleh sel
karena tidak dapat diubah menjadi glukosa-6-fosfat. Hal tersebut dialami
oleh penderita diabetes. Oleh karena sel tidak dapat menggunakan glukosa,
maka energi yang diperlukan diperoleh dari penguraian lemak dan
metabolisme protein. Sebagai akibatnya pembentukan asetil-KoA
bertambah banyak dan hal ini menyebabkan terbentuknya senyawa keton
secara berlebih.2
Dalam keadaan normal, jaringan dalam tubuh menggunakan
senyawa keton dengan jumlah yang sama dengan yang dihasilkan oleh
hati. Konsentrasi senyawa keton dalam darah sangat rendah (kurang dari 1
mg/ 100ml darah) dan kurang dari 0,1 gram yang dikeluarkan bersama
urine tiap hari. Pada penderita diabetes yang parah, konsentrasi senyawa
keton dapat mencapai 80 mg / 100ml darah. Hal ini disebabkan oleh
karena produksi senyawa keton lebih besar daripada penggunaannya.
Penimbunan senyawa keton dalam darah disebut ketosis dan pengeluaran
melalui urin dapat mencapai 100 gram atau lebih tiap hari (ketonuria).3
Asam asetoasetat terbentuk dari asetil-KoA melalui tiga tahap
reaksi. Tahap pertama dua molekul asetil koenzim A berkondensasi
membentuk asetoasetil koenzim A. Enzim ketotiolase bekerja sebagai
katalis pada reaksi tahap pertama ini. Selanjutnya pada reaksi tahap kedua
asetoasetil koenzim A bereaksi dengan asetil koenzim A dan air
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A. Dalam reaksi ini
enzim hidroksimetilglutaril koenzim A sintetase bekerja seagai katalis.
Reaksi tahap ketiga adalah pemecahan 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim
A menjadi asetil koenzim A dan asam asetoasetat. Bila reaksi tahap 1
sampai dengan tahap 3 dijumlahkan maka dapat dituliskan sebagai berikut
14
Asam asetoasetat yang terjadi secara spontan membentuk aseton
dengan jalan dekarboksilasi. Disamping itu asam 3-hidroksibutirat dapat
dibentuk dari asam asetoasetat dengan jalan reduksi. Enzim yang bekerja
disini ialah D-3-hidroksibtirat-dehidrogenase dengan NADH sebagai
koenzim.4
Pembentukan asam asetoasetat dan 3-hidroksibutrat berlangsung
terutama dalam hati. Kedua senyawa tersebut adalah sumber energi bagi
pernafasan dalam sel. Otot jantung menggunakan asam asetoasetat sebagai
sumber energi, sedangkan sel otak dalam keadaan normal menggunakan
glukosa sebagai sumber energi, tetapi dalam kelaparan atau diabetes, sel
otak juga dapat menggunakan asam asetoasetat sebagai sumber energi.4
15
yang melewati hati cukup banyak. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
mengatur mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa penting untuk
mengontrol ketogenesis.
4. Peningkatan kadar asam lemak bebas serum
Semakin meningkatnya kadar asam lemak bebas serum maka secara
proporsional akan lebih banyak lagi asam lemak bebas yang
dikonversi menjadi badan keton. Terdapat 3-Hidroksi -3-metilglutaril-
KoA sintase dan 3-Hidroksi-3-metilglutaril-KoA liase di mitokondria.
Kondensasi asetoasetil-KoA dengan molekul lain asetil KoA oleh 3-
Hidroksi -3-metilglutaril-KoA sintase membentuk 3-Hidroksi -3-
metilglutaril-KoA sintase (HMG-KoA). 3-Hidroksi-3-metilglutaril-
KoA liase kemudian menyebabkan asetil-KoA terlepas dari HMG-
KoA, yang menyisakan asetoasetat bebas. Atom-atom karbon yang
terlepas di molekul asetil KoA berasal dari molekul asetoasetil-KoA
awal.5
5. Pada keadaan normal, sebagian besar asetil KoA yang terbentuk akan
memasuki siklus krebs. Akan tetapi, jika konsumsi karbohidrat sangat
sedikit seperti pada kasus kelaparan atau diet ketat, atau jika glukosa
tidak dapat digunakan seperti pada diabetes mellitus, maka
metabolisme lemak akan meningkat sebagai kompensasi kekurangan
glukosa. Masuknya asetil KoA ke siklus krebs tergantung dari
ketersediaan asam oksaloasetat, yang akan mengubah asetil-KoA
menjadi asam sitrat.5
Faktor Penghambat :
1. Gangguan oksidasi asam lemak
Hal ini dapat menyebabkan hipoglikemia. Hal ini terjadi pada
berbagai keadaan defisiensi karnitin atau defisiensi enzim esensial
pada oksidasi asam lemak.4-5
Contoh : karnitin palmitoiltransferase. Atau inhibisi asam lemak oleh
racun, misalnya hipoglisin.
16
2. Tidak adanya ATP dan co-enzyme A
Enzim asil Ko-A sintetase (tiokinase) tidak dapat mengkatalis
perubahan asam lemak (asam lemak bebas) menjadi asam lemak aktif.
3. Rendahnya laju oksidasi asam lemak di hati
4. Penurunan Oksaloasetat di mitokondria
Dapat mengganggu kemampuan siklus asam sitrat memetabolisme
asetil Ko-A dan mengalihkan oksidasi asam lemak menuju
ketogenesis. Penurunan semacam ini dapat terjadi karena
meningkatnya rasio [NADH]/[NAD+] akibat meningkatnya oksidasi-β
asam lemak yang mempengaruhi keseimbangan antara oksaloasetat
dan malat, yang dapat menyebabkan menurunnya konsentrasi
oksaloasetat dan saat glukoneogenesis meningkat, yang terjadi ketika
kadar glukoda darah rendah.6
5. Defisiensi CPT-I
Menyebabkan berkurangnya oksidasi asam lemak dan ketogenesis,
disertai hipoglikemia.
6. Defisit karbohidrat menyebabkan pembentukan asam oksaloasetat
berkurang dan oksidasi lemak menjadi tidak lengkap.6
17
Defisiensi CPT-II tertutama mengenai otot rangka, dan jika parah, hati.
Obat sulfonilurea (gliburid [glibenklamid] dan tolbutamid), yang
digunakan dalam pengobatan diabetes melitus tipe 2, mengurangi oksidasi
asam lemak, dan karenanya hiperglikemia dengan menghambat CPT-I.2-3
Defek herediter pada enzim-enzim oksidasi-β dan ketogenesis juga
menyebabkan hipoglikemia nonketotik, koma, dan perlemakan hati. Defek
dapat terjadi pada 3-hidroksiasil-KoA dehidrogenase rantai panjang dan
rantai pendek (defisiensi pada enzim rantai-panjang dapat menyebabkan
perlemakan hati akut pada kehamilan). Defisiensi 3-Ketoasil-KoA tiolase
dan HMG-KoA liase juga memengaruhi penguraian leusin, yakni suatu
asam amino ketogenik.8
Jamaican vomiting sickness (penyakit muntah Jamaika) timbul
karena menyantap buah mentah pohon akee yang mengandung toksin
hipoglisin yang menginaktifkan asil KoA dehidrogenase (rantai sedang
dan rantai-pendek) menghambat oksidasi-β dan menyebabkan
hipoglikemia. Asiduria dikarboksilat ditandai oleh ekskresi asam C6-C10
ω-dikarboksilat dan oleh hipoglikemia nonketotik, serta disebabkan oleh
kurangnya asil-KoA dehidrogenase (rantai sedang) di mitokondria.
Penyakit Refsum adalah suatu penyakit neurologik yang jarang terjadi
akibat kelainan metabolik yang menyebabkan akumulasi asam fitanat yang
ditemukan dalam produk susu serta daging dan lemak pemamah biak.
Asam fitanat diperkirakan memiliki efek patologis terhadap fungsi
membran, prenilasi protein, dan ekspresi gen. Sindrom Zellweger
(serebrohepatorenal) adalah penyakit herediter jarang yang terjadi pada
orang dengan ketiadaan peroksisom di semua jaringan. Pada sindrom ini
terjadi penimbunan asam polienoat C26-C38 di jaringan otak dan pasien
juga memperlihatkan lenyapnya fungsi keseluruhan peroksisom. Penyakit
ini menyebabkan gejala saraf berat dan sebagian besar pasien meninggal
dalam tahun pertama kehidupan.9
Adanya badan keton dalam jumlah melebihi kadar normal dalam
darah atau urin masing-masing disebut ketonemia (hiperketonemia) atau
ketonuria. Secara keseluruhan, keduanya disebut ketosis. Bentuk dasar
18
ketosis terjadi pada keadaan kelaparan dan berupa berkurangnya
karbohidrat yang tersedia disertai oleh mobilisasi asam lemak bebas. Pola
umum metabolisme ini mengalami peningkatan berlebihan sehingga
timbul keadaan patologis, seperti dijumpai pada diabetes melitus, yang
tipe 2-nya kini semakin sering dijumpai di negara-negara Barat; twin lamb
disease dan ketosis pada sapi menyusui. Bentuk nonpatologis ketosis
ditemukan pada kondisi pemberian makan tinggi lemak dan setelah
berolah raga berat pada keadaan pasca-absorptif. Asam asetoasetat dan 3-
hidroksibutirat adalah asam berkekuatan sedang dan akan disangga jika
terdapat di dalam darah atau jaringan lain. Namun, ekskresi keduanya
secara terus menerus dalam jumlah besar akan secara progresif
mengurangi cadangan basa sehingga timbus ketoasidosis. Pada diabetes
melitus yang tak-terkontrol, hal ini dapat berakibat fatal.5
19
Badan keton terdiri dari tiga bentuk, yaitu asam asetoasetat, asam
beta-hidroksibutirat, dan aseton. Asam asetoasetat dan asam beta-
hidroksibutirat digunakan untuk bahan bakar otak dan otot, tetapi tubuh
tidak dapat memecah aseton sehingga mengeluarkannya dalam urin.
Aseton atau badan keton berlebih dalam darah dan urin dapat menjadi
tanda dari penyakit metabolisme yang serius dan dokter sering
menggunakan pengukuran jumlah badan keton sebagai alat dalam
diagnosis penyakit tersebut.11
Pada kasus kelaparan, setelah terjadi penurunan kadar glukosa
dalam darah selama tiga hari, otak mendapat 30% energinya dari badan
keton. Setelah 40 hari, jumlah tersebut naik menjadi 70%. Otak
menghemat kebutuhan glukosa karena badan keton bisa dipecah menjadi
energi hanya di mitokondria sedangkan sel akson saraf otak terlalu jauh
dari mitokondria.11
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksidasi asam lemak di mitokondria menyebabkan terbentuknya
sejumlah besar ATP melalui suatu proses yang disebut oksidasi-β
yang memecah unit-unit asetil-KoA secara sekuensial dari rantai
asil lemak. Asetil-KoA dioksidasi dalam siklus asam sitrat yang
juga menghasilkan ATP.
Badan Keton dibentuk di mitokondria hati jika laju oksidasi asam
lemak tinggi. Jalur ketogenesis melibatkan sintesis dan pemecahan
3-hidroksi-3metilglutaril-KoA sintase dan HMG-KoA liase.
Ketogenesis mempunyai faktor pendukung dan penghambat.
Contohnya adalah peningkatan oksidasi asam lemak sebagai faktor
pendukung dan gangguan oksidasi asam lemak sebagai
penghambat.
Badan keton digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan
energi saat tubuh mengalami gangguan metabolisme, terutama
gangguan metabolisme karbohidrat.
21
DAFTAR PUSTAKA
22