TUGAS BAKTERIOLOGI 2
Jalur Masuknya Mikroorganisme ke Tubuh Manusia
Dosen Pembimbing
Suliati, S.Pd, S.Si, M.Kes
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami. Karena rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas bakteriologi 2 yaitu pembuatan makalah yang berjudul Jalur
Masuknya Mikroorganisme ke Tubuh Manusia dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas bakteriologi 2 dan
dengan harapan kami dan para pembaca makalah ini khususnya Mahasiswa Analis Kesehatan
dapat menambah wawasan tentang bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh
manusia khususnya bakteri.
Kami menyadari bahwa tugas yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun, guna kesempurnaan tugas kami selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir, khususnya kepada dosen mata
kuliah bakteriologi 2 sebagai pembimbing kami. Kami berharap agar tugas makalah ini dapat
bermanfaat dan dijadikan sebagai media pembelajaran bagi kami dan pembaca.
Penyusun
iii
Daftar Isi
Halaman Judul..................................................................................................................i
Kata pengantar................................................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................................iii
Daftar Gambar...............................................................................................................iv
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Saluran Penapasan...............................3
2.2 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Saluran Pencernaan............................10
2.3 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Saluran Genitouriner..........................18
2.4 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Kulit...................................................22
Daftar Gambar
2.1 Silia..........................................................................................................3
2.2 Streptococcus pneumoniae......................................................................5
2.3 Mycobacterium tuberculosis...................................................................6
2.4 Mekanisme penyebaran bakteri TBC......................................................7
2.5 Haemophilus influenza............................................................................7
2.6 Bordetella pertussis.................................................................................9
2.7 Sistem pencernaan manusia dan jenis penyakit yang ditimbulkan.......10
2.8 Salmonella sp........................................................................................10
2.9 Escherichia coli.....................................................................................12
2.10 Penyakit yang disebabkan infeksi E. coli............................................13
2.11 Shigella................................................................................................14
2.12 Vibrio collera.......................................................................................15
2.13 Bisul.....................................................................................................23
2.14 Staphylococcus aureus........................................................................23
2.15 Burkholderia psudomallei...................................................................24
2.16 Luka/borok..........................................................................................24
2.17 Clostridium tetani................................................................................25
2.18 Spasme................................................................................................25
1
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di sekelilingnya.
Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada permukaan tubuh, di dalam
mulut, hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya. Mikroorganisme dapat menyebabkan
banyak penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad. Penyakit
infeksi merupakan masalah terbesar di dunia dan merupakan penyakit yang frekuensi
kejadiannya masih lebih besar daripada jenis penyakit yang lain. Penyebab penyakit
infeksi adalah bakteri, jamur, virus dan parasit. Infeksi terjadi karena adanya interaksi
antara mikroorganisme dengan hospes dengan melalui berbagai cara baik melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan yang berasal dari makanan, saluran genitouriner maupun
kontak langsung dengan kulit.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri, virus dan
parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini
adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia
dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif,
bagaimanapun dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke
dalam tubuh manusia. Dengan demikian akan mengurangi resiko terinfksi oleh
mikroorganisme.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernapasan.
2. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pencernaan.
3. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui genitouriner.
4. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui kulit.
3
Bab II
Pembahasan
2.1 Jalur Masuknya Mikroorganisme Melalui Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga
saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga
faring. Ujung atas saluran berhubungan langsung dengan udara, sedangkan ujung bawah
saluran pernapasan mempunyai permukaan yang luas dengan dinding yang sangat tipis
yang berhubungan erat dengan pembuluh darah. Walaupun mempunyai sistem
pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan
terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai infeksi
saluran pernapasan.
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius.
Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Saluran
pernafasan sering terinfeksi patogen, karena kontak langsung dengan lingkungan dan
secara terus menerus terpapar oleh mikroorganisme yang terdapat dalam udara yang
dihirup. Beberapa mikroorganisme sangat virulen dapat menyebabkan infeksi, minimal
pada orang yang rentan. Lingkungan saluran pernafasan yang lembab dan hangat,
merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Saluran pernapasan
bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme karena adanya lendir dan silia.
Gambar silia yang ada pada saluran pernapasan ditunjukkan oleh gambar 2.1.
Gambar 2.1 Silia yang ada pada saluran pernapasan yang menyebabkan saluran pernapasan
bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme
Penyebab infeksi pada saluran pernafasan bisa bermacam-macam dan salah satunya
adalah bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular melalui berbagai cara seperti melalui udara,
droplet, air, dan lain-lain. Terdapat beberapa bakteri yang ada di saluran pernapasan,
diantaranya:
4
- H. Influenzae
- Neisseria gonorrhoeae
- Neisseria meningitidis
- Branhamella catarrhalis
- Pseudomonas aeruginosa.
- Chlamydia trachomatis
- Legionella spp.
- Berbagai virus
a. Streptococcus pneumoniae
Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram positif berbentuk
diplokokus dan seperti lanset (lihat gambar 2.2). Namun pada perbenihan tua dapat
nampak sebagai negatif Gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak
berflagel). Streptococcus pneunomiae adalah anaerob fakultatif, larut dalam empedu
dan merupakan alfa hemolitis. Selubungnya terutama dibuat oleh jenis yang virulen.
Streptococcus pneunomiae tumbuh pada pH normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat
tumbuh pada suhu di bawah 25°C dan di atas 41°C, melainkan tumbuh dengan suhu
optimum 37,5°C. Glukosa dan gliserin meningkatkan perkembangbiakannya, tapi
bertambahnya pembentukan asam laktat dapat menghambat dan membunuhnya,
kecuali jika ditambahkan kalsium karbonat 1% untuk menetralkannya.
b. Mycobacterium tuberculosis
6
Mikroba yang termasuk kelompok ini bersifat tahan asam, berbentuk batang halus,
tidak bergerak, tidak membentuk spora dan bersifat aerobic. Struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis bisa dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri penyebab penyakit
TBC
c. Haemophilus influenzae
Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai ukuran (1 µm X 0.3 µm). Bakteri ini
berbentuk cocobacillus dan tergolong bakteri Gram negatif serta tergolong anaerob
fakultatif. Struktur bakteri Haemophilus influenzae ditunjukkan oleh gambar 2.5.
Gambar 2.5 Bakteri Haemophilus influenzae yang biasa diasosiasikan dengan penyakit
saluran pernafasan kronik, dan merupakan penyebab penyakit-penyakit invasif seperti
meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis akut
Pada tahun 1930, bakteri ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu koloni R yang dibentuk
oleh kuman-kuman tak bersimpai (NTHi) dan koloni S yang dibentuk oleh kuman-
kuman bersimpai. Kuman-kuman koloni S dianggap virulen dan secara serologik
dibagi dalam 6 tipe berdasarkan simpainya: a,b,c,d,e, dan f. Penyelidikan-
penyelidikan menunjukkan bahwa H. influenzae tak bersimpai (rough) biasa
diasosiasikan dengan penyakit saluran pernafasan kronik, terutama pada orang
dewasa. Sedangkan H. influenzae bersimpai merupakan penyebab penyakit-penyakit
invasif seperti meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis
akut. Salah satu jenis dari kuman bersimpai ini adalah H. influenzae tipe b (Hib), yang
merupakan penyebab sebagian besar penyakit invasif, termasuk penyakit pneunomia
dan meningitis bakterial akut pada bayi dan anak-anak.
8
H. influenzae sangat peka terhadap disinfektan dan kekeringan. Kuman ini tumbuh
optimum pada suhu 37°C dan pH 7,4-7,8 dalam suasana CO2 10%. Kuman ini juga
tumbuh subur sebagai satelit Stafilokokus karena Stafilokokus menghasilkan faktor V.
Infeksi oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat
bersin atau batuk. H. influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama
penting pada penyakit paru kronik.
d. Bordetella pertussis
Penyakit pertusis atau batuk rejan (whooping chough) atau batuk seratus hari
merupakan penyakit akut saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk paroksismal.
Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella pertussis yang untuk pertama kalinya
diasingkan oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906.
Bordetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,
berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk
kuman biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik. Bentuk
koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya.
Bentuk-bentuk filament dan batang-batang tebal umum dijumpai. Bakteri ini
merupakan gram negative dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat terlihat granula
bipolar metakromatik. Bakteri Bordetella pertussis ditunjukkan oleh gambar 2.6.
Gambar 2.6 Bakteri Bordetella pertussis yang menyebabkan penyakit pertusis atau batuk
rejan (whooping chough)
Gambar. 2.7 Sistem pencernaan manusia dan jenis penyakit yang ditimbulkan
Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup
dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Sebagai bakteri
yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa factor virulen yang
membantu bakteri menyerang induk semangnya yaitu saluran pencernaan manusia.
Shiga like toxin (SLT) atau shiga toxin yaitu Stx1dan Stx2 adalah salah satu factor
virulen dari E. coli O157: H7 yang utama. .interaksi antara entheromorphoragic E.coli
(EHEC) dan sel epitel pada bakteri E.colli dapat dilihat pada gambar 2.9.
Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam lumen usus manusia dapat
masuk ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat adanya factor virulen yang lain
yaitu intimin. Faktor virulen intimin dapat menyebabkan munculnya attaching dan
effacing lesions sehingga terjadi locus of enterocyte effacement (LEE). Bakteri
EHEC menghasilkan factor protein EspA dan EspB yang dapat membantu terjadinya
penempelan pada epithel usus, dengan dibantu adanya gene eae yang terdapat pada
bakteri EHEC. Setelah bakteri EHEC berhasil menempel pada epithel usus dan
menimbulkan lesi maka bakteri dan toxin yang telah dihasilkan dalam lumen usus
dapat menembus ke bagian lapisan yang lebih dalam dan menembus lapisan endothel
sehingga masuk kedalam aliran darah. Factor virulen hemolysin (hlyA) dikode oleh
adanya factor plasmid yang terdapat di dalam bakteri EHEC. Pada Gambar 2.14 dapat
dilihat proses penempelan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada permukaan
lumen usus. EHEC yang menempel pada sel epithel akhirnya menyebabkan terjadinya
attaching dan effacing lesion yang diikuti dengan lepasnya microvilli serta terjadinya
bentuk perlekatan “pedestal”. Kemudian Shiga toxin yang telah dihasilkan akan
masuk ke bagian yang lebih dalam dan meninggalkan lumen sehingga menyebabkan
efek sistemik.
Bakteri E. coli O157: H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi
yang sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong dapat
13
c. Shigella dysenteriae
d. Vibrio cholera
15
Pylori mampu bertahan dalam lingkungan yang asam. Motilitas bakteri sangat penting
pada kolonisasi, dan flagel H. Pylori sangat baik beradaptasi pada lambung. H. pylori
menyebabkan peradangan pada lambung terus - menerus. Respon peradangan ini
mula – mula terdiri dari penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma, dan
makrofag, bersamaan dengan terjadinya kerusakan sel epitel. Karena H. Pylori sangat
jarang menginvasi mukosa lambung, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel /
melekatnya bakteri pada sel epitel. Patogen tersebut dapat terikat pada MHC class
dipermukaan sel eptel gaster dan menginduksi terjadinya apoptosis. Epitel lambung
pasien yang terinfeksi H. Pylori meningkatkan kadar interleukin-1β, interleukin-2,
interleukin-6, interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. Infeksi Helicobacter
Pylori merangsang timbulnya respon humoral mukosa dan sistemik. Produksi antibodi
yang terjad itidak dapat menghilangkan eradikasi infeksi, bahkan menimbulkan
kerusakan jaringan.
f. Clostridium perfringens
Ciri-ciri:
- Batang gram positif
- Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai
- Berkapsul
- Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik
- Anaerobik
- Menghasilkan eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi jaringan
disertai gelembung gas dan keluarnya nanah)
Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F, berdasarkan pada
toksin-toksin yang secara antigenik berbeda, yang dihasilkan oleh setiap galur. Tipe A
adalah galur yang menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens. Peracunan
disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di rongga usus. Spora
akan menghasilkan eksotoksin yang enterostatik sehingga menyebabkan penyakit.
Habitat
Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus
manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat bertahan di
tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran manusia atau hewan.
Infeksi dan virulensi
Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan ´perfringens´ yang
merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan makanan yang disebabkan
oleh C. perfringens . Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram
17
perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak C. perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan.
Keracunan perfringens didiagnosis dari gejala-gejalanya dan waktu dimulainya gejala
yang agak lama setelah infeksi. Lamanya waktu antara infeksi dan timbulnya gejala
merupakan ciri khas penyakit ini. Diagnosis dipastikan dengan memeriksa adanya
racun dalam kotoran pasien. Konfirmasi secara bakteriologis juga dapat dilakukan
apabila ditemukan sangat banyak bakteri penyebab penyakit di dalam makanan atau
di dalam kotoran pasien.
Dalam sebagian besar kasus, penyebab sebenarnya dari keracunan oleh C.
perfringens adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan yang telah
disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini seringkali muncul setelah makanan dimasak,
dan berlipat ganda hingga tingkat yang dapat menyebabkan keracunan selama proses
pendinginan dan penyimpanan makanan. Daging, produk daging, dan kaldu
merupakan makanan-makanan yang paling sering terkontaminasi.
Keracunan perfringens paling sering terjadi dalam kondisi pemberian makan
bersama (misalnya di sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah perawatan, penjara,
dll.) di mana sejumlah besar makanan disiapkan beberapa jam sebelum disajikan.
18
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
Mobilitas menurun
Nutrisi yang sering kurang baik
19
Disebabkan oleh bakteri atau virus yang menginfeksi urin dan mencapai ginjal
dengan melalui ureter atau dari aliran darah. Walaupun banyak bakteri dan virus yang
menyebabkan pielonefritis, tetapi bakteri paling umum adalah Escherichia coli.
c. Gonore
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang
umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus.
Pria maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya
ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi. Bakteri penyakit ini
bisa menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma),
mata, dan tenggorokan.
Gonore paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal,
mainan seks yang terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap
digunakan, dan berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Bayi juga bisa
terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit gonore dan umumnya
menjangkiti mata bayi, hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan permanen.
Bakteri gonore tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang
lama, itu sebabnya gonore tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan,
berbagi handuk, kolam renang, berbagi gelas, ciuman, dan pelukan.
d. Uretritis
Sebagian besar episode uretritis disebabkan oleh infeksi oleh bakteri yang
memasuki uretra dari kulit sekitar lubang uretra. Bakteri yang umumnya
menyebabkan uretritis meliputi:
E. Coli dan bakteri lainnya hadir dalam tinja.
Gonococcus, yang menular secara seksual dan menyebabkan gonore.
Chlamydia trachomatis, yang menular secara seksual dan menyebabkan
klamidia.
Virus herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2) juga dapat menyebabkan uretritis.
Trichomonas adalah penyebab lain dari uretritis, organisme bersel satu yang
menular secara seksual.
Infeksi menular seksual seperti gonore dan klamidia biasanya terbatas pada uretra,
dan juga bisa meluas ke organ reproduksi wanita, menyebabkan penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease/ PID).
21
Gambar 2.13 Bisul yang menyerang punggung akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus
b. Burkholderia pseudomallei
Bakteri Burkholderia pseudomallei adalah bakteri yang menyebabkan
penyakit Melioidosis. Bakteri tersebut hidup di bawah permukaan tanah pada musim
kering tetapi setelah curah hujan yang deras ditemukan dalam permukaan air dan
lumpur dan dapat juga naik di udara. Bakteri Burkholderia pseudomallei (lihat
gambar 2.15) yang menyebabkan meliodosis biasanya masuk ke dalam tubuh lewat
luka atau borok di kulit (lihat gambar 2.16) atau melalui penghirupan debu atau titis
kecil dan sangat jarang disebabkan karena minum air yang terkontaminasi.
Gejala meliodosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan hal ini
bervariasi. Sering bermula sebagai infeksi dada dengan gejala sulit bernafas, batuk
berlendir dan demam. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk demam disertai
sakit kepala dan kebingungan, atau rasa sakit waktu kencing dan/atau kesulitan
kencing. Orang bisa jatuh sakit 1 sampai 21 hari setelah terinfeksi dan permulaan
gejala bisa tiba-tiba atau pelan-pelan. Infeksi meliodosis dapat mematikan sehingga
dibutuhkan perhatian dokter yang urgen dan pengobatan dengan antibiotic tertentu.
Dalam kasus tertentu penyakit bermula secara jauh lebih pelan dengan gejala
24
pengurangan berat badan, demam yang terputus-putus, sakit dada dan batuk. Ada
orang tertentu yang memiliki gejala borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau
tulang. Pernah ada juga beberapa kasus di mana penyakitnya menyebabkan orang
jatuh sakit setelah banyak tahun sudah berlalu sejak infeksi pertama. Dalam kasus-
kasus tersebut, bakterinya telah dibawa oleh yang bersangkutan dan telah menjadi
aktif oleh karena sistem kekebalannya menjadi lebih lemah. Diagnose meliodosis
dibuat dengan cara mengembangkan bakterinya melalui pemeriksaan laboratorium
terhadap darah, ludah, air kencing, atau usapan dari abses atau borok yang tidak
sembuh-sembuh.
Gambar 2.16 Luka atau borok sebagai tempat masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei
c. Clostridium tetani
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf pusat
yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan. Gejala klinis utama disebabkan
oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh spore-forming bakteri
gram positif obligat anaerob Clostridium tetani (lihat gambar 2.17). Infeksi seringkali
timbul melalui Spora Clostridium tetani yang biasanya masuk kedalam tubuh melalui
25
luka pada kulit karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali
pusat (Tetanus Neonatorum). Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula
spasme otot pada daerah mulut (trismus atau lockjaw), yang akan diikuti dengan
kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain (lihat gambar 2.18).
4-8 Pasien dalam keadaan sadar penuh dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan
ketakutan akan timbul kembali spasme berulang.
Tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia meskipun
telah terjadi penurunan insidens sejalan dengan pelaksanaan program imunisasi
terhadap tetanus.
Gambar 2.18 Clostridium tetani yang meneyebabkan spasme otot pada daerah mulut yang diikuti
dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain
26
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia terbagi menjadi 4, yaitu melalui saluran
perafasan, saluran pencernaan, kulit dan saluran genitouriner.
2. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pernapasan melalui berbagai cara, diantaranya
bersin, kontak dengan penderita, dan udara.
3. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pencernaan melalui berbagai cara, diantaranya
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari–jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen
4. Mikroba dapat masuk kedalam kulit melalui berbagai cara, diantaranya mealui luka
baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan
kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang
utuh
5. Mikroba dapat masuk kedalam saluran geitouriner melalui berbagai cara, diantaranya
melalui jalur asenden, desenden, dan limfatik.
3.2 Saran
1. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca khususnya
kepada peneliti untuk dapat meningkatkan pemahamannya cara masuk mikroba ke
dalam tubuh manusia agar dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan, dan dapat
meningkatkan taraf kehidupan bagi manusia yang lain.
2. Penulis juga menyarankan kepada para mahasiswa untuk lebih meningkatkan minatnya
serta pemahamannya mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia agar
dapat menjadi generasi selanjutnya yang lebih baik.
3. Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang
menunjang.
27
Daftar Pustaka
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/26/bakteri-patogen-pada-saluran-pernafasan/
https://ghazalurrizqi.wordpress.com/bakteri-penyebab-infeksi-saluran-nafas/
http://anjarrth.blogspot.com/2015/01/penyakit-pada-sistem-genitourinaria.html
https://oeypatrick.wordpress.com/2012/12/05/infeksi-saluran-kemih/
https://www.alodokter.com/cystitis.html
https://hellosehat.com/penyakit/pielonefritis-infeksi-ginjal/
https://www.alodokter.com/gonore
https://doktersehat.com/uretritis/