Anda di halaman 1dari 31

i

TUGAS BAKTERIOLOGI 2
Jalur Masuknya Mikroorganisme ke Tubuh Manusia

Dosen Pembimbing
Suliati, S.Pd, S.Si, M.Kes

Disusun Oleh D3 Semester 3


Rainanda Aulia Putri Dewi Olivia Hasniaty
Cindy Anggraeni Apsari D. Getania Aprilly Pramudya
Aisyah Amini Rossita Prastiwi
Afwatul Jazila Veli Indriyani
Syahrima Izzati fazriana Fatimatus Zahro
Nur Asifatul Mahmuda Raga Pujianti
Novita Dewi Maulida Vira Anita Ratnamulya
Kutsia Afantin Alfi Saidatul Muniroh
Mufidah Bagaskara Tirta Mondial
Hilda Ista Dewanti

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


TAHUN AJARAN 2017/2018
Jl. Karang Menjangan No. 18A Surabaya
Telp. (031) 5020718
ii

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami. Karena rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas bakteriologi 2 yaitu pembuatan makalah yang berjudul Jalur
Masuknya Mikroorganisme ke Tubuh Manusia dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas bakteriologi 2 dan
dengan harapan kami dan para pembaca makalah ini khususnya Mahasiswa Analis Kesehatan
dapat menambah wawasan tentang bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh
manusia khususnya bakteri.
Kami menyadari bahwa tugas yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan
yang bersifat membangun, guna kesempurnaan tugas kami selanjutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan tugas ini dari awal sampai akhir, khususnya kepada dosen mata
kuliah bakteriologi 2 sebagai pembimbing kami. Kami berharap agar tugas makalah ini dapat
bermanfaat dan dijadikan sebagai media pembelajaran bagi kami dan pembaca.

Surabaya, 16 Oktober 2018

Penyusun
iii

Daftar Isi

Halaman Judul..................................................................................................................i

Kata pengantar................................................................................................................ii

Daftar isi..........................................................................................................................iii

Daftar Gambar...............................................................................................................iv

Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................2

Bab II Pembahasan
2.1 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Saluran Penapasan...............................3
2.2 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Saluran Pencernaan............................10
2.3 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Saluran Genitouriner..........................18
2.4 Jalur Mauknya Mikroorganisme Melalui Kulit...................................................22

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan .........................................................................................................26
3.2 Saran....................................................................................................................26

Datar Pustaka ................................................................................................................27


iv

Daftar Gambar
2.1 Silia..........................................................................................................3
2.2 Streptococcus pneumoniae......................................................................5
2.3 Mycobacterium tuberculosis...................................................................6
2.4 Mekanisme penyebaran bakteri TBC......................................................7
2.5 Haemophilus influenza............................................................................7
2.6 Bordetella pertussis.................................................................................9
2.7 Sistem pencernaan manusia dan jenis penyakit yang ditimbulkan.......10
2.8 Salmonella sp........................................................................................10
2.9 Escherichia coli.....................................................................................12
2.10 Penyakit yang disebabkan infeksi E. coli............................................13
2.11 Shigella................................................................................................14
2.12 Vibrio collera.......................................................................................15
2.13 Bisul.....................................................................................................23
2.14 Staphylococcus aureus........................................................................23
2.15 Burkholderia psudomallei...................................................................24
2.16 Luka/borok..........................................................................................24
2.17 Clostridium tetani................................................................................25
2.18 Spasme................................................................................................25
1

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Lingkungan kehidupan manusia dipenuhi dengan mikroorganisme di sekelilingnya.
Di dalam tubuh manusia, mikroorganisme terdapat pada permukaan tubuh, di dalam
mulut, hidung dan rongga-rongga tubuh lainnya. Mikroorganisme dapat menyebabkan
banyak penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad. Penyakit
infeksi merupakan masalah terbesar di dunia dan merupakan penyakit yang frekuensi
kejadiannya masih lebih besar daripada jenis penyakit yang lain. Penyebab penyakit
infeksi adalah bakteri, jamur, virus dan parasit. Infeksi terjadi karena adanya interaksi
antara mikroorganisme dengan hospes dengan melalui berbagai cara baik melalui saluran
pernafasan, saluran pencernaan yang berasal dari makanan, saluran genitouriner maupun
kontak langsung dengan kulit.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan mikroorganisme (bakteri, virus dan
parasit), radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini
adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya manusia
dilindungi oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif,
bagaimanapun dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke
dalam tubuh manusia. Dengan demikian akan mengurangi resiko terinfksi oleh
mikroorganisme.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pernapasan?
2. Bagaimana mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pencernaan?
3. Bagaimana mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
genitouriner?
4. Bagaimana mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit?
2

1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernapasan.
2. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pencernaan.
3. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui genitouriner.
4. Mengetahui bagaimana mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui kulit.
3

Bab II
Pembahasan
2.1 Jalur Masuknya Mikroorganisme Melalui Saluran Pernapasan
Saluran pernapasan ini bisa dibagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan juga
saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas dimulai dari saluran hidung hingga
faring. Ujung atas saluran berhubungan langsung dengan udara, sedangkan ujung bawah
saluran pernapasan mempunyai permukaan yang luas dengan dinding yang sangat tipis
yang berhubungan erat dengan pembuluh darah. Walaupun mempunyai sistem
pertahanan tersendiri pada saluran pernapasan, namun saluran pernapasan ini juga rentan
terhadap berbagai macam penyakit, misalnya saja yang sering kita kenal sebagai infeksi
saluran pernapasan.
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius.
Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Saluran
pernafasan sering terinfeksi patogen, karena kontak langsung dengan lingkungan dan
secara terus menerus terpapar oleh mikroorganisme yang terdapat dalam udara yang
dihirup. Beberapa mikroorganisme sangat virulen dapat menyebabkan infeksi, minimal
pada orang yang rentan. Lingkungan saluran pernafasan yang lembab dan hangat,
merupakan tempat yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme. Saluran pernapasan
bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme karena adanya lendir dan silia.
Gambar silia yang ada pada saluran pernapasan ditunjukkan oleh gambar 2.1.

Gambar 2.1 Silia yang ada pada saluran pernapasan yang menyebabkan saluran pernapasan
bagian bawah sering terbebas dari mikroorganisme

Penyebab infeksi pada saluran pernafasan bisa bermacam-macam dan salah satunya
adalah bakteri. Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran
pernapasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular melalui berbagai cara seperti melalui udara,
droplet, air, dan lain-lain. Terdapat beberapa bakteri yang ada di saluran pernapasan,
diantaranya:
4

a. Mikroba Normal di Saluran Nafas


- Streptococcus beta-hemolyticus Non group A.
- Streptococcus alpha-hemolyticus
- Streptococcus gamma-hemolyticus
- Neisseria meningitidis
- Branhamella catarrhalis
- H. Influenzae
- S. aureus dg coagulase neg.
- Streptococcus pneumoniae
- Coliform bacilli
b. Mikroba Potential Pathogen di Saluran Nafas
- Streptococcus beta-hemolyticus group A & B.
- Streptococcus pneumoniae

- H. Influenzae

- Neisseria gonorrhoeae

- Neisseria meningitidis

- Branhamella catarrhalis

- K. pneumoniae dan Coliform bacilli lain

- Bordetella pertussis dan bordetella parapertussis

- Pseudomonas aeruginosa.

- Chlamydia trachomatis

- Legionella spp.

c. Mikroba Potential Pathogen di Saluran Nafas


- M. Tuberculosis
- Bakteri anaerob: bacteroides spp., Fusobacterium spp.

- Berbagai virus

- Jamur: Candida spp., histoplasma capsulatum

Berikut adalah beberapa bakteri penyebab infeksi saluran pernapasan :


5

a. Streptococcus pneumoniae
Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri Gram positif berbentuk
diplokokus dan seperti lanset (lihat gambar 2.2). Namun pada perbenihan tua dapat
nampak sebagai negatif Gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak
berflagel). Streptococcus pneunomiae adalah anaerob fakultatif, larut dalam empedu
dan merupakan alfa hemolitis. Selubungnya terutama dibuat oleh jenis yang virulen.
Streptococcus pneunomiae tumbuh pada pH normal, yaitu 7,6-7,8, dan jarang terlihat
tumbuh pada suhu di bawah 25°C dan di atas 41°C, melainkan tumbuh dengan suhu
optimum 37,5°C. Glukosa dan gliserin meningkatkan perkembangbiakannya, tapi
bertambahnya pembentukan asam laktat dapat menghambat dan membunuhnya,
kecuali jika ditambahkan kalsium karbonat 1% untuk menetralkannya.

Gambar 2.2 Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri penyebab penyakit


pneumonia

Infeksinya pada manusia yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia


lobaris. Penyakit lain yang disebabkannya juga adalah sinusitis, otitis media,
osteomielitis, artritis, peritonitis, ulserasi kornea, dan meningitis.
Angka kematian pada penyakit pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan
keadaan umum penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru-paru yang terkena, ada
tidaknya septikemia, ada tidaknya komplikasi, pemberian terapi spesifik, dan faktor-
faktor lainnya.

b. Mycobacterium tuberculosis
6

Mikroba yang termasuk kelompok ini bersifat tahan asam, berbentuk batang halus,
tidak bergerak, tidak membentuk spora dan bersifat aerobic. Struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis bisa dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri penyebab penyakit
TBC

Mikroba ini tidak menghasilkan eksotoksin. Kandungan lipidnya sangat tinggi


(20-40% dari berat kering) bahan ini diduga sebagai penyebab resistensi pertahanan
humoral, desinfektans, larutan asam dan basa. Dinding sel yang tebal dari
Mycobacterium tuberculosis kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya,
sehingga menyebabkan mikroba ini bersifat hidrofobik dan bersifat impermeable
terhadap zat warna.
Mycobacterium tuberculosis dikeluarkan melalui sputum dan saluran pernafasan.
Infeksi terjadi melalui muntahan atau saluran pernafasan. Lesion utama terjadi pada
paru-paru dan limfoglandula. Bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa menyebabkan
penyakit tuberkulosis dimana bakteri ini menyebabkan infeksi pada saluran nafas dan
menyebabkan luka pada pembuluh dalam paru-paru
Mekanisme penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis ditunjukkan oleh
gambar 2.4.
7

Gambar 2.4 Mekanisme penyebaran bakteri Mycobacterium tuberculosis

c. Haemophilus influenzae
Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai ukuran (1 µm X 0.3 µm). Bakteri ini
berbentuk cocobacillus dan tergolong bakteri Gram negatif serta tergolong anaerob
fakultatif. Struktur bakteri Haemophilus influenzae ditunjukkan oleh gambar 2.5.

Gambar 2.5 Bakteri Haemophilus influenzae yang biasa diasosiasikan dengan penyakit
saluran pernafasan kronik, dan merupakan penyebab penyakit-penyakit invasif seperti
meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis akut

Pada tahun 1930, bakteri ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu koloni R yang dibentuk
oleh kuman-kuman tak bersimpai (NTHi) dan koloni S yang dibentuk oleh kuman-
kuman bersimpai. Kuman-kuman koloni S dianggap virulen dan secara serologik
dibagi dalam 6 tipe berdasarkan simpainya: a,b,c,d,e, dan f. Penyelidikan-
penyelidikan menunjukkan bahwa H. influenzae tak bersimpai (rough) biasa
diasosiasikan dengan penyakit saluran pernafasan kronik, terutama pada orang
dewasa. Sedangkan H. influenzae bersimpai merupakan penyebab penyakit-penyakit
invasif seperti meningtis, piartrosis, sellulitis, pneumonia, perikarditis, dan epiglotitis
akut. Salah satu jenis dari kuman bersimpai ini adalah H. influenzae tipe b (Hib), yang
merupakan penyebab sebagian besar penyakit invasif, termasuk penyakit pneunomia
dan meningitis bakterial akut pada bayi dan anak-anak.
8

H. influenzae sangat peka terhadap disinfektan dan kekeringan. Kuman ini tumbuh
optimum pada suhu 37°C dan pH 7,4-7,8 dalam suasana CO2 10%. Kuman ini juga
tumbuh subur sebagai satelit Stafilokokus karena Stafilokokus menghasilkan faktor V.
Infeksi oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari
penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat
bersin atau batuk. H. influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama
penting pada penyakit paru kronik.

d. Bordetella pertussis
Penyakit pertusis atau batuk rejan (whooping chough) atau batuk seratus hari
merupakan penyakit akut saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk paroksismal.
Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella pertussis yang untuk pertama kalinya
diasingkan oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906.
Bordetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,
berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk
kuman biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik. Bentuk
koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya.
Bentuk-bentuk filament dan batang-batang tebal umum dijumpai. Bakteri ini
merupakan gram negative dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat terlihat granula
bipolar metakromatik. Bakteri Bordetella pertussis ditunjukkan oleh gambar 2.6.

Gambar 2.6 Bakteri Bordetella pertussis yang menyebabkan penyakit pertusis atau batuk
rejan (whooping chough)

Pada Bordetella pertussis ditemukan dua macam toksin yaitu :


• Endotoksin yang sifatnya termostabil dan terdapat dalam dinding sel kuman.
Sifat endotoksin ini mirip dengan sifat endotoksin-endotoksin yang dihasilkan
oleh kuman negative gram lainnya.
9

• Protein yang bersifat termolabil dan dermonekrotik. Toksin ini dibentuk di


dalam protoplasma dan dapat dilepaskan dari sel dengan jalan memecah sel
tersebut atau dengan jalan ekstraksi memakai NaCl.
Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yang terkena penyakit ini dan
kemudian terhirup oleh orang sehat yang tidak mempunyai kekebalan tubuh. Setelah
menghisap droplet yang terinfeksi, kuman akan berkembang biak di dalam saluran
pernafasan.
10

2.2 Jalur Masuknya Mikroorganisme Melalui Saluran Pencernaan


Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau
minuman dan melalui jari–jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen.
Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida (HCL) dan
enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme
yang bertahan dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba,
hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat
ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang
terkontaminasi.

Gambar. 2.7 Sistem pencernaan manusia dan jenis penyakit yang ditimbulkan

Di bawah ini merupakan contoh bakteri yang menginfeksi saluran pencernaan :


a. Bakteri Salmonella sp

Gambar 2.8 Bakteri Salmonella sp

Habitat bakteri salmonella adalah di dalam alat pencernaan manusia, hewan,


dan bangsa burung. Oleh karena itu cara penularannya adalah melalui mulut karena
makan/minum bahan yang tercemar oleh keluaran alat pencernaan penderita.
11

Salmonella akan berkambang biak di dalam alat pencernaan penderita, sehingga


terjadi radang usus (enteritis). Radang usus serta penghancuran lamina propria alat
pencernaan oleh penyususpan (proliferasi) salmonella inilah yang menimbulkan diare,
karena salmonella menghasilkan racun yang disebut cytotoxin dan enterotoxin.
Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak
selalu menimbulkan perubahan-perubahan dalam hal warna, bau maupun rasa dari
makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah salmonella di dalam suatu makanan,
semakin besar timbulnya gejala infeksi yang mengkonsumsi makanan tersebut dan
semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi. Makanan-makanan
yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan
hasil olehannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan hasil olahannya seperti es
krim dan keju.
Khusus untuk S. enteritidis dapat ditemukan di dalam telur dan ovarium ayam
yang bertelur, dengan kemungkinan jalur penularannya sebagai berikut: (1)
transovarium (2) translokasi dari peritonium ke kantong kuning telur atau oviduk; (3)
mempenetrasi kerabang telur sewaktu telur bergulir menuju kloaka; (4) pencucian
telur; (5) pengolahan makanan. Salmonella akan berpenetrasi ke dalam telur dan
terperangkap di dalam membrane kemudian akan diingesti oleh embrio. Habitat
utama salmonella pada ayam adalah saluran pencernaan, termasuk caecum. Apabila
salmonella ada di dalam tubuh ayam, maka ayam akan bertindak sebagai carrier
sepanjang hidupnya. Manusia dapat bertindak sebagai carrier setelah terinfeksi dan
menyebarkannya melalui feces untuk waktu yang cukup lama, selain itu dapat juga
terisolasi dari tanah, air, dan sampah yang terkontaminasi feces. Salmonella di dalam
tubuh host akan menginvasi mukosa usus halus, berbiak di sel epitel dan
menghasilkan toxin yang akan menyebabkan reaksi radang dan akumulasi cairan di
dalam usus. Kemampuan salmonella untuk menginvasi dan merusak sel berkaitan
dengan diproduksinya thermostable cytotoxic factor. Salmonella ada di dalam sel
epitel akan memperbanyak diri dan menghasilkan thermolabile enterotoxin yang
secara langsung mempengaruhi sekresi air dan elektrolit.

b. Bakteri Escherichia coli


12

Gambar. 2.9 E.coli yang dapat menyebabkan masalah pencernaan

Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup
dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Sebagai bakteri
yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa factor virulen yang
membantu bakteri menyerang induk semangnya yaitu saluran pencernaan manusia.
Shiga like toxin (SLT) atau shiga toxin yaitu Stx1dan Stx2 adalah salah satu factor
virulen dari E. coli O157: H7 yang utama. .interaksi antara entheromorphoragic E.coli
(EHEC) dan sel epitel pada bakteri E.colli dapat dilihat pada gambar 2.9.
Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam lumen usus manusia dapat
masuk ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat adanya factor virulen yang lain
yaitu intimin. Faktor virulen intimin dapat menyebabkan munculnya attaching dan
effacing lesions sehingga terjadi locus of enterocyte effacement (LEE). Bakteri
EHEC menghasilkan factor protein EspA dan EspB yang dapat membantu terjadinya
penempelan pada epithel usus, dengan dibantu adanya gene eae yang terdapat pada
bakteri EHEC. Setelah bakteri EHEC berhasil menempel pada epithel usus dan
menimbulkan lesi maka bakteri dan toxin yang telah dihasilkan dalam lumen usus
dapat menembus ke bagian lapisan yang lebih dalam dan menembus lapisan endothel
sehingga masuk kedalam aliran darah. Factor virulen hemolysin (hlyA) dikode oleh
adanya factor plasmid yang terdapat di dalam bakteri EHEC. Pada Gambar 2.14 dapat
dilihat proses penempelan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada permukaan
lumen usus. EHEC yang menempel pada sel epithel akhirnya menyebabkan terjadinya
attaching dan effacing lesion yang diikuti dengan lepasnya microvilli serta terjadinya
bentuk perlekatan “pedestal”. Kemudian Shiga toxin yang telah dihasilkan akan
masuk ke bagian yang lebih dalam dan meninggalkan lumen sehingga menyebabkan
efek sistemik.
Bakteri E. coli O157: H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi
yang sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong dapat
13

menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri pada daging. Sedangkan kontaminasi


pada susu dapat terjadi akibat sapi perah telah terinfeksi oleh bakteri, atau
kontaminasi berasal dari alat-alat pemerahan yang digunakan. Daging dan susu yang
telah terkontaminasi oleh E. coli O157: H7 dan tidak dimasak secara sempurna dapat
menyebabkan infeksi E. coli O157: H7 pada manusia yang mengkonsumsi. Daging
dan susu yang telah terkontaminasi bakteri E. coli O157: H7 tidak memperlihatkan
perubahan organoleptik baik warna, rasa, maupun bau. Manusia yang tempat
tinggalnya berdekatan dengan peternakan juga dapat terinfeksi bakteri E. coli O157:
H7 yang berada dalam peternakan tersebut. Selain disebarkan oleh ternak sapi melalui
daging dan susunya, bakteri E. coli O157: H7 juga dapat ditularkan dari manusia yang
telah terinfeksi ke manusia yang lainnya. Penyebaran bakteri E. coli O157: H7 dari
manusia ke manusia yang lain terjadi secara peroral. Gambar infeksi bakteri E.colli
dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Penyakit infeksi yang diakibatkan oleh E.colli.


14

c. Shigella dysenteriae

Gambar 2.11 Shigella sp.


Disentri adalah salah satu jenis penyakit diare akut yang disertai dengan tinja
cair yang bercampur dengan darah dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disentri
telah menembus dinding kolon sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan
sangat cepat tanpa diikuti proses absorbsi air. penyebab disentri adalah Shigella
dysentriae dengan gejala klinis meliputi nyeri perut dan demam. Shigella dysenteriae
memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan
saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik yaitu merangsang
produksi antitoksin sehingga dapat mematikan penderita. Shigella dysenteriae
memproduksi eksotoksin yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan
saraf pusat. Eksotoksin merupakan protein yang bersifat antigenik yaitu merangsang
produksi antitoksin sehingga dapat mematikan penderita.
Shigella dysenteriae berpindah dari penderita melalui fecal-oral seperti melalui
makanan, tangan, air yang terkontaminasi feses penderita, dan lalat. Shigella
dysenteriae merupakan bakteri intraseluler fakultatif. Shigella dysenteriae menyerang
manusia dengan menginvasi dan memfagositosis sel epitel mukosa Shigella
dysenteriae kemudian keluar dari vakuola fagositik dan bermultiplikasi serta
menyebar di dalam sitoplasma yang pada akhirnya menyebar ke sel lain di dekatnya.
Shigella dysenteriae yang difagosit oleh makrofag akan merangsang terjadinya
apoptosis namun sebelum apoptosis terjadi Shigella dysenteriae dapat keluar dari
vakuola fagositik dan menyerang sel disekitarnya.

d. Vibrio cholera
15

Gambar 2.11 Sel V.cholerae


Kolera adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang bersifat menular,
yang disebabkan oleh bakteri V. cholera Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh
melalui air minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak memenuhi standar
Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan
yang tidak dimasak dengan benar. Gejala-gejala penyakit kolera yang disebabkan
oleh V. cholera antara lain diare hebat, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi.
Kalau gejala diare hebat tersebut dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka
penderita dapat mengalami kematian. Kematian pada penderita umumnya disebabkan
oleh kasus dehidrasi. Vibrio cholerae tidak bersifat invasif (tidak masuk ke dalam
aliran darah), sehingga pada umumnya tetap berada di saluran usus penderita. Dalam
proses infeksinya,V. cholerae virulen akan menempel pada mikrovili permukaan sel
epithelial, dimana mereka melepaskan toksin kolera (enterotoksin). Toksin kolera
diserap di permukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan
klorida dan menghambat absorpsi natrium. Akibatnya penderita akan kehilangan
banyak cairan dan elektrolit, walaupun secara histology usus tetap normal.

e. Helicobacter pylori (H. pylori)


Merupakan kuman penyebab utama penyakit gastritis pada manusia dan
merupakan faktor etiologi gastric ulcer, duodenal ulcer, gastric carcinoma dan
primary gastric B-cell lymphoma. Infeksi H. pylori sering ditemukan juga pada
beberapa kasus nonulcer dyspepsia dan merupakan prevalensi yang banyak
ditemukan di dunia. Mukosa gaster terlindungi sangat baik dari infeksi bakteri, namun
H. Pylori memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap lingkungan
ekologi lambung, dengan serangkaian langkah unik masuk kedalam mukus, berenang
dan orientasi spasial didalam mukus, melekat pada sel epitel lambung, menghindar
dari respon imun, dan sebagai akibatnya terjadi kolonisasi dan transmisi persisten.
Urease menghidrolisis urea menjadi karbondioksida dan ammonia, sehingga H.
16

Pylori mampu bertahan dalam lingkungan yang asam. Motilitas bakteri sangat penting
pada kolonisasi, dan flagel H. Pylori sangat baik beradaptasi pada lambung. H. pylori
menyebabkan peradangan pada lambung terus - menerus. Respon peradangan ini
mula – mula terdiri dari penarikan neutrofil, diikuti limfosit T dan B, sel plasma, dan
makrofag, bersamaan dengan terjadinya kerusakan sel epitel. Karena H. Pylori sangat
jarang menginvasi mukosa lambung, respon pejamu terutama dipicu oleh menempel /
melekatnya bakteri pada sel epitel. Patogen tersebut dapat terikat pada MHC class
dipermukaan sel eptel gaster dan menginduksi terjadinya apoptosis. Epitel lambung
pasien yang terinfeksi H. Pylori meningkatkan kadar interleukin-1β, interleukin-2,
interleukin-6, interleukin-8, dan tumor nekrosis faktor alfa. Infeksi Helicobacter
Pylori merangsang timbulnya respon humoral mukosa dan sistemik. Produksi antibodi
yang terjad itidak dapat menghilangkan eradikasi infeksi, bahkan menimbulkan
kerusakan jaringan.

f. Clostridium perfringens
Ciri-ciri:
- Batang gram positif
- Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai
- Berkapsul
- Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik
- Anaerobik
- Menghasilkan eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi jaringan
disertai gelembung gas dan keluarnya nanah)

Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F, berdasarkan pada
toksin-toksin yang secara antigenik berbeda, yang dihasilkan oleh setiap galur. Tipe A
adalah galur yang menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens. Peracunan
disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di rongga usus. Spora
akan menghasilkan eksotoksin yang enterostatik sehingga menyebabkan penyakit.
Habitat
Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus
manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat bertahan di
tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran manusia atau hewan.
Infeksi dan virulensi
Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan ´perfringens´ yang
merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan makanan yang disebabkan
oleh C. perfringens . Keracunan perfringens secara umum dicirikan dengan kram
17

perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam setelah mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak C. perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan.
Keracunan perfringens didiagnosis dari gejala-gejalanya dan waktu dimulainya gejala
yang agak lama setelah infeksi. Lamanya waktu antara infeksi dan timbulnya gejala
merupakan ciri khas penyakit ini. Diagnosis dipastikan dengan memeriksa adanya
racun dalam kotoran pasien. Konfirmasi secara bakteriologis juga dapat dilakukan
apabila ditemukan sangat banyak bakteri penyebab penyakit di dalam makanan atau
di dalam kotoran pasien.
Dalam sebagian besar kasus, penyebab sebenarnya dari keracunan oleh C.
perfringens adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan yang telah
disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini seringkali muncul setelah makanan dimasak,
dan berlipat ganda hingga tingkat yang dapat menyebabkan keracunan selama proses
pendinginan dan penyimpanan makanan. Daging, produk daging, dan kaldu
merupakan makanan-makanan yang paling sering terkontaminasi.
Keracunan perfringens paling sering terjadi dalam kondisi pemberian makan
bersama (misalnya di sekolah, kantin, rumah sakit, rumah-rumah perawatan, penjara,
dll.) di mana sejumlah besar makanan disiapkan beberapa jam sebelum disajikan.
18

2.3 Jalur Masuknya Mikroorganisme Melalui Saluran Genitouriner


Sistem genitouriner merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter,
sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk
sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis, testis
dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.
Infeksi saluran kemih adalah sebuah kondisi medis umum yang mengakibatkan angka
morbiditas dan mortalitas yang signifikan. 50 - 60% dari wanita akan mengalami ISK
setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Mencapai 10% dari wanita menopause
mengalami sekali ISK setiap tahun. Sedangkan pria memiliki insidensi ISK yang jauh
lebih rendah (5 per 10.000 per tahun).
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending
dan hematogen.
a. Secara asending
 Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga
insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi
fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
 Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
b. Secara hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
 Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
 Mobilitas menurun
 Nutrisi yang sering kurang baik
19

 System imunnitas yng menurun


 Adanya hambatan pada saluran urin
 Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi
aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah:
jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada
laki-laki diatas usia 60 tahun.
Di bawah ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi saluran genitouriner:
a. Cystisis
Cystitis terjadi saat bakteri yang biasanya hidup dalam usus atau kulit masuk dan
berkembang biak dalam saluran kemih. Bakteri dapat masuk ke saluran kemih melalui
uretra melalui berbagai cara, misalnya ketika berhubungan seksual, akibat kebiasaan
menyeka anus ke arah vagina, atau saat menggunakan kateter, dan juga menggunakan
diafragma sebagai kontrasepsi (KB).
Bakteri yang menjadi penyebab pada sebagian besar kasus cystitis adalah
Escherichia coli. Risiko infeksi bakteri dalam saluran kemih dapat semakin besar saat
seseorang mengalami gangguan mengosongkan kandung kemih, menopause, atau
menderita penyakit diabetes.
Selain dipicu oleh berbagai hal di atas, cystitis juga dapat dipicu oleh faktor-faktor
seperti:
 Penggunaan obat-obatan kemoterapi, misalnya cyclophosphamide atau
ifosfamide.
 Radioterapi.
 Penyakit tertentu, misalnya batu ginjal, pembesaran prostat, dan peradangan
kronis pada saluran kemih (interstitial cystitis).
 Bahan kimia, misalnya sabun pembersih daerah intim.
b. Pielonefritis
20

Disebabkan oleh bakteri atau virus yang menginfeksi urin dan mencapai ginjal
dengan melalui ureter atau dari aliran darah. Walaupun banyak bakteri dan virus yang
menyebabkan pielonefritis, tetapi bakteri paling umum adalah Escherichia coli.
c. Gonore
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang
umum dan disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus.
Pria maupun wanita bisa terjangkit penyakit ini. Bakteri gonococcus biasanya
ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yang terinfeksi. Bakteri penyakit ini
bisa menyerang dubur, serviks (leher rahim), uretra (saluran kencing dan sperma),
mata, dan tenggorokan.
Gonore paling sering menular melalui hubungan seks, seperti seks oral atau anal,
mainan seks yang terkontaminasi atau tidak dilapisi dengan kondom baru tiap
digunakan, dan berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Bayi juga bisa
terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya mengidap penyakit gonore dan umumnya
menjangkiti mata bayi, hingga berpotensi mengakibatkan kebutaan permanen.
Bakteri gonore tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang
lama, itu sebabnya gonore tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan,
berbagi handuk, kolam renang, berbagi gelas, ciuman, dan pelukan.
d. Uretritis
Sebagian besar episode uretritis disebabkan oleh infeksi oleh bakteri yang
memasuki uretra dari kulit sekitar lubang uretra. Bakteri yang umumnya
menyebabkan uretritis meliputi:
 E. Coli dan bakteri lainnya hadir dalam tinja.
 Gonococcus, yang menular secara seksual dan menyebabkan gonore.
 Chlamydia trachomatis, yang menular secara seksual dan menyebabkan
klamidia.
 Virus herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2) juga dapat menyebabkan uretritis.
 Trichomonas adalah penyebab lain dari uretritis, organisme bersel satu yang
menular secara seksual.
Infeksi menular seksual seperti gonore dan klamidia biasanya terbatas pada uretra,
dan juga bisa meluas ke organ reproduksi wanita, menyebabkan penyakit radang
panggul (pelvic inflammatory disease/ PID).
21

Pada pria, gonore dan klamidia terkadang menyebabkan epididimitis, infeksi


epididimis, tabung di bagian luar testis. Baik PID dan epididimitis dapat
menyebabkan infertilitas.
e. Chlamydia
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini
ditularkan oleh penderita melalui hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
Penularan chlamydia bisa melalui seks oral, anal, vaginal, dan saling bersentuhannya
alat kelamin. Selain itu, chlamydia juga bisa menular melalui alat bantu seks yang
tidak dilapisi dengan kondom atau tidak dicuci sampai bersih setelah digunakan.
Berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan,
dapat meningkatkan risiko terjangkit chlamydia.
Pria
 Masa inkubasi 3 minggu terdapat rabas mukopurulen pada uretra ,disuria, 25%
tidak ada gejala
 Proktitis akibat penularan klamidia melalui hubungan seksual per anus
 Epididimitis merupakan komplikasi tersering infeksi klamidia yang tidak
terobati
Wanita
 Sebagian besar tanpa gejala , sebagian kecil peningkatan rabas vagina , disuria
 Endoservisivitis
 Komplikasi penyakit radang panggul (PRP) (20%)
 Kadang kompliasi perihepatitis , dengan gejala ,nyeri, mual,anoreksia,demam
ringan
22

2.4 Jalur Masuknya Mikroorganisme Melalui Kulit


Suatu mikroorganisme yang bersifat patogen pertama kali harus mencapai
jaringan inang dan memperbanyak diri sebelum melakukan kerusakan. Dalam banyak
kasus, hal yang dibutuhkan pertama kali adalah mikroorganisme harus menembus kulit,
membrane mukosa, atau epitel intestin, permukaan yang secara normal bertindak sebagai
barrier mikroorganisme. Melintasi kulit masuk ke lapisan subkutan hampir selalu terjadi
melalui luka baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang
menyebabkan kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati
kulit yang utuh. Permukaan mukosa ditutupi oleh selapis tipis mukus, yang tersusun dari
beberapa senyawa karbohidrat. Lapisan ini merupakan barrier pertama yang dilalui oleh
patogen ketika memasuki inang.
Contoh mikroorganisme yang masuk melalui kulit:
a. Staphylococcus aureus
Salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri adalah bisul. Bisul
adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan di sekitarnya (lihat gambar 2.21),
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (lihat gambar 2.22). Bisul terjadi ketika
suatu area dari jaringan menjadi terinfeksi dan sistem kekebalan tubuh mencoba untuk
melawannya. Sel darah putih bergerak melalui dinding pembuluh darah ke daerah
infeksi dan masuk dalam jaringan yang rusak. Selama proses ini terbentuk nanah.
Nanah adalah penumpukan cairan, sel darah putih yang mati, jaringan mati, dan
bakteri atau benda asing lainnya.
Bisul dapat ditularkan antara orang melalui kontak langsung dengan kulit,
diantaranya yang pertama melalui memeras, menggaruk dengan menyentuh bagian
yang terinfeksi, yang kedua menggunakan pakaian, handuk atau seperai yang belum
dicuci setelah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, ketiga
menggunakan alat dandanan (misalnya gunting kuku, pinset dan pisau cukur) yang
telah digunakan oleh seseorang yang menderita infeksi kulit, dan tidak mencuci
tangan dengan teliti.
23

Gambar 2.13 Bisul yang menyerang punggung akibat infeksi bakteri Staphylococcus aureus

Gambar 2.14 Bakteri Staphylococcus aureus penyebab bisul

b. Burkholderia pseudomallei
Bakteri Burkholderia pseudomallei adalah bakteri yang menyebabkan
penyakit Melioidosis. Bakteri tersebut hidup di bawah permukaan tanah pada musim
kering tetapi setelah curah hujan yang deras ditemukan dalam permukaan air dan
lumpur dan dapat juga naik di udara. Bakteri Burkholderia pseudomallei (lihat
gambar 2.15) yang menyebabkan meliodosis biasanya masuk ke dalam tubuh lewat
luka atau borok di kulit (lihat gambar 2.16) atau melalui penghirupan debu atau titis
kecil dan sangat jarang disebabkan karena minum air yang terkontaminasi.
Gejala meliodosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi dan hal ini
bervariasi. Sering bermula sebagai infeksi dada dengan gejala sulit bernafas, batuk
berlendir dan demam. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk demam disertai
sakit kepala dan kebingungan, atau rasa sakit waktu kencing dan/atau kesulitan
kencing. Orang bisa jatuh sakit 1 sampai 21 hari setelah terinfeksi dan permulaan
gejala bisa tiba-tiba atau pelan-pelan. Infeksi meliodosis dapat mematikan sehingga
dibutuhkan perhatian dokter yang urgen dan pengobatan dengan antibiotic tertentu.
Dalam kasus tertentu penyakit bermula secara jauh lebih pelan dengan gejala
24

pengurangan berat badan, demam yang terputus-putus, sakit dada dan batuk. Ada
orang tertentu yang memiliki gejala borok kulit, bisul atau infeksi persendian atau
tulang. Pernah ada juga beberapa kasus di mana penyakitnya menyebabkan orang
jatuh sakit setelah banyak tahun sudah berlalu sejak infeksi pertama. Dalam kasus-
kasus tersebut, bakterinya telah dibawa oleh yang bersangkutan dan telah menjadi
aktif oleh karena sistem kekebalannya menjadi lebih lemah. Diagnose meliodosis
dibuat dengan cara mengembangkan bakterinya melalui pemeriksaan laboratorium
terhadap darah, ludah, air kencing, atau usapan dari abses atau borok yang tidak
sembuh-sembuh.

Gambar 2.15 Bakteri Burkholderia pseudomallei penyebab penyakit penyakit Melioidosis

Gambar 2.16 Luka atau borok sebagai tempat masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei

c. Clostridium tetani
Tetanus atau lockjaw adalah penyakit akut yang menyerang sistem saraf pusat
yang ditandai dengan kontraksi otot berkepanjangan. Gejala klinis utama disebabkan
oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang diproduksi oleh spore-forming bakteri
gram positif obligat anaerob Clostridium tetani (lihat gambar 2.17). Infeksi seringkali
timbul melalui Spora Clostridium tetani yang biasanya masuk kedalam tubuh melalui
25

luka pada kulit karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali
pusat (Tetanus Neonatorum). Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi pula
spasme otot pada daerah mulut (trismus atau lockjaw), yang akan diikuti dengan
kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain (lihat gambar 2.18).
4-8 Pasien dalam keadaan sadar penuh dan menampakkan ekspresi wajah kaku dan
ketakutan akan timbul kembali spasme berulang.
Tetanus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia meskipun
telah terjadi penurunan insidens sejalan dengan pelaksanaan program imunisasi
terhadap tetanus.

Gambar 2.17 Clostridium tetani

Gambar 2.18 Clostridium tetani yang meneyebabkan spasme otot pada daerah mulut yang diikuti
dengan kekakuan dan spasme pada seluruh otot di bagian tubuh yang lain
26

Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia terbagi menjadi 4, yaitu melalui saluran
perafasan, saluran pencernaan, kulit dan saluran genitouriner.
2. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pernapasan melalui berbagai cara, diantaranya
bersin, kontak dengan penderita, dan udara.
3. Mikroba dapat masuk kedalam saluran pencernaan melalui berbagai cara, diantaranya
melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari–jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen
4. Mikroba dapat masuk kedalam kulit melalui berbagai cara, diantaranya mealui luka
baik tergores, tercakar, tergigit hewan, teriris pisau, atau apapun yang menyebabkan
kulit luka berdarah, dan jarang dilakukan patogen menembus melewati kulit yang
utuh
5. Mikroba dapat masuk kedalam saluran geitouriner melalui berbagai cara, diantaranya
melalui jalur asenden, desenden, dan limfatik.

3.2 Saran
1. Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca khususnya
kepada peneliti untuk dapat meningkatkan pemahamannya cara masuk mikroba ke
dalam tubuh manusia agar dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan, dan dapat
meningkatkan taraf kehidupan bagi manusia yang lain.
2. Penulis juga menyarankan kepada para mahasiswa untuk lebih meningkatkan minatnya
serta pemahamannya mengenai cara masuk mikroba ke dalam tubuh manusia agar
dapat menjadi generasi selanjutnya yang lebih baik.
3. Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
menyarankan kepada pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang
menunjang.
27

Daftar Pustaka
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/26/bakteri-patogen-pada-saluran-pernafasan/
https://ghazalurrizqi.wordpress.com/bakteri-penyebab-infeksi-saluran-nafas/
http://anjarrth.blogspot.com/2015/01/penyakit-pada-sistem-genitourinaria.html
https://oeypatrick.wordpress.com/2012/12/05/infeksi-saluran-kemih/
https://www.alodokter.com/cystitis.html
https://hellosehat.com/penyakit/pielonefritis-infeksi-ginjal/
https://www.alodokter.com/gonore
https://doktersehat.com/uretritis/

Anda mungkin juga menyukai