Anda di halaman 1dari 10

Entamoeba histolytica

KLASIFIKASI

Kingdom : Eukaryota
Filum : Amoebozoa
Kelas : Archamoebae
Ordo : Amoebida
Genus : Entamoeba
Spesies : E. histolytica

Hospes parasit ini adalah manusia. Penyakit yang disebabkannya disebut amebiasis.

DISTRIBUSI GEOGRAFIK DAN EPIDEMIOLOGI

Entamoeba histolytica terdapat di seluruh dunia ( kosmopolit ) terutama di daerah
tropik dam daerah yang beriklim sedang. Prevalensi di Amerika Serikat pada tahun 1961
diperkirakan sekitar 3 % - 7% ( Burrows,1961 ). Data dari CDC ( Centens For Disease
Control ) dari hasil pemeriksaan spesimen di laboratorium kesehatan masyarakat di Amerika
Serikat menunjukkan prevalensi E. histolytica yang kurang dari 2 %, kecuali di 6 negara
bagian yaitu : 2% - 3% di California, Texas, Illioonis dan Pennisylvania ; 4% - 9% di
Oklahoma dan New York ; dan 8% di Arizona. Diperkirakan juga bahwa untuk setiap kasus
dengan kelainan invasi, paling sedikit ada 10 sampai 20 penderita yang mengeluarkan kista
infektif.
Populasi dengan amoebiasis lebih tinggi ditemukan pada imigran yang berasal dari
Amerika tengah dan selatan juga dari asia tenggara. Penduduk di bagian Tenggara dan Barat
Daya Amerika cenderung mengidap infeksi parasit usus yang lebih tinggi. Diperkirakan
bahwa infeksi di seluruh dunia berkisar antara 3% sampai 10 %.
Penyebaran Entamoeba histolytica terkait erat dengan buruknya kondisi hygiene dan
sanitasi masyarakat. Tidak tersedianya jamban yang rnemenuhi persyaratan sanitasi,
kebiasaan buang air besar bukan pada tempat yang sebenarnya, pembuangan sampah
sembarangan, pembuangan air kotor yang tidak rnemenuhi persyaratan teknis kesehatan, dan
tidak layaknya keadaan hygiene sanitasi makanan merupakan faktor utama terjadinya
penyebaran penyakit tersebut.
Di Indonesia penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa(Entamoeba
histolytica) menyebar dan endemis di daerah perkotaan maupun perdesaan dengan angka
insidensi yang cukup tinggi berkisar antara 10-18%, pada beberapa survei yang dilakukan
kepada anak sekolah menunjukkan frekuensi antara 0,2-50%.7 Dari berbagai survei parasit
intestinal, hasil pemeriksaan tinja diketahui prevalens antara 1- 14%. Demikian juga studi
serologis di daerah perkotaan diperoleh angka yang positif sebesar l,6%--34%.8 Hasil studi di
Jawa Tengah diketahui angka seropositif Entamoeba histolytica pada daerah urban bervariasi
dari 4%-34% dengan rata-rata 18%. Studi yang dilakukan di 7 desa di Kalimantan Selatan,
ditemukan 12% dari tinja penduduk positif E. histolytica.

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

Entamoeba histolytica memiliki tiga bentuk, yaitu trofozoit, prekista, dan kista.
Bentuk trofozoit merupakan bentuk invasif dan umumnya terdapat di usus besar (dalam
jaringan mukosa atau submukosa), sedangkan kista berada di lumen usus. Entamoeba
histolytica dalam bentuk trofozoit mampu bertahan selama 5 jam dalam suhu 37

C, 16 jam
dalam suhu 25

C, 96 jam dalam suhu 5

C. Sedangkan bentuk kista dapat bertahan selama 2


hari dalam suhu 37

C, 7 jam dalam suhu 28

C, dan dalam 15 30 menit pada 4 ppm chlor.


Penderita terinfeksi olehEntamoeba histolytica karena tertular bentuk kista matang berinti
empat. Proses reproduksi Entamoeba histolytica adalah dengan cara :
a. Eksistasi, kista berinti empat yang masuk ke dalam tubuh membentuk delapan amubula
kemudian menjadi bentuk trofozoit, proses ini terjadi di sekum/ileum.
b. Enkistasi, dari bentuk tofozoit menjadi kista.
c. Multiplikasi, terjadinya pembelahan dari trofozoit.
Bentuk trofozoit berukuran antara 15 60 m dan memiliki ektoplasma, berwarna
jernih dan homogen, berfungsi untuk pergerakan (pseudopodi), menangkap makanan dan
membuang sisa sisa makanan, sebagai alat pernapasan, dan alat proteksi. Endoplasma
berwarna keruh, didalamnya banyak terdapat granula granula, vakuola, butir butir
kromatin dan eritrosit, berfungsi mencerna makanan dan menyimpan makanan. Di dalam
nukleus terdapat nukleolus endosom atau kariosom dan letaknya ditengah tengah.
Halo, merupakan zona jernih yang mengelilingi kariosom. Selaput inti, meruapakan kromatin
granula yang tersusun halus dan rata. Dengan melihat nukleus ini kita dapat mengidentifikasi
genus dan spesies.
Bentuk prekista memiliki ektoplasma yang tidak kelihatan, pseudopodi pendek yang
dibentuk secara perlahan lahan dan memiliki bentuk trofozoit yang bulat serta merupakan
stadium peralihan pada inkistasik. Stadium ini dalam keadaan pasif. Pada bentuk kista,
nukleusnya mempunyai lensa yang terletak di tepi karena terdesak glikogen vakuola yang
besar yang dikelilingi kromidial berbentuk batang. Dinding dibentuk dari ektoplasma dan
berfungsi sebagai alat pelindung. Kista tidak bergerak dan tidak makan, kista berkembang
biak dengan jalan membela, mula mula kista berinti 1, kemudian berinti 2, selanjutnya
berinti 4. Kista tersebut berfungsi infeksius dan biasanya tidak memiliki glikogen vakuola.
Stadium kista merupakan stadium menular dan berperan sebagai penyebar penyakit disentri
amebiasis.
Entamoeba histolytica mempunyai tiga stadium, yaitu bentuk histolitika, minuta dan
kista. Bentuk histolitika yang bersifat pathogen dan bentuk minuta yang merupakan bentuk
esensial adalah bentuk trofozoit, sedangkan bentuk kista bukan merupakan bentuk pathogen
tapi merupakan bentuk infektif.
Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk rofozoit. Perbedaan antara kedua
bentuk tropozoit tersebut adalah bahwa bentuk histolitika bersifat patogen dan mempunyai
ukuran yang lebih besar dari bentuk minuta. Bentuk histolitika berukuran 20 40 mikron,
mempunyai inti entamoeba yang terdapat di endoplasma.Ektoplasma bening homogen
terdapat di bagian tepi sel, dapat dilihat dengan nyata.Pseudopodium yang dibentuk dari
ektoplasma, besar dan lebih seperti daun, dibentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat.
Endoplasma berbutir halus, biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi
mengandung sel darah merah. Bentuk histolytica ini patogen dan dapat hidup dijaringan usus
besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembang biak secara belah pasang di
jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut sesuai dengan nama spesiesnya Entomoeba
histolitica (histo= jaringan, lysis = hancur).
Bentuk minuta adalah bentuk pokok esensial, tanpa bentuk minuta daur hidup tidak
dapat berlangsung, besamya 10-20 mikron. Inti entamoeba terdapat di endoplasma yang
berbutir-butir. Endoplasma tidak mengandung sel darah merah tetapi mengandung bakteri
dan sisa makanan. Ektoplasma tidak nyata, hanya tampak bila membentuk pseudopodium.
Pseudopodium dibentuk perlahan-lahan sehingga pergerakannya lambat. Bentuk minuta
berkembang biak secara belah pasang dan hidup sebagai komensal di rongga usus besar,
tetapi dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen.
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar, besamya 10 20 mikron, berbentuk bulat
lonjong, mempunyai dinding kista dan ada inti entamoeba. Dalam tinja bentuk ini biasanya
berinti 1 atau 2, kadang-kadang terdapat yang berinti 2. Di endoplasma terdapat benda
kromatoid yang besar, menyerupai lisong dan terdapat juga vakuol glikogen. Benda
kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat
pada kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada
lagi. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
Entamoeba histolytica biasanya hidup sebagai bentuk minuta di rongga usus besar
manusia, berkembang biak secara belah pasang, kemudian dapat membentuk dinding dan
berubah menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja. Dengan adanya dinding kista,
bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar tubuh manusia.
Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan penyakit. Bila tidak menyebabkan
penyakit, ameba ini hidup sebagai bentuk minuta yang bersifat komensal di rongga usus
besar, berkembangbiak secara belah pasang. Kemudian bentuk minuta dapat membentuk
dinding dan berubah menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja.Dengan adanya
dinding kista, bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan
manusia.Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung masih dalam keadaan
utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Di rongga usus halus dinding kista
dicernakan, terjadi ekskistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus
besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di
mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk histolitika
dapat tersebar ke jaringan hati, paru dan otak. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.




Siklus Hidup Entamoeba histolytica

Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang terkontaminasi
oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal bentuk kista yang berinti
empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena
pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak,
ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat
amoebulae. Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di
usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu, proses
ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat habitatnya. Dalam
pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan jaringan
disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh
amoeba tersebut. Amoeba yang menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke
jaringan yang sehat, dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang
ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun
lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di
organ-organ tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.
Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit
menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi mulai
mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka lalu
mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu, membelah menjadi
dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan bersama-sama tinja untuk
membuat siklus hidup baru bila kista tersebut tertelan oleh manusia.
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit Precyste Cyste Metacyste Metacyste Trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang
tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang
atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga
dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu
pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola
makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus
trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus
besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus
tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah
organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel
parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan
usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan
berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan
ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan
unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif
yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan
sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila
air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui
saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar
amoeba multinucleus metacystic yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat
trophozoit muda disebut amoebulae. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan
tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi
dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan binary fission dalam usus pada
fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada
fase metacystic.

PATOGENESIS DAN GEJALA KLINIS

Patogenesis Entamoeba histolytica
1. Primer
Pada fase ini penderita mengalami amebiasis intestinal. Organ yang diserangnya terutama
bagian sekum dan bagian bagian lain yang sangat bergantung pada resistensi hospes,
virulensi dari strain ameba, kondisi lumen usus/dinding usus (infeksi atau tidaknya dinding
usus), kondisi makanan (jika makanan banyak mengandung karbohidrat, ameba tersebut
menjadi patogen), dan keadaan flora normal usus.
Interaksi ameba dengan bakteri bakteri tertentu akan mengaktifkan sifat ameba
sehingga menimbulkan lesi pada usus yang umumnya sampai mencapai mukosa. Gambaran
lesi pada usus (mukosa) menunjukkan nekrosis tanpa reaksi peradangan, kecuali ada infeksi
sekunder.
Pada keadaan lanjut, proses ini dapat sampai ke submukosa dan dari sini ameba masuk ke
sirkulasi darah, selanjutnya akan timbul lesi lesi ekstra intestinal. Bentuk lesi berupa settle
neck ulcus. Infeksi sekunder biasanya oleh kuman kuman Clostridium perfringens,
Shigella, dan umunya berprognosis buruk karena terjadi gangren usus, dan sering
menyebabkan kematian. Pada ulkus yang dalam (sampai mencapai submukosa), sering terjadi
perdarahan. Ini dapat dilihat pada feses penderita, yang kadang kadang ditemukan adanya
sel sel mukosa. Disamping itu, ulkus yang dalam ini juga dapat menyebabkan perforasi
sehingga prognosisnya menjadi buruk.
2. Sekunder
Ini terjadi pada amebiasis ekstra intestinal. Proses ekstra intestinal ini dapat terjadi
akibat penyebaran parasit secara hematogen. Organ yang sering terkena adalah hati yang
menimbulkan amebik hepatis dan selanjutnya menimbulkan abses hepatikum. Abses
hepatikum ini dapat tunggal atau multipel dan terjadi pada 85 % lobus hati. Selanjutnya dapat
terjadi pula ameba ekspansi karena pecahnya abses hati atau penyebaran melaui hematogen,
ke pleura, paru, kulit. Ulserasi pada sigmoid dan rektum dapat menyebabkan komplikasi atau
ekspansi ke vagina bagi penderita wanita. Proses amebiasis ekstra intestinal dapat terjadi
sebagai berikut.
a. Amebiasis hati terjadi karena abses hati teruatama pada posteosuperior lobus kanan,
dengan gejala nyeri daerah hipokondrium kanan, demam disertai ikterus, hepatomegali (diare
dan disentri negatif), jika tidak diobati absess berkembang ke berbagai arah yang akan
menyebabkan abses organ sekitar. Kompikasi pecahnya abses hati kanan mengakibatkan
kelainan kulit, paru, rongga pleura kanan, diafragma, dan rongga peritoneum.
b. Amebiasis kulit terjadi karena abses hati kanan pecah sehingga mengakibatkan granuloma
kuitis.
c. Amebiasis paru terjadi karena abses hati pecah, kemudian masuk ke daerah organ paru,
menyebabkan sputum menjadi berwarna cokelat merah tua dan dapat ditemukan trofozoit
pada bahan sputum.
d. Amebiasis pleura kanan terjadi karena abses hati kanan pecah dan menyerang empiema
toraks.
e. Diafragma terkena jika abses hati kanan pecah, kemudian terjadi abses subfrenik.
f. Ronnga peritonium dapat terkena jika abses hati kanan pecah dan menyerang bagian
rongga peritonium sehingga menyebabkan peritonitis umum.
g. Amebiasis serebral terjadi karena komplikasi dari abses hati atau dari paru (kasus jarang).
h. Abses limpa, terjadi karena komplikasi amebiasis hati atau penularan langsung dari
trofozoit kolon.
Jika komplikasi terjadi karena pecahnya abses hati kiri, akan terjadi kelainan pada daerah
lambung, rongga perikardium, kulit, dan rongga pleura kiri, yang mengakibatkan gejala klinis
pada lambung (dapat terjadi hematemesis), rongga perikardium (perikarditis purulen yang
dapat menyebakan kematian), atau amebiasis organ lain (amebiasis paru).

Gejala klinis Entamoeba histolytica
Gejala klinis dari infeksi dengan Entamoeba histolytica sangat bervariasi tergantung
pada :
a. Starin E.histolytica yang menginfeksi e.histolytica dari strain yang invasive
lebih berbahaya dari pada yang noninvasive karena dapat menimbulkan disentri,abses
pada hati ganguan paru dan lain sebagainya. Walaupun demikian persentasi mereka
yang terinfeksi sebagiannya. Walaupun demikian prosentasi mereka yang terinfeksi
dengan srain yang invasive tidak begitu banyak. Kebanyakan terinfeksi strain non
invasif yang hanya menimbulkan gejala minimal atau atau asimptomatis.
b. Intensitas dari infeksi.semakin hebat infeksi yang di alami tentu saja dapat
mengakibatkan ganguan yang lebih hebat.
c. Normal flora memegang pentingnya peranan pada daya tahan tubuh manusia.
Banyaknya normal flora mampu melindungi host dari dari hebatnya suatu infeksi
karena akan terjadi kompontensi antara parasit dan normal flora.
d. Faktor-faktor pada host, faktor host yang mempengaruhi pertahanan tubuh dan
kaitanya dengan intense parasite.
e. Tempat infeksi itu sendiri. E histolytica terutama yang invasive dapat
menyerang banyak target organ mulai dari,usus sampai otak karena kemapuan parasit
ini masuk ke dalam peredaran darah dan mulai menyerang host karena telah
menguasai peredaran darah pada otak dapat menyebabkan abses pada otak.
Sebagian besar penderita amoebiasis tidak memiliki gejala atau asimptomatis namun
mereka yang terinfeksi dengan strain invasive dapat menimbulkan gejala yang beraneka
ragam baik yang baik di dalam usus maupun di luar usus.
Bentuk klinis yang dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal dan amebiasis ekstra
intestinal. Amebiasis kolon intestinal terdiri dari amebasis kolon akut dan amebasis kolon
menahun. Amebasis kolon akut gejalanya berlangsung kurang dari satu bulan, biasa disebut
disentri ameba memiliki gejala yang jelas berupa sindrom disentri. Amebasis kolon menahun
gejalanya berlangsung lebih dari satu bulan, disebut juga koletis ulserosa amebic, gejalanya
bersifat ringan dan tidak begitu jelas.
Amebasis ekstra intestinal terjadi jika amebasis kolon tidak diobati. Dapat terjadi
secara hematogen, melalui aliran darah atau secara langsung. Hematogen terjadi bila amoeba
telah masuk di submukosa porta ke hati dan menimbulkan abses hati, berisi nanah warna
coklat. Cara langsung terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga abses pecah, dan abses
yang keluar mengandung ameba yang dapat menyebar kemana-mana.
Kolitis akut merupakan amobiasis intestinal dengan masa inkubasi sekitar 8
hari.gejala pertama penyakit ini adalah sakit perut hebat, demam,nausea, sakit kepala, dan
tenesmus.Dehidrasi mungkin saja terjadi pada mereka yang sedang mengalami diare
berkepanjangjan.pada umunya tinja penderita mengandung darah dan lender.pada infeksi
yang berat jarang di temukan kerusakan mukosa usus yang hebat sampai terjadi perforasi dan
peritonitis.Kalau terjadi perlakuan pada usus dengan bentuk seperti botol dengan tepi yang
agak menebal dan agak meninggi. Lama - kelamaan luka tersebut dapat menjadi abses.
Masa akut penderita yang diserang Entamoeba histolytica terjadi pada masa inkubasi
antara 1 4 minggu, yang ditandai dengan disentri berat, feses sedikit berdarah, nyeri dan
demam, dehidrasi, toksemia, kelemahan badan nampak nyata, pemeriksaan jumlah leukosit
berkisar antara 7.000 20.000/mm
3
dan ditemukannya bentuk trofozoit pada feses encer
penderita. Gejala klinis yang terjadi bergantung pada lokasi invasi Entamoeba histolytica,
dan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Amebik diare, merupakan gejala yang terbanyak (50%), dengan sifat diare yang sering,
terutama berisi mukosa dan darah (jumlah feses hanya sedikit), kadang kadang dapat terjadi
obstipasi.
2. Amebik disentri, defekasi sering, ada demam, ada tenesmus, feses terdiri dari sel mukosa
dan darah.
3. Amebik apendisitis, prosesnya akut/kronis, tanpa ada demam, pemberian antibiotika tidak
efektif, merupakan kontra indikasi untuk operasi.
4. Amebik pada sekum dan kolon asendens, amebik ini menimbulkan peradangan pada sekum
dan kolon asendens.
5. Amebik granuloma, terjadi karena adanya penebalan pada dinding kolon akibat amebiasis
kronis. Biasanya terjadi di sekum sampai rektum, dan ameba ini harus dibedakan dengan
karsinoma.

DIAGNOSIS, PROGNOSIS DAN PENGOBATAN

Diagnosis Entamoeba histolytica
1. Amebiasis kolon akut
Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disetai sakit perut (mules).
Biasanya gejala diare berlangsung tidaak lebih dari 10 kali sehari. Gejala tersebut dapat
dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris terdapat sindrom
disentri dengan diare yang lebih sering, kadang kadang sampai lebih dari 10 kali sehari,
terdapat juga demam dan leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan
menemukakan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam tinja.
2. Amebiasis kolon menahun
Biasanya terdapat gejala doare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga
terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan
dengan menemukanEntamoeba histolytica bentuk histolitika dalam tinja. Bila ameba tidak
ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut turut. Reaksi serologi prlu
dilakukan untuk menunjang diagnosis. Proktoskopi dapat digunakan untuk melihat luka yang
terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskopi.
3. Amebiasi hati
Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan menurun, badan
terasa lemas, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada
pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis.
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukanEntamoeba histolytica bentuk
histolitika dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila ameba tidak
ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologi, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau
tes imunodifusi.

Prognosis Entamoeba histolytica
Tepatnya terapi
Resistensi Entamoeba histolytica terhadap obat
Letaknya : amebiasis otak jelek

Pengobatan Entamoeba histolytica
Pengobatan amoebiasis umumnya menggunakan antibiotik :
1. Emetin hidroklorida
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya relative tinggi, terutama
pada otot jantung. Dosis untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari,untuk anak anak dibawah
8 th 10 mg sehari. Lama pengobatan 4 6 hari berturut turut. Pada orangtua dan orang yang
punya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan pada wanita hamil, penderita
gangguan ginjal dan jantung.
2. Klorokuin
Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Efek
samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual,muntah, diare, dan sakit kepala.
Dosis untuk orang dewasa adalah1 gr sehari selama 2 hari,kemudian 500 mg sehari selama2
3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amoebiasis hati.
3. Antibiotik
Tetrasiklin dan eritromisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan
mempengaruhi flora usus. Paromomisin bekerja langsung pada ameba. Dosis yang dianjurkan
adalah 25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi.
4. Metronidazol (Nitroimidazol)
Obat ini merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk
kista. Efek sampingnya ringan,antara lain mual, muntah dan
pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3hari berturut turut.


USAHA PENCEGAHAN

Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan
oleh Entamoeba histolytica antara lain sebagai berikut.
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging
ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan
menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja
segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari
sumber air.
5. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan
mengobatinya dengan obat cacing.
6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke
rumah sakit.
7. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali,
tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan
secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak
ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Diagnosis dan Penatalaksanaan Amebiasis, (Online),
(http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-
amebiasis.html#more-137)

Gandahusada, Srisasi, dkk. 2009.Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai