Anda di halaman 1dari 28

Modul 1

Kelainan Non-Neoplastik Saluran Pernafasan Atas

Skenario 1
Sakit Tenggorokan
Fahri 11 tahun, berobat ke dokter di puskesmas dengan keluhan demam tiba-tiba, nyeri
menelan dan nyeri tenggorokan. Ibunya semakin khawatir melihat adanya benjolan disekitar
leher yang muncul pada saat Fahri sakit. Pada pemeriksaan orofaring ditemukan tonsil yang
kemerahan dan disertai dengan eksudat. Pada palatum molle terlihat kemerahan. Dokter
kemudian memberikan terapi obat antibiotik, antipiretik, dan analgetik serta menyarankan
pasien untuk minum yang banyak dan istirahat yang cukup.
Di puskesmas yang sama, ada bayi laki-laki 1 bulan yang mengalami infeksi saluran nafas
atas dengan stridor. Stridor ini terdengar pada saat inspirasi dan akan semakin parah pada saat
bayi menangis. Dokter curiga pasien ini mengalami Laryngomalacia sehingga dokter
menyarankan merujuk pasien ini ke Rumah Sakit untuk penanganan dan pemeriksaan lebih
lanjut.
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Fahri dan bayi tersebut?
Jump 1
1. Eksudat : Cairan tinggi protein dan berisi debris sel yang keluar dari
pembuluh darah merupakan hasil dari proses peradangan.

2. Antipiretik: Obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh atau


dalam kondisi demam.

3. Stridor : Bunyi nafas yang bernada tinggi akibat adanya obstruksi


laring. Obstruksi laring  turbulensi udara. Biasanya terjadi
pada saat seseorang melakukan inspirasi (jika beratbisa juga
pada saat ekspirasi).

4. Laryngomalacia: Suatu keadaan melemahnya struktur supraglotik sehingga


terjadi kolaps serta obstruksi saluran nafas.
Jump 2 dan Jump 3
1. Mengapa Fahri mengalamai demam tiba-tiba, nyeri saat menelan, nyeri tenggororkan?
A; demam -> Peningkatan suhu tubuh sebagai akibat dari infeksi atau peradangan. Infeksi oleh
mikroba sel darah putih mengeluarkan pirogen endogenmengeluarkan
prostaglandinefek: melawan mikroba (bekerja pada pusat termoregulasi di hipotalamus
untuk meningkatkan termostat)

Nyeri menelan-> adanya proses inflamasi yang mengakibatkan pembesaran tonsil


Nyeri tenggorokan-> adanya edema akibat faringitis.

2. Apa penyebab benjolan yang timbul saat Fahri sakit?


A; Benjolan -> Kelenjar Getah Bening (sebagai pertahanan tubuh)
Pembesaran KGB menandakan adanya mikroorganisme .
KGBDialiri pembuluh-pembuluh limfe yang membawa antigen KGB mengeluarkan sel-sel
pertahanan (e.g: limfosit/monosit)banyak diproduksipembesaran KGB
3. Apa yang menyebabkan tonsil kemerahan dan adanya eksudat?
A; Tonsil kemerahan adanya inflamasi (akibat: mis. bakteri)  infiltrasi epitel 
merah

Eksudat Fase awal serosa  menebal dan mengering

4. Mengapa dokter memberikan obat antibiotik, antipiretik, dan analgetik? Serta


menyarankan minum yang banyak dan istirahat yang cukup?
A; Antibiotik  Eradikasi bakteri
Analgetik  anti radang atau untuk mengurangi nyeri
Antipiretik menurunkan suhu tubuh

Minum yang banyak: Agar hidrasi tercukupi


Istirahat yang cukup: untuk menaikkan/mempertahankan sistem imun
5. Selain pemeriksaan orofaring, pemeriksaan apalagi yang dapat dilakukan oleh Fahri?
A;
-Radiologi  foto rontgen polos
-USG
-Lab Darah
-CT-Scan

6. Bagaimana tatalaksana pada kasus Fahri?


A;
- Antibiotik-> selama 10 hari
- Antipiretik->parasetamol 500mg tiap 4-6 jam sekali
- Analgetik-> ibuprofen 200-400 mg setiap 4-6 jam
- Kortikosteroid-> Dexametason
7. Mengapa stridor hanya terdengar saat inspirasi dan memberat saat menangis?
A; 50-75% stridor pada anak disebabkan oleh laryngomalacia-> Epiglotis melemah-> pada saat
inspirasi epiglotis menutup primaglotidis.

8. Apa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada laryngomalacia?


A;
- Foto rontgen leher
- Endoskopi
- Laringoskopi (Gold Standard)
- CT-Scan

9. Mengapa dokter mencurugai bayi tersebut terkena laryngomalasia dan apa penyebanya?
A; karena ditemukan adanya stridor.
Penyebab: Kelainan kongenital (genetik atau embriogenik)
- teori anatomi
- teori neuromuscular
10. Bagaimana tatalaksana pada bayi tersebut?
A; Ringan: Tidur telungkup dan tidak di tidurkan pada bagian yang lunak serta
tidak menggunakan bantalan .

Berat: intervensi bedah  Trakeostomi

11. Apa diagnosis Fahri dan bayi tersebut? Serta apa diagnosis bandingnya?
A; Fahri: Faringitis
DD:- Tonsilofaringitis
- Agranulositosis
Bayi usia 1 bulan: Laryngomalacia
DD: -Trakeomalasia
-Stenosis laring dan trakea.
Jump 4
Gangguan Sistem Respirasi

Kelainan Non-Neoplastik Saluran Napas Atas

Kongenital Didapat

Manifestasi
Epidemiologi Etiologi Patofisiologi
Klinis

Diagnosis &
Pemeriksaan Tatalaksana
DD
Jump 5
1. Kelainan Non-neoplastik kongenital saluran nafas atas
2. Kelainan Non-neoplastik didapat saluran nafas atas
LO 1 Kelainan Non-Neoplastik
Kongenital Saluran Nafas Atas
Laringomalasia
Definisi
Laringomalasia merupakan suatu kelainan dimana terjadi kelemahan struktur
supraglotik sehingga terjadi kolaps dan obstruksi saluran nafas. Laringomalasia
merupakan penyebab utama stridor pada bayi.

Etiologi
Penyebab utama laringomalasia masih belum diketahui secara pasti. Tetapi karena
tingginya insiden gangguan neuromuskuler pada bayi dengan laringomalasia, beberapa
peneliti mempercayai bahwa gangguan ini merupakan bentuk hipotonia laring. Peneliti
lain berpendapat bahwa penyakit refluks gastroesofageal yang ditemukan pada 63%
bayi dengan laringomalasia, mungkin berperan, karena menyebabkan edema
supraglotis dan mengubah resistensi aliran udara, sehingga menimbulkan obstruksi
nafas.
Manifestasi Klinis

- Laringomalasia biasanya bermanifestasi saat baru lahir atau dalam


usia beberapa minggu kehidupan berupa stridor inspirasi.
Berdasarkan beberapa laporan, sekitar 65-75% kelainan laring pada
bayi baru lahir disebabkan oleh laringomalasia, dan masih mungkin
dianggap sebagai fase normal perkembangan laring, karena biasanya
gejala akan menghilang setelah usia 2 tahun.
Manifestasi Klinis

- Pada beberapa bayi tidak menimbulkan gejala sampai anak mulai aktif
(sekitar 3 bulan) atau dipicu oleh infeksi saluran nafas. Stridor yang
terjadi bersifat bervibrasi dan bernada tinggi. Stridor akan bertambah
berat sampai usia 8 bulan, menetap sampai usia 9 bulan dan bersifat
intermitten dan hanya timbul bila usaha bernafas bertambah seperti
saat anak aktif, menangis, makan, kepala fleksi atau posisi supinasi.
Setelah itu keadaan makin membaik. Rata-rata stridor terjadi adalah
selama 4 tahun 2 bulan. Tidak ada korelasi antara lama
berlangsungnya stridor dengan derajat atau waktu serangan.
Patofisiologi

Secara umum terdapat dua teori patofisiologi laringomalasia yaitu teori


anatomi dan teori neuromuskuler.
- Menurut teori anatomi terdapat hipotesis bahwa terjadi abnormalitas
kelenturan tulang rawan dan sekitarnya yang menyebabkan kolapsnya
struktur supraglotis.
- Pada teori neuromuskuler dipercaya penyebab primer kelainan ini
adalah terlambatnya perkembangan kontrol neuromuskuler pada
struktur supraglotis.
Tata Laksana
- Pada keadaan ringan, bayi diposisikan tidur telungkup, tetapi hindari
tempat tidur yang terlalu lunak, bantal dan selimut. Jika secara klinis
terjadi hipoksemia (saturasi oksigen <90%), harus diberikan oksigenasi.
- Pada laringomalasia yang berat, akan tampak gejala obstruksi nafas yang
disertai retraksi retraksi sternal dan interkosta, baik saat tidur atau
terbangun, sulit makan, refluks berat dan gagal tumbuh. Anak-anak yang
mengalami hal ini berisiko mengalami serangan apnea. Keadaan hipoksia
akibat obstruksi nafas dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan
terjadi korpulmonal.
LO 2 Kelainan Non-Neoplastik
Didapat Saluran Nafas Atas
Faringitis
Merupakan peradangan dinding faring yg disebabkan virus (paling
sering), bakteri, alergi, ataupun trauma
Patofisiologi
• Invasi virus dan bakteri menimbulkan reaksi inflamasi lokal di dinding
faring
• Bakteri streptococus grup A beta hemolitikus, sebagai bakteri yg paling
sering menyebabkan faringitis, melepaskan toksin ekstra seluler dan
protease
• Keduanya dapat menyebabkan kerusakan jaringan hebat berupa demam
reumatik, kerusakan katup jantung, dan glomerulonefritis akut, melalui
pembentukan kompleks antigen antibodi
• Proses penularannya berupa droplet infection melalui sekret hidung dan
ludah
A. Faringitis Viral

Etiologi
• Epstein-Barr Virus, coxsakie, adenovirus, rhinovirus, retrovirus, respiratory syncitial
virus (RSV), parainfluenza virus.

Manifestasi Klinis
• Dapat timbul berupa nyeri tenggorok, konjungtivitis, rhinorea, batuk, suara serak,
dengan demam subfebris.
• Faringitis viral pada anak dapat muncul dengan gejala atipikal seperti muntah, nyeri
perut, pernapasan lewat mulut dan diare
• Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis ataupun lesi ulseratif intra-
oral
• Pada faringitis yg disebabkan Epstein Bar Virus (EBV) dapat ditemukan produksi
eksudat yg banyak.
Tatalaksana
• Terapi antibiotik tidak diperlukan, istirahat, minum cukup, dan kumur
dengan air hangat, serta kompres dingin di leher dapat membantu
mengurangi nyeri
• Analgetika dapat diberikan antivirus metisoprinol 60-100 mg/kg pada
dewasa dan pada anak kurang dari 5 tahun diberikan 50 mg/kg dibagi
dalam 4-5 kali pemberian
B. Faringitis Bakterial

Etiologi
• Faringitis bakterialis paling sering disebabkan grup A streptokokus beta
hemolitikus

Epidemiologi
• Terjadi 15-30% kasus anak dan 5-15% dari kasus dewasa

Manifestasi Klinis
• Gejala klinis tidak selalu dapat langsung membedakan faringitis viral dengan
faringitis bakterialis, kultur atau rapid antigen detection test (RADT) dapat
digunakan untuk membedakannya
Tatalaksana
• Pasien yg diyakini memiliki faringitis bakterialis, harus ditatalaksana
dengan antibiotik
• Gejala klinis pada umumnya akan membaik dalam 24-48 jam sejak
konsumsi antibiotik pertaman namun perlu ditekankan bahwa
penggunaan antibiotik harus hingga 10 hari untuk mengeradikasi bakteri

Komplikasi
• Beberapa komplikasi yg dapat ditimbulkan oleh faringitis yg disebabkan
streptokokus beta hemolitikus grup A berupa Endokarditis, meningitis,
otitis media, pneumonia, abses peritonsilar, limfadenitis servikal, demam
reumatik, dan glomerulonefritis post-streptococus.
Faringitis Kronik
• Biasanya disebabkan karena pajanan iritan dalam waktu yg lama
• Adapun faktor predisposisi terjadinya proses radang kronik berupa rinitis
kronik, sinusitis, perokok lama, atau pasien yg terbiasa bernafas dengan
mulut karena sumbatan hidung (contoh: deviasi septum)
Tonsilitis
• Peradangan pada tonsil palatina yg ditandai dengan peradangan
tonsil, sakit tenggorok, gangguan menelan dan pembesaran ringan
kelenjar limfe
Tonsilitis Akut

A. Tonsilitas Viral
• Menyerupai common cold yg disertai nyeri tenggorok
• Penyebab tersering virus Epstein Barr dan disebut juga tonsilitis
mononukleus infeksiosa
• Haemofilus influenza virus menyebabkan tonsilitis akut supuratif
• Dapat pula disebabkan virus coxachie dimana ditemukan luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yg terasa sangat nyeri
Tatalaksana
• Istirahat dan minum air cukup, dapat diberikan analgetik, jika berat dapat
diberikan antivirus

B. Tonsilitis Bakterial
• Menyebabkan 15-30% kasus faringotonsilitis
• Paling sering disebabkan bakteri streptococus bea hemoliticus grup A,
streptococus viridans, dan streptococus piogenes
Tatalaksana
Prinsip tatalaksana tonsilitis adalah sebagai berikut:
• Menjaga hidrasi
• Kontrol nyeri dan demam
• Obat kumur untuk menjaga higienitas mulut
• Antibiotik spektrum luas
Tonsilitis Kronik
• Juga disebabkan oleh polibakterial seperti streptococus alfa dan beta
hemolitikus, S.aureus, H.influenza dan bacteriodes
• Beberapa faktor yg menjadi faktor predisposisi terjadinya tonsilitis
kronik mencakup pajanan radiasi , kebiasaan kebersihan mulut yg buruk,
rokok, perubahan cuaca, dan penggunaan obat-obatan

Tatalaksana
• Diberikan terapi suportif berupa pemberian obat kumur untuk menjaga
kebersihan mulut.

Anda mungkin juga menyukai