Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 1
“AMENORE SISTEM REPRODUKSI”

KELOMPOK X

1. Lilis Suriani (K1A1 13 029)


2. Jumadil Rahmat (K1A1 15 021)
3. Laode Mujahiddin Marjan (K1A1 15 022)
4. Sitti Naiman Ayu Muliana Aksa (K1A1 15 132)
5. Natasya Kartika Maharani (K1A1 16 067)
6. Nurmadina (K1A1 16 086)
7. I Dewa Ayu Meyta Putri S. (K1A1 17 041)
8. Indira Kusuma Wardanu (K1A1 17 042)
9. Maulidya Makmur (K1A1 17 043)
10. Miftahuljjanah (K1A1 17 044)
11. Muhammad Rivan Fadillah A. (K1A1 17 045)
12. Indah Sari Putri Wekoila (K1A1 17 012)
13. Rizki Aji Nugroho (K1A1 17 087)

TUTOR: dr. Arimaswati, M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

A. SKENARIO
Ny. Rina, 22 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan amenore sejak 4 bulan yang
lalu. Riwayat haid sebelumnya teratur, siklusnya 28 – 30 hari. Riwayat menarke 14
tahun .

B. KATA SULIT
1. Menarke
Haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khas kedewasaan seorang
wanita yang sehat dan tidak hamil (Mitayani & Sartika, 2010, hlm. 75).
Biasanya menarke rata – rata terjadi pada usia 11 – 13 tahun.
2. Amenore
Tidak haid selama 3 bulan atau secara berturut – turut.

C. KATA/ KALIMAT KUNCI


 Perempuan 22 tahun
 Tidak haid sejak 4 bulan yang lalu
 Riwayat haid sebelumnya terartur
 Siklus haid 28-30 hari
 Riwayat menarke umur 14 tahun

D. PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi dari organ reproduksi wanita!
2. Jelaskan definisi haid, amenore, dan klasifikasi amenore!
3. Jelaskan fisiologi haid!
4. Jelaskan hormon – hormon yang berperan pada saat haid!
5. Sebutkan jenis – jenis kelainan menstruasi!
6. Jelaskan keadaan seorang wanita mengalami amenore!
7. Jelaskan patofisiologi amenore!
8. Jelaskan bagaimana proses kehamilan!
9. Jelaskan perubahan anatomi dan fisiolohi akibat kehamilan!
10. Jelaskan keluhan – keluhan yang ditemukan kehamilan akibat perubahan
– perubahan tersebut!
11. Sebutkan jenis – jenis kelainan kehamilan!
12. Jelaskan langkah – langkah diagnosis!
13. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario!

E. PEMBAHASAN
1. Jelaskan anatomi dari organ reproduksi wanita!
Organa Genitalia Externa (Feminina)

Gambar 1. Organa Genitalia Externa (Feminina)1

Organa genitalia externa atau pudendum femininum, disebut juga


vulva, terdiri dari2:
1. Mons pubis
2. Labium majus pudendi
3. Labium minus pudendi
4. Vestibulum vaginae
5. Clitoris
6. Bulbus vestibuli
7. Glandula (GI) vestibularis major
8. Glandulae (GII) vestibulares minores

 Mons Pubis
Mons pubis adalah suatu penonjolan yang berada di sebelah
ventral symphysis osseum pubis, dibentuk oleh jaringan lemak. Pada
usia pubertas mons pubis (= mons veneris) ditumbuhi rambut yang
kasar dan membentuk batas cranial yang horizontal2.
 Labium Majus Pudendi
Terdiri dari dua buah labia majora, dibentuk oleh lipatan kulit, yang
terletak (mengarah) caudo-dorsal, mulai dari mons pubis. Kedua labia
majora ini membatasi suatu celah yang dinamakan rima pudendi2.
Pada facies externa terdapat banyak pigmen, ditumbuhi rambut
pada usia pubertas,mengandung banyak kelenjar sebacea dan kelenjar
keringat. Facies internanya licin dan tidak ditumbuhi rambut2.
Labium majus pudendi sinister dan labium majus pudendi dexter bertemu
di bagian anterior membentuk commissura labiorum anterior. Di bagian
posterior ujung labia majora bertemu dengan penonjolan centrum
tendineum perinei membentuk commissura labiorum posterior2.
Jaringan subcutaneus mengandung banyak lemak, mempunyai
hubungan dengan jaringan subcutaneus regio urogenitale, mons pubis dan
dinding ventral abdomen2.
Pada labium majus pudendi melekat ligamentum teres uteri, dan
labium majus pudendi homolog dengan scrotum2.

 Labium Minus Pudendi


Berbentuk dua buah lipatan kulit yang kecil, terletak di sebelah
medial labium majus pudendi, permukannya licin, tidak mengandung
jaringan lemak, berwarna pink. Labium minus pudendi di bagian dorsal
bergabung dengan facies medial medialis labium majus pudendi dan
saling bertemu dengan pihak sebelah membentuk lipatan transversal.
Disebut frenulum labiorum pudendi (= fourchette). Bangunan ini tampak
jelas pada nullipara2.
Di bagian anterior labium minus pudendi terbagi menjadi pars medialis
dan pars lateralis. Pars lateralis dari labium minus pudendi sinister
bertemu dengan pars lateralis dari labium minus pudendi dexter
membentuk preputium clitoridis. Pars medialis dari kedua labia minora
pudendi saling bertemu di bagian caudal dari clitoris membentuk
frenulum clitoridis2.
Labium minus pudendi terletak tersembunyi di balik labium majus
pudendi, kecuali pada anak-anak dan pada wanita yang telah mengalami
menopause2.
 Vestibulum Vaginae
Vestibulum vaginae adalah suatu celah yang terdapat di antara
kedua labia minora, dan di tempat ini terdapat muara dari vagina, disebut
orificium vaginae, ostium yretrae externum dan muara ductus excretorius
glandula vestibularis major2.
Ostium urethrae externum terletak 2,5 cm di sebelah dorsal dari
clitoris, dan berada di sebelah ventral dari orificium vaginae, terletak pada
linea mediana dengan tepinya yang sedikit menonjol2.
Orificium vaginae mempunyai bentuk yang lebih besar dari ostium
urethrae externum, terletak pada linea mediana. Ukuran dan bentuknya
ditentukan oleh bentuk dari hymen2.
Ductus excretorius dari glandula vestibularis major ada dua buah,
masing-masing bermuara di antara orificium vaginae dan labium minus
pudendi2.
Saluran keluar dari glandulae vestibulares minores bermuara
didalam vestibulum vaginae di antara orificium vaginae dan ostium
urethrae externum2.
Fossa navicularis (= fossa vestibuli vaginae) adalah suatu cekungan
yang berada di antara orificium vaginae dan frenulum labiorum pudendi2.

 Clitoris
Organ ini homolog dengan penis. Terdiri dari jaringan erectil, dapat
ereksi, tidak dilalui oleh urethra. Ukuran panjang 2,5 cm, dibentuk oleh
dua buah corpora cavernosa. Terletak di sebelah dorsal commissura
labiorum anterior, ditutupi oleh kedua labia minora2.
Corpus cavernosum ke arah dorso-lateral melekat pada arcus pubicus
melalui crus clitoridsi. Crus clitoridis ditutupi oleh m.ischiocavernosus,
dan m.bulbospongiosus melekat pada radix clitoridis. M.bulbospongiosus
melekat pada centrum tendenium, lalu membungkus pars caudalis
vaginae dan orificium vaginae, melekat pada radix clitoridis, selanjutnya
melekat pada sisi arcus pubis2.
Kedua crus clitoridis saling bertemu dan melanjutkan diri menjadi dua
buah corpora cavernosa clitoridis (corpus cavernosus clitoridis sinistrum
et dextrum) membentuk corpus clitoridis. Kedua corpora cavernosa ini
dibungkus oleh fascia clitoridis. Antara corpus cavernosus kiri dan kanan
terdapat septum corporum cavernosum. Ujung anterior corpus clitoridis
membentuk glans clitoridis, suatu tonjolan yang bundar dan sangat
sensitif. Radix clitoridis difiksasi pada facies ventralis symphysis osseum
pubis oleh ligamentum suspensorium clitoridis2.

 Bulbus Vestibuli
Ada sepasang jaringan erectil yang memanjang, terletak pada sisi
ostium vaginae, ditutupi oleh m.bulbospongiosus. di bagian dorsal
bentuknya besar dan di bagian anterior kecil dan saling bertemu (bersatu),
berada di sepanjang tepi caudal corporis clitoridis sampai pada glans
clitoridis. Bulbus vestibuli homolog dengan bulbus penis dan corpus
spongiosus penis2.

 Glandula Vestibularis Major (Bartholini)


Ada dua buah kelenjar kecil berbentuk bundar, berada di sebelah
dorsal bulbus vestibuli. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara pada
celah yang terdapat di antara labium minus pudendi dan tepi hymen2.
Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria.
Kelenjar ini tertekan pada wakti coitus dan mengeluarkan secresinya
untuk membasahi (melicinkan) permukaan vagina di bagian caudal2.
Vascularisasi diperoleh dari2:
1) Rami labiales anteriores yang dipercabangkan oleh arteria pudenda
externa, memberi suplai darah kepada labia major dan labia minora
2) Rami labiales posteriores, dipercabangkan oleh arteria pudenda
interna, memberi juga suplai darah kepada labia majora dan labia
minora
3) Arteria profunda clitoridis, memberi suplai darah kepada crus
clitoridis dan corpus cavernosum clitoridis
4) Arteria dorsalis clitoridis memberi vascularisasi kepada glans
clitoridis
5) Arteria bulbi vestibuli (vaginae) memberi vascularisasi kepada
bulbus vestibuli dan glandula vestibularis major
Pembuluh-pembuluh lymphe berjalan menuju ke lymphonodus
inguinalis externus2.
Labia major dan labia minora dipersarafi oleh rami labiales
anteriores yang dipercabangkan oleh nervus ilioinguinalis dan rr.labiales
posteriores yang dipercabangkan dari nervus pudendus2.
Bulbus vestibuli mendapatkan innervasi dari plexus uterovaginalis,
yang melanjutkan diri menjadi nervus cavernosus clitoridis2.
Clitoris juga mendapat persarafan dari nervus dorsalis clitoridis2.
Innervasi otonom diperuntukkan kepada pembuluh darah dan
kelenjar2.

Organa Genitalia Interna (Feminina)

Gambar 2. Organa Genitalia Interna (Feminina)1

Organ genitalia interna terdiri dari Vagina, Uterus, Tuba Uterina


(Salpinx) dan Ovarium2.

 Vagina
Saluran vagina mempunyai hubungan dengan cavitas uteri, dan ke
arah caudal bermuara pada vestibulum vaginae, suatu ruangan yang
terletak di antara kedua labia minora pudendi, melalui ostium vaginae2.
Kedudukan vagina adalah caudo-ventral pada satu bidang yang
kira-kira paralel dengan apertura pelvis superior, membentuk sudut
sebesar 60 derajat dengan bidang horizontal. Apabila vesica urinaria
dalam keadaan kosong, maka axis vagina membentuk sudut kira-kira 90
derajat dengan sumbu uterus. Dengan bertambahnya volume vesica
urinaria maka sudut tersebut tadi menjadi bertambah besar2.
Vagina sangat elastis, terutama bagian yang berada disebelah
cranial diaphragma pelvis. Lumen vagina berbentuk huruf “H” pada
penampang melintang. Facies interna dinding anterior (= paries anterior)
dan facies interna dinding posterior (= paries posterior) letak saling
bersentuhan. Baik pada paries anterior maupun paries posterior terdapat
tonjolan longitudinal, disebut columna rugarium anterior dan columna
rugarium posterior. Ujung caudal columna rugarium anterior membentuk
penonjolan yang disebut carina urethralis vaginae. Mucosa dinding
vagina membentuk lipatan-lipatan horizontal yang dinamakan rugae
vaginales2.

Gambar 3. Struktur Dalam Vagina1

Dinding anterior ditembusi oleh cervix uteri, mempunyai ukuran


panjang sebesar 1,5 cm, dan dinding posterior berukuran 9 cm. Dinding
lateral dibagian cranial difiksasi pada ligamentum cervicale laterale dan
dibagian caudal difiksasi pada diaphragma pelvis2.
Cekungan yang terbentuk antara portio vaginalis cervicis dan
dinding vagina, disebut fornix vaginae, yang dapat dibagi menjadi fornix
anterior, fornix posterior dan fornix lateral. Fornix posterior membentuk
cekungan yang paling dalam dan dindingnya berhubungan dengan
peritoneum yang membatasi excavatio rectouterina. Pada fornix lateral
terdapat ligamentum latum uteri, arteria uterina dan ureter2.
Pada nullipara (= virgin) terdapat hymen, yaitu lipatan mucosa yang
terdapat pada ujung vagina ketika bermuara kedalam vestibulum vaginae.
Lipatan dibagian posterior lebih besar daripada lipatan dibagian anterior.
ada berbagai bentuk hymen, seperti cincin (anularis), seminularis,
cribriformis, fimbriatus dan imperforatus. Apabila hymen robek, pada
coitus pertama, maka sisa-sisanya yang masih tertinggal disebut
carunculae hymenalis (perlu dibedakan dari hymen fimbriatus)2.
Dinding anterior dibagian cranial (1/3 bagian) mempunyai
hubungan dengan basis vesica urinaria, dan dibagian caudal (2/3 bagian)
bersatu dengan dinding posterior urethra. Orificium vaginae berada
dibagian dorsal dari ostium urethra externum2.
Dinding dorsal dibagian cranial mempunyai hubungan dengan
excavatio rectouterina, dibagian caudal dipisahkan dari rectum oleh
jaringan ikat2.
Dibagian lateral dan cranial vagina mempunyai hubungan dengan
jaringan ikat yang mengandung plexus venosus vaginalis, kedua ureter,
a.uterina dan beberapa ligamenta. M.pubococcygeus membungkus vagina
kira-kira 3 cm disebelah cranial orificium vaginae, dan berperan sebagai
sphincter. Selanjutnya vagina berjalan menembus diaphragma urogenitale
dan dinding lateralnya mengadakan hubungan dengan bulbus vestibuli,
m.bulbospongious dan glandula vestibularis major (= bartholini), bagian
ini merupakan bagian yang paling sempit. Bagian caudal vagina bersatu
dengan centrum tendineum2.
Vagina mendapatkan vascularisasi dari2:
1. Percabangan arteria uterina, mensuplai vagina pars cranialis;
2. Arteria vaginalis memberi percabangan kepada dinding ventral dan
dorsal vagina, mengadakan anastomose pada linea mediana,
membentuk arteria azygos anterior dan arteria azygos posterior;
3. Percabangan dari arteria bulbi vaginae yang mensuplai darah
kepada bagian caudal vagina.
Arteria uterina dan arteria vaginalis adalah cabang dari arteria iliaca
interna. Arteria bulbi vaginae dipercabangkan oleh arteria pudenda
interna, sedangkan arteria pudenda interna adalah cabang dari arteria
iliaca interna2.
Pembuluh vena berkumpul membentuk plexus venosus vaginalis,
mengadakan anostomose dengan plexus venosus uterinus serta plexus
venosus vesicalis2.
Pembuluh-pembuluh lymphe dari pars cranialis vagina berjalan
mengikuti a.uterina menuju ke lymphonodus iliacus internus dan
lymphonodus iliacus externus. Dari pars medialis vaginae pembuluh
lymphe berjalan mengikuti a.vaginalis bermuara kedalam lymphonodus
iliacus internus. Pembuluh-pembuluh lymphe dari bagian caudal vagina
berjalan menuju ke lymphonodus sacralis dan lymphonodus iliacus
communis. Pembuluh-pembuluh lymphe dari bagian yang berdekatan
dengan hymen berjalan menuju ke lymphonodus inguinalis superficialis2.
Vagina mendapat innervasi symphatis dari plexus hypogastricus,
dan serabut-serabut afferen berada dalam nervus pudendus. Persarafan
parasymphatis berpusat pada medulla spinalis segmen sacralis 2 - 3, yang
membawa komponen vasodilator untuk arteri. Pars caudalis vaginae
dipersarafi oleh nervus pudendus2.

 Uterus

Gambar 4. Uterus Potongan Longitudinal1


Uterus adalah organ muscular berdinding tebal, mempunyai bentuk
seperti buah peer. Mempunyai ukuran panjang 7,5 cm, lebar 5 cm dan
tebal 3 – 4 cm. Pada wanita yang pernah melahirkan maka ukuran-ukuran
tersebut menjadi lebih besar2.
Permukaan anterior datar, ditempati oleh vesica urinaria, dinamakan
facies vesicalis. Permukaan dorsal berbentuk konveks, disebut facies
intestinalis. Pada tepi lateral uterus terdapat ligamentum latum uteri2.
Uterus terletak di dalam cavitas pelvis, membentuk sudut 90 derajat
dengan vagina; posisi ini disebut angel of anteversion. Letak uterus tidak
tepat pada linea mediana, banyak kali berada di sebelah kanan2.
Posisi uterus sangat bervariasi baik dalam ukuran, bentuk, lokasi
maupun struktur, yang dipengaruhi oleh usia, kondisi gravid dan keadaan
organ-organ yang berada disekitarnya, seperti vesica urinaria dan rectum2.

Gambar 5. Uterus1
Uterus dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
1. Fundus uteri yang letaknya dibagian cranial dan mempunyai
permukaan yang bundar2;
2. Corpus uteri, merupakan bagian yang palaing utama, terletak
menghadap ke arah caudal dan dorsal. Facies vesicalis uteri
dipisahkan dari vesica urinaria oleh spatium uterovesicalis. Facies
intestinalis uteri dipisahkan dari colon sigmoideum di bagian
cranial dan dorsal oleh excavatio rectouterina. Pada margo lateralis
melekat ligamentum latum uteri2;
3. Isthmus uteri, bagian ini mengecil, panjang kira-kira 1 cm. Pada
waktu gravid bagian ini menjadi bagian dari corpus uteri, yang
klinik disebut “lower uterina segment“2;
4. Cervix uteri, letak mengarah ke caudal dan dorsal. Merupakan
bagian yang terletak di antara isthimus uteri dan vagina. Dibagi dua
bagian oleh dinding anterior vagina menjadi portio supravaginalis
(cervicis) dan portio vaginalis (cervicis)2.
(a) Portio supravaginalis dipisahkan dari vesica urinaria oleh
jaringan ikat longgar, dan dari rectum oleh excavatio
rectouterina (= cavum Douglassi). disebelah lateralnya terdapat
ureter dan arteria uterina2.
(b) Portio vaginalis meluas kedalam vagina. Di ujungnya terdapat
orificium externum uteri. Bagian anteriornya membentuk
labium anterius dan bagian posterior membentuk labium
posterius2.

Gambar 6. Uterus1

Di dalam cervix terdapat canalis cervicis uteri yang sempit di


bagian caudal. Pada dinding anterior dan dinding posterior terdapat
lipatan mucosa yang dinamakan plica palmata, letaknya sedemikian rupa
sehingga tidak saling bertemu2.
Implantasi terjadi pada dinding uterus. Di dalam uterus terdapat
cavitas uteri, yang bersama-sama dengan vagina membentuk jalan lahir2.
Posisi uterus adalah anteversi (posisi uterus terhadap vagina) dan
anteflexi (posisi corpus uteri terhadap cervix)2.
Spatium uterovesicalis dibentuk oleh reflexi peritoneum dari facies
posterior vesica urinaria, menuju ke isthmus uteri, lalu berjalan ke cranial
pada facies vesicalis corpus uteri2.
Setelah membungkus fundus, peritoneum berjalan ke caudal pada
facies intestinalis sampai di bagian dorsal cervix uteri dan pars cranialis
vagina, kemudian menutupi facies ventralis rectum, lekukan ini
membentuk excavatio rectouterina2.
Uterus difiksasi oleh2:
1. Diaphragma pelvis, terutama m.levator ani.
2. Ligamentum fibromuscular, yakni penebalan fascia pelvis yang
mengandung serabut-serabut otot polos, terdiri atas:
(a) Ligamentum pubocervicale, memfiksasi bagian anterior cervix
pada facies dorsalis symphysis osseum pubis (= ligamentum
puboprostaticum laterale et mediale)2;
(b) Ligamentum cardinale, disebut juga ligamentum cervicale
larerale atau ligamentum transversum colli (Mackenrodt)
menghubungkan sisi laterale cervix bersama bagian cranial
dinding vagina dengan dinding laterale pelvis. Dibentuk oleh
penebalan jaringan ikat yang membungkus vasa uterina, mulai
dari tempat percabangan dari arteria iliaca interna sampai pada
cervix2;
(c) Ligamentum uterosacrale memfiksir cervix pada os sacrum,
berada didalam plica rectouterina2;
(d) Ligamentum teres uteri memfiksir corpus uteri pada dinding
ventral abdomen, turut membentuk posisi anteflexi uterus.
Ligamnetum ini dibentuk oleh jaringan fibromuscular, di satu
pihak melekat di bagian inferior pertemuan tuba uterina dengan
uterus dan di pihak lain melekat pada labium majus pudendi.
Ligamentum ini melanjutkan diri menjadi ligamentum
suspensorium ovarii. Ligamentum teres uteri berjalan ke
lateral, berada di dalam ligamentum latum uteri, mencapai
dinding lateral pelvis, lalu berjalan ke ventral dan cranial
menyilang sisa arteria umbilicalis dan vasa iliaca extrena,
mencapai anulus inguinalis internus, lalu membelok dengan
tajam di sebelah lateral arteria epigastrica inferior, masuk
kedalam canalis inguinalis, keluar dari anulus inguinalis
externus dan mengadakan perlekatan pada labium majus
pudendi2;
(e) Ligamentum latum uteri, dibentuk oleh peritoneum yang
menutup facies vasicalis dan facies intestinalis uteri, meluas ke
dinding lateral pelvis. Ligamnetum latum uteri terdiri atas dua
lembaran, meluas ke cranial dan membungkus tuba uterina.
Kedua lembaran tersebut salaing mendekati ke arah uterus, ke
arah lateral dan caudal saling menjauhi. Lamina anterior
melanjutkan diri dengan peritoneum yang menutupi lantai dan
dinding lateral pelvis. Lamina posterior meluas ke bagian
dorsal uterus membentuk plica rectouterina. Plica tersebut
membentuk batas lateral dan excavatio rectouterina, berjalan
sepanjang sisi rectum mencapai dinding posterior pelvis2.
Mesosalpinx adalah bagian dari ligamentum latum uteri yang
berada di antara tuba uterina dan tempat peralihan ligamentum latum uteri
yang membentuk mesosalpinx2.
Mesometrium adalah bagian dari ligamentum latum uteri yang
berada di sebelah caudal mesosalpinx dan mesovarium2.
3. Lipatan peritoneum yang membentuk:
(a) Plica vesicouterina (= ligamentum anterior) adalah reflexi
peritoneum dari dinding anterior uterus, pada batas cervix
dengan corpus, menuju ke facies posterior vesica urinaria2.
(b) Plica rectovaginalis (= ligamnetum posterior) adalah reflexi
peritoneum dari facies fornix posterior vaginae menuju ke
facies anterior rectum2.
(c) Plica rectouterina, disebut juga plica sacrogenitalis adalah
lipatan peritoneum yang membungkus ligamentum
uterosacrale2.
Suplai darah uterus diperoleh dari arteria uterina, yang
dipercabangkan oleh arteria iliaca interna, seringkali juga dipercabangkan
oleh arteria vesicalis superior. Arteri ini berjalan ke arah medial pada
facies superior ligamentum cervicale laterale, memberi percabangan
kepada cervix dan vagina bagian cranial, lalu membelok ke cranial,
berjalan didalam ligamentum latum uteri dekat pada sisi cranial uterus,
dan memberi cabang-cabang pada kedua permukaan corpus uteri. Selama
gravid arteri ini menjadi besar, dan sesudah partus arteri ini menjadi
berkelok-kelok. Mengadakan anastomose dengan ramus uterinus
a.ovarica. Vena uterina berjalan mengikuti arteria uterina, bermuara
kedalam vena iliaca interna2.
Innervasi sympathis diperoleh dari medulla spinalis segmental
thoracalis XII – lumbalis I. Serabut parasympathis berasal dari medulla
spinalis segmental sacralis. Serabut-serabut efferent sympathis dan
parasympathis mencapai uterus melalui plexus nervosus hypogastricus
dan plexus nervosus pelvicus. Rasa nyeri dari uterus berasal dari
kontraksi otot uterus oleh karena ischaemia otot-otot tersebut. stimulus
tersebut diproyeksikan pada dermatome thoracalis XI dan XII, serta regio
lumbosacralis2.

 Tuba Uterina

Gambar 7. Tuba Uterina dalam Penampang Melintang: Struktur Dinding1

Dalam bahasa Yunani tuba uterina disebut salpinx yang berarti


terompet atau tuba. Di klinik radang pada tuba uterina disebut salpingitis.
Ada dua buah tuba uterina yang berfungsi tempat mengalir ovum (oocyte)
dari ovarium menuju ke uterus. Fertilisasi terjadi pada tuba uterina2.
Tuba uterina terletak pada margo superior ligamentum latum uteri
dan berada di antara kedua lembaran ligamentum tersebut, mempunyai
ukuran panjang kira-kira 10 cm, berjalan ke lateral dari uterus menuju ke
extremitas uterina ovarii. Lalu berjalan di cranialis margo mesovarium,
melengkung di sebelah cranial extremitas tubaria ovarii, berakhir pada
margo liber dan faciess medialis ovarii2.
Terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Pars uterina, berada didalam dinding uterus, berakhir didalam
cavitas uteri, di tempat ini terdapat ostium uterinum tubae2;
2. Isthmus tubae uterinae adalah bagian yang paling sempit dan
mempunyai dinding yang lebih tebal daripada ampulla2;
3. Ampulla tubae uterinae, merupakan bagian yang paling panjang dan
paling lebar, bentuk berkelok-kelok, mempunyai dinding yang
relatif tipis, di tempat ini terjadi fertilisasi2;
4. Infudibulum tubae uterinae, pada ujung terminalnya terdapat ostium
abdominale tubae uterinae, mempunyai diameter 2 cm, dilalui oleh
ovum, melalui ostium ini terjadi hubungan antara cavitas
peritonealis dengan dunia luar. Pada ostium abdominale tubae
uterrinae terdapat fimbriae tubae, beupa tonjolan-tonjolan kecil,
irregular, dan salah satu tonjolan mempunyai bentuk yang lebih
daripada yang lainnya, disebut fimbria ovarica, sering melekat pada
extremitas tubaria ovarii2.
Tuba uterina mendapat suplai darah dari ramus tubarius a.ovarica
dan cabang-cabang kecil dari arteria ovarica. Pembuluh vena berjalan
mengikuti arteri menuju ke plexus venosus ovaricus dan vena uterina2.
Pembuluh-pembuluh lymphe berjalan bersama-sama dengan
pembuluh darah, bergabung dengan pembuluh-pembuluh lymphe dari
ovarium menuju ke lymphonodus lumbalis2.
Tuba uterina dipersarafi oleh serabut saraf sympathis dan
parasympathis. Saraf sympathis berasal dari plexus hypogastricus, dan
komponen parasympathis dari N.vagus mempersarafi tuba uterina bagian
lateral, sedangkan bagian medial dan tuba uterina dipersarafi oleh nervus
splanchinicus pelvicus. Serabut-serabut afferen menuju ke medial spinalis
thoracal XI – lumbal II2.

 Ovarium
Ada dua buah yang memproduksi oocyte sesudah usia pubertas.
Selain itu ovarium menghasilkan dua jenis hormon, yaitu:
1. Oestrogen (= follicular hormone) yang dihasilkan oleh sel-sel
follicle pada ovarium; hormon ini mempengaruhi tanda-tanda sex
secunder, seperti pembesaran mamma, timbunan lemak pada regio
glutea, pertumbuhan rambut pada pubis dan axilla, selain itu juga
mempengaruhi pertumbuhan endomentrium selama siklus
menstruasi berlangsung2;
2. Progesteron (hormon copus luteum), dihasilkan oleh corpus luteum,
yang berperan pada saat implantasi aacyte yang telah mengalami
fertilisasi, serta pertumbuhan awal dari embryo2.
Produksi kedua hormon tersebut di atas dipengaruhi oleh hormon
gonadotropin yang dihasilkan oleh hypophyse pars distalis. Masih ada
hormon yang ketiga, yakni relaxin, yang dihasilkan oleh ovarium pada
masa hamil. Hormon ini berfungsi menghalangi otot uterus berkontraksi
sebelum waktunya2.
Ovarium adalah suatu organ yang homolog dengan testis. Pada
wanita nullipara ovarium terletak di dalam fossa ovarica, yang berada
pada dinding lateral pelvis. Letaknya setinggi spina iliaca anterior
superior, difiksasi pada uterus, sehingga posisinya dapat berubah
mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi pada uterus. Fossa ovarica
dibatasi di bagian anterior sisa arteria umbilicalis, di bagian dorsal oleh
ureter dan arteria iliaca interna2.
Sebelum mengalami ovulasi pertama, permukaan ovarium halus
dan berwarna pink, setelah mengalami beberapa kali ovulasi maka
permukaannya menjadi kasar oleh karena jaringan ikat yang mengisi
follicle terkait, berwarna abu-abu2.
Ukuran panjang ovarium adalah kira-kira 4 cm, lebar 2 cm dan
tebal 1 cm, berat 7 gram, dipengaruhi oleh usia dan cyclus menstruasi2.
Sumbu panjang ovarium terletak hampir vertikal, mempunyai facies
medialis dan facies mesovaricus. Facies lateralis ditutupi oleh peritoneum
parietale, dan di antara keduanya ini terdapat jaringan extraperitoneal,
yang sekaligus membungkus vasa obturatoria dan nervus obturatorius.
Facies medialis ditutupi oleh tuba uterina2.
Margo anterior atau margo mesovaricus melekat pada mesovarium
dan menghadap ke arah sisa arteria umbilicalis. Pada margo tersebut
terdapat hilum ovarii, yaitu tempat masuk keluarnya vasa ovarica,
pembuluh lymphe dan nervus ovaricus2.
Margo liber atau margo posterior berhubungan dengan tuba uterina
dan ureter. Extremitas tubaria (tubale) atau extramitas superior
mempunyai hubungan erat dengan tuba uterina melalui ligamentum
suspensorium ovarii. Di dalam ligamentum tersebut terdapat vasa ovarica
dan plexus nervosus. Extramitas uterina atau extramitas inferior difiksasi
oleh ligamentum ovarii proprium pada tempat bermuara tuba uterina pada
corpus uteri2.
Ovarium mendapatkan vascularisasi dari2:
1. Arteria ovarica, berjalan di dalam ligamentum suspensorium ovarii,
berada di antara kedua lembaran ligamentum latum uteri, mencapai
mesovarium dan masuk kedalam ovarium melalui hilus;
2. Ramus ovaricus a.uterina, berjalan ke arah lateral di dalam
ligamentum latum uteri menuju ke mesovarium, dan mengadakan
anatomose dengan arteria ovarica;
3. Vena ovarica sinistra bermuara kedalam vena renalis sinistra;
4. Vena ovarica dextra bermuara kedalam vena inferior.
Pembuluh lymphe dari ovarium berjalan bersama-sama dengan vasa
ovarica menuju ke lymphnodus lumbalis2.
Ovarium mendapat persarafan dari percabangan plexus ovaricus
yang mengandung komponen vasomotoris2.

 Anatomi Panggul
 Tulang Panggul
Gambar 8. Tulang Panggul1

Kerangka seorang laki-laki lebih kuat dan kekar jika dibandingkan


dengan kerangka perempuan. Kerangka seorang perempuan lebih
ditujukan kepada pemenuhan fungsi reproduksi. Bentuk toraks
perempuan mempunyai bagian bawah yang lebih luas untuk keperluan
kehamilan. Demikian pula, bentuk panggul yang umumnya ginekoid
dengan ala iliaka yang lebih lebar dan cekung, serta promontorium yang
kurang menonjol, dan simfisi yang lebih pendek, akan mempermudah
janin untuk lahir secara normal. Di daerah lumbal, umumnya seorang
perempuan mempunyai tulang belakang dengan bentuk lordosis yang
lebih jelas, demikian pula sudut inklinasi panggul yang lebih besar
daripada sudut inklinasi panggul seorang pria.3

Gambar 9. Pelvis Perempuan1

 Dinding Abdomen
Dinding depan abdomen terdiri atas kulit, pennikulus adiposus
(lapisan lemak) yang kadang-kadang cukup tebal, fasia, dan otot-otot
yaitu muskulus rectus abdominis, muskulus oblikus eksternus abdominis,
muskulus oblikus internus abdominis, serta muskulus transversus
abdominis dan aponeurosis.3

Gambar 10. Dinding Abdomen1

Muskulus rektus abdominis berpangkal pada bagian sebelah depan


kosta ke-5, 6, dan ke-7, dan berjalan ke arah bawah menuju simfisis
pubis. Bersama otot_otot lainnya yang berjalan miring dan melintang
pada dinding abdomen akan membentuk suatu sistem, sehingga dinding
abdomen menjadi sangat kuat. Salah satu fungsi penting dinding abdomen
dalam proses persalinan adalah pada saat meneran, otot_otot dinding
abdomen bersama_sama dengan diafragma akan mengecilkan kavum
abdominis (rongga perut) sambil meningkatkan tekanan dalam rongga
perut.3
Aponeurosis adalah pangkal otot-otot dinding abdomen yang
bertemu di linea alba, dan juga merupakan sarung bagi muskulus rektus
abdominis. Distal dari linea arkuata, aponeurosis muskulus oblikus
internus abdominis berjalan hanya di depan muskulus rektus abdominis,
sehingga di bawah garis tersebut di belakang muskulus rektus abdominis
tidak ditemukan fasia.3
Pada potongan melintang abdomen setinggi di bawah pusat akan
ditemukan 3 ligamenta, yaitu satu ligamentum di tengah yang merupakan
sisa chorca urachi, dan dua ligamenta di kanan-kirinya yang merupakan
bekas kedua arteria umbilikal lateral.3
Pembuluh-pembuluh darah dinding perut dibawah pusat berasal dari
arteria epigastrika superfisialis, dan arteria epigastrika inferior yang
merupakan cabang dari arteria iliaka eksterna.3

 Dasar Panggul
Karena manusia berdiri dan berjalan tegak, maka dasar panggul
harus mempunyai kekuatan ntuk menahan semua beban yang ada
diatasnya, khususnya isi rongga perut dan tekanan intraabdominal. Beban
ini ditahan oleh lapisan otot-otot dan fasia yang ada di dalam dasar
panggul. Pada persalian lapisan-lapisan otot dan fasia ini mengalami
tekanan dan dorongan, sehingga dapat menyebabkan prolapsus genitalis.3

Gambar 11. Lapisan Otot Paling Luar dari Pintu Bawah Panggul1

Pintu bawah panggul terdiri atas diafragma pelvis, diafragma


urogenital, dan lapisan-lapisan otot yang berada di luarnya.3
Diafragma pelvis menyerupai sebuah mangkok yang terbentuk oleh
muskulus levator ani dan muskulus koksigeus. Di garis tengah bagian
depan mangkok ini terbuka (hiatus genitalis). Di sana uretra, vagina, dan
rectum keluar dari pelvis minor. Diafragma urogenitalis yang menutup
arkus pubis dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus perinei
profundus dan muskulus transversus perinei superfisialis. Di dalam
sarung aponeurosis itu terdapat muskulus rabdosfingter uretra.3
Lapisan paling luar (distal) dari diafragma urogenitalis dibentuk
oleh muskulus bulbokavemosus yang melingkari genitalia eksterna,
muskulus transversus perinei superfisialis, muskulus iskio kavernosus,
dan muskulus sfingter ani eksternus.3
Semua otot ini di bawah pengaruh saraf motorik dan dapat
digerakkan secara aktif. Fungsi otot-otot tersebut adalah sebagai berikut.
Muskulus levator ani menahan rektum dan vagina turun ke bawah,
muskulus sfingter ani eksternus diperkuat oleh muskulus levator ani
menutup anus, muskulus bulbokavernosus mengecilkan introitus vagina
di samping memperkuat fungsi muskulus sfingter vesika internus yang
terdiri atas otot polos.3

2. Jelaskan definisi haid, amenore, dan klasifikasi amenore!

Haid adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus,


disertai pelepasan (deskuamasi ) endometrium. Panjang siklus haid ialah
jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainnya haid yang
selanjutnya. Hari pertama dimulainyan perdarahan dinamakan hari
pertama siklus. Panjang haid yang normal dinamakan haid klasik adalah
28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja pada beberapa wanita
tetapi juga pada wanita yang sama. Saat pertamakali dimulainya haid
dinamkan menarche dan saat berhentinya haid dinamakan menopause.

Gannguaan haid dan siklusnya dalam reproduksi dapat


digolongkan dalam ;

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan


pada haid : hipermenorea/ menoragia, hipomenorea
2. Kelainan siklus: polimenorhea, oligomenorrhea, amenorrhea
3. Perdarahan diluar haid: metroragia
4. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid: premenstrual
tension (ketegangan pra haid), mastodinia, mittelschmerz (rasa
nyeri pada ovulasi), dishminorea

Amenorea dalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3


bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer
dan amenorea sekunder. Amenore primer adalah apabila seorang wanita
pada umur 18 tahun keatas belumpernah mengalami haid sedangkan
amenorea sekunder adalah penderita pernah mengalami haid tetapi
kemudian tidak pernah haid lagi.

Klasifikasi lain juga dari amenorea adalah amenorea fisiologis dan


patologis. Amenorea fisioligis adalah amenore yang terjadi secara
fisiologis. Amenore fisologis biasanya terjadi pada kasus prapubertas,
masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause. Sedangkan
amenorea patologis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Gangguan orgainik pusat


Sebab organic: tumor, radang, destruksi
2. Gangguan kejiwaan:
Syok emosional, pskosis, anoreksia nervosa, pseudosiensis
3. Gangguan poros hypothalamus- hipofisis
Syndorm amenorea-galaktorea, syndrome stein-leventhal,
amenora hipothalamik
4. Gannguan hipofisis
- Sindroma sheean dan penyakit Simmonds
- Tumor: adenoma basophil (penyakit cushing), adenoma
asidofil (akromegali, gigantisme), adenoma kromofob
(sindroma forbes-albright)
5. Gangguan gonad
- Kelainan kongenital: disgenesis ovarii (syndoma turner),
syndrome testiticular feminization
- Menopause premature
- The instetive ovar
- Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang
dan sebagainya
- Tumor sel granulosa, sel teka, sel hilus , adrenal,
arenoblastoma
6. Gangguan glandula suprarenalis
Syndrome adrenogenital, sindrom cushing, penyakit adison
7. Gangguan glandula thiroidea
Hiperthiroid, hipothiroid, kreatinisme
8. Gangguan pangkreas
Diabetes melitus
9. Gangguan uterus, vagina
Aplasia dan hypoplasia uteri, sindrom asherman, endometritis
tuberkulosa, histrektomi, aplasia vaginae
10. Penyakit umum
Gangguan gizi, obesitas, dll

3. Jelaskan fisiologi haid!


Siklus merupakan proses yang dialami oleh wanita pada setiap
bulan.Menstruasi merupakan proses dalam tubuh wanita yang dimana sel
telur (ovum) berjalan dari indung telur menuju rahim, melalui aluran yang
diberi nama tuba fallopi. Pada saat tersebut, jaringan endometrial dalam
lapisan endometrium di dalam rahim menebal sebagai persiapan
terjadinya pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, dinding ini
akan semakin menebal dan menyediakan tempat janin tumbuh. Tapi, jika
tidak terjadi pembuahan, jaringan endometrial ini akan luruh dan keluar
melalui vagina dalam bentuk cairan menstruasi. Sedangkan siklus
menstruasi sendiri dimulai dari hari pertama menstruasi hingga satu hari
sebelum mentruasi berikutnya. Pada keadaan normal, siklus menstruasi
adalah berbeda bagi setiap wanita yaitu dari 28 hingga 35 hari.
Pada penjelasan dalam Bab ini, kita menggunakan siklus 28 hari.
Terdapat empat fase pada siklus menstruasi yaitu fase menstrual, fase
preovulatori, ovulasi dan fase pasca ovulatori. Pada siklus menstruasi
dikenal dengan menstruasi yang berlangsung dari hari pertama yang
merupakan permulaan siklus hingga kira-kira hari ke-5. Di ovarium, di
bawah pengaruh FSH, beberapa folikel primordial berkembang menjadi
folikel primer dan seterusnya folikel sekunder.
Di uterus pula, terjadi aliran cairan menstruasi dari rahim menuju
ke leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina yang mengandung
kira-kira 50-150 mL darah, cairan jaringan, mukus dan sel epitel yang
luruh dari endometrium. Luruhnya dinding endometrium ini karena
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron di mana akan
menstimulasi pelepasan prostaglandin yang menyebabkan konstriksi
arteriol spiral. Akibatnya, sel-sel di endometrium akan kekurangan suplai
oksigen dan akhirnya sel-sel tersebut mati dan luruh. Pada hari ke-6
hingga ke-13, terjadi siklus preovulatori yaitu antara akhirnya menstruasi
dan permulaan siklus ovulasi.
Di ovarium, beberapa folikel sekunder akan mensekresi estrogen
dan inhibin. Biasanya, hanya satu folikel sekunder yang akan berkembang
menjadi folikel dominan dan yang lainnya mengalami atresia. Folikel-
folikel sekunder yang mengalami atresia terjadi karena penurunan kadar
FSH yang disebabkan oleh estrogen dan inhibin yang disekresi oleh
folikel dominan. Seterusnya, folikel dominen akan berkembang menjadi
folikel Graaf (graafian follicle) yang akan terus berkembang sehingga
diameternya mencapai lebih kurang 20 mm dan tersedia untuk ovulasi.
Semasa proses maturasi folikel ini, estrogen terus menerus dihasilkan.
Untuk siklus di ovarium, fase menstruasi dan fase preovulatori dikenal
dengan fase folikular karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan
folikel di ovarium.
Di uterus pula, estrogen yang meningkat hasil perkembangan
folikel di ovarium tadi akan menstimulasi pembaikan dan penebalan
endometrium. Untuk siklusdi uterus, fase preovulatori juga dikenal
sebagai fase proliferatif karena endometrium mengalami proses
proliferasi (Tortora & Derrickson, 2009).
Pada siklus ovulasi terjadi pada hari ke-14. Kadar estrogen yang
tinggi menstimulasi lebih banyak pelepasan GnRH dari hipotalamus dan
juga menstimulasi gonadotrof di pituitari anterior untuk mensekresi LH.
Pelepasan FSH dan LH tambahan oleh pituitari anterior turut dirangsang
oleh FSH . Dan LH akan menyebabkan pecahnya folikel Graaf dan
pelepasan oosit sekunder sekitar 9 jam selepas kadar LH mencapai
puncaknya (Tortora & Derrickson, 2009).
Siklus terakhir yaitu fase pasca ovulatori adalah antara masa
ovulasi dengan onset bagi siklus menstruasi yang seterusnya. Ini
berlangsung dari hari ke-15 hingga ke-28. Di ovarium, di bawah pengaruh
LH, folikel yang telah kosong kini menjadi korpus luteum. LH
menstimulasi korpus luteum untuk mensekresi progesteron, estrogen,
relaksin dan inhibin. Untuk siklus di ovarium, fase ini juga dikenal
dengan fase luteal. Sekiranya oosit sekunder yang telah dilepaskan tadi
tidak disenyawakan, korpus luteum akan mengalami degenerasi dan
seterusnya menjadi korpus albicans. Saat ini, terjadilah penurunan kadar
progesteron, estrogen dan inhibin dan menyebabkan peningkatan
pelepasan GnRH, FSH dan LH. Maka bermulalah semula perkembangan
folikel dan siklus ovarium yang baru.
Namun, sekiranya oosit sekunder mengalami persenyawaan dan
mulai membelah, korpus luteum tidak mengalami degenerasi dengan
adanya hormon human chorionic gonadotropin (hCG) yang terhasil dari
chorion dari embrio. hCG menstimulasi aktivitas sekretori korpus luteum.
Di uterus pula, progesteron dan estrogen yang dilepaskan oleh korpus
luteum akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar
endometrium, vaskularisasi di permukaan endometrium dan penebalan
dinding endometrium kira-kira 12 hingga 18 mm. siklus ini juga dikenal
dengan siklus sekretorik di uterus karena kelenjar endometrium mulai
menseksesi glikogen. Perubahan ini berlaku seminggu selepas ovulasi di
mana kemungkinan perubahanakan terjadi. Apabilatidak ada perubahan,
kadar progesteron dan estrogen

4. Jelaskan hormon – hormon yang berperan pada saat haid!


A. HIPOTALAMUS
Hipotalamus adalah sumber peptide yang menstimulasi atau
menghambat pelepasan hormon oleh kelenjar hipofisis anterior. Yang
termasuk hormon stimulator adalah thyrotropin releasing hormone
(TRH),growth hormone releasing hormon (GHRH),corticotropin
releasing hormon (CRH), dan gonadotropin releasing hormone
(GnRH). Saat ini diketahui bahwa GnRH menstimulasi sekresi FSH
dan LH dari kelenjar hipofisis anterior.
Area pokok sintesis GnRH dalam hipotalamus adalah didalam
nucleus arkuatus,yang terletak pada basal organ hipotalamus. Akson
berkembang dari nucleus arkuatus ke eminensia mediana dan menjadi
saluran tubero infudibularis. Pelepasan GnRH dipengaruhi oleh
amine biogenic (seperti dopamin,nor epinefrin,epinefrin) yang di
sintesis diarea otak yang lebih tinggi,yang mungkin dipengaruhi oleh
factor-faktor seperti stress atau emosi.
GnRH adalah sebuah dekapeptida. Rangkaian asam amino
tersebut bertindak sebagai stimulator pelepasan LH dan FSH dari sel
gonadotrop pada lobus anterior hipofisis sekaligus sebagai regulator
sintesis gonadotrop. GnRH berpengaruh pada sel gonadotrop lobus
anterior hipofisis dangan mengikat diri ke membran sel reseptor
tertentu. Terdapat variabilitas individual dalam pola pelepasan
GnRH,namun pola umumnya dapat dimengerti. Dalam satu fase
siklus haid,saat estrogen dari ovarium berada pada konsentrasi
terendahnya yaitu pada fase folikuler awal,frekuensi lonjakan adalah
kira-kira setiap 90 menit. Kemudian dengan munculnya
estrogen,frekuensi lonjakan meningkat setiap 60 menit. Setelah
ovulasi ,terdapat penurunan yang sangat drastis dan terus menurun
frekuensinya menjadi satu lonjakan setiap 360 menit. Perlambatan
frekuensi lonjakan GnRH berkaitan dengan durasi eksposur
progesterone,yang dikeluarkan setelah ovulasi.

B. HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis terletak dibawah hipotalamus dan chiasma
nervus optikus dan berada didalam sella tursika pada dasar tulang
cranium. Kelenjar hipofisi dibagi menjadi lobus
anterior/adenohipofisi dan lobus posterior/neurohipofisis. Hipofisis
anterior menghasilkan beberapa hormone yaitu: GH, prolaktin,TSH,
gonadotropin (LH dan FSH),adrenocorticotropin,MSH.
 Gonadotropin (LH dan FSH)
Sel gonadotropin mengandung LH dan FSH,meskipun bukti
menunjukan bahwa beberapa sel lebih cenderung hanya
mengeluarkan satu jenis hormone gonadotropin. FSH merupakan
hormon yang sangat berperan dalam terjadinya haid. Sintesis dan
sekresi hormon gonadotropin berada dibawah pengaruh sekresi
pulsatile GnRH dari hipotalamus.

C. OVARIUM
Ovarium menghasilkan hormone steroid,terutama estrogen dan
progesterone. Estrogen bersama hormon hipofisis
gonadotropin,memiliki efek stimulator pada proliferasi sel granulosa
dan terutama pada pertumbuhan folikuler dan kemungkinan
perkembangan oosit. Efek utama estrogen pada sel gonadotrop yang
paling penting pada terjadinya lonjakan LH yang memastikan
terjadinya ovulasi. Meskipun kadar fisiologis estrogen memelihara
aksis hipotalamus hipofisis didalam siklus normal,namun kadar
suprafisiologis estrogen sistemik akan menghambat system ini,dan
potensi reproduksi menjadi hilang oleh karena akan terjadi efek
inhibitor langsung estrogen pada hipotalamus dan kelenjar hipofisis
anterior. Efek utama estrogen pada jaringan genitalia adalah :
menginduksi terjadinya proliferasi endometrium dalam
uterus,mempengaruhi produksi lendir serviks samapai mencapai
maksimum pada pertengahan siklus,dan menjaga mukosa vagina tetap
sehat dengan terjadinya maturasi epitelium vagina.
Efek ekstragenital meliputi: perkembangan karakteristik seksual
sekunder estrogen merupakan stimulus terbesar terjadinya
perkembangan payudara saat puber,menginduksi sintesis protein (sex
hormone binding globulin dan subtract renin),dan memelihara struktur
tulang dan mencegah osteoporosis.
Progesteron lebih fokus memelihara kehamilan dan terutama
mempengaruhi endometrium. Sebagian besar progesteron diproduksi
dikorpus luteum dan menginduksi terjadinya perubahan stromal
(pseudo desidualisasi) dan hiper sekresi glanduler yang penting untuk
keberhasilan nidasi konseptus. Bila terjadi gangguan produksi
progesteron dapat menyebabkan abortus berulang. Progesteron juga
berperan penting dalam perkembangan payudara dengan
mempengaruhi pertumbuhan komponen alveolar dari lobules
payudara. Progesteron juga berperan dalam menginduksi frekuensi
denyut sekresi GnRH selama fase luteal dalam siklus haid. Selain itu
terjadi sedikit peningkatan sekresi progesteron pada pertengahan
siklus haid tampaknya dapat meningkatkan lonjakan LH preovulatori.

5. Sebutkan jenis – jenis kelainan/gangguan menstruasi!


Gangguan Haid adalah pedarahan yang tidak normal dalam hal:
1. Panjang Siklus
 Polimenore
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21
hari, perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak daripada
haid normal. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti
ovarium karena peradangan, endometriosis, dan lain-lain. Pada
gangguan hormonal terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan
pendeknya masa luteal
 Oligomenore
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35
hari,dengan perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus
ini kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
 Amenore
Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3
bulan berturut turut.Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea
primer dan sekunder.Amenorea primer ialah kondisi dimana
seorang perempuan berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah
haid, umumnya dihubungkan dengan kelainan-kelainan kongenital
dan genetik.Amenorea sekunder adalah kondisi dimana seorang
pernah mendapatkan haid, tetapi kemudian tidak mendapatkan
haid, biasanya merujuk pada gangguan gizi, gangguan
metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Ada pula
amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa
kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause.
2. Banyaknya Haid
 Hipermenore
Merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dari
normal, atau lebih lama dari 8 hari.Penyebab kelainan ini terdapat
pada kondisi dalam uterus. Biasanya dihubungkan dengan adanya
mioma uteri dengan permukaan endometrium yang lebih luas dan
gangguan kontraktilitas, polip endometrium, gangguan peluruhan
endometrium, dan sebagainya.
 Hipomenore
Merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan atau
lebih sedikit dari normal. Penyebabnya adalah terdapat pada
konstitusi penderita, kondisi uterus, gangguan endokrin, dan lain-
lain.
3. Lama Haid :
 Menoragi
Haid yang berlangsung >7 hari dengan jumlah darah yang banyak.
 Brakimenore
Haid yang berlangsung < 3 hari dengan jumlah darah yang sedikit.

6. Jelaskan keadaan seorang wanita mengalami amenore!


Kompartemen I, gangguan pada uterus; kompartemen II,
gangguan pada ovarium, kompartemen III, gangguan pada hipofisis
anterior; dan kompartemen IV, gangguan pada sistem saraf pusat
(hipotalamus).

Kompartemen gangguan haid

Kompartemen I: Gangguan pada uterus

 Sindrom Asherman

Pada sindrom Asherman, amenore sekunder terjadi setelah


kerusakan endometrium. Umumnya hal ini disebabkan kuretase
berlebihan yang kemudian menghasilkan jaringan parut
intrauterin. Pola yang khas yaitu sinekia multipel yang tampak
pada histerogram. Diagnosis dengan histeroskopi lebih akurat
karena dapat mendeteksi perlekatan minimal yang tidak tampak
pada histerogram. Perlekatan dapat terjadi secara sebagian atau
seluruh-nya menutup rongga endometrium atau kanalis servikalis.
Sindrom Asherman dapat juga terjadi setelah pembedahan uterus,
meliputi seksio saesaria atau miomektomi.

Pasien dengan sindrom Asherman dapat memiliki masalah


lain selain amenore, termasuk keguguran dan dismenore. Pasien
dengan abortus berulang, infertilitas, atau kegagalan kehamilan
harus menjalani pemeriksaan rongga endometrium dengan
histerogram atau histeroskopi.

Terapi sindrom Asherman meliputi dilatasi dan kuretase


untuk melepaskan sinekia dan bila diperlukan dapat dilakukan
histerogram untuk memastikan rongga uterus telah bebas dari
sinekia. Antibiotik spektrum luas dimulai sebelum operasi dan
dipertahankan selama 10 hari. Pasien diterapi selama 2 bulan
dengan estrogen dosis tinggi 2,5 mg perhari selama 3 dari 4
minggu dan dengan medroksi-progesteron asetat 10 mg perhari
yang ditambahkan pada minggu ketiga.

Kompartemen II: Gangguan pada ovarium

 Tumor ovarium

Amenorea yang terjadi dapat disebab-kan oleh tumor


ovarium yang tidak memroduksi hormon maupun oleh tumor
ovarium yang memroduksi hormon. Tumor ovarium yang tidak
memroduksi hormon akan merusak seluruh jaringan ovarium.
Hormon yang diproduksi oleh tumor ovarium ialah androgen dan
estrogen. Androgen yang tinggi menekan sekresi gonadotropin,
sehingga menyebabkan amenorea, hirsutisme, hipertrofi klitoris,
perubahan suara, dan akne. Tumor yang memroduksi estrogen
jarang menyebabkan amenorea, namun sering terjadi perdarahan
yang memanjang akibat hiperplasia endometrium.

Kegagalan ovarium dini/premature ovarian failure (POF)

Sekitar 1% wanita akan mengalami kegagalan ovarium


dini (deplesi dini dari folikel ovarium) sebelum usia 40 tahun.
Etiologi dari kegagalan ovarium dini pada sebagian besar kasus
belum diketahui dan lebih sering terjadi pada keluarga yang
memiliki sindrom X fragil; hal ini berguna bila kegagalan ovarium
dini familial diidentifikasi. Perlu ditekankan bahwa pembawa
mutasi X fragil ialah pada peningkatan risiko untuk kegagalan
ovarium dini. Gangguan autosomal dominan yaitu sindrom
blefaro-fimosis (kelainan kelopak mata), telah diidentifi-kasi
berhubungan dengan kegagalan ovarium dini, yang disebabkan
oeh mutasi dalam gen faktor transkripsi (FOXL2) pada kromosom
3. Selain itu, kegagalan ovarium dini dapat disebabkan oleh
destruksi folikel karena infeksi, misalnya ooforitis gondok, atau
kerusakan fisik (misalnya radiasi atau kemoterapi).

Efek radiasi tergantung pada usia dan dosis sinar X. Kadar


estrogen dan progesteron mulai menurun dan gonado-tropin
meningkat dalam 2 minggu setelah radiasi ovarium. Pada wanita
berusia lebih muda yang terpapar dengan radiasi kuat akan lebih
sulit terjadi efek kastrasi total, karena memiliki jumlah oosit yang
lebih banyak. Kerusakan ovarium mungkin tidak terjadi saat itu,
namun akan muncul di kemudian hari dalam bentuk kegagalan
ovarium dini. Bila daerah radiasi di luar pelvis, tidak terdapat
risiko kegagalan ovarium dini. Untuk alasan ini, transposisi elektif
ovarium menggunakan laparoskopi dari ovarium di luar pelvis
sebelum radiasi memberikan harapan yang baik untuk fungsi
fertilitas di masa akan datang.

 Sindrom resistensi ovarium


Sindrom resistensi ovarium terjadi pada wanita amenore
dengan pertumbuhan dan perkembangan yang normal, namun
memiliki peningkatan kadar gonadotropin. Wanita ini akan sulit
untuk hamil, bahkan dengan dosis gonadotropin eksogen yang
tinggi. Penyebab pasti kelainan ini belum sepenuhnya terungkap.
Diduga adanya gangguan pembentukan reseptor gonado-tropin di
ovarium akibat proses autoimun. Perlu dilakukan biopsi ovarium
untuk membedakan dengan menopause prekok.

 Sindroma ovarium polikistik (SOPK)

Sindrom ovarium polikistik adalah suatu anovulasi kronik


yang menyebabkan infertilitas dan bersifat hiperandrogenik, di
mana terjadi gangguan hubungan umpan balik antara pusat
(hipotalamus-hipofisis) dan ovarium sehingga kadar estrogen
selalu tinggi yang berakibat tidak pernah terjadi kenaikan kadar
FSH yang cukup adekuat.

Gambaran klinis SOPK sangat bervariasi, tetapi secara


umum dapat dijumpai gangguan menstruasi dan gejala
hiperandrogenisme. Keadaan klinis yang ditemukan ialah
gangguan menstruasi dengan siklus menstruasi tidak teratur atau
tidak menstruasi sama sekali, terkadang disertai terjadinya
perdarahan uterus disfungsional. Gejala hiperandrogenisme
berupa hirsutisme, kelainan seboroik pada kulit dan rambut serta
kebotakan dengan pola seperti yang ditemukan pada pria. Tes
laboratorium yang dilakukan berupa tes hormonal, tidak saja
penting untuk diagnosis tetapi juga sangat penting untuk melihat
kelainan secara keseluruhan. Kelainan endokrin yang ditemukan
ialah peningkatan konsentrasi LH dan aktivitas androgen yaitu
testosteron dan androste-nedion. Pada pemeriksaan ultrasonografi
transvaginal didapatkan gambaran lebih dari 10 kista pada salah
satu ovarium dengan ukuran <1 cm.

Kompartemen III: Gangguan pada hipofisis anterior


 Sindrom Sheehan

Penyebab terbanyak amenorea karena gangguan di


hipofisis ialah sindrom Sheehan yang terjadi akibat adanya
iskemik atau nekrosis adenohipofisis. Kelainan ini sering dijumpai
pada postpartum dengan perdarahan banyak. Perlu diketahui,
bahwa adenohipofisis sangat sensitif dalam kehamilan. Gejala
baru muncul bila ¾ dari adenohipofisis mengalami kerusakan.
Bila hal ini terjadi, maka semua hormon yang dihasilkan oleh
adenohipofisis akan mengalami gangguan.

 Amenorea galaktorea

Pada wanita dengan oligomenore, amenore, galaktorea


atau infertilitas, harus diperiksa kadar prolaktin serum. Hiper-
prolaktinemia diperkirakan terjadi pada 9% wanita dengan
amenore, 25% wanita dengan galaktorea, dan 70% wanita dengan
amenore dan galaktorea. Prolaktin merupa-kan hormon yang
diproduksi oleh sel-sel laktotrof yang terletak di bagian distal
lobus anterior hipofisis. Pengeluaran prolaktin dihambat oleh
prolactin inhibiting factor (PIF) yang identik dengan dopamin.
Bila PIF ini tidak berfungsi, atau produksinya berkurang maka
akan terjadi hiperprolaktinemia. Tidak berfungsinya PIF dapat
disebabkan oleh: gangguan di hipotalamus; obat-obatan
(psikofarmaka, estrogen, domperidon, simetidin); kerusakan pada
sistem portal hipofisis; dan tumor hipofisis yang menghasilkan
prolaktin (prolaktinoma), hipertiroid, dan akromegali.

Hiperprolaktinemia mengakibatkan reaksi umpan balik


terhadap hipotalamus, sehingga terbentuk dopamin dalam jumlah
besar yang akan menghambat pengeluaran gonadotropin-
releasing hormone (GnRH) dan dengan sendirinya akan terjadi
penurunan sekresi FSH dan LH. Hiperprolaktinemia juga
menyebabkan penurunan sensitivitas ovarium terhadap FSH dan
LH, memicu produksi asi, serta memicu sintesis androgen
suprarenal.
Pada hiperprolaktinemia didapatkan kadar prolaktin yang
tinggi di dalam darah (normal 5-25 ng/ml). Bila didapatkan kadar
prolaktin yang tinggi harus dicari ada tidaknya prolaktinoma
dengan mengguna-kan MRI atau CT scan. Umumnya terjadi
gangguan haid mulai dari oligomenorea sampai amenorea yang
sangat bergantung dari kadar prolaktin serum. Kadar prolaktin
>100 ng/ml selalu menyebabkan amenorea. Hiperprolaktinemia
mengakibatkan timbul-nya gangguan pada pertumbuhan folikel,
sehingga ovulasi tidak terjadi. Kadang-kadang pasien mengeluh
sakit kepala yang disertai dengan amenorea, serta gangguan
penglihatan. Bila hal ini ditemukan maka harus dipikirkan adanya
prolaktinoma.

Kompartemen IV: Gangguan pada sistem saraf pusat

 Amenore hipotalamik

Gangguan hipotalamus didiagnosis dengan menyingkirkan


lesi hipofisis. Gangguan ini sering berhubungan dengan keadaan
yang penuh dengan tekanan. Penyebab fungsional yang paling
sering ditemukan berupa gangguan psikis. Gangguan fungsional
seperti ini paling banyak dijumpai pada wanita pengungsi,
dipenjara, sering mengalami stres, atau hidup dalam ketakutan.
Pasien dengn amenore hipotalamik (hipogonadotropin
hipogonadisme) memiliki defisiensi dari sekresi pulsatil GnRH.
Tingkat penekanan GnRH menentukan bagaimana klinis pasien
ini. Penekanan ringan dapat berhubungan dengan efek marginal
dari reprofuksi, khususnya fase luteal yang tidak adekuat.
Penekanan sedang dapat menghasilkan anovulasi dengan ketidak-
teraturan menstruasi, dan penekanan yang kuat bermanifestasi
sebagai amenore hipotalamik.

 Anoreksia nervosa dan bulimia

Wanita yang mengalami gangguan pola makan seperti


anoreksia nervosa dan bulimia dapat menyebabkan gangguan
psikis, dan neurotik, sehingga dapat terjadi kerusakan organ
(atrofi). Bila kerusakan tersebut mengenai hipotalamus, maka
dengan sendirinya hipotalamus tidak dapat lagi memroduksi
GnRH. Pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis pun berhenti.
Akibatmya pematangan folikel dan ovulasi di ovarium tidak
terjadi. Anoreksia nervosa diagnosis bila ditemukan gejala
berikut:

1. Onset antara usia 10 dan 30 tahun.

2. Penurunan berat badan sebanyak 25% atau 15% di bawah


normal untuk usia dan tinggi badan.

3. Kelakuan khusus: penyangkalan, gambar tubuh yang berubah,


perlakuan yang tidak biasa terhadap makanan.

4. Sedikitnya satu dari berikut ini: rambut halus (lanugo),


bradikardi, overaktivitas, episode makan berlebihan (bulimia),
muntah, yang dapat diinduksi oleh diri sendiri.

5. Amenore.

6. Tidak ada penyakit medis yang diketahui.

7. Tidak ada kelainan psikiatrik lain

Bulimia merupakan sebuah sindrom yang ditandai dengan makan


berlebihan yang episodik dan diikuti dengan induksi muntah,
puasa, dan penggunaan laksatif dan diuretik, bahkan enema.
Tampaknya ini merupakan permasalahan yang berkembang pada
wanita muda. Perilaku bulimik sering tampak pada pasien dengan
anoreksia nervosa. Pasien dengan bulimia memiliki insidensi
gejala depresif yang tinggi atau gangguan kecemasan. Baik
anoreksia nervosa maupun bulimia menetap sebagai masalah
kronis yang berjangka waktu lama yang ditemukan pada 50%
kasus.

 Olah raga dan amenore


Atlet wanita dengan olahraga yang penuh tekanan
memiliki peningkatan insidensi bermakna dari ketidakteraturan
menstruasi dan amenore akibat efek penekanan hipotalamus. Bila
latihan dimulai sebelum menarke, menarke dapat tertunda hingga
2-3 tahun, dan insidensi berikutnya dari ketidakteraturan
menstruasi lebih tinggi. Olahraga menurunkan gonado-tropin dan
meningkatkan prolaktin, hormon pertumbuhan, testosteron,
ACTH, steroid adrenal, dan endorfin sebagai akibat dari sekresi
yang meningkat maupun bersihan yang berkurang.

Hormon yang melepaskan kortiko-tropin (CRH) secara


langsung menghambat sekresi GnRH hipotalamik, mungkin
dengan meningkatkan sekresi opioid endogen. Wanita dengan
amenore hipo-talamik (termasuk olahragawan dan wanita dengan
gangguan pola makan) memper-lihatkan hiperkortisolisme (karena
peningkatan CRH dan ACTH), yang menunjukkan bahwa ini
merupakan jalur dimana tekanan mengganggu fungsi reproduktif.
Atlet amenore yang memiliki kadar kortisol kembali ke rentang
normal memperoleh kembali fungsi menstrual dalam 6 bulan,
kebalikan dengan atlet yang mempertahankan kadar kortisol yang
meningkat dan terus mengalami amenore.

Terdapat beberapa perbedaan penting antara reaksi


anorektik dan anoreksia nervosa sejati. Pasien dengan anoreksia
nervosa sejati memiliki persepsi yang salah tentang realitas dan
kurang kesadaran diri terhadap penyakit dan masalahnya
sedangkan pasien dengan reaksi anorektik memiliki kemampuan
untuk menilai diri sendiri. Atlet wanita yang bertanding dapat
mengalami reaksi anorektik mereka dengan sengaja berusaha
untuk mengurangi berat badan. Seorang dokter harus waspada
akan masalah ini dan akan ditemui oleh pasien karena keluhan
yang terjadi baik amenore maupun penurunan berat badan yang
tidak terkontrol lagi.

7. Jelaskan patofisiologi amenore!


Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan,
dimana klasifikasi amenorea terbagi atas amenorea primer dan amenorea
sekunder :
A. Amenorea primer
yaitu tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya
pertumbuhan atau perkembangan tanda kelamin sekunder atau tidak
terjadi haid sampai usia 16 tahun atau 18 tahun ( berbeda-beda dalam
sumber ), disertai adanya pertumbuhan normal dan perkembangan
tanda kelamn sekunder. Sering disebabkan kelainan kongenital seperti
aplasia uterus dan vagina (sindrom Mayer-Kustner-V Rokitansky),
agenesis atau hipogenesis gonad, dan juga mempunyai sebab yang
lebih berat dan lebih sulit untuk di ketahui.

B. Amenorea sekunder
yaitu keadaan dimana tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3
bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya pernah haid.
Dapat disebabkan oleh kelainan pada tingkat hipotalamus (Amenorea
Hipotalamus, sindroma kallmann), hipofisis (Adenoma hipofisis,
Empty Sella Syndrome, Sindroma Sheehan), ovarium (Sinroma
Turner, Premature Ovarian Failure), dan Uterus (Sindroma Asherman,
Endometritis tuberkulosa, Agenesis Duktis Mulleri). Adanya amenore
sekunder lebih merujuk pada sebab yang timbul pada kehidupan
wanita seperti ganggian gizi, gangguan metabolism, tumor, infeksi,
dan lain-lain
Keadaan ini juga bisa disebabkan kemungkinan adanya kehamilan.
 Kompartemen I : gangguan pada uterus dan patensi (outflow
tract)
 Kompartemen II : gangguan pada ovarium
 Kompartemen III : gangguan pada hipofisis
 Kompartemen IV: gangguan pada hipotalamus/susunan saraf
pusat

Tidak adanya menstruasi pada wanita usia reproduksi


berhubungan dengan gangguan hormon normal, mekanisme fisiologis
atau kelainan anatomi wanita. Mekanisme fisiologis yang normal
bekerja dengan menyeimbangkan hormon dan memberikan umpan
balik antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan rahim.

Selama siklus menstruasi wanita normal, hormon pelepas


gonadotropin (GnRH) dilepaskan dari hipotalamus, dan bekerja
pada hipofisis untuk melepaskan hormon perangsang folikel
(FSH) dan hormon luteinizing (LH) dan 2 hormon ini dari aksi
hipofisis pada ovarium dan ovarium. membuat estrogen dan
progesteron untuk bekerja pada rahim untuk melaksanakan fase
folikular dan sekresi siklus menstruasi. Cacat apa pun pada level
apa pun dari fisiologi normal wanita ini dapat menyebabkan
amenore.

Di sisi lain, penyimpangan dari anatomi normal organ reproduksi


wanita juga dapat menyebabkan amenore.

Patofisiologi: 

Siklus menstruasi yang teratur dan dapat diprediksi


terjadi jika hormon ovarium estradiol dan progesteron dikeluarkan
secara teratur sebagai respons terhadap stimulasi oleh hipotalamus
dan hipofisis. Estradiol yang bersirkulasi merangsang
pertumbuhan endometrium. Progesteron, diproduksi oleh corpus
luteum yang terbentuk setelah ovulasi, mengubah endometrium
yang berproliferasi menjadi endometrium sekretori. Jika
kehamilan tidak terjadi, endometrium sekretori ini rusak dan luruh
selama periode menstruasi berikutnya.

Amenore terjadi jika hipotalamus dan hipofisis gagal


memberikan stimulasi gonadotropin yang tepat pada ovarium,
sehingga produksi estradiol tidak memadai atau kegagalan ovulasi
dan produksi progesteron. Amenore juga dapat terjadi jika
ovarium gagal menghasilkan jumlah estradiol yang memadai
meskipun stimulasi gonadotropin normal dan tepat oleh
hipotalamus dan hipofisis. Dalam beberapa kasus, semua
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dapat berfungsi secara
normal, namun amenore terjadi karena adhesi di rongga
endometrium atau penyumbatan pada saluran keluar serviks /
vagina.

8. Jelaskan bagaimana proses kehamilan!


 Pembuahan
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen-
mikrofilamen fimbria infundibulum tuba ke arah ostium tuba
abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial, Ovum ini
mempunyai diameter 100 u (0,1 mm). Di tengah-tengahnya
dijumpai nukleus yang berada dalam metafase pada pembelahan
pematangan kedua, terapung-apung sitoplasma yang kekuning-
kuningan yakni vitelus.Vitelus ini mengandung banyak zat
karbohidrat dan asam amino.

Ovum dilingkari oleh zona pelusida.Di luar zona pelusida


ini ditemukan sel-sel korona radiata, dan di dalamnya terdapat
ruang perivitelina, tempat benda-benda kutub.Bahan-bahan dari
sel-sel korona radiata dapat disalurkan ke ovum melalui saluran
saluran halus di zona pelusida.Jumlah sel-sel korona radiata di
dalam perjalanan ovum ampula tuba makin berkurang, sehingga
ovum hanya dilingkari oleh zona pelusida pada waktu berada
dekat pada perbatasan ampula dan ismus tuba, tempat pembuahan
umumnya terjadi.

Jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan di


sekitar porsio dan hanya beberapa ratus ribu spermatozoa dapat
terus ke kavum uteri dan tuba spermatozoa dapat memasuki ovum
yang telah siap untuk dibuahi.Hanya satu spermatozoa yane
mempunyai kemampuan (kapasitasi) untuk membuahi.Pada
spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum
oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase.
Fertilisasi atau pembuahan adalah penyatuan ovum (oosit
sekunder) dan spermatozoa ertilisas yang biasanya berlangsung di
ampula tuba.Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa kedalam
ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi
genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses
kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk
mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata
(lapisan sel di luar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk
glikoprotein ekstraselular), yaitu dua lapisan yang menutupi dan
mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu
spermatozoa.Suatu molekul komplemen khusus di permukaan
kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona
pelusida.Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang
membantu spermatozoa menembus zona pelusida.

Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi


reaksi korteks ovum.Granula korteks di dalam ovum (oosit
sekunder) berfusi dengan membran plasma sel, sehingga enzim di
dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona
pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida
berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan
tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah
ovum dibuahi lebih dari satu sperma.

Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom


otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X
dan satu Sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang
mempunyai 22 kromosom Y. otosom serta 1 kromosom X, dan
suatu spermatozoa mempunyai 22 kromosom otosom serta 1
kromosom X atau 22 kromosom otosom serta 1 kromosom Y.
Zigot sebagai hasil pembuahan yang memiliki 44 kromosom
otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin
perempuan, sedang yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1
kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-
laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena
sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim.
Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan
selanjutnya berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk
suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada
dalam stadium morula.Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari
vitelus, hingga volume vitelus makin berkurang dan terisi
seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap
utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap
sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus
ke pars ismika dan pars interstitialis tuba dan terus disalurkan kea
rah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-
sel tuba dan kontraksi tuba.

 Nidasi

Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium


blastula disebutBlastokista (blastocyst), suatu bentuk yang di
bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian dalamnya disebut
massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi janin
dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan
demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut
trofoblas.Trofoblas ini sangat kritis untulk keberhasilan kehamilan
terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon
kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah
maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak trofoblas
terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG)
dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endo- metrium
akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio.

Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan


dan mencairkan jaringan enemukan endometrium dalam masa
sekresi, dengan sel-sel desidua.Sel-sel desidua ini besar-besar dan
mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh
rrofoblas. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara
trofoblas dan endometrium. Di satu sisi trofoblas mempunyai
kemampuan invasif yang kuat, di sisi lair endometrium
mengontrol invasi trofoblas dengan menyekresikan faktor-faktor
yang aktif setempat (lokal) yaitu inhibitor cytokines dan protease.
Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal adalah hasil
keseimbangan proses antara trofoblas dan endometrium .

Dalam perkembangan diferensiasi trofoblas, sitotrofoblas


yang belum berdiferensiasi dapat berkembang dan berdiferensiasi
menjadi 3 jenis, yaitu (1) sinsisiotrofoblas yang aktif
menghasilkan hormon, (2) trofoblas jangkar ekstravili yang akan
menempel pada endometrium, dan (3) trofoblas yang invasive.

Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan


bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini
selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh lapisan
sitotrofoblas (mononuclear trophoblast) di sisi bagian dalam dan
sinsisiotrofoblas (multinuclear trophoblast) di sisi bagian
luar.Kondisi ini kritis tidak hanya ntuk pertukaran nutrisi, tetapi
juga untuk melindungi janin yang bertumbuh mbang dari serangan
imunologik maternal.Bila nidasi telah terjadi, mulailah
diferensiasi sel-sel blastokista.Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat
pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac,
sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan
membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastokista
terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan,
yakni ruang amnion dan yolk sac

Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang


selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm,
mesoderm, dan entoderm.Sementara itu, ruang amnion tumbuh
dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang
amnion mendekati korion.Mesoblas antara ruang amnion dan
embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan merupakan
hubungan antara embrio dan dinding trofoblas.Body stalk,
menjadi tali pusat.Yolk sac dan alantois pada manusia tidak
tumbuh terus, dan sisa-sisanya dapat ditemukan dalam tali pusat.

 Plasentasi

Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis


plasenta. Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi
dimulai.Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18
minggu setelah fertilisasi.

Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi,


trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah
endometrium.Terbentuklah sinus intertrofoblastik yaitu ruangan-
ruangan yang berisi darah maternal dari pembuluh-pembuluh
darah yang dihancurkan.Pertumbuhan ini berjalan terus, sehingga
timbul ruangan-ruangan interviler di mana vili korialis seolah-olah
terapung-apung di antara ruangan-ruangan tersebut sampai
terbentuknya plasenta.

9. Jelaskan perubahan anatomi dan fisiolohi akibat kehamilan!


Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sudah
sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut
selama kehamilan.Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap
janin. Hampir semua perubahan ini akan kembali ke keadaan seperti
sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai.

1. Sistem Reproduksi

 Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, Plasenta, amnion) sampai
persalinan. Uterus mempunyai kemampuan untuk bertambah
besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali ke
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.
Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada
akhir kehamilan volume totalnya 1100 g.

Produksi miosit yang baru sangat terbatas.Bersamaan


dengan hal itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastic, terutama
pada lapisan otot luar. Kerjasama tersebut akanmeningkatkan
kekuatan dinding uterus.

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi oleh


hormone estrogen dan sedikit oleh progesterone. Setelah
kehamilan 12 minggu lebih penambahan ukuran uterus lebih
didominasi oleh desakan hasil konsepsi. Posisi plasenta juga
mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian
uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan
bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya
sehingga menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal
dengan tanda piscaseck.

Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar


dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan
menyentuh diding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke
atas, terus tumbuh hingga hamper menyentuh hati. Pada triwulan
akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah uterus.
Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan
berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan
menipis. Batas antara segmen atas yang tebal yang segmen bawah
yang tipis disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis.

Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami


kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.
Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual.Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya
kontraksi ini sangant jarang dan meningkat pada satu atau dau
minggu sebelum persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan
meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap junction di antara
sel-sel myometrium.
 Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan


kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi
dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan
terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar
serviks. Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan
heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa selama
kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampia akhir
kehamilan dan selama persalinan

Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya


berupa jaringan matriks ekstraselular terutama mengandung otot
dan fibroblast, epitel, serta pembuluh darah. Rasio relative
ajringan ikat terhadap otot tidak sama sepanjang serviks yang
semakin ke distal rasio ini semakin besar. Berbeda kontras dengan
korpus, serviks hanya memiliki 10 – 15% otot polos.Jaringan ikat
ekstraseluler serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 sedikit tipe 4
pada membrane basalis.Di antara molekul-molekul itu, berkatalasi
glikosaminoglikan dan proteoglikan, terutama dermatan sulfat,
asam hialuronat, dan heparin sulfat.Juga ditemukan fibronectin
dan elastin di antara serabut kolagen.Rasio tertinggi elastin
terhadap kolagen terdapat di ostium interna.Baik elastin maupun
otot polos semakin menurun jumlahnya mulai dari ostium interna
ke ostium eksterna.

Pada perempuan tidak hamil berkas kolagen pada serviks


terbungkus rapat dan tidak beraturan.Selama kehamilan, kolagen
secara aktif disintesis dan secara terus-menerus diemodel oleh
kolagenase, yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrophil.
Kolagen didegradasi oleh kolagenase intraseluler yagn
menyingkirkan struktur prokolagen yang tidak sempurna untuk
mencegah pembentukan kolagen yang lemah, dan kolagenase
ekstraseluler yang secara lambat akan melemahkan matriks
kolagen agar persalinan dapat berlangsung.

Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen


menjadi kurang kuat terbungkus.Hal ini terjadi akibat penurunan
konsentrasi kolagen secara keseluruhan.

Pada saat kehamilan mendekatai aterm, terjadi penurunan


lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.Konsentrasinya menurun
secara nyata dari keadaan yang relative dilusi dalam keadaan
menyebar (disperse) dan ter-remodel menjadi serat. Disperse
meningkat oleh rasio dekorin terhadap kolagen. Karena serabut
terdispersi , konsentrasi air meningkat seperti juga halnya
asamhialuronat dan glikosaminoglikan. Asam hialuronat
disekresikan oleh fibroblast dan memiliki afinitas yang tinggi
terhadap molekul air.Penurunan konsentrasi kolagen lebih lanjut
ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. Beberapa
perubahan ini berhubungan dengan disperse kolagen yang terjadi
lebih awal pada kehamilan dan mengakibatkan keadaan patologis
seperti serviks inkompeten.

Proses remodeling sangat kompleks dan melibatkan proses


kaskade biokimia, interaksi antara komponen seluler dan matriks
ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh sel-sel inflamasi
seperti netrofil dan makrofag. Proses remodeling ini berfungsi
agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai aterm dan
kemudian proses destruksi serviks yang membuatnya berdilatasi
memfasilitasi persalinan.

Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga


siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang. Waktu yang
tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan mengakibatkan
persalinan preterm, penundaan persalinan menjadi postterm dan
bahkan gangguan persalinan spontan.

 Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang
relative minimal.

Relaksin, suatu hormone protein yang mempunyai struktur


mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & II,
disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati. Aksi
biologi utamanya adalah proses remodeling jaringan ikat pada
saluran reproduksi, yang kemudain akan mengakomodasi
kehamilan dan keberhasilan proses persalinan. Perannya belum
diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek
pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi
myometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm.

 Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia


terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,
sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang
dikenal dengan tanda Chadwick. Perubahan inio meliputi
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan
hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang


merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu
persalinan dengan meningkatnyta ketebalan mukosa,
mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.

 Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga aka
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan namastriae gravidarum.Pada multipara selain striae
kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau
yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya


(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut
linea nigra. Pada areola dan daerah genital juga akan terlihat
hiperpigmentasi. Kontrasepsi oral juga dapat menyebabkan
terjadinya hiperpigmentasi yang sama.

 Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan


payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara
akan brtambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan
lebih terlihat. Putting payudara akan terlihat lebih besar,
kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan
berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat
keluar.Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang
mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu beluum
dapat diproduksi karena produksi hormone prolactin ditekan oleh
prolactin inhibiting hormone. Pada bulan yang sama areola akan
lebih besar dan kehitaman. Kelenjar montgometry, yaitu kelenjar
sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk
menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti
yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum
kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu
yang akan dihasilkan.

2. Sistem Cardiovasculer

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan


perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik.
Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.Antara minggu ke-
10 dan minggu ke-20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga
juga terjadi peningkatan preload.
Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi untuk
memfasilitasi perubahan cardiac output, tetapi kontraktilitasnya tidak
berubah. Bersamaan dengan perubahan posisi diafragma, apeks akan
bergerak ke anterior dank e

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan


vena cava inferior dan aorta bdominalis ketika berada dalam posisi
terlentang. Penekanan vena cava inferior ini akan mengurangi dara
balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan
cardiac output sehingga menyebabkan terjadinya hipotensi arterial

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu


ke 6 – 8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32 – 34
dengan perubahn kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan
meningkat kira-kira 40 – 45%.

Eritropoietin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah


sebanyak 20 - 30%

Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni


berkisar antara 5.000 – 12.000 /µl. dan mencapai puncaknya pada saat
persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 – 16.000/µl. penyebab
peningkatan ini belum diketahui. Respons yang sama diketahui terjadi
selama dan setelah melakukan latihan yang berat. Distribusi tipe sel
juga akan mengalami peubahan. Pada kehamilan, terutama trimester
ke-tiga, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit CD8 T dan
secara bersamaan penurunan limfosit dan monosit CD4 T. pada awal
kehamilan aktivitas leukosit alkalin fosfatase juga
meningkat.Demikian juga konsentrasi dari penanda inflamasi seperti
C-reactive protein (CRP). Suatu reaktan serum akut dan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) juga akan meningkat karena peningkatan
plasma globulin dan fibrinogen.

Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi


intravascular dan fibrinolysis sehingga menginduksi suatu keadaan
hiperkoagulasi. Dengan pengecualian pada factor XI dan XIII, semua
konsentrasi plasma dan factor-faktor pembekuan darah dan fibrinogen
akan meningkat. Produksi platelet juga meningkat, tetapi karena
adanya dilusi dan konsumsinya, kadarnya akan menurun.

3. Sistem Respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm,


tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan
volume residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm
selama kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit
perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi
per menit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara
signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke-37 dan akan kembali hampit seperti sedia
kala dalam 24 minggu setelah persalinan.

4. Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus


tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser kearah atas dan lateral.

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas


otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam
hidroklorid dan peptin di lambung sehingg akan menimbulkan gejala
berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam
lambung ke esophagus bawah sebagai akibat perubahan posisi
lambung dan menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah.
Mual terjadi akibat penurunan sam hidroklorid dan penurunan
motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus
besar.

Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan


trauma sedang saja bias terjadi perdarahan. Epulis selama kehamilan
akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang secara spontan.
Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai
akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah
karena pembesaran uterus.

Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama


kehamilan baik secara anatomic maupun morfologik. Pada fungsi hati
kadar alkalin fosfatase akan meningkat hamper dua kali lipat,
sedangkan serum aspartate transamin, Alani transamin, γ-glutamil
transferase, albumin, dan bilirubin akan menurun.

5. Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan


tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
sering berkemih. Keadaaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila keluar dari rongga panggual. Pada akhir kehamilan,
jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu
akan timbul kembali.

Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal


plasma flow juga akan meningkat. Pada ekskresi akan dijumpai kadar
asam amino dan vitamin yang larut air dalm jumlah lebih banyak.
Glukosuria juga merupakan sutau hal yang umum, tetapi
kemungkinan adanya diabetes mellitus juga tetap harus
diperhitungkan.Sementara itu, proteinuria dan hematuria merupakan
suatu hal yang abnormal. Pada fungsi renal akan dijumpai
peningkatan creatinine lebih tinggi 30%.

Pada ureter akan terjadi dilatasi di mana sisi kanan akan lebih
membesar dibandingkan ureter kiri. Hal ini diperkirakan karena ureter
kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan danya tekanan yang kuat pada
sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi
uterus.Ovarium kanan dengan posisi melintang di atas ureter kanan
juga diperkiran sebagai factor penyebabnya.Penyebab lainnya diduga
karena pengaruh hormone progesterone.

6. System Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±
135%. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan
dapat berjalan dengan lancer. Hormone prolactin akan meningkat 10x
lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah persalinan
konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan
pada ibu-ibu yang menyusui.

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15 ml pada


saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan vaskularisasi.

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat


dengan magnesium, fosfat, hormone paratiroid, vitamin D, dan
kalsitonin. Adanya gangguan pada salah satu factor itu akan
menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma
hormone paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan akan
meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormone
paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang
adekuat.Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi
peptide pada janin, plasenta, dan ibu.Pada saat hamil dan menyusui
dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D 10 µg atau 400 IU10.

Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,


sedangakan hormone androstenedion, testosterone,
dioksikortikosteron, aldosterone, dan kortisol akan meningkat,
sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

7. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum oada


kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua
tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawa punggung
terutama pada akhir kehamilan.
8. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan


berasal dari uterus dan isi-nya.Kemudian payudara, volume darah,
dan cairan ekstrselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan
akan bertambah 12,5 kg.

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar
0,5 kg dan 0,3 kg.

Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hl


yang fisiologis.Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10
mOsm/kg yang yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa
haus dan sekresi vaasopresin.Fenomena ini mulai terjadi pada awal
kehamilan. Pada saat aterm ± 3,5 l cairan berasal dari janin, plasenta,
dan cairan amnion, sedangkan 3 liter lainnya berasal dari akumulasi
peningkatan volume darah ibu, uterus, dan payudara sehingga
minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l. penambahan
tekanan vena di bagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi
parsial vena kava yang bermanifestasi pada adanya pitting edema di
kaki dan tungkai terutama pada akhir kehamilan. Penurunan tekanan
osmotic koloid di interstisial juga akan menyebabkan edema pada
akhir kehamilan.

Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara relative mempunyai


kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat.
WHO menganjutkan asupan protein per hari pada ibu hamil 51 g.

Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang


disebabkan oleh kenaikan kadar insulin , hiperglikemia postprandial
dan hiperinsulinemia.

Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apolipoprotein dalam


plasma akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan
sebagain besar di sentral yang kemudian akan digunakan janin
sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu akan berkurang. LDL
akan mencapai puncaknya pada minggu ke-36, sementara HDL akan
mencapai puncaknya pada minggu ke-25 berkurang sampai minggu
ke-32 dan kemudian menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan
hormone progesterone dan estrogen.

10. Jelaskan keluhan – keluhan yang ditemukan kehamilan akibat


perubahan – perubahan tersebut!

a) Trimester I
1. Nyeri uluhati
Biasanya terjadi karena peningkatan hormon estrogen dan
progesteron sehingga motilitas otot polos Gastri Interstinal terjadi
peningkatan asam lambung yang akhirnya menyebabkan ulkus
dan nyeri epigastrik ( ulu hati).
2. Rasa mual dan muntah
Terjadi pada awal kehamilan,timbul pada pagi hari yaitu saat perut
kosong, penyebabnya belum diketahui secara paasti, kemunkinan
ditimbulkan dari perubahan hormon, rasa mual dan muntah ini
dapat kita jumpa pad 50-70% kehamilan.
3. Mengidam
Peningkatan asupan kalori terjadi karena perubahan psikologis
selama kehamilan, akan tetapi menghilang dengan semakin tuanya
kehamilan.
4. Gangguan berkemih
Biasanya pada bulan pertama kehamilan ibu merasa ingin selalu
buang air kecil. Ini terjadi karena kandung kemih tertekan oleh
uterus yang semakin membesar, selain itu juga dipengaruhi oleh
hormon aldosteron yang dapat meningkatkan vaskularisasi
pembuluh darah.
5. Obstipasi
Kesulitan BAB yang di alami ibu hamil di sebabkan oleh kekuatan
otot traktus digstivus menurun yang mengakibatkan motilitas
saluran pencernaan berkurang. Feses yang lebih lama di usus akan
menyebabkan absorbsi air meningkat , dan terjadi pengeringan
dari fases serta penekann uterus terhadap kolon dan rectum.
6. Varises
Timbulnya varises di timbulkan oleh faktor keturunan masa
kehamilan , selain itu juga faktor hormonal. Seperti bendungan
vena dalam panggul.
7. Flour albus
Flour albus meningkat karena serviks dirangsang oleh hormon
estrogen dan progesteron sehingga menjadi hipertrofi dan
hiperaktif serta mengeluarkan banyak mukosa.
8. Mudah lelah, malaise, fatique.
Tidak diketahui penyebnya dengan jelas, mungkin adanya
peningkatan estrogen dan progesteron, hcg,dan asupan nutrisi
yang kurang.
9. Perubahan payudara dan perasaan nyeri.
Disebabkan oleh hipertrofi kelenjar payudara dan peningkatan
vaskularisasi serta adanya hiperpigmentasi areola dan puting susu
oleh stimulasi hormon malanophose stimulating hormon (MSH).

b) Trimester II
1. Kram otot
Kram otot yang dialami oleh ibu haml dengan usia kehamilan
sekitar 16 – 27 minggu atau trimester kedua disebakan karena
tekanan saraf pada ekstremitas bawah oleh uterus yang besar.
2. Anemia
Berkurangnya nutrisi, zat besi, asam folat, serta hemoglobinopati.
Penangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
antara lain pemberian zat besi,vitamin c, pemberian diet,
mencukupi kebutuhan nutrisnya serta istirahat yang cukup.
3. Perubahan libido.
Perubahan libido yang terjadi di karenakan pengaruh psikologis,
hormonal,maupun perubahn emosi.

c) Trimester III
1. Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran vena dari anus. Hemoroid bisa
bertambah besar ketika kehamilan karena adanya kongesti darah
dalam rongga panggul, relaksasi dari otot halus pada bowel,
memperberat konstipasi dan tertahannya gumpalan.
2. Pegal-pegal
Ibu akan sering mengalami pegal-pegal biasanya penyebabnya
bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium atau karena ketegangan
otot. Pada kehamilan trimester ketiga ini dapat dikatan ibu
membawah beban yang berlebih seiring peningkatan berat badan
bayi didalam rahim. Otot-otot tubuh yang mengalami
pengenduran sehingga mudah merasa lelah.
3. Sering buang air kecil
Janin yang sudah sedemikian membesar menekan kandung kemih
ibu, akibatnya kapasitas kandung kemih terbatas,sehingga ibu
sering BAK.
4. Kram dan nyeri pada kaki
Menjelang akhir kehamilan, ibu akan sering mengalami ketakutan
dan pembengkakan pada tangkai dan kaki,akibatnya syaraf
menjadi tertekan. Tekanan ini menimbulkan rasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk jarum, sehingga tangan dan kaki tidak merasakan
apa-apa dan otot menjadi lemah, akan terasa ketika bangun di pagi
haridan akan membaik di siang hari.
5. Gangguan pernapasan
Napas dangkal terjadi pada 50% ibu hamil, ekspansi diafragma
terbatas karen apembesaran uterus,rahim mendesak diafragma.
6. Edema
Di karenakan kurangnya aktivitas ibu(terlalu banyak diam)
7. Perubahan libido
Terjadi karena ibu mungkin mengalami sakit ulu hati dan
gangguan pencernaan. Mungkin juga hemoroid atau hal lain yang
mengurangi hasrat seksualnya, kelelahan dan perubahan yang
berhubungan dengan tuanya kehamilan mungkin terjadi pada
trimester ketiga, rasa letih yang berlebihan disebabkan oleh
perubahan hormon yang dapat mengurangi daya tarik seksual, bila
pada kehamilan yang lalu perna mengalami perdarahan yang
berulang maka aktivitas seksual di pandang sebagai ancaman
terhadap janin.

11. Sebutkan jenis – jenis kelainan kehamilan!


A. Plasenta previa
Kondisi dimana sebagian atau seluruh plasenta menutupi mulut rahim.
B. Kehamilan Ektopik terganggu
Kondisi dimana saat pembuahan sel telur terjadi diluar rahim,biasanya
terjadi disalah satu tuba fallopi
C. Molahidatidosa (hamil anggur)
Kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat
kegagalan pembentukan janin
D. Abortus
Adalah berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus)
atau embrio sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup
diluar rahim sehingga megakibatkan kematiannya.

12. Jelaskan langkah – langkah diagnosis!


Rencana pemeriksaan Dari sekian banyak yang bisa kita lihat pada
kasus amenorea dijumpai pada penyakit-penyakit atau gangguan-
gangguan yang bermacam-macam. Sudah jelas untuk menegakkan
diagnosis yang sesuai berdasarkan etiologi, tidak perlu pemeriksaan-
pemeriksaan yang beraneka ragam, rumit, dan harga. Dewasa ini tidak
banyak klinik yang memiliki cukup fasilitas untuk melaksanakan semua
pemeriksaan, dan hal itu pun tidak perlu. Di bawah ini dibicarakan
metoda-metoda yang dapat dilakukan oleh semua klinik, dan disebut pula
pemeriksaan-pemeriksaan yang memerlu- kan fasilitas-fasilitas khusus.
Perlu dikemukakan di sini tentang jenis-jenis amenorea yang memerlukan
pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat ditetapkan
diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana. (sarwono
prawirohardjo.2007)

Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama,


harus diketahui apakah itu primer atau sekunder. Selanjutnya, perlu
diketahui apakah ada hubungan amenorea dan faktor-faktor yang dapat
menimbulkan masalah emosional; apakah ada harapan kehamilan;
apakah penderita menderita penyakit kronis atau menahun; Apakah ada
gejala-gejala penyakit metabolik, dan lain-lain. (sarwono
prawirohardjo.2007)

Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang


seksama; Petunjuk yang disarankan. Apakah penderita pendek atau
tinggi, apakah berat badan sesuai dengan tinggi, apakah cini-ciri gender
sekunder bertumbuh dengan baik, apakah ada tanda hirsutisme; semua
ini penting untuk pembuatan diagnosis. (sarwono prawirohardjo.2007)

Terdapat lima kelainan anatomis yang lazim dijumpai


pada individu 46,XX yang dapat menyebabkan amenore. (sarwono
prawirohardjo.2007)

1. Digenesis mulleri (tidak adanya uterus dan vagina bagian


atas karena kelainan kongenital)
2. Agenesis vagina (tidak adanya vagina karena kelainan kongenital)
3. Septum vagina transversa (akibat kegagalan penyatuan mulleri
dan sinus urogenital yang berasal dari bagian vagina)
4. Himen imperforate (tidak memungkinkan darah menstruasi keluar
dari vagina)
5. Amenore pada Sindrom Asherman dapat terjadi akibat
tindakan – tindakan seperti miomektomi dan seksio cesarea
tetapi paling sering setelah D & C dengan komplikasi (misalnya
eliminasi endometrium yang terlalu bersemangat, hasil konsepsi
terinfeksi) atau akibat endometritis tuberkulosa.
Pada pemeriksaan ginekologik, dapat diketahui adanya berbagai
jenis ginatresi, keberadaan aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri,
keberadaan

Dengan anamnesis, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan


ginekologik, pemeriksaan klinis yang diberikan pada bab amenorea,
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan tumor sebagi,
ovarium, dan sebagainya banyak kasus amenorea dapat diketahui
sebabnys berikut : (sarwono prawirohardjo.2007)

1. Pemeriksaan foto Roentgen dari thoraks terhadap tuberkulosis


pulmonum dan dari sella tursika untuk mengetahui apakah ada
perubahan pada sella tersebut

2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui keberadaan


estrogen yang dapat dibuktikan berkat pengaruhnya

3. Tes terkait untuk dapat dilihat diabetes mellitus

4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya


lapangan

5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium, dan


untuk

6. Pemeriksaan metabolisme basal atau, jika ada fasilitasnya,


periksa T3 dan T4 untuk mengetahui penggunaan glandula
tiroidea.

Pemenikssn pemerikssan yang memerlukan fasilitas khusus :


(sarwono prawirohardjo.2007)

1. Laparakopi dengan laparoskopi dapat diketahui adaya hipoplasia


uteri yang berat, aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium,
ovarium (Sindrom Stein- Leventhal) dan sebagainya

2. Pemeriksaan kromatin seks untuk mengetahui apakah penderita


seorang wanita, Akan tetapi, kromatin seks positif belum berarti
bahwa penderita yang seharusnya seorang wanita yang, genetik
normal karena kromatin seks positif dijumpai pula gambaran
kromosom 44 XXY, 44 XXX bintang porno mesuk seperi XXiko,
XXXY atau gambaran mosokaik seperti XX/XO, XXXY atau
XXYY

3. Pembuatan kariogram dengan pembiakan sel-sel guna


mempelajari hal ikhwal kromosom anatara lain apabila fenotipe
tidak sesuai dengan genotipe.

4. Pemeriksan kadar hormon.

Dapat pula duiagmopsis diferensial dari amenore didekati dengan


melakukan tes-tes yang dinamakan tes-tes fungsional (sarwono
prawirohardjo.2007)

1. Diberikan sebagai langkah pertama bagi penderita 100 mg


progesteron (dalam minyak) intramuskulus. Jika terjadi 2-7 hari
terjadi perdarahan penghentian perdar), ini artinya estrogen
endogen dalam tubuh. Dapat diambil kesimpulan bahwa poros
hipotalamus-hipofisis-ovariu masih dilakukan, meskipun minimal.
Pada penderita ini tidak ada galaktorea, dan ada kadar prolaktin
normal, menganggap kemungkin an adanya tumor hipofisis. Jika
ditemukan kadar prolaktin tinggi, perlu dipikirkan tumor hipofisis.
Potret Roentgen biasa atau politomografi dari sella tursika dapat
membantu untuk mengetahui ada tidaknya tumor itu. Jika tidak
terjadi perdarahan, ada 2 kemungkinan:

a) uterus tidak di bereaksi

b) tidak ada pembuatan estrogen

2. Untuk membedakan antara 2 mengeluarkan ini, sebagai langkah


ke-2, diberikan kepada penderita 2,5 mg estrogen terkonjugasi
(Premarin, Estimasi hari per hari selama 21 hari, ditambah dengan
10 mg Asetas medroksi min progesteron sehari untuk 5 hari
terakhir
Jika tidak timbul perdarahan dalam 2 minggu setelah berhentinya
pemberian obat, dapat disangkal bahwa uterus tidak dapat
digunakan lagi (misalnya pada adhesi intra uterin yang luas seperti
penelusuran Asherman)

3. Jika timbul perdarahan dapat dilakukan langkah ke 3, Lngah ini


terdiri atas pemeriksaan FSH dengan jalan radioimmuno-assay a.

a) Jika kadar FSH lebih tinggi dari 40 MIU / ml, sebab


amenorea karena gangguan fungsi ovarium (angka normal
perbedaan antara 5-25 MIU / ml misalnya pada menopause
prematur

b) Jika kadar FSH rendah, maka sebab amenore ialah


gangguan fungsi hipofisis atau alat-alat lebih atas

Dengan pemeriksaan roentgen dari sella tursika dapat dapat


ditentukan ada tidaknya hipofisis

Tinjauan Umum Tentang Penanggulangan Amenorea.

Amenorea sendiri tidak selalu membutuhkan terapi. Misalnya,


seorang wanita lebih dari 40 tahun tanpa alasan yang perlu khawatir.
Penderita-penderita dalam kategori ini yang meminta terapi wanita-
wanita muda yang setuju tentang infertilitas, atau yang sangat terganggu
oleh tidak datangnya haid. (sarwono prawirohardjo.2007)

Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan perbaikan


kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang
sehat dan tenang, dan sebagainya. Pengurangan berat badan pada wanita
dengan pengaruh baik terhadap amenorea dan obesitas tidak jarang
memiliki oligomenorea. Pemberian tiroid tidak banyak gunanya, kecuali
jika ada hipotiroidi. Demikian pula pemberian kortikosteroid hanya
bermanfaat pada amenorea berdasarkan masalah fungsi glandula
suprarenalis (penyakit Tambahan laten). (sarwono prawirohardjo.2007)
Pemberian estrogen bersama dengan progesteron dapat
menimbulkan perdarahan secara siklis. Akan tetapi, perdarahan ini
bersifat withdrawel bleeding, dan bukan haid yang didahului oleh ovulasi.
(sarwono prawirohardjo.2007)

Terapi yang penting bila ada pemeriksaan ginekologi tidak ada


kelainan yang mencolojk yang dapat menyebabkan ovulasi. Dalam ahl ini
ada 2 cara yaitu dengan opemberian hormon gonadotropin yang berasal
dari hipofisis dan yang lain pemberian klomifen. (sarwono
prawirohardjo.2007)

13. Bagaimana penatalaksanaan dari skenario!


Pengobatan atau penanganan amenorrea bergantung kepada
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang
drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang
tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita
dianjurkan untuk menguranginya. Jika penyebabnya adalah tumor, maka
dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tesebut. Jadi pada
dasarnya penanganan amenorea selalu memerlukan bantuan dokter untuk
membantu mendiagnosis atau menemukan penyebabnya.

Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami


menstruasi dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dokter akan
melakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan untuk memantau perkembangan
pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi (chalange test), dokter
biasanya memberikan terapi hormonal (progesteron), sedangkan untuk
merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang payudaranya
belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh,
bisa diberikan estrogen. Cara mencegah amenorrhea yang bisa kita
lakukan adalah dengan menghindari stres dan depresi. Menerapkan pola
makan yang sehat dan teratur dan mencukupi nutrisi penting saat
menstruasi juga bisa mencegah amenorrea. Waspadai juga obesitas
karena itu termasuk pemicu gangguan menstruasi ini. Bila sudah
mengalami amenorrea, sebaiknya konsultasikan ke dokter atau ahli untuk
mengambil langkah-langkah penanganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Paulsen F, Waschke J. 2011. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Ed. 15. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Basri MI, Djayalangkara H, Lisal JI, dkk. 2016. DIKTAT Anatomi Biomedik 2.
Makassar: Departemen Anatomi FK UNHAS.
3. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP. 2017. Ilmu Kandungan Ed. 3. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
4. Prawirohardjo Sarwono,2007. Ilmu kandungan . Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
5. Erna, Suparman, Eddy Suparman. 2017. Jurnal Biomedik. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi
6. Buku Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Hal-174
7. Prawihardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta. P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
8. Sinaga, ernawati.,dkk, buku manajemen kesehatan menstruasi. Universitas
nasional IWWASH Global One.
9. Efa ari andriani, asuhan kebidanan komprensif. Kebidanan DIII UMP.2015

Anda mungkin juga menyukai