Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL SISTEM REPRODUKSI

“MODUL DISTOSIA”

TUTOR : dr. RAJA AL FATH WIDYA ISWARA, MH.Kes., Sp. FM


Kelompok 1
DEWI FORTUNA PUSPITASARI K1A1 16 029
ZULKARNAIN SYABAN K1A1 16 031
MAHLA AYU PRATIWI K1A1 16 032
ANDI INDIRA PRADASARI K1A1 16 033
ANDI SAYYED ARHAM PUTRA DN K1A1 16 036
MUHAMMAD AMIN K1A1 16 095
RAHMAH DWIYANI K1A1 16 096
MUHAMMAD NUR RAFIQ AL ASHAR K1A1 16 097
DELYANA BRILIAN HAMRA K1A1 16 098
ISHMAH FARAH ADIBA NURDIN K1A1 16 100
GISCHA ISNANDA RATU K1A1 16 130
RAHMAWATI HAMUDI K1A1 16 131
RAHMA NUR ZAKIA HERMAN K1A1 14 058
ILDA RESKI ISMAIL K1A1 14 063
REFI FARADILAH K1A1 13 049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 1


MODUL 2 DISTOSIA
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan


tentang definisi dan patofisiologi distosia atau persalinan macet, mampu menjelaskan tanda-
tanda persalinan macet, komplikasi akibat partus macet baik terhadap ibu maupun janin dan
mengetahui penanganan yang diperlukan.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Mampu menjelaskan tentang mekanisme persalinan normal.


1.1. Menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam proses
persalinan,
1.2. Menjelaskan tentang sebab terjadinya persalinan,
1.3. Menjelaskan tentang tanda-tanda inpartu
1.4. Menjelaskan mekanisme persalinan normal.
1.5. Menjelaskan tentang lamanya proses persalinan kala
pada primipara & pada multipara,
1.6. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang lamanya proses
persalinan kala II pada primipara & multipara
2. Menjelaskan tentang kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan macet .
2.1.Menjelaskan tentang penyebab partus macet akibat factor “power”,

2.2.Menjelaskan tentang penyebab partus macet akibat faktor “passage”,

2.3.Menjelaskan tentang penyebab partus macet akibat faktor “passenger”

3. Menjelaskan tentang proses pemeriksaan & pemantauan persalinan,

3.1.Mampu melakukan pemeriksaan Leopold,

3.2.Mampu melakukan pemeriksaan perlimaan,

3.3.Mampu melakukan pengukuran taksiran berat badan janin

3.4.Mampu melakukan penghitungan denyut jantung janin

3.5.Mampu melakukan pemeriksaan his

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 2


3.6.Mampu memantau dan menganalisis perubahan tanda vital yang abnormal
3.7.Menjelaskan tentang pemeriksaan dalam vagina dan struktur yang dapat dinilaipada
pemeriksaan dalam vagina

3.8.Menjelaskan tentang partograf & hal-hal yang dapat dinilai pada partograf

4. Menjelaskan pengaruh partus macet terhadap ibu,


5. Menjelaskan pengaruh partus macet terhadap janin
6. Mampu menjelaskan penanganan partus macet & melakukan tindakan yang
diperlukan sebelum melakukan rujukan ke tempat yang memiliki fasilitas lebih lengkap

A. SKENARIO
Wanita 24 tahun, hamil anak ke dua datang ke kamar bersalin jam 05.00 dengan
keluhan sakit perut tembus kebelakang sejak tadi malam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital batas normal, tinggi fundus 3 jari dibawah prosessus xyphoideus, punggus di
kanan ibu,bagan terendah kepala dan penurunan 3/5, denyut jantung janin 148x/menit. HIS
2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik, pada pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban utuh dan bagian terdepan kepala. Pemeriksaan 4 jam kemuadian
didapatkan DJJ 132x/menit, his 2x dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik,pembukaan dan
penurunan dan ketuban utuh.

B. KATA KUNCI:
1. Wanita 24 tahun
2. Keluhan utama sakit perut tembus kebelakang tadi malam
3. TTV normal
4. Tinggi fundus 3 jari dibawah proc. Xphyoideus
5. Punggung di kanan ibu, bagian rendah kepala dan penurunan 3/5
6. DJJ 148x/menit
7. HIS 2x dalam 10 menit , durasi 30-35 detik
8. Pembukaan 4 cm, ketuban utuh bagian terdepan kepala
9. Pemeriksaan 4 jam kemudian DJJ 1532x/menit, his2x dlm 10 menit,durasi 30-35 dtk.
10. Pembukaan dan penurunan tetap dan ketuban utuh

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 3


C. PERTANYAAN

1. Apa yang menyebabkan ketuban tetap utuh saat proses inpartu


2. Mengapa setelah 4 jam pembukaan dan penurunan tetap dan tidak ada perubahan ?
3. Bagaimana normalnya posisi bayi dalam kehamilan ? apakah posisi bayi dalam
scenario normal ?
4. Apa yang menyebabkan sakit perutnya tembus sampai ke belakang ?
5. Apakah wanita usia 24 tahun ada usia normal dalam kehamilan ?
6. Mengapa bisa terjadi pembukaan dan bagaimana proses pembukaan pada persalinan
7. Bagaimana mekanisme terjadinya his ?
8. Apakah pada scenario DJJ normal dan berapakah normal DJJ beserta apakah
indikasinya ?
9. Apakah TFU pada scenario normal ? Jika normal berapa usia kehamilan wanita pada
scenario ?
10. Apakah ada hubungannya umur ibu dan gejala pada skenario
11. Bagaimana nilai normal his/power yang terjadi ? apakah pada wanita tersebut hisnya
normal ?
12. Bagaimana penanganan pada hisnya agar bisa normal kembali ?
13. Jelaskan pemeriksaan Leopold untuk mengetahui posisi janin dalam kandungan ibu ?
14. Berapa lama normalnya terjadi penurunan pada persalinan ?
15. Bagaimana cara pemeriksaaan his ?
16. Bagaimana mekanisme penurunan kepala bayi ?
17. Mengapa setelah 4 jam ketuban tetap utuh ? Normal atau tidak ?
18. Apakah yang harusnya teerjadi saat pembukaan 4?

D. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan ketuban tetap utuh saat proses inpartu
Faktor yang mempengaruhi proses persalinan
 Faktor kekuatan his (Power)
Kesulitan dalam jalannya persalinan (distosia) karena kelainan tenaga hisa
adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his sering dijumpai pada
pimigravida tua, sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 4


dan grandemulti. Faktor yang berperan penting dalam kekuatan his antara
lain faktor herediter, emosi, dan ketakutan.
 Faktor jalan lahir (Passege)
Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan
tindakan antara lain : ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan
vagina, kelainan serviks uteri, uterus dan ovarium. Kelainan-kelainan ini
dapat terdeteksi secara dini dengan pemeriksaan kehamilan yang adekuat.
Oleh karena itu, faktor pemeriksaan kehamilan sangat penting dalam
memperkirakan proses persalinan.
 Faktor bayi (Passenger)
Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Pada
keadaan normal bentuk bayi, berat badan, posisi dan letak dalam
perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan siap untuk dilahirkan,
bayi mempunyai kekuatan mendorong dirinya keluar sehingga berjalan
spontan. Distosia (penyulit) dalam persalinan yang disebabkan oleh bayi atau
janin antara lain : kelainan pada letak kepala, letak sungsang, letak
melintang, presentasi rangkap/ganda, dan kelainan bentuk dan besar janiN.
Pada scenario menunjukkan, wanita tersebut datang ke rumah sakit dengan
pembukaan 4 cm. Umumnya, ketuban akan pecah ketika pembukaan pada serviks
telah lengkap (10 cm). Jadi kondisi belum pecahnya ketuban pada ibu tersebut
adalah normal bagi ibu. Jika disesuaikan dengan mechanism inpartu, wanita pada
scenario sedang berada dalam akhir dari fase laten kala 1 dan normalnya ketika fase
tersebut his yang terjadi adalah 2 X 10 menit. Hal ini dapat dikatakan normal bagi
wanita tersebut, tapi dengan catatan pada fase aktif his wanita tersebut harus
meningkat agar dapat memperbesar pembukaan serviks.

2. Mengapa setelah 4 jam kemudian pembukaan dan penurunan tetap dan tidak
ada perubahan ?
Dikatakan pada scenario, wanita tersebut sudah pernah melahirkan atau biasa
dikatakan sebagai multipara. Artinya, persalinan kedua ini harusnya lebih mudah
dan lebih cepat baginya. Namun, 4 jam kemudian tidak terjadi perubahan pada
pembukaan serviks dan pnurunan kepala bayi begitu juga dengan his yang
seharusnya sudah meningkat. Jadi, penyebab tidak terjadi perubahan pada

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 5


pembukaan dan penurunan setelah 4 jam kemudian adalah his (kontraksi uterus)
yang tidak adekuat dan tidak meningkat.
Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu. Amplitude dikalikan
dengan frekuensi his dalam 10 menit menggambarkan keaktifan uterus dan ini
diukur dengan unit Montevideo. Umpama amplitude 50 mmHg, frekuensi his 3 X
dalam 10 menit, maka aktivitas uterus adalah 50 X 3 = 150 unit Montevideo. Nilai
yang adekuat untuk terjadinya persalinan adalah 150 – 250 unit Montevideo.
Amplitude uterus terus meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I
dan frekuensi his menjadi 2-4 kontraksi tiap 10 menit. Juga durasi his meningkat
dari hanya 20 detik pada permulaan partu sampai 60 -90 detik pada akhit kala I atau
pada permulaan kala II. His yang sempurna dan efektif bila ada koordinasi dari
gelombang kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri
yang berdurasi 60-90 detik dengan durasi 2-4 menit.
His yang adekuat akan menyebabkan pembukaan dan penipisan disamping
tekanan air ketuban pada permulaain Kala I dan sleanjutnya oleh kepala janin yang
makin masuk ke rongga panggul dan sebagai bedan keras yang mengadakan tekanan
kepada sreviks hingga pembukaan menjadi lengkap.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa his wanita pada scenario tidak adekuat dan
tidak meningkat sehingga menyebabakan peningkatan pada pembukaan dan
penurunan kepala bayi.

3. Bagaimana normalnya posisi bayi dalam kehamilan ? Apakah posisi bayi


dalam scenario normal ?

Dalam kebidanan ada 4 macam letak janin :

1. Situs/letak : Hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu
terhadap 3 situs :
 Situs memanjang atau membujur adalah sumbu panjang janin sesuai dengan
sumbu panjang ibu
 Situs melintang adalah sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu
panjang ibu
 Situs miring/oblique adalah sumbu panjang janin miring terhadap sumbu
panjang ibu

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 6


2. Habitus/sikap : Hubungan antara letak bagian-bagian janin satu
dengan bagian janin yang lain ,biasanya terhadap tulang punggungnya. Habitus
janin fisiologis adalah :
 Badan dalam keadaan kifose punggung menjadi konveks
 Kepala dalam sikap hiperfleksi dengan dagu dekat pada dada
 Lengan bersilangan didepan dada atau sejajar samping badan
 Tungkai terlipat pada lipat paha & lutut rapat pada badan
Sikap fisiologi ini menghasilkan sikap fleksi ,jika dagu menjauhi dada hingga
akan menengadah dan tulang punggung mengadakan lordose ,maka akan
menghasilkan sikap defleksi
3. Macam-macam presentasi pd kehamilan aterm :
 Presentasi bahu (0,4%) dg penunjuk akromion atau scapula
 Presentasi bokong (3,6%) dg penunjuk sakrum,
 Presentasi bokong murni (frank breech presentation) : kedua tungkai lurus
keatas.
 Presentasi kaki: kaki turun ke bawah lebih rendah dari bokong
Presentasi kaki sempurna : terbawah 2 kaki
Presentasi kaki tidak sempurna : terbawah 1 kaki
 Presntasi bokong kaki: tungkai terlipat pada lipat paha dan lekuk lutut
Presentasi bokong kaki sempurna : terbawah 2 kaki
Presentasi bokong kaki tidak sempurna : terbawah 1 kaki
 Presentasi lutut : lutut turun ke bawah lebih rendah dari bokong
Presentasi lutut sempurna : terbawah 2 lutut
Presentasi lutut tidak sempurna : terbawah 1 lutut
 Presentasi kepala :
Presentasi belakang kepala (96%): kepala hiperfleksi dengan penunjuk UUk
Presentasi puncak kepala : kepala dengan sikap defleksi ringan
denganpenunjuk UU
 Presentasi dahi: kepala defleksi sedang dengan penunjuk dahi/frontum
 Presentasi muka (0,3%) : kepala defleksi maksimal dengan penunjuk
dagu/mentum

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 7


4. posisi

Bagian terendah tersebut dapat ububn ubun kecil untuk presentasi belakang
kepala ; ubun ubun besar untuk presentasi puncak kepala ; dahi untuk presentasi pada
dahi ; dagu untuk presentasi muka ; sacrum untuk presentasi bokong, dan acromion/
scapula untuk presentasi bahu (letak lintang)

4. Apa yang menyebabkan sakit perutnya tembus sampai dibelakang ?


Nyeri persalinan dimana kontraksi uterus rahim (
ototpolosinversidisarafparasimpatis ) yang menyebabkan iskemi rahim dan
penurunan aliran darah sebagian oksigen local mengalami deficit karena kontraksi
arteri meometrium. Impuls rasa nyeri yang ditransmisi melalui segmen saraf spinalis
T1-T2 dan saraf sensorik torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Nyerinya
berasal fundus uteri dan menjalar ke daerah lumbar punggung dan dapat pula
menurun ke paha

5. Apakah wanita usia 24 tahun adalah usia normal untuk hamil ?


Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda. Umur dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun beresiko tinggi untuk
melahirkan. Penyebab kematian maternal dari factor reproduksi adalah meternal age
/ usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 8


dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hami dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa usia wanita pada scenario adalah usia yang
normal dan aman untuk kehamilan dan persalinan karena berkisar antara 20-30
tahun.

6. Mengapa bisa terjadi pembukaan dan bagaimana proses pembukaan pada


persalinan ?
a. Pengaruh hormonal
Penurunan fungsi plasenta karena “plasenta menjadi tua” dengan tuanya
kehamilan. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan sehingga kadar
progesteron dan estrogen menurun mendadak. Akibatnya, nutrisi janin dari
plasenta berkurang. Penurunan kadar kedua hormone tersebut terjadi kira-kira 1-
2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron merupakan penenang bagi otot-
otot uterus.
Pengaruh prostaglandin. Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-
15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih saat partus. Dua teori pada proses
persalinan, yaitu :
 Corticotropin-releasing hormone (CRH) yang diproduksi oleh plasenta
disekresikan ke sirkulasi janin. Hal tersebut menstimulasi sekresi
corticotropin dari hipofisis anterior janin. CRH plasenta, melalui ACTH
janin, menstimulasi kelenjar adrenal janin untuk memproduksi cortisol,
yang berikatan dengan reseptor glucocorticoid placental untuk memblok
efek inhibitor dari progesterone, yang selanjutnya menstimulasi produksi
CRH yang mestimulasi persalinan.
 Poros Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal janin belum berfungsi selama
separuh pertama masa kehamilan karena penekanannya oleh influx kortisol
ibu, tetapi sepanjang separuh kedua masa kehamilan, peningkatan kadar
estrogen menyebabkan peningkatan enzim plasenta 11b-hydroxysteroid
dehydrogenase, menyebabkan cortisol diubah menjadi metabolit inaktif,
kortisol. Umpan balik negatif glucocorticoid pada hipofisis janin

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 9


(kurangnya cortisol dari ibu ke janin) akan mengakibatkan peningkatan
sekresi ACTH, cortisol dan DHEA sulfate janin, menghasilkan maturasi
janin dan menstimulasi proses persalinan.
b. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser yang terletak di
belakang serviks, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos
uterus.
c. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin
merangsang terjadinya kontraksi.
d. Peningkatan beban/stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
Bishop score adalah suatu standarisasi objektif dalam memilih pasien yang
lebih cocok untuk dilakukan induksi persalinan tetak vertex. Bishop score
diperoleh dari pemeriksaan serviks yang terdiri atas 5 karakteristik penilaian
yaitu pembukaan, pendataran, station, konsitensi dan posisi serviks yang
biasanya menandai permulaan persalinan spontan dengan skor 0-13. Bishop
menyatakan induksi persalinan efektif bila kematangan serviks dengan skor
bishop >9 maka diharapkan persalinan dapat berhasil secara pervaginam dengan
aman
Skor Faktor
Pembukaan Pendataran Station Konsistensi Posisi
(cm) (%) Serviks Serviks
0 0 0-30 -3 Keras Posterior
1 1-2 40-50 -2 Sedang Tengah
2 3-4 60-70 -1,0 Lunak Anterior
3 5-6 >80 +1,+2 - -
*Station mencerminkan skala -3 sampai +3, berhubungan dengan spina ischiadica

7. Bagaimana mekanisme terjadinya his ?


Kehamilan pada umumnya ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium
yang relatif tenang (quiscence), yang memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin, sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang
persalinan otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi yang secara

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 10


terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, mencapai puncaknya
menjelang persalinan, dan secara berangsur menghilang pada preriode post partum.
Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama
kehamilan, persalinan dan kelahiran; sampai dengan saat ini, masih belum jelas
benar.
Transformasi keadaan miometrium yang relatif tenang selama kehamilan yang
kemudian menjadi aktif berkontraksi menjelang persalinan, secara berurutan, disebut
sebagai periode aktivasi, periode stimulasi dan periode involusi segera sesudah bayi
lahir (Challis dan Lye). Transformasi ini berhubungan erat dengan aktivitas dari
beberapa protein intraseluler yang disebut sebagai contraction associated proteins
pada sel otot polos miometrium yang terdiri dari, membrane cell receptors, ionic
channels, gap junction proteins dan contractile proteins. Protein-protein ini,
nampaknya segera terbentuk secara gradual meningkat pada akhir kehamilan,
umumnya setelah kehamilan 37minggu-39 minggu.
 Hubungan Kontraksi Miometrium Dengan Aktivitas Elektrik

Dasar mekanisme kontraksi-relaksasi kontraksi uterus adalah perubahan aktivitas


elektrik. Membran plasma sel menyusun suatu barier permiabilitas terhadap
beberapa molekul biologis. Perbedaan potensial elektrik diantara membran plasma
(disebut sebagai membrane potential) dapat terjadi kerena distribusi yang relatif
tidak sama beberapa ion yang terletak intra dan ekstra sel. Hal ini disebabkan oleh
karena adanya suatu biomolekul yang bermuatan negatif intraseluler dalam jumlah
besar yang tidak dapat keluar, dan adanya suatu kanal membran plasma yang
selektif yang meregulasi influks dan efluks beberapa ion seperti sodium (Na+),
potassium (K+), Calsium (Ca2+) dan chloride (Cl-). Permiabilitas kanal ion tersebut
diregulasi oleh beberapa macam variasi signal. Ion- ion bergerak melalui kanal
tersebut dengan suatu arah yang ditentukan oleh perbedaan konsentrasi diantara
kedua sisi barier, dan oleh potential membrane.

 Komunikasi Intraseluler Melalui Gap Junction

Koordinasi kontraksi merupakan hal kritis yang tergantung pada pembentukan


gap junction. Gap junction adalah kanal intraseluler dimana, bila terbuka,
memfasilitasi komunikasi elektrik dan metabolic diantara sel miometrium. Gap
junction terdiri dari porus yang komposisinya terdiri dari suatu protein yang dikenal

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 11


sebagai connexins, yang menghubungkan interior dua sel dan memungkinkan arus
dan molekul daitas 1.000 dalton, melewati membran sel.

 Hubungan Antara Ca2+ Dengan Kontraksi dan Protein Kontraktil


Peningkatan Ca2+ intraseluler akan memicu kontraksi otot. Basis structural
kontraksi adalah pergerakan relatif dari molekul thick and thin filaments pada
aparatus kontraktil. Walaupun pergerakan ini serupa pada semua jaringan otot,
namun beberapa gambaran dan regulasinya adalah spesifik pada sel otot polos,
seperti halnya miometrium. Pada otot polos, gambaran sarcomere arrangement yang
secara ekstensif terlihat pada otot bergaris, nampak hanya dalam skala kecil.
 Kontrol dari Ca2+ Intraseluler Pada Miometrium

Konsentrasi Ca2+ ekstra seluler adalah dalam kisaran mM, sedangkan reting
Ca2+ pada miometrium adalah sekitar 100 nM – 140 nM dan dapat meningkat
sampai dengan 300 nM – 800 nM selama periode stimulasi. Suatu variasi dari kanal
ion terbukti mengontrol Ca2+ entry kedalam miometrium. Suatu L–type voltage–
activated Ca2+ channels (L-VOCs) telah ditemukan pada miometrium manusia dan
aktif pada membrane potential yang fisiologis. Penelitian pada mammalia rendah
menunjukkan bahwa, densitas LVOCs meningkat selama periode kehamilan. Kanal
ini sensitive terhadap kerja dihydro pyridine dan seringkali merupakan target dari
terapi tokolitik dengan agen-agen seperti nifedipine dan ritrodrine. Apabila
degradasi diacylglycerol ini dicegah, maka rangsangan oksitosin pada jaringan
miometrium akan menghasilkan akumulasi diacylglycerol, dan terjadinya suatu
concentration –related inhibition dari aktivitas kontraksi secara keseluruhan.

8. Apakah DJJ pada scenario normal ? Berepakah nilai normal DJJ ? apakah
indikasi pemeriksaan DJJ ?
Frekuensi denyut jantung janin rata-rata sekitar 140 denyut per menit (dpm)
dens engan variasi normal 20 dpm di atas atau di bawah nilai rata-rata. Jadi, nilai
normal den denyr jantung janin antara 120 -160 dpm (beberapa penulis menganut
nilai normal jantung janin antara 120 150 dpm). Seperti telah diketahui bahwa
mekanisme re ngaturan denyut jantung janin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain melalui

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 12


9. Apakah TFU pada scenario normal ? berapakah usia kehamilan wanita
tersebut ?

Gambar : Tinggi Fundus Uteri (TFU) Dikonversikan dengan Usia Kehamilan (UK)

Keterangan:
Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis
Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat
Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat
Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus
Xipoideus
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat

Jadi, pada scenario dikatakan bahwa TFU teraba 3 jari dibawah procesus
xiphoideus artinya usia kehamilan wanita tersebut adalah sekitar 36 minggu

10. Jelaskan perbedaan primipara dan multipara pada scenario dan hubungan
dengan usia ibu ?
Primipara akan mengalami penipisan serviks dalam 3 minggu terakhir
kehamilannya dan suatu penipisan serviks yang sempurna akan terjadi pada saat
memasuki persalinan. Multipara sering terjadi perlunakan serviks tanpa didahului
dengan penipisan dari serviks. Fase laten yang memanjang Primipara yang
melampaui waktu 20 jam. Fase laten yang memanjang Multipara adalah 14 jam

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 13


merupakan keadaan abnormal. Pada primipara, fase aktif yang lebih panjang dari 12
jam merupakan keadaan abnormal. Pada multipara, Fase aktif yang berlangsung
lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm
per jam merupakan keadaan abnormal

Perbedaan lama persalinan kala II primipara dengan multipara


primipara multipara
Kala II 2 jam 1 jam

Kurva friedman 1 jam 15 enit

Perbedaan Primipara dan Multipara berdasarkan pemeriksaan obsetri


Primipara Multipara
1 Payudara tegang, pembuluh Payudara kurang tegang,
darah terlihat, hiperpigmentasi menggantung, ada striae, puting
jelas, sensitif dan terasa nyeri, susu mendatar
puting susu runcing
2 Perut tegang, menonjol kedepan, Perut longgar, menggantung
striae lividae, pusar menonjol kedepan, banyak striae lividae dan
albikan, pusar tidak begitu
menonjol
3 Labia mayora tampak bersatu Labia mayora terbuka
Vulva tertutup Vulva menganga
Perineum tidak ada bekas luka Perineum bekas luka
4 Vagina sempit dengan rugae utuh Vagina lebih lebar, rugae kurang
Menonjol
5 Himen koyak (perforate) pada Himen mitformis, kurunkula
beberapa tempat Himenalis
6 Portio runcing dan tertutup Portio tumpul, terbagi bibir depan/
Serviks licin, bulat dan tidak belakang
dapat dilalui oleh satu ujung jari Serviks bisa terbuka satu jari
kadang kala ada bekas robekan
persalinan yang lalu
7 Rahim tegang Rahim agak lunak

Perbedaan kriteria diagnostic partus lama dan partus macet

Pola Persalinan Primipara Multipara


Persalinan Lama:

Pembukaan < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam

Penurunan <1,0 cm/jam <2,0 cm/jam

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 14


Persalinan macet:

Tidak ada pembukaan >2 jam >2 jam

Tidak ada penurunan >1 jam >1 jam

11. Bagaimana nilai normal his/power yang terjadi ? apakah pada wanita tersebut
hisnya normnal ?
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari
kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his
pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
pada kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini tidak teratur dan menyebabkan
nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha tidak menyebabkan nyeri yang memancar
dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi
pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan, malahan sering berkurang.
His pendahuluan tidak bertambah kuat dengan majunya waktu bertentangan dengan
his persalinan yang makin lama makin kuat. Yang paling penting ialah bahwa his
pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada cerviks.
His persalinan :
Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan tetapi
bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin
disebabkan oleh anoxia dari sel-sel dalam cervix dan segmen bawah rahim oleh
serabut- serabut otot-otot yang berkontraksi, regangan dari cervix karena kontraksi
atau regangan dan tarikan pada peritoneum waktu kontraksi. Perasaan nyeri
tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang ditentukan oleh keadaan
jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otonom tidak dipengaruhi oleh kemauan,
walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari
tangan dapat menimbulkan kontraksi. Seperti kontraksi jantung pada his juga ada
“pacemakers” yang memulai kontraksi dan mengontrol frekuensinya. Kontraksi
rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah :
o Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik.
o Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterine sampai 35
mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba apakah
jari kita dapat menekan dinding rahim ke dalam.

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 15


o Interval antara dua kontraksi : Pada permulaan persalinan his timbul sekali
dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Menurut fisiologinya his persalinan dapat dibagi dalam :
o His pembukaan ialah his yang menimbulkan pembukaan dari cervix yang terjadi
pada fase kala I persalinan, dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur (adanya his 2-3x dalam 10 menit) dan meningkat (frekuensi dan
kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
o His pengeluaran ialah his yang mendorong anak keluar yang terjadi pada fase
Kala II persalinan, dengan His 4-5 kali dalam 10 menit, lama his 40-50 detik.
His pengeluaran biasanya disertai dengan keinginan mengejan.
o His pelepasan uri yang melepaskan uri/plasenta yang terjadi pada pada fase
Kala III persalinan.
12. Bagaimana penanganan pada hisnya agar bisa normal kembali ?
Apabila kepala atau bokong janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita
disuruh berjalan-jalan. Tindakan sederhana ini kadang-kadang menyebabkan hisnya
menjadi kuat dan selanjutnya persalinan berjalan lancar.
Injeksi oksitoksin juga dapat diberikan dengan 5 satuan dimasukkan dalam
larutan glukosa 5% dan diberikan secara infuse intravena dengan kecepatan kira-kira
12 tetes per menit dan perlahan-perlahan dapat dinaikkan sampai kira-kira 50 tetes,
bergantung pada hasilnya. Jika 50 tetes tidak memberikan hasil, maka tidak baik
menggunakan oksitoksin dalam dosis lebih tinggi. Infuse harus dihentikan apabila
his mencapai durasi lebih dari 60 detik atau kalau denyut jantung janin menjadi
cepat atau lambat.
Maksud pemberian oksitoksi adalah memperbaiki his sehingga serviks dapat
membuka. Satu ciri khas oksitoksin adalah bahwa hasil pemberiannya tampak dalam
waktu singkat. Kalau masih tidak ada kemajuan lebih baik untuk melakukan seksio
sesarea.

13. Jelaskan pemeriksaan Leopold untuk mengetahui posisi janin dalam


kandungan ibu ?

Pemeriksaan Leopold adalah salah satu pemeriksaan antenatal yang dilakukan


pada ibu hamil untuk menentukan posisi janin denga cara meraba bagian peut atau
abdomen dari iu hamil. Pemerksaann Leopold terdiri dari 4 pemeriksaan yaitu
Leopold 1,2,3 dan 4.

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 16


a) Pemerksaan Leopold 1

Pemeriksaan Leopold 1 digunakan untuk menentkan tuanya keamilan dan


bagian tubuh janin yang terdapat pada fundus uteri. Apaka kepala dengan ciri
keras, bundar dan melenting atau bokong dengan sifatnya lunak, kurang undar,
tidak melenking dan pada letak lintang fundus uteri kosong. berikut cara dari
pemeriksaan Leopold 1.

 Kaki penderita dienkokkan pada lutut dan lipat paha

 pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien

 rahim di bawah ketengah

 tentukan tingginya fundus uteri

 tentukan bagia apa yang terdapat dalam fundus

b) Pemeriksaan Leopold 2

Pemeriksaan Leopold 2 diunakan untuk menentukan dimana letaknya pungung


anak dan dimana letaknya bagian-bagian kecil. Adaoun cara dari pemeriksaan
Leopold 2 adalah.

 Kedua tangan pindah ke samping

 tentukan di mana punggung anak, punggung anak terdapat di bagian yan


memberikan rintanga yang terbesar, carilah bagian - bagian kecil, yang
biasanya bertentangan dengan bagian yang memberi rintangan terbesar.

 kadang di samping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak lintang

c) Pemeriksaan Leopold 3

Pemeriksaan Leopold 3 digunakan untuk menentukan apa yang terdapat di


bagian bawah dan apakah bagian bawahh tesebut sudah masuk ke dalam pintu
atas panggul atau belum. Berikut cara pemeriksaan Leopold 3.

 Menggunakan satu tangan saja

 bagian baah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya

 tentukan apakah bagian bawah masi bisa digoyngkan attau tidak

d) Pemeriksaan Leopold 4

Periksaan Leopold 4 digunakan untuk menentukan apa yang , menjadi bagian


bawah dan berapa masuknya bagin bawah kedala rongga panggul. berikut cara
pemeriksaan Leopold 4.

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 17


 Pemeriksaan berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki pasien

 dengan kedua tangan tentukan apa yang menjadi bagian bawah

 Tentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
dan beberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalamm pintu atas
panggul

14. Berapa lama normalnya terjadinya penurunan kepala pada persalinan ?


Penurunan pada persalinan bergantung pada pembukaan serviks dan kontraks uterus
karena jika serviks tidak membuka dan jika lemah nya kontraksi uterus maka akan
memperlambat penurunan kepala bayi. Factor lain yang cukup berpengaruh adalah
posisi janin. Jika kepala janin dibawah dan kontraksi his baik maka akan
memperepat penurunan kepala bayi. Penurunan kepala bayi ini termasuk dalam kala
I akhir. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan atau primipara akan berbeda
lamanya dengan ibu yang telah melahirkan beberapa kari atau multipara. Umumnya,
pada ibu multipara, penurunan kepala bayi dan persalinan akan berlangsung lebih
cepat.

15. Bagaimana cara pemeriksaan his ?


Secara klinis pengukuran ini kurang bermanfat dan sampai sat ini pengukuran
Secara ksi uterus dilakukan secara klinis dengan meletakkan tangan pada daerah
fundus ctt frekuensi, interval, dan durasinya. Arrabal dan Nagey menemukan bahwa
ran klinikini tidak akurat sehingga beberapa peneliti mencoba pengukuran yang dan
menca akurat dengan berbagai peralatan misalnya Cohen dengan Electromyography,
secara ung dengan pemantauan internal janin melalui elektrode kulit kepala ataupun
maica Hospital Medical Center tidak langsung secara eksternal dengan
kardiotokografi. Cohen dari Jar sukan pngukuran voltase elektrik yang diakibatkan
kontraksi uterus dengan teknilk l/iterine Electromyography memakai elektrode
permukaan yang mirip EKG yang mung- kin merupakan satu terobosan pengukuran
his yang lebih sederhana dan akurat tetapi anpa risiko. Diharapkan dengan
penggunaan alat ini di klinik, diagnosis inpartu dan kelainannnya lebih akurat di
samping terjadi pengurangan biaya akibat terdiagnosisnya talse labor.

16. Bagaimana mekanisme penurunan kepala bayi ?

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 18


Penurunan kepala bayi adalah proses dimana bayi melewati jalan lahir (panggul) ibu
hingga sampai keluar dari vagina. Proses penurunan kepala bayi dipengaruhi
beberapa factor yaitu his, dilatasi serviks, pecahnya ketuban, dan kekuatan mengejan
ibu. Uterus yang terus berkontraksi secara maksimal dan sempurna akan mendorong
bayi melewati pintu atas panggul dan ketika pembukaan telah lengkap maka selaput
ketuban akan pecah sehingga kan mempermudah proses persalinan. His yang terus
berkontraksi akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban
terhadapt serviks dan segmen bawah uterus. Jika ketuban sudah pecah, bagian
terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus.
Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan hidrostatik kantong amnion
menyebabakan serviks berdilatasi serviks sehingga serviks akan semakin terbuka
dan melebar. Ketika serviks telah terbuka lengkap, maka bayi akan keluar melewati
pintu bawah panggul ibu.
Mengukur penurunan kepala bayi menggunakan metode perlimaan :
Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
5/5 Kepala di atas PAP,
mudah di gerakkan
4/5 H I-II Sulit digerakkan, bagian
terbesar kepala belum
masuk panggul
3/5 H II-III Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul,
2/5 H III+ Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
1/5 H III-IV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum
Pengawasan 10 adalah beberapa tanda dan gejala yang diawasi pada kala I
persalinan. Pengawasan 10 terdiri dari
- Keadaan Umum setiap 4 jam
- Tekanan Dara setiap 4 jam
- Suhu setiap 4 jam
- Nadi setiap 4 jam
- Respirasi setiap 4 jam

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 19


- His setiap 30 menit
- DJJ setiap 30 menit
- Bandlering setiap 4 jam
- Perdarahan setiap 4 jam
- Tanda dan gejala Kala II
17. Mengapa ketuban masih utuh setelah 4 jam kemudian ?
- His (kontraksi uterus) yang tidak adekuat dan tidak meningkat.
Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu. Amplitude dikalikan
dengan frekuensi his dalam 10 menit menggambarkan keaktifan uterus dan ini
diukur dengan unit Montevideo. Umpama amplitude 50 mmHg, frekuensi his 3
X dalam 10 menit, maka aktivitas uterus adalah 50 X 3 = 150 unit Montevideo.
Nilai yang adekuat untuk terjadinya persalinan adalah 150 – 250 unit
Montevideo. Amplitude uterus terus meningkat terus sampai 60 mmHg pada
akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2-4 kontraksi tiap 10 menit. Juga durasi
his meningkat dari hanya 20 detik pada permulaan partu sampai 60 -90 detik
pada akhit kala I atau pada permulaan kala II. His yang sempurna dan efektif bila
ada koordinasi dari gelombang kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan
dominasi di fundus uteri yang berdurasi 60-90 detik dengan durasi 2-4 menit.
His yang adekuat akan menyebabkan pembukaan dan penipisan disamping
tekanan air ketuban pada permulaain Kala I dan sleanjutnya oleh kepala janin
yang makin masuk ke rongga panggul dan sebagai bedan keras yang
mengadakan tekanan kepada sreviks hingga pembukaan menjadi lengkap.
- Dilatasi serviks
kemungkinan segmen bawah uterus tidak mengalami perengangan . selama
kontraksi, struktur segmen baah uterus dan serviks mengalami perengangan,
yang dalam prosesnya serviks mengalami tarikan sentrifugal. ketika kontraksi
uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong
amnion akan melebarkan saluran serviks. bila ketuban sudah pecah, tekanan
pada bagian terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus juga
sama efektifnya. selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dilatasi
serviks selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan
terhadap serviks dan segmen bawah uterus.. kerja hidrostatik selaput ketuban
janin untuk menimbulkan pendataran dan dilatasi serviks. bila selaput ketuban

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 20


sudah pecah, bagian terbawah janin yang menempel ke serviks dan membentuk
segmen bawah uterus berfungsi sama.
18. Apakah yang harusnya normal terjadi saat pembukaan 4 cm ?

Gambar Serviko gram

Kala I (kalapembukaan)

Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap


10 cm. Impartu (partusmulai) ditandai dengan keluarnya lender bercampur
darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar.
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar canalis cervicis
akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

- Fase laten :pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai


pembukaan 3 cm, lamanya 7 – 8 jam.
- Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagiatas 3 subfase:
o Perio deakselerasi :berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
o Periode dilatasi maksimal :berlangsung 2 jam pembukaannya cepat
menjadi 9 cm.
o Periode deselerasi :berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 21


DAFTAR PUSTAKA
 Kusumawati Y. 2014. Jurnal Faktor-faktor Resiko yang Berpengaruh terhadap
Persalinan dan tindakan. Universitas Diponegoro, Semarang.
 Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirahardjo
 Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Prawirahardjo
 Bobak L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. EGC. Jakarta
 Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Prawirahardjo
 Rachmawati, I.N., Budiati, T., & Rachmawati, C. 2008. Panduan Praktikum
Prosedur Fisik Antenatal. Depok : Universitas Indonesia. Jakarta
 Larosa, Putri. 2009. Perbedaan Lama Persalinan Primipara dan Multipara.
Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
 Wiknjosastro, GH, Madjid, OH, Adriaanz, G, dkk, 2007, Buku Acuan Asuhan
Persalinan. Normal : Asuhan Esensial Persalinan, Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPKKR)-POGI-USAID Indonesia-
Health Service Program (HSP), Edisi 3. Jakarta.
 Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Prawirahardjo.
 Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Prawirahardjo
 Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Prawirahardjo
 Simkin, Penny, dkk. 2010. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi.
Jakarta : Penerbit Arcan
 Setiati, Siti ,dkk. 2015. Anamnesis & pemeriksaan fisis Asuhan Antenatal. Jakarta:
Interna Publishing
 Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Pada Ibu Bersalin. Jogjakarta :
Fitramaya
 Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Prawirahardjo

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 22


 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL. Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Wiliams
Obstetrics, 23 Edition . The McGraw-Hill,

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1 MODUL “DISTOSIA” Page 23

Anda mungkin juga menyukai