Anda di halaman 1dari 20

BENJOLAN PADA LEHER

Skenario 1

Seorang laki-laki 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan benjolan


pada leher bagian lateral kiri, yang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.Benjolan ini
mula-mula kecil, yang kemudian membesar dengan cepat. Benjolan teraba keras
tetapi tidak nyeri. Penderita mengeluh telinga berdengung di sebelah kiri.

Kata Kunci

1. Laki-laki 50 tahun
2. Benjolan leher, lateral kiri
3. 4 bulan yang lalu
4. Membesar dengan cepat
5. Benjolan keras
6. tidak nyeri
7. telinga berdengung, sebelah kiri
Pertanyaan
1. Jelaskan Anatomi kelenjar limfa leher ?
2. Sebutkan penyakit-penyakit dengan tanda benjolan pada leher ?
3. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menyebabkan benjolan pada leher ?
4. Bagaimana patogenesis terjadinya benjolan pada leher yang bersifat
progresif ?
5. Bagaimana patomekanisme gejala yang terjadi pada skenario di atas ?
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dari scenario tersebut ?
7. Jelaskan differential diagnosis yang terjadi pada skenario ?

Jawaban
1. Anatomi leher dan kelenjar limfa leher ?
Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara
thoraks dan caput. Batas disebelah cranial adalah basis mandibula dan
suatu garis yang ditarik dari angulus mandibula menuju ke procesus
mastoideus, linea nucrae suprema sampai ke protuberantia occipitalis
eksterna. Batas kaudal dari ventral ke dorsal dibentuk oleh incisura
jugularis sterni, klavikula, acromion, dan suatu garis lurus yang
menghubungkan kedua acromion.

Gambar 1. Anatomi leher


Leher dibagi oleh musculus sternokleidomastoideus menjadi trigonum
anterior atau medial dan trigonum posterior atau lateral.
1. Trigonum anterior : di anterior dibatasi oleh sternokleidomastoideus,
linea mediana leher dan mandibula, terdiri dari :
a) Trigonum muscular : dibentuk oleh linea mediana, musculus
omohyoid venter superior, dan musculus sternokleidomastoideus.
b) Trigonum caroticum : dibentuk oleh musculus omohyoid venter
superior, musculus sternokleidomastoideus, musculus digastricus
venter posterior.
c) Trigonum submentale : dibentuk oleh venter anterior, musculus
digastricus, os.hyoid dan linea mediana.
d) Trigonum submandibulare : dibentuk oleh mandibula, venter
superior, musculus digastricus, dan venter anterior musculus
digastricus.
2. Trigonum posterior : dibatasi superior oleh musculus
sternokleidomastoideus, musculus trapezius dan clavicula,terdiri dari :
a) Trigonum supraclavicular : dibentuk oleh venter inferior
musculus omohyoid, clavicula dan musculus
sternokleidomastoideus.
b) Trigonum occipitalis : dibentuk oleh venter inferior musculus
omohyoid, musculus trapezius dan musculus
sternokleidomastoideus.

Gambar 2. Trigonum anatomicum

Anatomi Kelenjar Limfe Leher


Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher,
kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis
asesorius.Kelenjar limfa yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah
kelenjar limfa pada rangkaian jugularis interna, yang terbentang anatar
klavikula sampai dasar terngkorak.Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam
kelompok superior, media, dan inferior.Kelompok kelenjar limfa yang lain
adalah submental, submandibula, servikalis superficial, retrofaring, paratrakeal,
spinalis asesorius, skalenus anterior dan supraklavikula.

Kelenjar limfe servical dibagi kedalam gugusan superficial dan gugusan


profunda.Kelenjar limfe superficial menembus lapisan pertama fascia servikal
masuk kedalam gugusan kelenjar limfe profunda.Meskipun kelenjar limfe
nodus kelompok superficial lebih sering terlibat dengan metastasis,
keistimewaan yang dimiliki kelenjar kelompok ini adalah sepanjang stadium
akhir tumor, kelenjar limfe nodus kelompok ini masih signifikan terhadap
terapi pembedahan.

Kelenjar limfe profunda sangat penting sejak kelenjar-kelenjar


kelompok ini menerima aliran limfe dari membrane mukosa mulut, faring,
laring, glandula saliva dan glandula thyroidea sama halnya pada kepala dan
leher.

Hampir semua bentuk radang dan keganasan pada kepala – leher akan
melibatkan kelenjar getah bening leher bila ditemukan pembesaran kelenjar
getah bening di leher, perhatikan ukurannya, apakah nyeri atau tidak,
bagaimana konsistensinya, apakah lunak kenyal atau keras, apakah melekat
pada dasar atau kulit. Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classification, kelenjar getah bening leher dibagi atas 5 daerah penyebaran.
Gambar 3. Daerah penyebaran kelenjar limfe leher

Daerah Kelenjar Limfa Leher


Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer
Center Classification, dibagi dalam lima daerah penyebaran kelompok kelenjar,
yaitu daerah :

I. Kelenjar yang terletak di segitiga sub-mental dan submandibula.


II. Kelenjar yang terletak di 1/3 atas dan termasuk kelenjar limfa jugular
superior, kelenjar digastrik dan kelenjar servikal posterior superior.
III. Kelenjar lumfa jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan
m.omohioid dengan m.sternokleidomastoid dan batas posterior
m.sternokleidomastoid.
IV. Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklaviula
V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
Gambar 4. Penyebaran kelenjar limfe dikepala dan leher

a. Kelenjar limfe occipitalis terletak diatas os occipitalis pada apeks


trigonum cervicalis posterior. Menampung aliran limfe dari kulit kepala
bagian belakang. Pembuluh limfe efferen mencurahkan isinya kedalam
kelenjar limfe cervicalis profundi.

b. Kelenjar limfe retroaurikular terletak diatas permukaan lateral processus


mastoideus. Mereka menampung limfe sebagian kulit kepala diatas
auricular dan dari dinding posterior meatus acusticus externus. Pembuluh
limfe eferen mencurahkan isinya kedalam kelenjar limfe cervicalis
profundi.

c. Kelenjar limfe parotid terletak pada atau di dalam glandula parotis.


Menampung limfe dari sebagian kulit kepala di atas glandula parotis, dari
permukaan lateral auricular dan dinding anterior meatus acusticus
externus, dan dari bagian lateral palpebra. Pembuluh limfe eferen
mencurahkan isinya ke dalam kelenjar limfe cervicalis profundi.

d. Kelenjar limfe jugualris interna superior menerima aliran limfa yang


berasal dari daerah palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar
lidah, sinus piriformis dan supraglotik laring. Juga menerima aliran limfa
yang berasal dari kelenjar limfa retrofaring, spinalis asesorius, parotis,
servikalis superficial dan kelenjar limfa submandibula.

e. Kelenjar limfe jugularis interna media menerima aliran limfa yang berasal
langsung dari subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior dan daerah
krikoid posterior. Juga menerima aliran ,imfa yang berasal dari kelenjar
limfa jugularis interna superior dan kelenjar limfa retrofaring bagian
bawah.

f. Kelenjar limfe jugularis interna inferior menerima aliran limfa yang


berasal langsung dari glandula tiroid, trakea, esophagus bagian servikal.
Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugualris
interna superior dan media, dan kelenjar limfa paratrakea.

g. Kelenjar limfe submental, terletak pada segitiga submental di antara


platisma dan m.omohioid di dalam jaringan lunak. Pembulubh aferen
menerima aliran limfa yang erasal dari dagu, bibir bawah bagian tengah,
pipi, gusi, dasar mulut bagian depan dan 1/3 bagian bawah lidah.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa submandibula sisi
hiomolateral atau kontralateral, kadang-kadang dapat langsung ke
rangkaian kelenjar limfa jugularis interna.

h. Kelenjar limfe submandibula, terletak di sekitar kelenjar liur


submandibula dan di dalam kelenjar liurnya sendiri. Pembuluh aferen
menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar liur submandibula, bibir
artas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung, bagian anterior rongga
mulut, bagian medial kelopak mata, palatum mole dan 2/3 depan lidah.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar jugularis interna superior.

i. Kelenjar limfe servical superficial terletak di sepanjang vena jugularis


eksterna, menerima aliran limfe yang berasal dari kulit muka, sekitar
kelenjar parotis, daerah retroaurikula, kelenjar parotis dan kelenjar limfe
occipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfe ke kelenjar limfe jugularis
interna superior.
j. Kelenjar limfa retrofaring, terletak di antara faring dan fasia prevertebra,
mulai dari dasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks.
Pembuluh aferen menerima aliran limfa dari nasofaring, hipofaring,
telinga tengah dan tuba Eustachius. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke
kelenjar limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesoris bagian
superior.

k. Kelenjar limfa paratrakea, menerima aliran limfa yang berasal dari laring
bagian bawah, hipofaring, esophagus bagian servikal, trakea bagian atas
dan tiroid. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis
interna inferior atau kelenjar limfa mediastinum superior.

l. Kelenjar limfa spinal asesoris, terletak di sepanjang saraf spinal asesoris,


menerima aliran limfa yang berasal dari kulit kepala bagian parietal dan
bagian belakang leher. Kelenjar limfa parafaring menerima aliran limfa
dari nasofaring, orofaring dan sinus paranasal. Pembuluh eferen
mengalirkan limfa ke kelenjar limfa supraklavikula.

m. Rangkaian kelenjar limfa jugularis interna mengalirkan limfa ke trunkus


jugularis dan selanjutnya masuk ke duktus torasikus untuk sisi sebelah
kiri, dengan untuk sisi yang sebelah kanan masuk ke duktus limfatikus
kanan atau langsung ke system vena pada pertemuan vena jugularis interna
dan vena subklavia. Juga duktus torasikus dan duktus limfatikus kanan
menerima aliran limfa dari kelenjat supraklavikula.

n. Kelenjar supraclavicular terletak di dalam cekungan diatas clavicula,


lateral dan persendian sternum. Menerima aliran dari bagian cavum
thoraks dan abdomen.
2. Sebutkan penyakit-penyakit dengan tanda benjolan pada leher ?

Secara umum benjolan di daerah leher, disebabkan oleh lima kelainan atau
penyebab utama yaitu :

a. Kelainan congenital
b. Infeksi
c. Neoplasma
d. Trauma
e. Kelainan lainnya

Bahaya benjolan di leher dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir
atau timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah usia dewasa.
Pada kelainan ini, benjolan yang paling sering terletak di leher samping bagian
kiri atau kanan sebelah atas dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran
benjolan bisa kecil beberapa cm tetapi juga bisa sebesar bola tenis. Kelainan
congenital yang sering terjadi di daerah leher antara lain adalah hygroma colli,
kista branchial, kisa ductus thyroglossus.

Hygroma colli adalah kelainan bawaan lahir akibat adanya gangguan


saluran limfe, biasanya muncul sejak lahir dan makin bertambah besar dengan
bertambahnya usia, bahkan bisa sampai ukuran bola tenis atau lebih, biasanya
benjolan agak lunak.

Kista ductus thyroglossus, benjolannya umumnya di garis tengah leher


diantara bawah dagu sampai kelenjar thyroid. Pada kelainan ini bisa muncul pada
masa kank-kanak atau setelah usia dewasa. Benjolannya berisi cairan.

Kista branchial seperti kista thyroglossus, juga berisi cairan, namun


letaknya paling sering di samping leher.

Infeksi pada daerah leher dapat berupa infeksi akut atau infeksi menahun.
Biasanya, infeksi akut disertai dengan adanya gejala panas badan, rasa sakit dan
adanya warna kemerahan pada benjolan tersebut. Infeksi menahun atau kronis
yang paling sering ditemukan adalah benjolan akibat penyakit TBC kelenjar. Pada
TBC kelenjar benjolan dapat berupa benjolan kecil ukuran beberapa mm sampai
ukuran cm, bisa hanya satu buah namun juga dapat langsung beberapa buah an
paling sering terletak di samping leher kiri atau kanan, bahkan kadang disamping
leher kiri dan kanan sekaligus.

Neoplasma adalah penyakit pertumbuhan sel. Neoplasma terdiri dari sel-


sel baru yang memunyai bentuk, sifat dan kinetika berbeda dari sel normal
asalnya. Pertumbuhannya liar, autonom dan terlepas dari kendali pertumbuhan sel
normal. Neoplasma ini ada yang bersifat jinak dan ada yang bersifat gnas atau
biasa disebut kanker.

Kanker yang asal pertumbuhannya memang berawal dari daerah leher itu
sendiri, misalnya yang paling sering adalah struma, kanker jaringan lunak yang
berasal dari otot dan jaringan lunak lainnya di leher. Kanker yang terjadi di daerah
leher, namun sebenarnya kanker induknya asalnya ada di tempat lain, dengan kata
lain merupakan metastasis tumor dari kanker di tempat lain yang letaknya bukan
di leher. Contoh pada kanker jenis ini adalah kanker nasofaring, kanker di daerah
kepala, kanker di rongga mulut, yang umumnya menyebabkan metastasis berupa
adanya benjolan di leher samping atas sedikit dibawah telinga kiri atau kanan.
Juga kanker-kanker dari organ yang jauh seperti kanker paru, kanker saluran
pencernaan, kanker saluran kemih, kanker payudara, kanker alat genitalia wanita
yang dapat memberikan metastasis berupa adanya benjolan diatas tulang selangka
atau supraclavicula, terutama di sebelah kanan.

Kanker di daerah leher yang sebenarnya merupakan penyakit sistemik


yang dapat terjadi di seluruh tubuh, yaitu limfoma maligna.

Trauma di daerah leher bisa terjadi akibat benturan benda tumpul sehingga
terjadi bekuan darah atau hematom dan membentuk benjolan seperti tumor.

3. Jelaskan faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan benjolan pada


leher ?
Ada 3 faktor penyebab terjadinya benjolan pada leher, yaitu adanya

infeksi Virus Epstein Barr (EBV), faktor genetik, dan faktor lingkungan yang

memungkinkan terjadinya insidens ini.

a. Virus Epstein Barr (EBV)

Pada hampir semua kasus kanker telah mengaitkan terjadinya

kanker nasofaring dengan keberadaan virus ini. Virus ini merupakan virus

DNA yang diklasifikasi sebagai anggota famili virus Herpes yang saat ini

telah diyakini sebagai agen penyebab beberapa penyakit yaitu,

mononucleosis infeksiosa, penyakit Hodgkin, limfoma-Burkitt dan kanker

nasofaring. Virus ini seringkali dijumpai pada beberapa penyakit

keganasan lainnya tetapi juga dapat dijumpai menginfeksi orang normal

tanpa menimbulkan manifestasi penyakit.Virus tersebut masuk ke dalam

tubuh dan tetap tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam

jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu

mediator. Jadi, adanya virus ini tanpa faktor pemicu lain tidak cukup untuk

menimbulkan proses keganasan.

b. Faktor Genetik

Telah banyak ditemukan kasus herediter dari pasien karsinoma

nasofaring. Penelitian pertama menemukan adanya perubahan genetik

pada ras Cina yang dihubungkan dengan karsinoma nasofaring adalah

penelitian tentang Human Leucocyte Antigen (HLA). Perubahan genetik

mengakibatkan proliferasi sel-sel kanker secara tidak terkontrol. Beberapa

perubahan genetik ini sebagian besar akibat mutasi, putusnya kromosom,


dan kehilangan sel-sel somatik. Teori tersebut didukung dengan adanya

studi epidemiologik mengenai angka kejadian dari kanker nasofaring.

Kanker nasofaring banyak ditemukan pada masyarakat keturunan

Tionghoa.

c. Faktor Lingkungan

Ikan yang diasinkan kemungkinan sebagai salah satu faktor

etiologi terjadinya kanker nasofaring. Teori ini didasarkan atas insiden

kanker nasofaring yang tinggi pada nelayan tradisionil di Hongkong yang

mengkonsumsi ikan kanton yang diasinkan dalam jumlah yang besar dan

kurang mengkonsumsi vitamin, sayur, dan buah segar.

Faktor lain yang diduga berperan dalam terjadinya kanker

nasofaring adalah debu, asap rokok, uap zat kimia, asap kayu bakar, asap

dupa, serbuk kayu industri, dan obat-obatan tradisional, tetapi hubungan

yang jelas antara zat-zat tersebut dengan kanker nasofaring belum dapat

dijelaskan.

Belakangan ini penelitian dilakukan terhadap pengobatan alami

(chinese herbal medicine atau CHB) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang erat antara terjadinya kanker nasofaring, infeksi Virus

Epstein Barr (EBV), dan penggunaan CHB. Kebiasaan merokok dalam

jangka waktu yang lama juga mempunyai resiko yang tinggi menderita

kanker nasofaring.

4. Bagaimana patogenesis terjadinya benjolan pada leher yang bersifat progresif ?


Ada banyak factor yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada
leher, seperti trauma, infeksi, hormone, neoplasma dan kelainan herediter.
Factor-faktor ini bekerja dengan caranya masing-masing dalam menimbulkan
benjolan.Hal yang perlu ditekankan adalah tidak selamanya benjolan yang ada
pada leher timbul karena kelainan yang ada pada leher.Tidak jarang kelainan
itu justru berasal dari kelainan sistemik seperti limpoma atau TBC.
Hampir semua struktur yang ada pada leher dapt mengalami benjolan entah itu
kelenjar tiroid, paratiroid dan getah bening, maupun benjolan yang berasal dari
struktur jaringan lain seperti lemak, otot dan tulang.

Infeksi dapat menimbulkan benjolan pada leher melalui beberapa cara


yang diantaranya berupa benjolan yang berasal dari invasi bakteri langsung
pada jaringan yang terserang secara langsung maupun benjolan yang timbul
sebagai efek dari kerja imunitas tubuh yang bermanifestasi pada
pembengkakan kelenjar getah bening.

Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma itu dari


otot, sel limfoid, tulang maupun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya
terjadi dysplasia dan metaplasia pada sel matur akibat berbagai factor sehingga
differensiasi sel tidak lagi sempurna.Dysplasia ini menimbulkan sejumlah
kelainan fisiologs molekuler seperti peningkatan laju pembelahan sel dan
inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram.Hal ini berakibat pada
proliferasi sel tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya benjolan pada
jaringan.Neoplasma dapat terjadi pada semua sel yang ada dileher entah itu
kelenjar tiroid, adenoma tiroid, lemak-lipoma, kartilago-kondroma, jaringan-
limfe limpoma, maupun akibat dari metastase kanker dari organ diluar leher.

5. Bagaimana patomekanisme gejala yang terjadi pada skenario di atas ?


Mekanisme Telinga berdengung :
Neoplasma di resessus faringeus & dinding lateral nasofaring menekan
tuba eustachia, menyebabkan tekanan negatif yang menghambat udara
sehingga telinga berdengung.
Mekanisme tidak terasa nyeri :
Rasa nyeri timbul karena adanya perangsangan pada reseptor nosispetik.
Pada skenario tidak dirasakan nyeri disebabkan benjolan tersebut bukan karena
proses infeksi sehingga reseptor nyeri tidak tertekan . Tetapi apabila massa
tersebut menekan saraf disekitarnya maka akan menimbulkan nyeri ( stadium
lanjut ).
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis dari scenario tersebut ?
Anamnesis
Pada skenario di atas pasien tersebut datang dengan keluhan benjolan
pada leher bagian lateral kiri. Menggali keluhan utama pasien. Tanyakan:
a. Onset nya ( sejak kapan benjolan tersebut mulai muncul?)
b. Lokasi benjolan tersebut dimana ?
c. Apakah hanya ada 1 benjolan pada tempat tersebut?
d. Apakah benjolan tersebut membesar dengan cepat?
e. Apakah pasien merasakan nyeri pada benjolan tersebut?
f. Setelah keluhan utama kita gali, maka selanjutnya kita dapat menanyakan
keluhan lain pada pasien tersebut. Pada skenario diatas, keluhan lain yang
pasien rasakan adalah telinga berdengung pada sebelah kiri.
Keluhan lain sepeerti :
a. Apakah pasien merasakan nyeri pada kepala atau nyeri pada wajah?
b. Apakah ada gangguan pendengaran atau merasakan telinga berdengung?
c. Apakah pasien merasakan hidung sering tersumbat atau sering keluar
ingus kental bercampur arah ?
d. Apakah pasien merasakan gangguan pada penglihatan seperti pandangan
kabur ataupun penglihatan ganda?
e. Apakah pasien mengeluh sulit menelan dan sulit berbicara?
f. Apakah pasien merasakan demam, mual, muntah, dan penurunan nafsu
makan?
Untuk lebih memastikan diagnosis diatas, perlu dilakukan juga pemeriksaan
fisis. Karena benjolan tersebut berada pada leher, maka sebaiknya kita lakukan
pemeriksaan fisis THT-KL.
Inspeksi :
Lokasi benjolan tersebut, ukuran benjolan, apakah hanya ada 1 benjolan
yng muncul, jika tidak, pastikan lokasi benjolan yang lain berada dimana.
Perhatikan pula, apakah ada perubahan warna di sekitar benjolan tersebut.
Palpasi :
Raba benjolan tersebut untuk memastikan :
a. Ukuran benjolan
b. Bentuk benjolan tersebut
i. Tumor jinak umumnya berbentuk bulat atau lonjong.
ii. Tumor ganas umumnya tidak beraturan.
c. Batas tumor
i. Tumor jinak memiliki kapsul utuh, batas tegas.
ii. Tumor ganas tumbuh infiltratif, batas tidak jelas.
d. Konsistensi benjolan tersebut
i. Konsistensi tumor bisanya padat keras , padat kenyal atau kistik.
e. Raba juga permukaan benjolan tersebut.
i. Permukaan tumor jinak umumnya licin.
ii. Permukaan tumor ganas umumnya berbenjol tidak rata.
f. Mobil atau terfiksir
i. Raba juga apakah benjolan tersebut dapat digerakkan(mobil) atau
terfiksir(tidak dapat digerakkan)
g. Perhatikan juga apakah ada nyeri tekan saat kita meraba benjolan tersebut.

Selanjutnya kita lakukan pemeriksaan THT:


a. Rhinoskopi anterior dan posterior. Untuk melihat keadaan pada daerah
hidung dan adenoid.
b. Pemeriksaan Nasofaringoskop juga dapat kita lakukan untuk melihat
perkembangan tumor tersebut. Dapat juga kita lakukan otoskopi apabila
ada gangguan pada telinga pasien.
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus tersbut, sebaiknya pasien dianjurkan untuk pemeriksaan darah
rutin, serologi virus EB, CT scan nasofaring potongan axial lalu setelah ada hasil
CT scan, selanjutnya kita lakukan biopsi untuk diagnosis histopatologi.
Apabila tumor tersebut sudah bermetastase jauh, maka kita dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan foto thorax atau foto polos abdomen.

7. Jelaskan differential diagnosis dan apa analisa kasus dari skenario di atas ?
Differential Diagnosa dari seknario :
a. Ca Nasofaring
b. Limfadenitis TB
c. Limfoma Maligna
Analisa Kasus :
Dari skenario ditemukan gejala-gejala seperti : benjolan pada leher kiri
lateral, benjolan teraba keras tetapi tidak nyeri , dan telinga teras berdengung.
Dari gejala-gejala diatas kemungkinan penderita suspek Ca Nasofaring .
Tetapi untuk memastikan penderita menderita Ca Nasofaring maka kitaharus
melakukan pemeriksaan lanjutan seperti CT-Scan , Biopsi , dan Laboratorium.
Karsinoma nasofaring
Definisi
Karsinoma nasofaring disebut juga tumor kanton.Menurut WHO,sekitar 80
% dari kasus karsinoma nasofaring didunia terjadi di china.

ANATOMI

Nasofaring terletak diantara basis cranial dan pallatum


mole,menghubungkan rongga hidung dan orofaring.Rongga nasofaring
menyerupai sebuah kubus yang tidak beraturan,diameter atas-bawah dan kiri-
kanan masing masing sekitar 3 cm, diameter depan belakang 2-3 cm,dapat
dibagi menjadi dinding anterior,superior,inferior dan 2 dinding lateral yang
simetri bilateral.Dinding supero-posterior.Dinding superior dan posterior
bersambung dan miring membentuk lengkungan,diantara kedua dinding tidak
terdapat batas anatomis yang jelas

Epidemiologi
Kanker nasofaring dapat terjadi pada segala umur,tapi umumnya
menyerang usia 30-60 tahun,menduduki 75-90 %.Proporsi pria dan wanita 8:1.

Etiologi
Terjadinya kanker nasofaring mungkin multifactor,proses
karsinogenesisnya mungkin mencakup banyak tahap.Faktor yang mungkin
terkait dengan timbulnya kanker nasofaring adalah :
1. Kerentanan genetic
Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen)
dan gen pengode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan
adalah,gen kerentanan terhadap kanker nasofaring.

2. Virus EB
Metode imunologi membuktikan antigen spesifik seperti antigen
kapsid virus (VCA) antigen membrane (MA),antigen dini(EA),antigen
nuklir,dll.
3. Faktor lingkungan
Menurut laporan luar negeri,orang cina generasi pertama (umumnya
penduduk kanton) yang bermigrasi ke Amerika Serikat,Kanada memiliki
angka kematian akibat kanker nasofaring 30 kali tinggi dari kulit putih
setempat.Penelitian akhir akhir ini menemukan zat berikut berkaitan dengan
timbulnya kanker nasofaring:
a. Golongan nitrosamine : ini dapat menilbulkan kanker pada
hewan.Diantaranya dimetilnitrosamin dan dietilnitrosamin
kandungannya agak tinggi pada ikan asin Guangzhou.Tikus putih
yang diberi pakan ikan asin dapat timbul kanker rongga nasal atau
sinus nasal.
b. Hidrokarbon aromatic: pada keluarga di area insiden tinggi kanker
nasofaring,kandungan 3,4-benzpiren
c. Unsur renik : nikel sulfat dapat memacu efek karsinogenesis pada
proses timbulnya kanker nasofaring pada tikus akibat
dinitrosopiperazin dosis kecil.

Patologi
Rongga nasofaring diselaputi selapis mukosa epitel tipis,terutama
berupa epitel skuamosa,epitel torak bersilia berlapis semu dan epitel
transisional.Di dalam lamina propria mukosa sering terdapat sebukan limfosit,
di submukosa terdapat kelenjar serosa dan musinosa.Kanker nasofaring adalah
tumor ganas yang berasal dari epitel yang melapisi nasofaring.

Manifestasi klinis
1. Epistaksis :sekitar 70 % pasien mengalami gejala ini,diantaranya 23,2 %
pasien datang dengan gejala awal ini.
2. Hidung tersumbat : Sering hanya sebelah dan secara progresif bertambah
hebat.Ini disebabkan tumor menyumbat lubang hidung posterior,insiden
sekitar 48 %.
3. Tinitus dan pendengaran menurun : masing masing menempati 51,6-62,5
% dan 50 %.Penyebabnya adalah tumor diresesus faringeus dan dinding
lateral nasofaring menginfiltrasi,menekan tuba eustaki,menyebabkan
tekanan negative di dalam kavum timpani,hingga terjadi otitis media
transudatif.
4. Sefalgia : Menempati 57,68,6 %,kekhasannya adalah nyeri kontinu di
region temporoparietal atau oksipital satu sisi.Ini sering disebabkan
desakan tumor,infiltrasi saraf cranial atau os basis cranial,juga mungkin
karena infeksi local atau iritasi pembuluh darah yng menyebabkan sefalgia
reflektif.
5. Pembesaran kelenjar limfe leher : sekitar 40 % pasien dating dengan gejala
pertama pembesaran kelenjar limfe leher,pada waktu diagnosis
ditegakkan,sekitar 60-80 % sudah metastasis kelenjar limfe.
6. Gejala metastasis jauh : karena 95 % lebih sel kanker nasofaring
berdiferensiasi buruk.Lokasi metastasis paling sering ke tulang,paru,hati.
Diagnosis
1. 2 gejala à curiga KNF
3 gejala à klinis KNF
2. Nasopharyngoskopi
3. Peningkatan titer viral kapsid Ag (VCA Epstein-Barr)
4. Biopsi nasopharyng à diagnosis pasti

Penanganan
Pada kasus Ca Nasofaring penanganan dilakukan sesuai dengan stadium
1. Radioterapi
Terapi terhadap kanker nasofaring berprinsip pada individualisasi
dan tingkat keparahan. Pasien stadium 1 ataupun 2 dengan radioterapi
eksternal ditambah brakiterapi kavum nasofaring; pasien stadium 3
ataupun 4 dengan kombinasi radioterapi dan kemoterapi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi yang dimaksud berupa kemoterapi adjuvant dan
kemoradioterapi. Kemoterapi yang sering dipakai adalah PF (DDP +
5FU),karboplatin + 5FU, paklitaksel +DDP.
3. Terapi Bedah
Dilakukan operasi residif local nasofaring pasca radioterapi,lesi
relative terlokalisasi. 3 bulan pasca radioterapi kuratif terdapat residif lesi
primer nasofaring . Pasca radioterapi kuratif terdapat residif atau rekurensi
kelenjar limfe leher.
Prognosis
Stadium I à lebih dari 76,9 %
Stadium II à 56%
Stadium III à 36,4%
Stadium IV à 16,4 %
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar Onkologi klinis Edisi Kedua Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.2011
Dr.Suyatno SpB(K)Onk dan Dr.Emir Taris Pasaribu SpB(K)Onk. Bedah Onkologi
Diagnosis dan Terapi.2009
Aru Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi IV.
Jakarta: IPD Press
Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar THT Edisi 6. Jakarta: UI Press
http://www.emedicine.medscape.com/oncology/ diakses pada pukul 7.30 22
December 2009
Theopilus B. dkk. 2008. Buku AjarAnatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi
FK Unhas
Wan Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai