Anda di halaman 1dari 24

Modul lesu

 Ascarina Rahyuni K1A115059


 Dian Indra Malik K1A115063
 Luthfi Asyifa Harsa K1A116026
 Muhammad Akbar Syukur K1A116027
 Yelsi Beatrice P. K1A116028
 Zulkarnain Sya’ban K1A116031
 Muh.Nur Rafiq Al ashar K1A116097
 Delyana Brilian Hamra K1A116098
 Ishmah Farah Adiba Nurdin K1A116100
 Firsta Wahyuni Chivansa K1A116101
 Anita Paramatasari Nur K1A116121
Seorang anak perempuan berumur 10
tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan
keluhan lemas dan lesu. Gejala ini juga
disertai dengan penurunan nafsu makan dan
tidak ada minat belajar. Keadaan ini dialami
oleh anak tersebut sejak 4 bulan yang lalu.
1. Anak perempuan 10 tahun
2. Keluhan : lemas dan lesu disertai dengan
penurunan nafsu makan
3. Tidak ada minat belajar
4. Keluhan dialami sejak anak 4 bulan yang
lalu.
1. Jelaskan definisi dan etiologi lesu !
2. Jelaskan patomekanisme terjadinya lesu !
3. Jelaskan Penyakit-penyakit yang berdasarkan
Skenario !
4. Jelaskan hubungan lemah dan lesu dengan
penurunan nafsu makan
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis kelainan
dan keluhan lesu
6. Jelaskan penatalaksanaan lesu menurut
etiologinya
7. Jelaskan metode pencegahan lesu sesuai
etiologinya
DEFINISI ETIOLOGI

1. Anemia Defisiensi zat besi


2. Kurangnya suplai darah ke
jaringan (Anemia)
Menurut Kamus Besar Bahasa 3. Penyakit yang
Indonesia (KBBI) : Lesu adalah mempengaruhi
suatu perasaan lemah, lelah, metabolisme tubuh
letih, dan tidak bersemangat, 4. Komsumsi obat-obatan
kelesuan diartikan kekurangan seperti anti depresan, anti
tenaga, kepenatan, perasaan hipertensi, dan diuretik.
lesu dan kehilangan semangat. 5. Kelenjar tiroid yang terlalu
aktif atau kurang aktif
6. Anoreksia
7. Penyakit kanker, HIV, TBC,
Gagal Ginjal, Gagal Hati,
dan Gagal Jantung
Peradangan
(Toksin, Iritasi Mekanis, Bahan-bahan parasit mati)

IL-1, IL-6, IL-8< TNF-Alpha

Eksitasi daerah peka glukosa (hipotalamus)

Penurunan nafsu makan

Intake makanan kurang

Lesu
Parasit dalam darah

Konsumsi Nutrisi dan O2

Malnutrisi dan Hipoksia Jaringan

Anemia

Lesu
a. Ascariasis
b. Filariasis
c. Fasciolopsiasis
d. Ankilostomiasis
e. Enteribiasis
f. Strongiloides
g. Schistosomiasis
h. Thricuriasis
i. Taeniasis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang

1. Ascariasis
◦ Diagnosis ditegakkan dengan menemukan cacing
atau telur cacing pada tinja atau karena cacing
dewasa keluar tubuh dan ditemukan dalam tinja
◦ infeksi berat bila ditemukan >50.000 telur/gram
feses, eosinophil
2. Trichuriasis
 Diagnosis mudah ditegakkan dengan
menemukan telur yang terdapat dalam tinja
 dikatakan infeksi berat apabila ditemukan
>10.000 telur/gram feses.
3. Filariasis
 Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui
pemeriksaan parasite dan hal ini cukup sulit.
 Banyak individu terinfeksi yang tidak
mengandung mikrofilia dalam darahnya
sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan.
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan
leukositosis dengan eosinophilia sampai
10%-30%.
4. Enterobiasis
 Telur cacing jarang ditemukan di feses
 Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan melihat
anus si anak pada malam hari dan menemukan
cacing dewasa yang sedang keluar untuk
bertelur.
 anal swab merupakan metode terbaik dalam
mendiagnosis enterobiasis.
5. Strongiloides
 Larva rhabditiform/larva filariform ditemukan
pada sediaan feses, cairan duodenum, cairan
asites, dan sputum. Larva rhabditiform dapat
ditemukan pada tinja segar sedangkan larva
filariform harus dilakukan pembiakan tinja dan
secret duodenum terlebih dahulu yang diambil
dengan duodenal sonde
6. Cacing tambang / necator
 dengan ditemukannya telur cacing tambang
didalam tinja pasien
 , larva dapat juga ditemukan dalam sputum.
Kadang-kadang terdapat sedikit darah dalam
tinja.
7. Fascioliasis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan ditemukan
telur pada tinja atau cairan empedu.
8. Taeniasis
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya
proglotid dalam tinja baik secara aktif
maupun pasif serta telur dengan
menggunakan cellophan tape.
a. Ascariasis
 Farmakologi
a) Mebendazole 500 mg, Albendazole 400 mg single
dose,
b) Pirantel Pamoate 10 mg/kgbb single dose,
levamisole 120 mg dewasa dan untuk anak 2,5
mg/kgbb single dose.
 Non Farmakologi
Cacing Ascaris Lumbricoides merupakan cacing
dengan ukuran yang besar dibanding dengan jenis
cacing lainnya, apabila cacing ascaris dengan jumlah
yang banyak menumpuk di usus dan menyebabkan
obstruksi maka harus diberi tindakan laparatomi.
b. Trichuriasis
➢ Terapi kombinasi
 Pirantel pamoate 10 mg /kgbb single dose +
oksantel pamoate 10-20 mg/kgbb single
dose.
 Mebendazole 2x100 mg/hari single dose
atau levamisole 2,5 mg/kgbb/hari single
dose. Apabila terdapat gejala anemia maka
harus diberikan preparat besi dan perbaikan
asupan gizi.
c. Cacing tambang (Ankilostomiasis dan
necatoriasis)
• Terapi
 Albendazole 400 mg single dose,
Mebendazole 600 mg single dos unt 3 hari
jika masih positif ulangi sampi 3-4 minggu
kemudian, dan zat besi oral atau parenteral
apa bila ditemukan anemia.
d. Strongiloidosis
• Terapi
Tiabendazile 3x25 mg/kgbb/hari selama 3
hari.
e. Enterobiasis
• Terapi
Albendazole 400 mg sigle dose, Mebendazol
100 mg, arintel Pamoat 10mg/kgbb/hari
selama 7 hari diulang setelah 2-4 minggu.
a. Pencegahan Ascariasis
 Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk
tanaman
 Sebelum melakukan persiapan makanan dan
hendak makan tangan dicuci terlebih dahulu
dengan menggunakan sabun
 Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar
(mentah) sebagai lalapan hendaklah dicuci
bersih dan disiram lagi dengan air hangat.
 b. Pencegahan Filariasis
 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di
daerah endemis mengenai cara penularan dan
cara pengendalian vektor (nyamuk)
 Mengidentifikasikan vektor dengan mendeteksi
adanya larva infektif dalam nyamuk dengan
menggunakan umpan manusia, mengidentifikasi
waktu dan tempat menggigit nyamuk serta
ternpat perkembangbiakannya
 Pengendalian vektor jangka panjang yang
rnungkin memerlukan perubahan konstruksi
rumah dan termasuk pemasangan kawat kasa
serta pengendalian lingkungan untuk
memusnahkan tempat perindukan nyamuk
 Melakukan pengobatan misalnya dengan
menggunakan diethylcarbamazine citrate.
 Pencegahan Trichuriasis
 Hindari sayuran yang belum dicuci bersih
 Gunakan jamban yang bersih atau
pembuangan tinja yang memenuhi syarat
 Tingkatkan kebersihan individu.
 . Pencegahan Necator Americanus
 Infeksi cacing tambang bias dicegah dengan
tidak menyentuh tanah secara langsung, dan
menggunakan alas kaki jika berkunjung
kedaerah endemic
 Pencegahan Strongiloides
 Selalu menggunakan alat kaki saat keluar
rumah
 Hindari kontak kaki secara langsung dengan
tanah
 Tidak buang air besar sembarangan
 Pencegahan Enterobiasis
 Memotong kuku yang sudah panjang dan
kotor
 Selalu mencuci tangan sebelum makan
 Menjauhkan makanan daridebu
 Mencuci bersih dan rutin mengganti pakaian
serta alas Kasur
 Pencegahan fasciolopsiasis
 Memasak tumbuhan air sebelum dimakan,
 Fasciolopsiasis dapat diobati
dengan Praziquantel secaraoral
 Pencegahan Schistosoma
 Menghindari kontak dengan air di daerah
tempat terdapat cacing parasit ini.
 Selalu minum air yang bersih dan aman
 Air yang digunakan untuk mandi Air yang
ditampung selama 1–2 hari dapat dianggap
aman untuk mandi.
 Pencegahan Taeniasis
 Hindari mengonsumsiikan dan daging (terutama
daging babi) yang tidak matang sempurna.
 Cuci semua buah dan sayuran, sertamasa
kmakanan hingga matang sebelum dimakan.
 Bagi yang memiliki peternakan, buatlah saluran
pembuangan kotoran yang baik, jangan sampai
mencemari air yang digunakanuntuk keperluan
konsumsi.
 Bawalah hewan peliharaan kedokter hewan jika
ter infeksi cacing pita.
 Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah mengolah makanan, sebelum makan,
dan setelah keluard ari toilet.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai