Anda di halaman 1dari 14

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. B
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ibu : Nn. B
Usia : 43 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. melur
Tanggal dan Pukul : 23 April 2019 pukul 09.00

II. ANAMNESA

Dilakukan secara alloanamnesis, tanggal 23 Maret 2019, pukul 09.00

a. Keluhan utama :
Demam sejak 3 hari yang lalu disertai bengkak pada leher kiri

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa ke Puskesmas oleh ibunya dengan keluhan demam sejak 3
hari yang lalu. Pasien mengatakan awalnya keluhan pembengkakan pada leher
yang menjalar ke angulus mandibula. Keluhan juga disertai pilek dan batuk
berdahak dengan dahak berwarna hijau, pasien juga mengeluhkan nyeri ketika
menelan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan penyakit lainnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai gejala serupa. Riwayat alergi (-
) pada keluarga pasien.

e. Riwayat Gizi
Pasien tidak nafsu makan karena mengeluhkan nyeri menelan
d. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku sukak jajan sembarang dan minum es
e. Riwayat Pribadi
a. Riwayat Kehamilan ibu : Kehamilan ketiga, Cukup bula, tidak
ada keluhan selama kehamilan
b. Riwayat Persalinan ibu : Persalinan normal di bantu oleh bidan
c. Riwayat Pasca Lahir : Tidak ada kelainan
d. Riwayat Makan : Suka jajan sembarangan
e. Riwayat imunisasi : lengkap
d. Sosial Ekonomi : Keadaan Ekonomi orang tua kurang
mampu
e. Lingkungan :-
d. Anamnesis Sistem lain : Dalam batas normal
III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pertumbuhan dan perkembangan anak :


1. Pertumbuhan :
2. Perkembangan psikomotor :
 Motorik Kasar : Tidak dilakukan
 Motorik Halus : Tidak dilakukan
 Bicara : Tidak dilakukan
 Halus : Tidak dilakukan
3.Mental/Intelegensia : Tidak dilakukan
4. Emosi & Perilaku : Tidak dilakukan

b. Status Generalis
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Baik
Nadi : 80
Nafas : 20
Suhu : 38oC
Kepala/leher : Terdapat pembengkakan leher yang menjalar sampe
ke angulus mandibular teraba hangat
Thorak Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam Batas normal
Kulit : Dalam Batas normal
c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

IV. RESUME

Pasien dibawa ke Puskesmas oleh ibunya dengan keluhan demam sejak 3


hari yang lalu. Pasien mengatakan awalnya keluhan pembengkakan pada leher
yang menjalar ke lateral dagu. Keluhan juga disertai pilek dan batuk berdahak
dengan dahak berwarna hijau, pasien juga mengeluhkan nyeri ketika menelan.
Pasien mengaku belum pernah seperti ini sebelumnya dan tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti ini. Ketika di tanyai mengenai riwayat
gizi pasien mengatakan semenjak keluhan muncul nafsu makan berkurang karena
terdapat nyeri ketika menelan. Dan pasien mengaku sering jajan sembarangan
dan minum es
V. DIAGNOSIS BANDING

a. Parotitis supuratif
b. Obstruksi duktus stensoni
c. Lesi pada ramus os mandibular karena osteomiolitis
d. Sindrom mikulicsz
VI. DIAGNOSIS KERJA
Parotitis ependemika

VII. PENATALAKSANAAN

Terapi Medikamentosa

 Paracetamol 10-15mg/kgBB/kali
 Pseudoephedrine 1- 1,5 mg/kgBB/kali
 Ambroxol 50mg/kgBB/hari

VIII. PROGNOSIS

 Ad Vitam : Bonam
 Ad Functionam : Dubia ad Bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad Malam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Parotitis atau gondong adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan
menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak langsung atau oleh tetesan
udara. Kadang-kadang disebut parotitis infeksius, dan ini terutama
mempengaruhi kelenjar ludah. Gejala awal biasanya tidak spesifik, seperti sakit
kepala, malaise dan demam, diikuti dalam sehari oleh pembengkakan kelenjar
parotis (saliva) yang khas
.
B. Epidemiologi
Karena virus ini ada di seluruh dunia, risiko terkena mumps tinggi. Di
banyak negara di seluruh dunia, mumps endemik. Vaksin mumps digunakan di
hanya 57% dari negara-negara yangtergabung dalam Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), sebagian besar negara-negara berkembang 85% ditemukan pada anak
anak dibawah usia 15 tahun

C. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus RNA, Rubulavirus. Rubulavirus
berada dalam genus Paramyxovirus dan merupakan anggota keluarga
Paramyxoviridae. Virus ini mengandung RNA untai tunggal, indra negatif yang
dikelilingi oleh amplop glikoprotein. Dari 2 glikoprotein pada permukaan
amplop virus RNA, satu memediasi aktivitas neuraminidase dan hemaglutinasi,
sedangkan yang lain bertanggung jawab untuk fusi pada membran lipid sel inang.
Rubulavirus dapat diisolasi dalam kultur virus dari saliva, urin, dan cairan
serebrospinal (CSF). Zat kimia (yaitu eter, formalin, kloroform), panas, dan sinar
ultraviolet dapat meng non aktifkan virus ini.
D. Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh memalaui hidung atau mulu.virus
berleplikasi disaluran napas atas kemudia menyebar ke kelenjar limfe local dan
diikuti viremia umum setelah 12-25 hari yang berlangsung selama 3-5 hari.
Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kelenjar parotis, pancreas, tiroid,
ginjal, jantung dan otak. Virus masuk ke SSP melalui prosesus koroideus lewat
infeksi pada sel mononuclear. Sel ini mengalami deskuamasi ke cairan
serebrospinal dan menyebabkan meningitis. Pada ensefalitis selain terjadi
demielinisasi periventricular juga terjadi infiltrasi perivaskuler oleh sel
mononuclear dan proliferasi dan mikrogial red-cel

E. Manifestasi Klinis
Setelah melewati masa inkubasi selama 14-24 hari 30-40% penderita
tidak menunjukkan gejala klinik dan sisanya 60-70% akan menunjukan gejala
klinik dengan berbagai tingkatan. Masa prodromal ditandai perasaan lesu, nyeri
pada otot terutama pada daerah leher , bafsu makan menurun, sakit kepala,
diikuti pembesaran cepat satu atau dua kelenjar parotis serta kelenjar ludah lain
seperti sebmaksilaris dan sublingual. Pembesaran kelenjar unilateral terjadi pada
25% kasus sedangkan pembengkakan bilateral terjadi pada 70-80% kasus.
Gejala klasik yang timbul dalam 24 jam adalah anak anak mengeluh sakit
telinga dan di perberat jika mengunyah makan. Terumata pada saat makanan
makanan yang asam seperti lemon dan cuka. Dalam beberapa hari kelenjar
parotis akan tampak membesar dengan cepat serta mencapai ukuran maximum
dalam 1-3 hari seningga aurikula akan terangkat dan terdorong ke lateral. Selama
masa pembesaran kelenjar, rasa nyeri dan nyeri tekan sangatlah hebat. Keluhan
akan berkurang saat ukuran telah mencapai maximum. Daerah yang mengalami
pembengkakan akan terasa lunak. Kulit kemerahan dan pembengkakan sering
terjadi pada muara duktus stensoni.
Bersama dengan pembengkakan kelenjar akan dapat edem pada laring
dan palatum mole sehingga mendorong tonsil ketengah. Kadang ditemukan edem
di manubrium stemi serta didnding dada bagian atas yang terjadi akibat
pembendungan aliran limfe. Demam akan turun 1-6 hari. Pembengkakan
kelenjar akan menghilang setelah 3-7 hari.
Pembengkakkan kelenjar sublakrimalis sering sulit dibedakan dari
adenitis servikal terutama jika tidak disertai kelenjar parotis terjadi pada 10-15%
pasien. Nyeri yang timbul lebih ringan dari pada pembengkakan kelenjar parotis
namun hilangnya lebih lama. Pembesaran kelenjar sublingual sering bilateral
dan dimulai daei pembengkakan kelenjar region submental dan dasar mulut. Dari
3 kelenjar ludah keterlibatan submental yang paling jarang terjadi

F. Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus klasik pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Pada
keadaan tanpa parotitis menyebabkan kesulitan untuk mendiagnosis, sehingga
dibituhkan pemeriksaan laboratorium :
1. pemeriksaan urin, yang memberikan hasil tidak spesifik dan sering
menunjukan adanya leukopenia dengan limfosit relative atau kadang normal
2. dapat terjadi peningkatan c-reactive protein CPR
3. ter serologi, kenaikan titer antibody dalam serum 4 kali atau lebih
tinggi , ditemukan adanya IgM dapat meneggakan diagnosis pada kasus yang
sulit deideteksi pada minggu pertama sakit
4. isolasi virus dari saliva dan urin selama masa akut penyakit dan dari
CSF saat dini dari meningoensefalitis. Virus masih dapat ditemukan di urin 2
minggu setelah onset penyakit.
5. deteksi virus dengan reverse transcription PCR (RT-PCR) yang didapat
dari apusan nasofaring atau cairan serebrospinal dan lebih sensitive dari ELISA
G. Diagnosis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menegakkan diagnosis
perotitis adalah :
1. riwayat kontak dengan penderita parotitis 2-3 minggu sebelum onset penyakit
2. adanya parotitis dan keterlibatan kelenjar yang lain.
3. tanda meningitis aseptic
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit
kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan
pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan
perabaan , terlebih bila penderita makan atau minum sesuatu yang asam

H. Diagnosis Banding
1. parotitis supuratif yaitu infeksi bakteri pada kelenjar parotis dan paling sering
disebabkan oleh staphylococcus aureus. Nanah dapat dilihat keluar dari duktus
stensoni. Jika dulakukan penekanan pada kelenjar dan ditemukan peningkatan
polimorfonuklear leukosit pada pemeriksaan darah rutin.
2. obsturuksi duktus stensoni sering disebabkan oleh kalkulus. Penyumbatan
kelenjar ini menyebabkan pembengkakan kelenjar parotis yang hilang timbul.
3. infeksi HIV pada anak dapat diikuti oleh parotitis. Biasanya pembengkakan
bersifat kronik
4. lesi pada ramus mandibula karena osteomielitis
5. sindrom Mikulicsz pembesaran kelenjar parotis dan kelenjar lakrimalis kronis
bilateral yang disertai dengan mulut kering dan tiadak adanya air mata

I. Penatalaksanaan
Parotitis epidemika adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Terapi
konservatif diberikan berupa hidrasi yang adekuat dan nutrisi yang cukup untuk
membantu penyembuhan. Parasetamol dapat digunkan untuk mengontrol nyeri
karena pembengkakan kelenjar. Kompres hangat dapat membantu penyembuhan.
Tidak ada antivirus yang dapat digunakan untuk parotitis endemika.

J. Komplikasi
1. Meningoensepalitis.
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan
kelenjar parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan
yang kemudia disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-
anak. Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan
meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain
biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang
meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit
meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan cerebrospinal baisanya
berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat
melebihi 2.000. Selnya hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis
aseptik enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada
awal penyakit.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,
kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.\
3. Pankreatitis
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga
kadang diagnosis dikelirukan dengan gastroenteritis. Pankreatitis ringan dan
asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada
akhir minggu pertama.

J. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif
dan imunisasi aktif.
1) Pasif.
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.
2) Aktif.
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan
tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat
efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps”
pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan
tidak menggagungu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis, atau
vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1
tahun karena efek antibodi maternal, Individu dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap komponen vaksin, demam akut, selama kehamilan, leukimia dan
keganasan, limfoma;sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti
metabolit, sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan
mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada
kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini.
K. Prognosis
Umumnya prognosis rubella baik
BAB III

PEMBAHASAN

A. Anamnesis

Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan utama demam dan pembengkakan pada
leher sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan keluhan utama pasin, kemungkinan
diagnosis banding dari penyakit pasien sudah mulai diperkirakan parotitis supuratif,
lesi pada mandibular akibat osteomyelitis, parotitis akibat HIV dan obstruksi duktus
stensoni atau sialolitiasis. Setelah itu, dokter menggali kembali riwayat penyakit
sekarang dari pasien. Pasien menjelaskan keluhan disertai dengan nyeri pada saat
menelan. Dan menggali riwayat penyakit dahulu pasien. Pasien mengatakan tidak
pernah seperti ini sebelumnya dan tidak ada riwayat penyakit yang serius sebelumnya
ini menyangkal diagnosis banding dari parotitis akibat HIV. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik inspeksi pada bagian leher yang bengkak di dapat kan
pembengkakan kelenjar sublingualis yang menjalar hingga angulus mandibula, pada
saat palpasi pembengkakan tersebut teraba hangat di sertai nyeri tekan untuk
menyingkirkan diagnosis banding lesi pada mandibular akibat osteomyelitis dapat di
konfirmasi pada palpasi mandibula bahwa tidak didapatinya deformitas yang
biasanya menyertai gejala osteomyelitis, dan pada saat palpasi juga mengkonfirmasi
bahwa diagnosis banding parotitis supuratif juga dapat disangkal karena biasanya
pada saat penekanan akan dijumpai pengeluaran pus dari duktus stenson yang bisa
dilihat melalui pipi bagian dalam. Penyingkiran diagnosis banding obstruksi duktu
stensoni atau sialolitiasis di dapatkan dari hasil anamnesis yang biasanya pasien
selera makan dan pada pemeriksaan fisik ditemukan batu pada duktus yang dapat
dilihat dari mulut bagian dalam
B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada tubuh pasien didapatkan pembengkakan di


leher yang menjalar ke angulus mandibular dan teraba hangat disertai nyeri tekan

C. Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus klasik pemeriksaan penunjang tidak diperlukan

D. diagnosis

Berdasarkan data dari hasil anamnesis maka diagnosis pasien adalah


parotitis epidemika penyakit ini disebabkan oleh virus RNA, Rubulavirus.
Rubulavirus berada dalam genus Paramyxovirus dan merupakan anggota
keluarga Paramyxoviridae dengan gelaja klinis Pada anamnesis didapatkan
keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit kepala, muntah, sakit waktu
menelan dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi
yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita
makan atau minum sesuatu yang asam
Yang sesuai dengan keluhan pasien yaitu awalnya keluhan pembengkakan
pada leher yang menjalar ke angulus mandibula. Keluhan juga disertai pilek dan
batuk berdahak dengan dahak berwarna hijau, pasien juga mengeluhkan nyeri
ketika menelan.

E. Terapi

Pada kasus ini pasien mendapat kan paracetamol, amboxol dan pseudoefedrin
BAB IV

KESIMPULAN

1. Parotitis atau gondong adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan
menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak langsung atau oleh tetesan
udara. Kadang-kadang disebut parotitis infeksius, dan ini terutama
mempengaruhi kelenjar ludah. Gejala awal biasanya tidak spesifik, seperti
sakit kepala, malaise dan demam, diikuti dalam sehari oleh pembengkakan
kelenjar parotis (saliva) yang khas.
2. Pada kasus ini, muncul keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien
mengatakan awalnya keluhan pembengkakan pada leher yang menjalar ke
lateral dagu. Keluhan juga disertai pilek dan batuk berdahak dengan dahak
berwarna hijau, pasien juga mengeluhkan nyeri ketika menelan.
3. Penatalaksanaan parotitis pada kasus ini adalah untuk mengurangi gejala
simptomatik mengingat belum ditemukannya penatalaksaan spesifik untuk
parotitis.
DAFTAR PUSTAKA

Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Satari, H.I. 2015. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis edisi ke-dua. IDAI:Jakarta

Jerry W Templer, MD. 2018. Parotitis work up. Department of Otolaryngology,


University of Missouri-Columbia School of Medicine

Anda mungkin juga menyukai