Preeklamsia
Disusun oleh:
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 IDENTITAS
Nama : Ny. Y
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Permepuan
Alamat : Jl. Perdagangan No. 151Kec. Senapelan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
NomorRekam medis : 000.21.40
Nama suami : Tn. J
Pendidikan : SMA
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis terhadap pasien Ny. Y pada tanggal 7 Mei 2019.
1. Keluhan utama : Edema pada kaki sejak 2 minggu
terakhir
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke puskesmas untuk
pemeriksaan kehamilan, dan pasien mengeluhkan edema pada kaki sejak
2 minggu terakhir, edem tampak muncul terus menerus dan dirasakan
nyeri ketika memakai sandal. Namun tidak ada pandangan kabur, nyeri
kepala serta tidak ada mual dan muntah. Nyeri pada perut disangkal dan
pasien sedang tidak berpuasa.
3. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (-), pada kehamilan
sebelumnya (-)
4. Riwayat pernikahan
a. Tanggal pernikahan : Tidak diketahui
b. Usia sewaktu menikah : 22 tahun
c. Usia suami sewaktu menikah : 24 tahun
d. Lama pernikahan : 13 tahun
5. Riwayat Menstruasi
a. Usia menarche : 14 tahun
b. Siklus menstruasi : 28 hari
c. Jumlah darah menstruasi : Tidak diketahui
d. Rasa sakit saat menstruasi : Tidak ada
e. Perdarahan di luar siklus : Tidak ada
6. Riwayat Fertilitas
a. Riwayat Kehamilan Sekarang : G3P2A0H2
b. Hari Menstruasi Terakhir (HPMT) : 05 september 2018
c. Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 12 Juni 2019
d. Mual-mual : Ada (Trimester I)
e. Sesaknafas : Tidak ada
f. Gangguan BAK / BAB : Tidak ada
g. Hipertensi : Normal
h. Kejang : Tidak ada
7. Riwayat Kontrasepsi : Injeksi (3 bulan)
Resume Anamnesis :
Pasien datang ke puskesmas untuk pemeriksaan kehamilan, dan
pasien mengeluhkan edema pada kaki sejak 2 minggu terakhir, edem
tampak muncul terus menerus dan dirasakan nyeri ketika memakai
sandal. Namun tidak ada pandangan kabur, nyeri kepala serta tidak ada
mual dan muntah. Nyeri pada perut disangkal dan pasien sedang tidak
berpuasa. Pada saat ditanyakan mengenai riwayat penyakit dahulu,
pasien menyangkal adanya hipertensi sebelum kehamilan dan pada saat
kehamilan sebelumnya.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Vital sign
TD : 140/90 mmHg
N : 88 kali/menit
RR : 16 kali/menit
c. Berat badan : 71,8 kg
d. Gizi : Baik
e. Kepala : Tidak dilakukan
f. Leher : Tidak dilakukan
g. Dada : Tidak dilakukan
h. Abdomen : Pemeriksaan ANC
i. Ekstremitas : Edema (+)
2. Status Obstetri
a. Inspeksi : Tampak linea nigra
b. Palpasi : DBN
c. Leopold I : Bagian batas atas janin (bokong), TFU
d. Leopold II : Punggung kanan, DJJ
e. Leopold III : Bagian bawah janin (kepala)
f. Leopold IV : Belum masuk PAP
g. Auskultasi : Tidak dilakukan
h. Vaginal Toucher : Tidak dilakukan
i. Lain-lain : His (-)
Periksa I
Umur kehamilan ( minggu ) 32 minggu
TFU 28 cm
Presentasi Kepala
Letak anak dan turunnya bagian bawah Belum masuk PAP
Punggung Puka
DJJ 152 x/menit
Edema +
Tekanan darah (mm Hg) 140/90 mmHg
Berat badan (kg) 71,8 kg
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Darah : Tidak dilakukan
b. Urin
Protein : ++
Kreatinin : Tidak dilakukan
c. USG : Tidak dilakukan
1.5 DIAGNOSIS
PREEKLAMSIA
1.6 PROGNOSIS
Prognosis preeklampsia pada ibu dikaitkan dengan diagnosis dan
pengobatan dini. Jika penderita tidak terlambat mendapatkan penanganan
sesegera mungkin, terlebih untuk kasus gawat darurat, gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah persalinan/terminasi. Jika tidak ditangani dengan baik
bisa menyebabkan kematian.
1.7 TERAPI
Kalsium
Fe
Vit.B1
1.8 EDUKASI
- Banyak istirahat
- Jangan banyak pikiran
- Kurangi konsumsi garam
- Banyak makan sayur dan buah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Preeklamsia adalah Tekanan darah sekurang-kurangnya 140
mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak
15 menit menggunakan lengan yang sama. (PNPK POGI, 2016)
2.2 Epidemiologi
Menurut WHO, hipertensi dalam kehamilan masih merupakan
salah satu dari lima penyebab utama kematian ibu didunia, yaitu berkisar
12%. Prevalensi HT pada kehamilan bervariasi diberbagai tempat, yakni
berkisar 2,6 sampai 7,3% dari seluruh kehamilan. Insidensi preeklamsia di
negara-negara berkembang sekitar 3-10% dan eklamsia 0,3% sampai 0,7%
kehamilan. Di Indonesia preeklamsia menempati urutan kedua sebagai
penyebab kematian ibu setelah pendarahan (PNPK POGI, 2016).
2.4 Etiopatogenesis
Menurut Prawrohardjo (2010), penyebab preeklampsia belum
diketahui secara pasti. Sejumlah besar mekanisme telah diajukan untuk
menjelaskan penyebabnya. Preeklampsia tidaklah sesederhana “satu
penyakit”, melainkan merupakan hasil akhir bebagai faktor yang
kemungkinan meliputi sejumlah faktor pada ibu, plasenta, dan janin. Terdapat
teori-teori pada prreeklampsi, yaitu:
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah
dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri
arkuata memberi cabang arteria radialis.
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.
Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi elastis dan memudahkan lumen arteri spiralis
mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri
spiralis ini memeberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan
resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta.
Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi, dan terjadi
kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
uretoplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
5. Teori genetik
Genotipe ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia 26% anak
perempuannya akan mengalami preklampsia juga, sedangkan hanya 8%
anak menantu mengalami preeklampsia.
6. Teori defisiensi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat
produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah
vasokontriksi pembuluh darah. Beberapa peneliti juga menganggap
bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil mengakibatkan
risiko terjadinya preeklampsia/eclampsia.
7. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas
di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris
trofoblas, sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibat
reaksi stress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang
kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan
normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi
inflamasi juga masih dalam batas normal.
Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana
preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak
sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stress oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa
debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban
reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar, disbanding
reaksi inflamsi pada kehamilan normal. Respon inflamsi ini akan
mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih
besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan
gejala-gejala preeklampsia pada ibu.
2.6 Diagnosis
Penegakan Diagnosis
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ. Jika hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut
tidak dapat disamakan dengan peeklampsia, harus didapatkan gangguan
organ spesifik akibat preeklampsia tersebut. Kebanyakan kasus
preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin, namun jika protein
urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
4. Edema Paru
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
(PNPK POGI, 2016).
E. Terapi
Pada kasus ini di berikan tablet Fe karena Zat besi (Fe) adalah
suatu mikro elemen esensial bagi tubuh yang dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin. Kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat saat
kehamilan terutama selama trimester II dan III. Jumlah zat besi yang di
absorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak
mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga suplementasi tablet
Fe diperlukan agar bisa membantu mengembalikan kadar hemoglobin.
Tujuan sehingga suplementasi tablet Fe diperlukan agar bisa membantu
mengembalikan kadar hemoglobin (Rizki et al, 2014). Tujuan
diberikannya kalsium pada ibu hamil adalah untuk mempertahankan
kerangka tulang ibu serta menyediakan kebutuhan janin (Hardiyani,
2016). Vitamin B-1 pada ibu hamil diperlukan untuk membantu tubuh
memaksimalkan penggunaan karbohidrat, yang utamanya sebagai sumber
energy dan penting untuk fungsi system saraf dan koordinasi otot
(Kartasapoetra et al, 2008)
Untuk penatalaksanaan preeklamsia ringan dilakukan
penatalaksanaan ekspektatif dengan melihat usia kehamilan. Pada kasus
ini, usia kehamilan pasien <37 minggu sehingga penatalaksanaan
ekspektatif yang dilakukan adalah perawatan poliklinik yang meliputi
kontol 2 kali per minggu disertai dengan evaluasi gejala pemberatan
preeklampsia yang dilihat melalui tekanan darah, cek labor (trombosit,
serum kreatinin, albumin, AST atau ALT) setiap minggu dan evaluasi
kondisi janin menggunakan USG dan pertumbuhan janin setiap 2 minggu.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Preeklamsia adalah Preeklamsia adalah tekanan darah sekurang-kurangnya
140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan
berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama. Preeklampsia
didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia
kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ
2. Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin,
namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal
dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
4. Edema Paru
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
3. Dilakukannya penatalaksanaan ekspektatif
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Hardiani L.D. 2016. Asupan Kalsium, Natrium dan Kalium pada Ibu Hamil di
Indonesia Berdasarkan Studi Diet Sosial. Departemen Gizi Masyarakat
Bogor.
Kartasapoetra, G. 2008. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan, Dan Produktivita
Kerja. Jakarta : PT Ribeka Cipta.
POGI. 2016. Panduan Penatalaksanan Hipertensi dalam Kehamilan. Himpunan
Kedokteran Feto Maternal POGI, Semarang. (SEMUANYA)
Prawirohardjo, S. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawihaardjo.
Rizki, F et al. 2017. Hubungan Suplementasi Tablet Fe dengan Kadar
Hemoglobin pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017:6(3).