Anda di halaman 1dari 25

Anatomi dan Histologi

Kelenjar Keringat
Anggota Kelompok 3 :
Verryna Yaumi M. A 21401101055
Aulia Dwi Arum K. 21401101057
Syahril Sidiq 21401101061
Indriyani 21401101062
Anatomi Histologi dan
Perkembangan Kelenjar Ekrin
Anatomi
• Merupakan kelenjar tubular
bergelung tidak bercabang,
ukurannya kecil-kecil, terletak di
epidermis dan dermis.
• Bagian di epidermis disebut
akrosiringium.
• Kelenjar ini tersebar di seluruh
permukaan kulit kecuali di
daerah ujung penis, klitoris, dan
bibir
Anatomi
• terdapat 2 bagian, yaitu bagian
sekretoris dan duktus
• Sel sekretoris terletak di dalam
dermis atau hipodermis dan
bergelung membentuk massa
tersendiri
• duktusnya, menuju epidermis
dan berjalan agak berkelok-
kelok, menyatu dengan
epidermis untuk mencapai pori
keringat
Histologi
Keterangan :
• S = bagian sekretorik
• D = bagian duktus
Histologi
• Bagian sekretorik umumnya terpulas
yang lebih pucat daripada duktus
dan memiliki epitel kuboid berlapis
yang terdiri atas 3 tipe sel, yaitu sel
jernih, sel gelap, dan sel
myoepitelial.
Histologi
• Sel Jernih (C) : berbentuk
piramid atau kolumnar dan
memiliki ujung basal di lamina
basal berfungsi pada transport
air dari cairan interstitial di
dermis yang kaya akan kapiler ke
dalam lumen dan kanalikuli
antar sel (IC)
Histologi
• Sel Gelap ( D) : merupakan sel
piramida ireguler yang membatasi
lumen (L) dan terisi dengan granul
sekretorik eosinofilik yang bersifat
padat-elektron.
• Sel Mioepitelial (M) : merupakan sel
tipis yang terdapat di lamina basal
(BL). Inti selnya memanjang dan
sitoplasmanya terpulas asidofil tua
Perkembangan Kelenjar Ekrin
• Kelenjar keringat ekrin ditemukan hampir di seluruh bagian permukaan
tubuh, terutama di telapak tangan, telapak kaki, dahi, dan ekstremitas atas.
• Perkembangan kelenjar ekrin pertama kali muncul di janin, ketika berusia
3,5 bulan, yaitu di telapak tangan dan telapak kaki, kemudian berkembang
di kulit aksila pada bulan kelima, dan akhirnya berkembang di seluruh
tubuh pada bulan keenam.
• Kelenjar ekrin berkembang dari lapisan epidermal yang berlapis ganda, dan
berkembang ke lumen di antara lapisan pada bulan keempat dan
kedelapan janin. Pada bulan kedelapan, sel-sel sekretorik ekrin menyerupai
orang dewasa; pada bulan kesembilan, terbentuk sel myoepithelial.
Fungsi Utama Kelenjar Ekrin
1) Mengatur pengelepasan panas
2) Ekskresi air dan elektrolit
3) Mempertahankan keasaman permukaan kulit sehingga mencegah
kolonisasi kuman patogen.
Mekanisme Berkeringat dan
Faktor yang Mempengaruhinya
Mekanisme berkeringat
• Berkeringat adalah proses pengeluaran panas evaporative aktif
dibawah kontrol saraf simpatis.
• Ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit, berkeringat adalah cara
untuk mengeluarkan panas.
• Pada suhu normal, keringat yang dihasilkan sekitar 100 mL/hari,
meningkat menjadi 1,5 Liter selama cuaca panas, dan meningkat
menjadi 4 Liter saat olahraga berat.
• Terdapat dua kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin yang
tersebar diseluruh tubuh. Dan kelenjar keringat apokrin yang terletak
di ketiak dan area genital.
Mekanisme sekresi keringat
1. Stimulasi glandula keringat
oleh Ach lewat peningkatan
Ca2+ intraseluler
2. Ca2+ menstimulasi
pengeluaran K+, Cl- dan H2O
yang membuat sel kelnjar
menyusut
3. Aktivasi volume transeluler
dan pemasukan Na+, Cl-, K+
dan H2O membuat effluks
NaCl menuju lumen
Faktor yang Mempengaruhi
• Suhu inti  yang diproduksi dari dalam tubuh
a. Hormon
b. Usia
c. Aktivitas
d. Variasi diurnal
e. Stress
• Suhu kulit  suhu yang dihasilkan oleh kulit itu sendiri
Anatomi Histologi dan
perkembangan kelenjar apokrin
Anatomi
• Berada di lemak subkutan dekat dermis
• Saluran kelenjar bermuara ke folikel
rambut
• Terletak di daerah genital, aksila, dan
area mamae
Histologi
• Terdiri dari satu lapis sel kolumnar
atau kuboid
• Lumennya lebih lebar
• Sel-sel myoepithelial yang
berkontraksi mengelilingi dari
kelenjar
Perkembangan dan fungsi
• Sekresi dimulai sejak memasuki masa pubertas
• Berfungsi sebagai termoregulasi
• Berperan menghasilkan feromon (sexual attractant)
Mekanisme Sekresi, Komposisi,
Sistem Kontrol Kelenjar Apokrin
Mekanisme Sekresi
• Apokrin memiliki mode sekresi dekapitasi,
yaitu proses dimana bagian apikal sitoplasma
sel sekretorik terlepas dan masuk ke lumen
kelenjar. Sekresi tipe holokrin dan merokrin
juga ada pada kelenjar apokrin. Kanulasi
duktus kelenjar keringat apokrin manusia
menunjukkan bahwa sekresi berpulsasi, dan
diasumsikan bahwa kontraksi sel-sel mioepitel
yang mengelilingi sel-sel sekretori berperan
dalam pulsasi ini.
Komposisi Sekresi
• Pertama kali disekresikan seperti susu, kental, dan tidak berbau.
• Mengandung tiga jenis prekursor, yaitu asam lemak, alkanol sulfanil
dan steroid odiferous.
• Berbau tidak enak jika ada bakteri corynebacterium striatum.
Kontrol Sekresi
• Stimulasi dikendalikan oleh epinefrin dan norepinefrin
• Di kendalikan terutama oleh agonis adrenergik dan beberapa kontrol
kolinergik
• Obat yang menghambat reseptor adrenergic juga menghambat
sekresinya
Dapus
• Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J., Wolff, K. 2008.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th ed. New York:Mc Graw Hill co., pp.
929-931.
• James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M. 2006. Andrew’s Disease Of The Skin Clinical
Dermatology. Edisi 9. Elsevier.
• Leeson, C.R., Leeson, T.S., Paparo, A.A. 1990. Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta: EGC
• Menaldi, SL. (ed). 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
• Mescher, A.L. 2009. Histologi Dasar Junquera. Edisi 12. Jakrta: EGC.
• Schaller M, Plewig G. 2012. Structure and function of eccrine, apocrine and sebaceous
glands. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV, Callen JP, Cerroni L, Heymann WR et al,
editors. Dermatology (3rd ed). New York: Elsevier Saunders.
• Sherwood, L. 2014. fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed. 8. Jakarta:EGC
• Eroschenko, V.P., 2008.diFiore’s Atlas of Histology with Functional
Correlations. 11th ed. United States of America: Lippincott Willams &Wilkins.
Terjemahan Brahm U. Pendit. Atlas Histologi diFiore denganKorelasi Fungsional. Edisi
Ke-11. Jakarta: EGC, 141-162.

Anda mungkin juga menyukai