Anda di halaman 1dari 18

Hiperaldosteron Primer

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

Khaulah Nurfa Yafi Delfian


Dinah Kusuma Najla
Putriyanisa
Novriani Warap Sari Salsabela Fithri
Bianti Putri Vanessa Armelia
Adinda Nadia Samuel Batara
Willy Christo Luciana Lorenza
Rudi Berlian Remo Alnovryanda
Novia Martha
LATAR BELAKANG
Hiperaldosteron merupakan suatu keadaan
terjadinya peningkatan sekresi aldosteron.
Hiperaldosteron dapat dibagi menjadi primer
dan sekunder.
Hiperaldosteron primer (Sindroma Conn)
dapat dikarenakan oleh adanya
tumor/neoplasma adrenokorteks yang
meningkatkan sekresi aldosteron.
Hiperaldosteron primer (Sindroma Conn) ini
disebabkan oleh adanya neoplasma
adrenokorteks yang menyekresi aldosteron
berlebihan.
Meskipun pada halnya dianggap langka,
hiperaldosteronisme primer (PH) sekarang
dianggap salah satu penyebab umum dari
hipertensi sekunder(HS) walaupun penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa aldosteron
adalah penyebab paling umum dari PH.
DEFINISI
Hiperaldosteronisme primer adalah sindrom
yang disebabkan oleh hipersekresi aldosteron
yang tak terkendali dan umumnya berasal dari
korteks adrenal.
Sindrom ini disebut juga sebagai sindrom
conn.
ETIOLOGI
Subtipe hiperaldosteronisme primer, yaitu:

1. Aldosterone-producing adrenal adenomas (APA)


2. Idiopathic hyperaldosteronism (IHA)
3. Primary adrenal hyperplasia (PAH) unilateral
4. Aldosteron-producing renin-responsive adenomas
(AP-RAs)
5. Aldosterone-producing adrenocortical carcinoma
6. Familial hyperaldosteronism
7. Ectopic aldosterone-producing adenoma/carcinoma
FAKTOR RESIKO
1. Hipertensi derajat 2 menurut JNC-7
2. Pasien dengan hipertensi resisten
3. Hipertensi dengan hipokalemia tanpa pencetus
4. Hipertensi dengan massa adrenal
5. Onset hipertensi atau kejadian serebrovaskular
saat usia muda
6. Pasien dengan riwayat keluarga pernah
terdiagnosis hiperaldosteronisme primer
EPIDEMIOLOGI
Terdapat pada sekitar 1% dari populasi yang
hipertensif. Lebih banyak pada wanita, terutama
pada umur antara 30-50 tahun. Rasio kejadian
antara wanita : pria adalah sekitar 2 : 1.
Saat ini banyak laporan yang menunjukkan
kejadian hiperaldosteronisme primer berkisar
antara 5-10%.
Keadaan ini paling sering terjadi pada wanita
usia pertengahan akibat sekresi aldosteron
autonom.
PATOFISIOLOGI
Aldosteron dipicu oleh reasbsorpsi natrium
tubulus renal distal, meningkatkan sekresi
kalium dan hydrogen, menyebabkan
hipernatremia, hipokalemia dan alkalosis.
MANIFESTASI KLINIS
Dapat timbul gejala yang berhubungan
dengan hipokalemia, seperti: kelemahan otot,
kram.
Gejala lain yang tidak spesifik, seperti sakit
kepala, kelelahan, palpitasi dan poliuria.
Kebanyakan pasien mengalami hipertensi,
dapat ringan sampai berat, tetapi dapat juga
normal. Edema jarang ditemukan.
TATALAKSANA
a. Farmakologi
Tujuan terapi adalah menormalkan tekanan
darah, serum kalium dan kadar serum
aldosteron.
• Spironolakton (obat antagonis aldosteron) 12,5-25 mg
guna mengendalikan tekanan darah dan menormalkan
kadar kalium plasma.
• Pemberian obat baru eplerenon dengan dosis 2 kali 25
mg perhari dengan efek samping yang lebih ringan
daripada spironolakton namun harganya relatif mahal.
• Jika tidak toleran dengan kedua obat tersebut dapat
menggunakan amiloride dengan dosis 15 mg dua kali
sehari . obat ini hanya dapat menormalkan kadar
kalium dan tidak dapat menurunkan tekanan darah
oleh sebab itu perlu ditambahkan obat anti hipertensi.
b. Non-farmakologi
• Adenoma adrenal  adrenalektomi  kadar
aldosteron plasma normal
• Bedah konvensional atau dengan teknik
laparoskopi.
Edukasi yang diberikan:
• Rajin kontrol tekanan darah
• Perbaiki hipokalemia dengan spironolakton
sebelum operasi
• Kurangi asupan garam dalam makanan
• Rutin berolahraga
• Normalkan berat badan
• Hindari mengkonsumsi alkohol
KOMPLIKASI
Komplikasi dari hiperaldosteron primer
termasuk infark miokard, penyakit
serebrovaskular, dan gagal jantung kongestif.
Pengobatan juga dapat menyebabkan
komplikasi, seperti reaksi obat dan komplikasi
dari operasi.
PROGNOSIS
Pengobatan yang terbaik pada adenoma adrenal
adalah dengan melakukan
adrenalektomi secara bedah konvensional atau
pengangkatan dengan teknik
laparoskopi.
Tetapi pada 40-60% pasien didapatkan
tekanan darah tetap tinggi pasca operasi. Pada
kelompok dengan penggunaan obat
antihipertensi kurang dari 2 dan tidak adanya
riwayat hipertensi dalam keluarga dilaporkan
tekanan darah akan terkendali setelah operasi
adrenalektomi.
Sedangkan pada karsinoma kelenjar adrenal
dilakukan adrenalektomi. Baik jika dideteksi
sejak dini.
KESIMPULAN
Bukti-bukti mengindikasikan bahwa
hiperaldosteronisme primer lebih sering
dijumpai dan merupakan penyebab hipertensi
sekunder yang paling umum. Sangat penting
untuk diagnosis dini hiperaldosteronisme primer
karena jika terlambat dapat menyebabkan
kerusakan kardiovaskular.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai