BAB 1
PENDAHULUAN
Jantung dapat diibaratkan suatu pompa berganda, yang terdiri dari bagian
kiri dan kanan. Bagian kanan dari jantung berfungsi untuk memompa darah dari
tubuh ke paru - paru, sedangkan bagian kiri berfungsi untuk memompa darah dari
paru – paru ke tubuh. Setiap bagian terdiri dari dua kompartemen, di bagian atas
merupakan serambi (atrium) dan dibagian bawah merupakan bilik (ventriculus).
Antara serambi dan bilik terdapat katup, begitu pula antara bilik dan pembuluh
besar. Fungsi keempat katup tersebut adalah untuk menjamin darah mengalir
hanya satu jurusan.
datang, akibat peningkatan jumlah populasi usia lanjut dan keberhasilan terapi
Acute Myocardial Infarction yang meningkatkan survival individu tetapi ujungnya
memiliki gangguan fungsi kardiak.
Di Indonesia, penyakit Sistem Sirkulasi Darah (SSD) menurut
International Classification of Disease (ICD-10) yaitu penyakit jantung dan
pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab utama
kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2001sebesar 26,3% kematian (Delima et al, 2009).
Definisi gagal jantung menurut Buku Ajar Penyakit Dalam adalah suatu
kondisi patofisiologi, di mana terdapat kegagalan jantung memompa darah yang
sesuai dengan kebutuhan jaringan. Suatu definisi objektif yang sederhana untuk
menentukan batasan gagal jantung kronik hampir tidak mungkin dibuat karena
tidak terdapat nilai batas yang tegas pada disfungsi ventrikel ( Ghanie, 2009).
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan
angkamortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif
lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang
lebih berat.Tujuan penulisan buku ini untuk memberikan pedoman praktis dalam
melakukan diagnosis, penilaian dan penatalaksanaan gagal jantung akut serta
kronik. Pendekatan berdasarkan hasil penelitan digunakan untuk menentukan
kelas rekomendasi, disertai dengan penilaian tambahan berupa kualitas kesahihan
penelitan. EuropeanSociety of Cardiology guidelines for the diagnosis and
treatment of acuteand chronic heart failure 2012, Heart Failure Society of
America 2010Comprehensive Heart Failure Practice Guidelines, ESC Guidelines
ondiabetes, pre-diabetes, andcardiovascular diseases 2013, dan
AmericanDiabetes Association-Standards of Medical Care 2012 digunakan
sebagai pedoman dalam penulisan buku ini.
Gagal jantung merupakan kelainan multi sistem dimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem syaraf simpati serta
perubahan neurohormonal yang kompleks. Pada disfungsi sistolik terjadi
gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Jantung dapat diibaratkan suatu pompa berganda, yang terdiri dari bagian
kiri dan kanan. Bagian kanan dari jantung berfungsi untuk memompa darah dari
tubuh ke paru - paru, sedangkan bagian kiri berfungsi untuk memompa darah dari
paru – paru ke tubuh. Setiap bagian terdiri dari dua kompartemen, di bagian atas
merupakan serambi (atrium) dan dibagian bawah merupakan bilik (ventriculus).
Antara serambi dan bilik terdapat katup, begitu pula antara bilik dan pembuluh
besar. Fungsi keempat katup tersebut adalah untuk menjamin darah mengalir
hanya satu jurusan.
b. Epidemiologi 2,3
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Di
Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4%-2% dan peningkatan pada usia yang
lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Prevalensi gagal jantung di Amerika
Serikat mencapai 4,8 juta orang dengan 500 ribu kasus baru per tahunnya.
c. Etiologi 2,3`
Gagal jantung kanan juga dapat terjadi tanpa disertai gagal jantung kiri
- pada pasien dengan penyakit parenkim paru dan
- pembuluh paru (kor polmunale)
- pada pasien dengan penyakit katup arteri pulmonalis atau trikuspid.
1. Intrinsik :
- Kardiomiopati
- infark miokard
7
- Miokarditis
- Penyakit jantung iskemik
- Defek jantung bawaan
- Perikarditis / tamponade jantung
2. Sekunder :
- Emboli paru
- Anemia
- Tirotoksikosis
- Hipertensi sistemik
- Kelebihan volume darah
- Asidosis metabolik
- Keracunan obat
- Aritmia jantung
d. Patofisiologi 6,7
Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. The New York
Heart Association (NYHA) membagi gagal jantung menjadi 4 kelas, berdasarkan
hubungannya dengan gejala dan jumlah atau usaha yang dibutuhkan utnutk
menimbulkan gejala, sebagai berikut:
12
Bila curah jantung karena suatu keadaan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh, maka jantung akan memakai mekanisme
kompensasi. Mekanisme kompensasi ini sebenarnya sudah selalu dipakai untuk
mengatasi baban kerja ataupun pada saat menderita sakit. Bila mekanisme ini
secara maksimal digunakan dan curah jantung tetap tidak cukup maka barulah
timbul gejala gagal jantung.
14
Mekanisme kompensasi ini terdiri dari beberapa macam dan bekerja secara
bersamaan serta saling memengaruhi, sehingga secara klinis tidak dapat dipisah-
pisahkan secara jelas. Dengan demikian diupayakan memlihara tekanan darah
yang masih memdai untuk perfusi alat-alat vital. Mekanisme ini mencakup: 1)
mekanisme Frank Starling, 2) pertumbuhan hipertrofi ventrikel dan 3) aktivasi
neurohormonal.
1) Mekanisme Frank-Starling
Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
Salah satu efek yang paling penting dalam menurunkan cardiac output
dalam gagal jantung adalah reduksi aliran darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi
glomerulus, yang menyebabkan retensi garam dan air. Penurunan aliran darah ke
ginjal, meningkatkan sekresi renin oleh ginjal yang secara paralel akan
meningkatkan pula angiotensin II. Peningkatan konsentrasi angiotensin II
berkontribusi pada keadaan vasokonstriksi dan menstimulasi produksi aldosteron
dari adrenal korteks. Aldosteron akan meningkatkan reabsorpsi natrium dengan
meningkatkan retensi air.
Ada tiga jenis natriuretic peptide yaitu atrial natriuretic peptide (ANP),
brain natriuretic peptide (BNP), dan C-type natriuretic peptide (CNP). ANP
dihasilkan dari sel atrial sebagai respon meningkatkan ketegangan tekanan atrial,
memproduksi natriuresis cepat dan sementara, diuretik dan kehilangan kalium
dalam jumlah sedang dalam urine. BNP dikeluarkan sebagai respon tekanan
pengisian ventrikel sedangkan fungsi CNP masih belum jelas.
e. Manifestasi Klinis
Tanda dominan :
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepa.
Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
Nokturia
Kelemahan
f. Pemeriksaan fisik
A. Kriteria Mayor
1. Paroksisimal nokturnal dispeu
2. Ronki paru
3. Edema paru akut
4. Kardiomegali
5. Gallop S3
6. Distensi vena leher
7. Refluks hepatojugular
8. Peningkatan tekanan vena jugularis
B. Kriteria Minor
1. Edema ekstrmitas
2. Batuk malam hari
3. He[atomegali
4. Dispneu d’effort
5. Efusi pleura
6. Takikardi (120x/menit)
7. Kapasitas vital paru-paru berkutang 1/3 dari normal
19
Elektrokardiogram
Dalam kasusu kardiogenik, elektrokardiogram (EKG) dapat
menunjukkan bukti MI (miokardium infark) atau iskemia, namun
dalam kasusu noncardogenic, EKG biasanya normal.
20
Radiologi
1. Foto torax
2. Computed Tomography
CT scan jantung biasanya tidak diperlukan dalam diagnosis
9
rutin dan manajemen gagal jantung kongestif. Multichannel CT
scan berguna dalam menggambarkan kelainan bawaan dan katup.
Namun, ekokardiografi dan pencitraan resonansi magnetik (MRI)
dapat memberikan informasi yang sama tanpa mengekspos pasien
dengan paparan ion radiasi.
3. Echocardiography
Ekokardiografi dua dimensi dianjurkan permulaam dari
evaluasi pasien dengan gagal jantung kongestif atau diduga
menderita gagal jantung kongestif. Fungsi ventrikel dapat di
evaluasi, dan kelainan katup primer dan sekundaer dapat dinilai
secara akurat. Ekokardiografi doppler berguna untuk mengetahui
adanya kemungkinan kelainan pada fungsi diastolik dan dalam
mengekkan diagnosis HF diatolik. Ekokardiografi dua dimensi
dan ekokardiografi doppler dapat digunakan untuk menentukan
kinerja sistolik dan diatolik LV (ventrikel kiri), cardiac output
(fraksi ejeksi), dan tekanan arteri pulmonalis dan pengisian
21
h. Diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala
dan penilaian klinis, didukaung oleh pemeriksaan penunjang seperti EKG,
Foto toraks, biomarker dan ekokardiografi Doppler.
i. Penatalaksanaan 10,11
1. Non Farmakologi
A. Anjuran umum
Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan
pengobatan
Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahan agar dapat
dilakukan seperti biasa, sesuaikan dengan kemampuan fisik
dengan profesi yang masih bisa dilakukan
Gagal jantung berat harus menghindari pekerjaan berat dan
dalam waktu yang lama
B. Tindakan umum
1. Diet (obesitas dihinari, diet rendah garam 2 gr pada gagal
jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat, jumlah
22
cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada
gagal jantung ringan.
2. Hentikan merokok
3. Hentikan alkohol pada penderita dengan kardiomiopati.
Batasi penggunaan 20-30 gr/hari pada pasien lainnya
4. Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu
selama 20-30 menit atau sepeda statid 5 kali/minggu
selama 20 menit (dengan beban 70-80% denyut jantung
maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang)
5. Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan
eksaserbasi akut
2. Farmakologi 12,13
a. Diuretik
Kebanyakan pasien dengan gagal jantung membutuhkan
paling sedikit diuretik reguler dosis rendah. Permulaan dapat
digunakan loop diuretic atau tiazid. Bila respon tidak cukup
baik, dosis diuretik dapat dinaikkan, berikan diuretik intravena,
atau kombinasi loop diuretik dengan tiazid. Diuretik hemat
kalium, spironolakton, dengan dosis 25-50 mg/hari dapat
mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal jantung
sedang sampai berat (Grade IV) yang dibebakan gagal jantung
sistolik.
Penderita dengan syok biasanya dengan tekanan darah <90 mmHg atau
terjadi penurunan tekanan darah sistolik 30 mmHg selama 30 menit. Obat
yang biasa digunakan adalah epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin
diberikan infus kontinyu 0,05 – 0,5 µg/kg/menit. Norepinefrin diberikan
dengan dosis 0,2-1 µg/kg/menit.
J. Prognosis.2
28
DAFTAR PUSTAKA