Anda di halaman 1dari 7

12. Jelaskan prosedur, tujuan dan interpretsi hasil pemeriksaan IVA test?

TES IVA
A. Definisi
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
B. Tujuan
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan
yang terjadi pada leher rahim.
C. Prosedur atau Tahapan Pemeriksaan
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah
dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang
sudah di encerkan, berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk
mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak
normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang
mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker Tes IVA dapat
dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, dan saat
asuhan nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada
perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.
 Alat dan Bahan
1. Spekulum
2. Lampu
3. Larutan asam asetat 3-5%
- Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian
diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam
cuka dicampur dengan 4 bagian air)
Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan
menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 %
dicampur dengan 80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat
5%
- Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan
dengan air dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur
7 bagian air)
Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan
menghasilkan 80 ml asam asetat 3%
- Campur asam asetat dengan baik
- Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan
disimpan untuk beberapa hari.
4. Kapas lidi
5. Sarung tangan
6. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan
 Metode Pemeriksaan
1. Memastikan identitas , memeriksa status dan kelengkapan informed
consent klien
2. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut
dan menggunakan kain yang sudah disediakan
3. Klien diposisikan dalam posisi litotomi
4. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
5. Gunakan sarung tangan
6. Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT
7. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas terlihat
8. Bersihkan serviks dari cairan , darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih
9. Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut :
a. Terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
Jika ya, klien dirujuk , pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan . Jika
pemeriksaan adalah dokter ahli obstetri dan ginekologi , lakukan biopsi
b. Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo
kolumnar (SSK)
Jika SSK tidak tampak , maka : dilakukan pemeriksaan mata
telanjang tanpa asam asetat, lalu beri kesimpulan sementara, misalnya
hasil negatif namun SSK tidak tampak. Klien disarankan untuk
melakukan pemeriksaan selanjutnya lebih cepat atau pap smear
maksimal 6 bulan lagi.
c. Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang
sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke seluruh permukaan
serviks
d. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada bercak
putih( acetowhite epithelium) atau tidak
e. Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada klien kapan harus kembali
untuk mengulangi pemeriksan IVA
f. Jika ada (IVA positif) , tentukan metode tata laksana yang akan
dilakukan
10. Keluarkan spekulum
11. Buang sarung tangan , kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam
container ( tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan untuk alat-alat
yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit untuk dekontaminasi
12. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien, kapan harus melakukan
pemeriksaan lagi, serta rencana tata laksana jika diperlukan.
D. Keuntungan
Menurut (Nugroho. 2010) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya
adalah:
1. Mudah, praktis, mampu laksana
2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
E. Kategori IVA
Kategori temuan IVA berdasarkan Depkes RI (2008) adalah sebagai berikut:
1. Normal àhasil pemeriksaan licin, merah muda, bentukporsio normal
2. Infeksi àhasil pemeriksaan berupa sersivitas (inflamasi, hiperemis), banyak fluor,
ektropion, polip
3. Positif IVA àpada hasil pemeriksaan terdapat plak putih dan epitel acetowhite
(bercak putih)
4. Kanker leher rahim àpertumbuhan seperti bunga kol dan pertumbuhan mudah
berdarah

Sumber: Nila Farid moeloek. Panduan Program Nasional GerakanN Pencegahan dan
Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. 21 APRIL 2015. Kementrian
Kesehatan RI
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/Buku_Panduan_Pelaksanaan_IVA-
SADANIS_2015.pdf. Diakses 13 februari 2018

F. Hasil Pemeriksaan
1. Hasil Tes-positif : bila diketemukan plak putih yang tebal berbatas tegas atau
epitel acetowhite (bercak putih), terlihat menebal dibanding dengan sekitarnya ,
seperti leukoplasia, terdapat pada zona transisional, menjorok ke arah
endoserviks dan ektoserviks.
2. Positif 1 (+) : samar, transparan, tidak jelas,terdapat lesi bercak putih yang
ireguler pada serviks. Lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular),
geograpic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan skuamosa.
3. Positif 2 (++) : lesi achetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai
kesambungan skumokolumnar. Lesi acetowhite yang luas circumorificial,
berbatas tegas, tebal, dan padat. Pertumbuhan pada serviks menjadi acetowhite.
4. Hasil Tes-negatif: permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu. Bila area
bercak putih yang berada jauh dari zona transformasi. Area bercak putih halus
atau pucat tanpa batas jelas. Bercak bergaris-garis seperti bercak putih. Bercak
putih berbentukgaris yang terlihat pada batas endocerviks. Tak ada lesi bercak
putih. Bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi. Garis putih mirip
lesi acetowhite pada sambungan skuamokolumnar.
5. Hasil normal : titik-titik berwarna putih pucat di area endoserviks, merupakan
epitel kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat. Licin,merah
muda, bentukporcio nomal.
6. Infeksi : servisitis (inflamasi, hiperemisis), banyak flour, ektropion, polop.
7. Kanker : massa mirip kembang kol atau ulkus dan mudah berdarah.
G. Keunggulan Tes IVA
1. Mudah dan praktis dilakukan
2. Biaya murah
3. Alat- alat yang dibutuhkan sangat sederhana
4. Dapat segera diterapi
5. Hasil bisa langsung diketahui
6. Dapat dilakukan oleh dokter/bidan
H. Tempat Dimana Saja Dilakukan Pemeriksaan IVA
1. Bidan desa
2. Puskesmas
3. Rumah sakit
I. Sasaran IVA Tes
Depkes RI, 2007 mengindikasikan skrining deteksi dini kanker serviks dilakukan
pada kelompok berikut ini :
1. Setiap perempuan yang berusia antara 25-35 tahun, yang belum pernah menjalani
tes sebelumnya, atau pernah menjalani tes 3 tahun sebelumnya atau lebih.
2. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes sebelumnya.
3. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca
sanggama atau perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan gejala
abnormal lainnya.
4. Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada serviksnya.

Sedangkan untuk interval skrining, (Depkes RI, 2007) merekomendasikan :

a. Bila skrining hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup maka sebaiknya
dilakukan pada perempuan antara usia 35 – 45 tahun.
b. Untuk perempuan usia 25- 45 tahun, bila sumber daya memungkinkan,
skrining hendaknya dilakukan tiap 3 tahun sekali.
c. Untuk usia diatas 50 tahun, cukup dilakukan 5 tahun sekali.
d. Bila 2 kali berturut-turut hasil skrining sebelumnya negatif, perempuan usia
diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani skrining.
e. Interval pemeriksaan IVA adalah 5 tahun sekali. Jika hasil pemeriksaan
negatif maka dilakukan ulangan 5 tahun dan jika hasilnya positif maka
dilakukan ulangan 1 tahun kemudian.

Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jatim (2012), adapun syaratsyarat


untuk dilakukannya tes IVA, antara lain:

1. Sudah pernah melakukan pengaruh seksual


2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan pengaruh seksual

Dafpus :

1. Depkes RI . (2008). Skrining Kanker serviks dengan Metode IVA. Jakarta


2. Supinto, Sutiono. (2008). Cegah Dini Kanker dan Tumor.Jakarta: Sunda Kelapa
Pustaka
3. Wiknjosastro, Hanifa . (2007). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP
20. Bagaimana alur penegakan diagnosa?

 ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
2. Keluhan utama pasien dan lamanya: keluar cairan putih kekuningan berbau sejak
1 minggu yang lalu
3. Riwayat menarkhe, menstruasi :
a. Hari pertama haid terakhir : di skenario tidak ada di jelaskan HPHT nya
b. Data mengenai siklus menstruasi (panjang siklus, regularitas, durasi
menstruasi, perkiraan jumlah dan tipe perdarahan menstruasi) : berdasarkan
skenario siklus menstruasi pasien ini normal
c. Riwayat dismenore: tidak di jelaskan di skenario
d. Menarche : tidak dijelaskan di skenario
e. Perdarahan di antara dua periode : berdasarkan skenario tidak ada jilaskan
ada/atau tidaknya perdarahan
4. Kehamilan : (-)
5. Keluhan dan gejala vulvovagina :
a. Discharge: tipe (cairan), warna ( putih kekuningan), jumlah ( tidak diketahui),
bau (amis) dan kapan pertama keluar ( 1 minggu yang lalu)
b. Pruritus pada vulva : (-)
6. Keluhan abdominal : pembesaran, lokasi, discomfort (rasa tak enak pada perut)
dan nyeri ( -)
7. Riwayat perkawinan :
a. Keluhan yang berhubungan dengan koitus, libido, dispareunia dan orgasme (-)
b. Tidak banyak memiliki pasangan
8. Riwayat pemakaian kotrasepsi : memakai KB IUD sejak 4 bulan yang lalu
9. Riwayat operasi abdomen dan operasi ginekologi : (-)
10. Riwayat yang berhubungan dengan BAK dan BAB : normal
11. Keluhan sistemik dan riwayat lain : belum pernah mendapatkan imunisasi HPV
12. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat genetik keluarga : tidak ada
 PEMERIKSAAN FISIK
Seperti halnya pemeriksaan fisik lainnya, inspeksi harus dilakukan sejak
pasien masuk ke dalam kamar periksa. Keadaan umum pasien, postur dan kesadaran
harus diinspeksi dengan akurat.
Pemeriksaan fisik umum harus dilakukan untuk memperoleh data mengenai
tanda vital, kondisi organ vital (jantung dan paru), tanda anemia serta kelainan organ
lain dari kepala hingga kaki. Berilah perhatian khusus terhadap tanda yang
berhubungan dengan kelainan ginekologi serta organ yang memiliki hubungan
terdekat dengan kelainan ginekologi seperti :
1. Pemeriksaan Abdomen
2. Pemeriksaan Pelvis
3. pemeriksaan inspekulo
4. pemeriksaan panggul bimanua
5. pemeriksaan vagina
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan tambahan yang kadang kala dilakukan pada saat pemeriksaan
ginekologis adalah :
- Pap’s smear (Papanicolou swab)
- IVA Test (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
- Uji Fern (Fern test) untuk deteksi ovulasi
- Uji Schiller untuk keganasan vagina dan serviks
- Contoh sediaan untuk pemeriksaan mikrobiologi
- Sondase kavum uteri
- Manuver Acosta-Scizon
- Pungsi Douglas (kuldosentesis)
- Kolposkopi
- Histeroskopi
1. Pemeriksaan Getah Vulva dan Vagina
- Dalam keadaan normal, getah vagina terdapat dalam jumlah sedikit pada
orang dewasa.
- Glikogen diproduksi oleh epitel vagina dengan adanya aktivitas steroid
ovarium, diubah oleh Doderlein’s bacillus menjadi asam laktat.
- Produksi asam ini mempertahankan keasaman vagina pada pH 3-4.
2. Pemeriksaan Gram
- Getah uretra diambil dari orifisium urethrae eksternum dan getah serviks dari
ostium uteri eksternum dengan kapas lidi atau ose.
- Dibuat sediaan usap pada kaca objek. Dengan pewarnaan methylene blue atau
Giemsa, dapat tampak gonokokus, Trichomonas vaginalis, Candida albicans
atau spermatozoa.
3. Pemeriksaan Menggunakan Normal Saline
Digunakan untuk melihat adanya flora parasitik dari vagina seperti
Trichomonas vaginalis atau clue cell pada vaginitis non spesifik.
- Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi.
- Discharge vagina diusapkan pada gelas objek, kemudian diencerkan
menggunakan larutan normal saline (NaCl 0,9%) dan ditutup dengan kaca
objek.
- Dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop.
- Pada kasus trikhomoniasis, pemeriksa dapat melihat Trichomonas vaginalis
hidup atau adanya clue cell pada vaginitis non spesifik.
4. Pemeriksaan Menggunakan Koh
- Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi.
- Kemudian diusapkan pada kaca objek.
- Diteteskan larutan KOH 5-10% pada discharge tadi dan ditutup dengan kaca
objek.
- Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
- Pada candidiasis atau kasus infeksi jamur lainnya akan teramati adanya hifa
dan doll cell
5. Vaginal Swab
- Getah vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks posterior, dimasukkan ke
dalam botol kecil berisi larutan garam fisiologik (NaCl 0.9%).
- Larutan yang mengandung getah vagina dipusing (centrifuge).
- Satu tetes ditempatkan di kaca objek, ditutup dengan kaca penutup, lalu
diperiksa di bawah mikroskop.
- Pemeriksaan dilakukan untuk mencari Trichomonas vaginalis dan benang-
benang (miselia) Candida albicans.
6. Pemeriksaan Sitologi Vagina
7. Pemeriksaan Urin Rutin
8. Pemeriksaan Darah Rutin

Dari skenario yang di jelaskan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang Ny. A tidak di ketahui, jadi belom dapat di simpulkan secara pasti
pasien ini menderita kelainan atau tidak. Tetapi kami hanya dapat menyimpulkan beberapa
dugaan diagnosa yang menyangkut gejala-gejala yang di temukan pada Ny.A tersebut.

DAFPUS
1. Bickley, Lynn S. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Edisi 8. Jakarta : EGC. 2009 (halaman : 392-395
2. Anggraeini, Asih. Pemeriksaan Ginekologi dan Pap Smear. Surakarta: Rs. Dr.
Moewardi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2015.
http://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/PEMERIKSAAN-
GINEKOLOGI-DAN-PAP-SMEAR-2-edit.pdf . diakses pada 12 februari
2018

Anda mungkin juga menyukai