Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PARAFIMOSIS

DISUSUN OLEH:

1. Aan anisyah K.U (151001001)


2. Beni Wibowo (151001006)
3. Daniel Tanaem (15100100)
4. Dia Fitriana (151001009)
5. Mufarikha Tri Wahyuni (151001026)
6. Nelam Anggraini (151001029)
7. Novita Anggun P.S (1510010)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES PEMKAB JOMBANGS1 KEPERAWATAN/3A

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“PARAFIMOSIS”. Makalah ini kami disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah SistemPerkemihan 2.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini banyak


kekurangan. Namun demikian, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.

Meski masih banyak kekurangan, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat,


khususnya bagi penulis dan kepada para pembaca.

Jombang, 21 Maret 2018

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium ke belakang sulkus
grandularis hanya dapat dilakukan sekitar 50% anak laki-laki; hal ini meningkat menjadi
89% pada saat usia 3 tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7
tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun.
Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi prepusium yang
terlalu sempit di belakang glans penis ke sulkus glandularis dapat mengganggu perfusi
permukaan prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan
risiko terjadinya nekrosis.Fimosis, baik merupakan bawaan sejak lahir (kongenital)
maupun didapat, merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans
penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Kulit
yang melingkupi kepala penis tersebut juga dikenal dengan istilah kulup, prepuce,
preputium, atau foreskin. Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis
bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas
sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui tentang apa yang di maksud parafimosis.
2. Mengetahui penyebab dari ternyadinya parafimosis.
3. Mengetahui tentang patofisiologi parafimosis.
4. Mengetahui manifestasi klinis parafimosis.
5. Mengetahui penatalaksanan parafimosis
6. Mengetahui penatalaksanan parafimosis.
7. Mengetahui komplikasi parafimosis.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui tentang apa yang di maksud parafimosis.
2. Mahasiswa mengetahui tentang penyebab dari terjadinya parafimosis.
3. Mahasiswa mengetahui tentang patofisiologi parafimosis.
4. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis parafimosis.
5. Mahasiswa mengetahui cara mengatasi parafimosis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Parafimosis


Parafimosis adalah keadaan prepusium penis yang di retraksi sampai sulkus
koronarius tidak dapat di kembalikan seperti semula dan menimbulkan dan jeratan pada
penis.
Parafimois adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dewasa
dan anak laki-laki yang belum belum sunat atau tidak disunat. Parafimosis berarti kulup
terjebak di belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.
Kadang-kadang laki-laki yang tak disunat kulup mereka tertarik kebelakang saat
berhubunga seks, ketika mereka kencing atau ketika mereka membersihkan penis
mereka. Jika kulup yang tersisa dibelakang kepala penis terlalu panjang, penis
emungkinan mengalami pembengkakan sehingga kulup yang terperangkap dibelakang
kepala penis.
Parafimosis adalah keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik kedepan (distal)
atau menutup. Pada keadaan ini glans penis atau batang penis dapat terjepit oleh
preposium yang bengkak. Keadaan ini paling sering oleh peradangan. Pada parafimosis
sebaiknya kita melakukan reduksi sebelum di sirkumsisi.

2.2 Etiologi Parafimosis


Parafimosis termasuk kondisi yang jarang terjadi. Penyebab yang paling sering
memicu kondisi ini adalah karena lupa mengembalikan posisi kulup setelah ditarik, lalu
dibiarkan untuk waktu yang cukup lama, misalnya beberapa jam. Di samping itu, ada
juga faktor-faktor lain yang berpotensi menyebabkan parafimosis. Beberapa di antaranya
adalah:
1. Mengalami cedera di sekitar alat kelamin.
2. Menderita infeksi.
3. Menarik kulup terlalu berlebihan.
4. Memiliki kulup yang lebih ketat.
5. Menindik penis.
6. Menjalani kateter

3
Parafimosis dapat terjadi setelah pencabutan kulup selama pemeriksaan penis
terperinci, pembersihan penis glans, kateterisasi uretra, atau sistoskopi.
Perkembangan parafimosis setelah kateterisasi tidak jarang terjadi. Sebelum
memasukkan kateter uretra, seorang profesional kesehatan menarik kulit khatan untuk
mempersiapkan dan menginjak penis glans dengan steril. Kulup yang ditarik bisa
ditinggalkan dengan cara itu selama beberapa jam sampai beberapa hari. Kegagalan
untuk mengembalikan kulit khatan ke posisi asalnya terkadang mengarah pada
pengembangan parafimosis.
Penyebab paraphimosis yang lebih tidak biasa adalah sebagai berikut:
1. Self-infliction, seperti menusuk dengan cincin penis ke dalam kelenjar
2. Penempatan manik prabayar
3. Menari erotis
4. Infeksi Plasmodium falciparum
5. Dermatitis kontak (misalnya, dari penerapan jus celadine ke kulup)

2.3 Patofisiologi Parafimosis


Parafimosis terjadi pada pria yang tidak disunat atau sebagian disunat. Ada beberapa
penyebab potensial. Hal ini bisa disebabkan oleh kebersihan yang buruk, kronisbalanitis,
atau retraksi paksa kulup tanpa mengembalikannya ke posisi semula. Penyebab lainnya
adalah kateterisasi uretra, sistoskopi, atauluka yang ditimbulkan sendiri seperti
penindikan penis pada kelenjar.
Kulit khatan ditarik menjadi terjebak di balik korona glans. Jaringan kulup menjadi
edematous, menciptakan lingkar konstriksicincin di sekitar penis. Penyempitan
inimengganggu aliran darah dan limfatik kelenjar dan kulup, yang bisa menjadi iskemik.
Jika tidak diobati untuk waktu yang lama, berhari-hari atau minggu bisa terjadi gangren
penis dan autoamputasi.

4
2.4 Anatomi Parafimosis

5
2.5 Manifestasi Klinis
a. Udeme pada glans penis
b. Nyeri
c. Jeratan dengan penis
2.6 Penatalaksanaan
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan secara manual dengan teknik memijat
glans selama 3-5 menit diharapkan edema berkurang dan secara perlahan-lahan
prepusium dikembalikan pada tempatnya. Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum
insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat dikembalikan pada tempatnya. Setelah
edema dan proses inflamasi menghilang pasien dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.

2.7 KOMPLIKASI

Parafimosis harus dianggap sebagai kondisi darurat karena retraksi prepusium yang
terlalu sempit di belakang glans penis ke sulkus glandularis dapat mengganggu perfusi
permukaan prepusium distal dari cincin konstriksi dan juga pada glans penis dengan
risiko terjadinya nekrosis.

Jika parafimosis tidak segera diterapi, hal ini dapat mengganggu aliran darah ke ujung
distal dari penis (penis tip). Pada kasus yang ekstrim, hal ini mungkin dapat
menyebabkan kerusakan atau cedera ujung penis, gangren maupun hilangnya ujung penis
(penis tip).

6
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Parafimosis adalah sebuah kondisi serius yang bisa terjadi hanya pada laki-laki dan
anak laki-laki yang belum atau tidak disunat. Parafimosis berarti kulup terjebak di
belakang kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal.

4.2 SARAN
Dengan adanya makalah dengan kasus parafimosis pada anak,di harapkan mahasiswa
dapat mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan
suatu asuhan keperawatan yang benar pada anak yang menderita parafimosis.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan untuk itu
penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jones SA, Flynn RJ. An unusual (andsomewhat piercing) cause of paraphimosis.Br J Urol
1996;78:803-4.

Raman SR, Kate V, AnanthakrishnanN. Coital paraphimosis causing penile


necrosis. Emerg Med J 2008;25:454.

Hayashi Y, Kojima Y, dan Kohri K. Prepuce: Phimosis, paraphimosis, and Curcumcision.


The Scientific World Jurnal. 2011. 11, 239-301

Anda mungkin juga menyukai